Anda di halaman 1dari 2

REVIEW ARTIKEL “MINORITY GROUPS: ETHNICITY AND DISCRIMINATION”

Mata Kuliah : Sistem Masyarakat Jepang (A)


Dosen : Drs. Usmar Salam, MIS
Ririn Tri Nurhayati, MA
Nama Mhs. : Ayu Kartikasari
NIM : 09/280973/SP/23289

1. Japanese Ethnocentrism and Globalization


Masyarakat Jepang merupakan masyarakat yang homogen, kondisi seperti ini memicu timbulnya
perspektif yang cenderung etnosentris, dimana masyarakat di Jepang memiliki keyakinan bahwa Jepang
adalah bangsa yang superior, lebih unggul dari bangsa lain dan tidak boleh dirusak oleh kebudayaan atau
pengaruh yang datang dari luar. Namun, sifat yang terlalu meng-agungi bangsa sendiri ini, lambat-laun
mereda, bersamaan dengan terjadinya proses globalisasi, proses yang menghilangkan batas-batas negara.
Jepang mulai dapat lebih beradaptasi dengan dunia luar, dan mulai melakukan kerjasama bahkan,
melebarkan sayapnya melalui fenomena ekspansi perusahaan Jepang ke luar negeri. Selain melalui
perusahaan lokalnya, Jepang juga semakin dikenal oleh dunia melalui budaya pop-nya, bidang
pariwisatanya, dan keunggulan kualitas pendidikan di Jepang. Sehingga, kini banyak sekali orang-orang
berdatangan ke Jepang, untuk sekedar melakukan tour, atau melanjutkan studi, atau bahkan bekerja di
perusahaan-perusahaan Jepang.

2. Deconstructing the “Japanese”


Hegemonitas masyarakat Jepang membuat banyak isu dan masalah-masalah etnik atau minoritas yang
menyeruak ke permukaan. Misalnya: The Ainu, Burakumin, Koreans, dan pekerja asing.  Fenomena ini
menjadikan orang-orang itu sebagai kaum minoritas, karena background yang mereka bawa yang
diragukan untuk masuk sebagai salah satu ciri sebagai masyarakat Jepang.

3. The Buraku Problem


Buraku ialah kelompok minoritas terbesar di jepang, walaupun secara biologis tidak ditemukan
adanya perbedaan yang signifikan diantara Buraku dengan masyarakat Jepang lainnya. Mereka
merupakan masyarakat desa, yang relatifnya hidup dalam kemiskinan. Buraku dianggap rendahan karena
profesi mereka kebanyakan hanya sebagai penyembelih hewan atau penjaga pemakaman. Mereka
dianggap hina karena level pekerjaan mereka yang rendah, dan mereka diperlakukan secara diskriminatif
oleh masyarakat Jepang lainnya.
4. Korean Resident
Diskriminasi terhadap warga Jepang keturunan Korea (zainichi), disebabkan oleh faktor historis,
dimana para penduduk Korea ini membawa keluarganya untuk menetap di Jepang setelah peristiwa
Kolonialisasi di Korea pada tahun 1910. Tercatat, ada sekitar 2,3 juta warga Korea yang tinggal di Jepang
pada tahun 1945, kemudian 1,7 juta warganya memilih kembali ke Korea ketika perang usai, dan sisanya
memilih untuk tetap tinggal di Jepang. Masyarakat Jepang menganggap remeh kemampuan para zainichi,
oleh karenanya mereka mendapat perlakuan diskriminatif, misalnya: peluang yang kecil untuk
mencalonkan diri untuk menjabat dalam sektor publik atau lembaga-lembaga pemerintahan di Jepang.

5. Indigenous Ainu
Suku ainu adalah suku asli Jepang. Mereka masih dianggap terbelakang dan dikucilkan oleh
pemerintah. Akan tetapi, saat ini sudah mulai terjadi perubahan terhadap suku ainu dimana, beberapa
diantara mereka berhasil bekerja di industri-industri Jepang dan mengnyam pendidikan di sekolah.

6. Immigrant Workers from Overseas


Terdapat peningkatan jumlah penduduk asing di Jepan sejak tahun 80 hingga 90-an. Kebanyakan
immigrant tersebut bekerja di Jepang, sebagai karyawan atau buruh di perusahaan lokal Jepang, atau
bekerja dalam penyediaan jasa di Jepang. Namun, keadaan seperti itu justru mendatangkan anggapan
bahwa mereka adalah “money seeker”, maka bentuk tindakan diskriminasi dai masyarakat Jepang adalah,
kewajiban untuk membayar penuh biaya kesehatan mereka, dengan kata lain, mereka tidak mendapatkan
asuransi kesehatan disana, dan hanya orang-orang yang ber-skill tinggi yang bisa memperoleh fasilitas
seperti yang didapatkan oleh warga Jepang. Fenomena ini disebabkan oleh kekhawatiran pemerintah
untuk menyediakan biaya lebih untuk menanggung biaya skill training mereka, ataupun biaya jaminan
kesehatan bagi pekerja-pekerja “bawahan” ini.

7. Japan Beyond Japan


Bersamaan dengan terjadinya globalisasi yang tidak dapat dielakkan, masyarakat Jepang masa kini
banyak yang sukses dalam usahanya dan melakukan ekspansi usaha ke luar negeri. Hal ini mengakibatkan
banyak dari mereka yang menetap di luar negeri dan membawa keluarganya ber-imigrasi ke luar negeri,
namun tetap mengendalikan apapun yang berkaitan dengan bisnisnya di kampung halamannya, atau
sebaliknya, ada bangsa luar yang mengagumi dan mempelajari bahasa dan budaya Jepang sincerely,
kemudian mereka memilih untuk menetap di Jepang. Ini memberi kontribusi, berupa input atau masukan
yang dapat memberi pengaruh besar bagi masyarakat Jepang.

Anda mungkin juga menyukai