Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT

1.1 Tujuan praktikum


Menentukan berat volume agregat halus dan agregat kasar sebagai perbandingan berat material
kering dan volumenya.

1.2 Peralatan
Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh
Oven
Tongkat pemadat (diameter= 16 mm, panjang =60 mm)
Cawan
Kubus dari baja ukuran 15 x 15 x 15 cm 3
Silinder dari baja diameter 15 cm, panjang 30 cm

Bahan
Agregat halus (pasir)
Agreagat kasar (kerikil)

Landasan Teori
Kandungan dalam campuran beton sangat tinggi komposisi agregat berkisar 60 % - 70 % dari
berat campuran beton. Walaupun fungsinya sebagai pengisi karena komposisinya yang besar,
agregat ini menjadi penting.(PBI 1971)
Agregat merupakan bahan pengisi untuk beton yang ekonomis.Agregat harus memiliki distribusi
ukuran sedemikian hingga ukuran-ukuran rongga antar semen minimum. Dalam Buku Pedoman
Pengerjaan Beton 1989 dinyatakan bahwa berat beton volume (2200-2500kg/m3) menurut (SK
SNI. T-15-1990:1) yang teknologi beton Ir.Tri Mulyono, MT

1.5 Prosedur Praktikum

a. Dengan cara dilepas:


1. Timbang dan catat berat kubus dan silinder (W1)
2. Masukkan benda uji dengan hati-hati
3. Ratakan permukaan benda uji
4. Timbang dan catat wadah yang telah diisi benda uji (W2)
5. Hitung berat benda uji (W3=W2-W1)
b. Dengan cara ditumbuk :
1. Timbang dan catat berat kubus dan silinder (W1)
2. Isi wadah dengan benda uji dalam tiga lapis sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan
tongkat pemadat yang di rodding sebanyak 25 x secara merata.
3. Ratakan permukaan benda uji.
4. Timbang dan catat berat wadah dan benda uji (W2).
5. Hitung berat benda uji (W3= W2 – W1).

1.6 Data percobaan


Tabel 1.1
Hasil Pemeriksaan Agregat Halus (pasir)
Wadah Kubus :

Percobaan Berat Berat Kubus Berat Berat Berat Volume


Kubus(kg) + Agregat Agregat (kg) Agregat Agregat W3/V
(W1) (kg)(W2) Rata – rata wadah
(kg) (W3)
I 14.00 19.18 5.18 5.555 1646 kg/m3
II 14.00 19.93 5.93 1646 kg/m3

Wadah Silinder :

Percobaan Berat Silinder Berat Silinder Berat Berat Berat Volume


(kg) (W1) + Agregat Agregat (kg) Agregat Agregat W3/V
(kg)(W2) Rata – rata wadah
(kg) (W3)
I 10.12 20.55 10.47 10.985 2073 kg/m3
II 10.12 21.62 11.5 2073 kg/m3

Tabel 1.2
Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar (kerikil)
Wadah Kubus :

Percobaan Berat Berat Kubus Berat Berat Berat Volume


Kubus(kg) + Agregat Agregat (kg) Agregat Agregat W3/V
(W1) (kg)(W2) Rata – rata wadah
(kg) (W3)
I 14.00 18.75 4.75 5 1481.5 kg/m3
II 14.00 19.25 5.25 1481.5 kg/m3

Wadah Silinder :

Percobaan Berat Silinder Berat Silinder Berat Berat Berat Volume


(kg) (W1) + Agregat Agregat (kg) Agregat Agregat W3/V
(kg)(W2) Rata – rata wadah
(kg) (W3)
I 10.12 18.05 7.93 9.105 1718.33
kg/m3
II 10.12 20.4 10.28 1718.33
kg/m3

1.7 Analisa Hasil Praktikum


a. Volume Kubus = S x S x S
= 15 x 15 x 15
= 3375 cm3
b. Volume Silinder = π/4 . D2 . t
= 3.14/4 . 152 . 30
= 5298.75 cm3

Berat Agregat
Berat Volume Agregat =
Volume Wadah

Berat Volume Agregat Halus

5.555
a. Berat Volume Agregat Kasar Rata – rata (Kubus) = = 1646 kg/m3
0.003375

10.985
b. Berat Volume Agregat Kasar Rata – rata (Silinder) = = 2073 kg/m3
0.00529875

Berat Volume Agregat Kasar

5
c. Berat Volume Agregat Kasar Rata – rata (Kubus) = = 1481.48 kg/m3
0.003375

9.105
d. Berat Volume Agregat Kasar Rata – rata (Silinder) = = 1718.33 kg/m3
0.00529875

1.8 Kesimpulan

 Berat Volume Agregat Halus Rata – rata = 1859.5 kg/m3 , mendekatin angka standard berat
volume agregat kasar yaitu (1300 – 1900 ) kg/m3
 Berat Volume Agregat Kasar Rata – rata = 1599.915 kg/m3 , mendekatin angka standard berat
volume agregat kasar yaitu (1400 – 2200 ) kg/m3

BAB II
PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR AGREGAT

2.1 Tujuan Praktikum


Menentukan Prosentase kadar lumpur dalam agregat halus.
2.2 Peralatan :
1. Gelas ukur
2. Cawan
3. Oven
4. Timbangan

2.3 Bahan :
Pasir secukupnya pada kondisi lapangan dan air secukupnya sebagai pelarut.
2.4 Landasan Teori
Lumpur tidak diizinkan dalam jumlah banyak , ada kecenderungan meningkatnya pemakaian air
dalam campuran beton , jika ada bahan – bahan itu tidak dapat menyatu dengan semen
sehingga menghalangi penggabungan antara semen dan agregat serta mengurangi kekuatan
tekan beton.
Dalam pemeriksaan kadar lumpur agregat digunakaan standard SNI 03 – 4141 – 1996 , metode
ini digunakan untuk menghitung besarnya persentasi gumpalan lempung dan butiran – butiran
mudah pecah dalam agregat halus maupun kasar.
Menurut SII. 0052 kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0.074 mm)
maksimum 5% (PBI 1971)

2.5 Prosedur Praktikum


1. Cara pengendapan
a. Pasir dimasukan ke gelas ukur.
b. Tambahkan air pada gelas ukur untuk melarutkan lumpur.
c. Gelas dikocok untuk memisahkan lumpur dari pasir.
d. Ukur volume pasir (V1) dan volume lumpur (V2).
e. Biarkan lumpur mengendap selama 24 jam.
f. Ukur volume pasir dan volume lumpur setelah pengendapan.

2. Cara pencucian
a. Pasir di timbang (W1).
b. Cuci pasir sampai airnya bening.
c. Pasir yang sudah dicuci , dioven pada suhu ± 110 o C.
d. Setelah dioven benda uji ditimbang.
2.6 Hasil Praktikum.

Tabel 2.1
Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur dengan Endapan

Percobaan Volume Pasir Volume Kadar Kadar Lumpur


(ml) (V1) Lumpur (ml) Lumpur Rata – rata (%)
(V2) (%)
I 500 25 5 5

Tabel 1.2
Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur dengan Cucian

Percobaan Berat Cawan Berat Cawan Berat Cawan Kadar Kadar Lumpur
(gr) (a) + Agregat + Agregat Lumpur Rata – rata (%)
Sebelum Setelah (%)
Dicuci (gr) Dicuci (gr)
I 60 650 587 9.54
8.745
II 63 817 752 7.95

2.7 Analisa Hasil Praktikum

a. Kadar lumpur dengan endapan


V2
Kadar lumpur x 100%
V 1+V 2

25
Percobaan I :Kadar lumpur = x 100%= 5%
25+500

b. Kadar lumpur dengan cucian


b−c
Kadar lumpur = b−a x 100%

650−587
Percobaan I : Kadar lumpur = x100% = 9,54%
752−63
BAB III

PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT

3.1 Tujuan Praktikum

Menentukan kadar air agregat dengan pengeringan

3.2 Peralatan :

a. timbangan ketelitian 0,1 % dari berat contoh

b. Oven dengan suhu 110o C

c. Cawan Logam

3.3 Bahan :

a. agregat halus

b. Agregat kasar

3.4 Landasan Teori

Standard pengujian kadar air agregat menggunakan SNI 03-1971-1990, metode ini digunakan
untuk menentukan besarnya kadar air agregat.

Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam agregat.Kadar air dibedakan menjadi 4 jenis :

1. Kadar air kering tungku, yaitu keadaan benar-benar tidak berair


2. Kering udara dimana permukaan kering tetapi sedikit mengandung air di porinya
3. Jenuh kering permukaan JPK
4. Kondisi basah dimana agregat banyak mengandung air

Kadar air dinyatakan dalam bentuk prosen dengan rumus :

b−c
Kadar air agregat = x 100%
b−a

A : Berat Cawan

B : Berat Cawan + Agregat sebelum dioven


C : Berat Cawan + Agregat setelah dioven

3.5 Prosedur Praktikum

a. Timbang dan catat berat cawan kosong (a)

b. Masukkan benda uji ke dalam cawan, timbang berat keduanya (b)

c. Hitung berat benda uji

d. Oven selama 24 jam suhu 110o C

e. Timbang dan catat benda uji dan cawan setelah dioven.

f. Hitung berat benda uji.

3.6 Hasil Praktikum

Tabel III.1

Percobaan agregat halus

Percobaan Berat Cawan (gr) Berat Cawan + Berat Cawan Kadar air Kadar air Rata
(a) Agregat Sebelum + Agregat (%) – rata (%)
Dioven(gr) Setelah
dioven (gr)
I 34 627 625 0.34
0.33
II 37 670 668 0.32

Tabel III.2

Percobaan agregat kasar

Percobaan Berat Cawan (gr) Berat Cawan + Berat Cawan Kadar air Kadar air Rata
(a) Agregat Sebelum + Agregat (%) – rata (%)
Dioven(gr) Setelah
dioven (gr)
I 60 1850 1835 0.84
0.82
II 75 2590 2570 0.8

3.7 Analisa Hasil Praktikum


b−c
 Kadar air agregat = x 100%
b−a
 Kadar air agregat halus
627−625
Kadar air agregat halus (percobaan 1) = x 100% = 0.34%
627−34

670−668
Kadar air agregat halus (percobaan 2) = x 100% = 0.32%
670−37

Kadar air agregat halus rata-rata = 0.33 %

 Kadar air agregat kasar


1850−1835
Kadar air agregat kasar (percobaan 1) = x 100% = 0.84%
1850−60

2590−2570
Kadar air agregat kasar (percobaan 2) = x 100% = 0.8%
2590−75

Kadar air agregat kasar rata-rata = 0.82 %

3.8 Kesimpulan

 Kadar air agregat halus rata-rata = 0.33 %


 Kadar air agregat kasar rata-rata = 0.82 %
 Kadar air tersebut didapat setelah dilakukan pengovenan, agar kandungan air di agregat tidak
terlalu banyak, sehingga tidak mempengaruhi Faktor Air Semen (FAS)

BAB IV

ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR DAN AGREGAT HALUS

4.1 Analisa Saringan Agregat Halus


4.1.1 Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui gradasi (ukuran butiran) dari yang kasar sampai yang halus untuk
keperluan pembuatan beton.
4.1.2 Peralatan
a. Timbangan ketelitian 0.2 % dari berat benda uji
b. Seperangkat Saringan
c. Oven suhu 110o C
d. Mesin Penggetar
e. Talam
f. Kuas
g. Sendok
4.1.3 Bahan
Agregat Halus 500 gram
4.1.4 Landasan Teori
Metode pengujian analisis saringan agregat halus dan agregat kasar menggunakan
standard SNI 03-1968-1990 metode ini digunakan untuk menentukan pembagian butir
(gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan saringan.
Batasan ukuran Agregat halus dan Agregat kasar menurut British Standart adalah 4,8
mm (4,75 mm)
Agregat halus dikelompokkan dalam 4 zone yaitu :
 Daerah gradasi 1 = Pasir kasar
 Daerah gradasi 2 = Pasir agak kasar
 Daerah gradasi 3 = Pasir Halus
 Daerah gradasi 4 = Pasir agak halus
( grafik dapat dilihat pada lampiran 4.5a s/d 4.5d)

Finennes Modulus (FM) diperoleh dengan menjumlah prosentase yang tertinggal kumulatif pada
masing-masing ayakan.

FM =
∑ % Kumulatif bertahan
100

4.1.5 Prosedur Praktikum


a. Agregat halus dikeringkan dengan suhu 110 o C
b. Agregat halus yang sudah dikeringkan, dimasukkan dalam seperangkat saringan
c. Saringan digetarkan dengan mesin penggetar atau vibrator selama 15 menit.
4.1.6 Hasil Praktikum

Tabel IV.1
Hasil Agregat halus (Pasir)

No Ukuran Saringan ᴓ Berat Cawan Berat Cawan Berat Agregat


(gr) (a) Agregat (gr) (b) (gr) (c)
1 9.5 31 36 5
2 4.76 31 55 24
3 2.38 31 58 27
4 1.19 31 72 41
5 0.59 31 143 11
6 0.27 43 160 12.8
7 0.199 43 118 74
8 0.07 42 92 49
9 Alas (0.0) 42 83 41

Tabel IV.1
Hasil Agregat kasar (Kerikil)

No Ukuran Saringan ᴓ Berat Cawan Berat Cawan + Berat Agregat


(gr) (a) Agregat (gr) (b) (gr) (c)
1 12.5 63 87 24
2 9.5 63 223 160
3 4.7 58 2145 2087
4 2.28 58 250 192
5 1.11 54 85 31
6 Alas (0.0) 53 59 6

4.1.7 Analisis Hasil Praktikum


Berat Semula−Berat setelah disaring
1. Berat Kehilangan = x 100%
Berat Semula

a. Berat Agregat Semula = 500 gram


b. Berat Agregat setelah disaring = 488 gram

500−488
Berat Kehilangan = x 100% = 2.4 %
500

36−31
2. % Tertahan komulatif = x 100% = 1 %
500

3. Lolos Saringan = 100% - % tertahan

100% - 1% = 99%

Untuk Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada table VI.2


Tabel IV.2
Analisa Hasil Agregat Halus

N Ukuran Berat Agregat (gr) (a) % Berat % Berat %


o Saringan ᴓ Bertahan Kumulatif Kelolosan
bertahan
1 9.5 5 1 1 99
2 4.76 24 4.8 5.8 94.2
3 2.38 27 5.4 11.2 88.8
4 1.19 41 8.2 19.4 80.6
5 0.59 11 22.2 41.6 58.4
6 0.27 12.8 25.6 67.2 32.8
7 0.199 74 14.8 82 18
8 0.07 49 9.8 91.8 8.2
9 Alas (0.0) 41 8.2 100 0

BAB IX

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN BETON KARAKTERISTIK

9.1 Tujuan Percobaan

Menentukan kekuatan tekan beton per-cm 2 luas bidang potongan dan percobaan yang telah ditentukan.

Menentukan kekuatan tekan beton karakteristik berbentuk kubus dan silinder yang dibuat di
laboraturium.

9.2 Peralatan

Mesin penguji tekan hancur beton


9.3 Bahan

Beton yang dirawat di laboraturium selama 7 hari

9.4 Landasan teori

Dari pengumpulan data kekuatan tekan hancur beton dilakukan penentuan kuat tekan karakteristik ini
diperoleh dengan menggunakan rumusan (statistik) sebagai berikut :

a. Menetapkan deviasi standar benda uji

s=
∑ √‘ b−‘ b m
N −1

Dimana
S = deviasi standar
 ‘b = kuat tekan beton yang didapat masing-masing
 ‘bm = kuat tekan beton rata-rata
N = jumlah seluruh benda uji

b. Menghitung nilai kekuatan tekan beton karakteristik dengan 5% kemungkinan adanya


kekuatan yang tidak memenuhi syarat :

 ‘bk =  ‘bm - 1.64 S

Dimana  ‘bk = kuat tekan beton karakteristik

c. Nilai kekuatan beton karakteristik yang diperoleh pada langkah (b) dibandingkan dengan
nilai rencana bila mutu beton kurang dari rencana, maka beton tersebut tidak memenuhi
syarat.

Jadi ikuran mutu pelaksanaan adalah deviasi standart pada table berikut :

TABEL IX.3
Besar kecilnya batasan-batasan deviasi standart

Isi Pekerjaan Deviasi standart (kg/cm2)


Sebutan Jumlah beton Baik sekali Baik Dapat diterima
m3
Kecil <1000 45<S<65 55<S<65 65<S<85
Sedang 1000-3000 35<S<45 45<S<55 55<S<75
Besar >3000 25<S<35 35<S<45 45<S<65

Beton yang digunakan untuk struktur beton bertulang dibagi dalam mutu dan kelas yang

tercantum pada Tabel IX.4 berikut

Kelas Mutu  ‘bk  ‘bm Tujuan Pengawasan terhadap


(kg.cm2) S = 46 Mutu Kekuatan
(kg.cm2) Agregat tekan
I B0 - - Non Ringan Tanpa
strukturil
II B1 - - Strukturil Sedang Tanpa
K125 125 200 Strukturil Ketat Kontinu
K175 175 250 Strukturil Ketat Kontinu
K225 225 300 Strukturil Ketat Kontinu

III K > 225 >225 >300 Strukturil Ketat Kontinu

9.5 Prosedur Praktikum

1. Ambilah benda uji dari tempat perawatan


2. Letakkan benda uji pada mesin tekan sentries
3. Jalankan mesin tekan dan tekanan dinaikkan berangsur-angsur dengan kecepatan
berkisar antara 6 sampai dengan 4 kg/cm 2
4. Lakukan pembebanan sampai benda uji hancur dan catatlah beban maksimum
hancur yang terjadi selama pemeriksaan benda uji tersebut.
5. Lakukan proses (1), (2), (3), dan (4) sesuai dengan jumlah benda uji yang akan
ditetapkan kekuatan tekan karakteristiknya.

9.6 Hasil Praktikum

Tabel IX.5
Hasil Uji Kuat Tekan Beton

Benda uji Beban maksimal (kg) Kuat tekan beton umur 28


hari (kg/cm2)
Kubus 1
Kubus2
Kubus 3
Kubus 4
  ‘bk =  ‘bm - 1.64 S

s=
∑ √‘ b−‘ b m
N −1

s=
∑ √‘ b−‘ b m =
N −1

  ‘bk =  ‘bm - 1.64 S

‘bk =  ‘bm - 1.64 S

9.8 Kesimpulan

o Beton tersebut mempunyai kuat tekan karakteristik sebesar


o Eton termasuk dalam kelas . . . . .dengan mutu K . . . . . . .untuk pekerjaan-
pekerjaan. . . . . . . sesuai dengan PBI pada bagian 3 bab 4.2 pada table 4.2.1

Anda mungkin juga menyukai