1.2 Peralatan
Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh
Oven
Tongkat pemadat (diameter= 16 mm, panjang =60 mm)
Cawan
Kubus dari baja ukuran 15 x 15 x 15 cm 3
Silinder dari baja diameter 15 cm, panjang 30 cm
Bahan
Agregat halus (pasir)
Agreagat kasar (kerikil)
Landasan Teori
Kandungan dalam campuran beton sangat tinggi komposisi agregat berkisar 60 % - 70 % dari
berat campuran beton. Walaupun fungsinya sebagai pengisi karena komposisinya yang besar,
agregat ini menjadi penting.(PBI 1971)
Agregat merupakan bahan pengisi untuk beton yang ekonomis.Agregat harus memiliki distribusi
ukuran sedemikian hingga ukuran-ukuran rongga antar semen minimum. Dalam Buku Pedoman
Pengerjaan Beton 1989 dinyatakan bahwa berat beton volume (2200-2500kg/m3) menurut (SK
SNI. T-15-1990:1) yang teknologi beton Ir.Tri Mulyono, MT
Wadah Silinder :
Tabel 1.2
Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar (kerikil)
Wadah Kubus :
Wadah Silinder :
Berat Agregat
Berat Volume Agregat =
Volume Wadah
5.555
a. Berat Volume Agregat Kasar Rata – rata (Kubus) = = 1646 kg/m3
0.003375
10.985
b. Berat Volume Agregat Kasar Rata – rata (Silinder) = = 2073 kg/m3
0.00529875
5
c. Berat Volume Agregat Kasar Rata – rata (Kubus) = = 1481.48 kg/m3
0.003375
9.105
d. Berat Volume Agregat Kasar Rata – rata (Silinder) = = 1718.33 kg/m3
0.00529875
1.8 Kesimpulan
Berat Volume Agregat Halus Rata – rata = 1859.5 kg/m3 , mendekatin angka standard berat
volume agregat kasar yaitu (1300 – 1900 ) kg/m3
Berat Volume Agregat Kasar Rata – rata = 1599.915 kg/m3 , mendekatin angka standard berat
volume agregat kasar yaitu (1400 – 2200 ) kg/m3
BAB II
PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR AGREGAT
2.3 Bahan :
Pasir secukupnya pada kondisi lapangan dan air secukupnya sebagai pelarut.
2.4 Landasan Teori
Lumpur tidak diizinkan dalam jumlah banyak , ada kecenderungan meningkatnya pemakaian air
dalam campuran beton , jika ada bahan – bahan itu tidak dapat menyatu dengan semen
sehingga menghalangi penggabungan antara semen dan agregat serta mengurangi kekuatan
tekan beton.
Dalam pemeriksaan kadar lumpur agregat digunakaan standard SNI 03 – 4141 – 1996 , metode
ini digunakan untuk menghitung besarnya persentasi gumpalan lempung dan butiran – butiran
mudah pecah dalam agregat halus maupun kasar.
Menurut SII. 0052 kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0.074 mm)
maksimum 5% (PBI 1971)
2. Cara pencucian
a. Pasir di timbang (W1).
b. Cuci pasir sampai airnya bening.
c. Pasir yang sudah dicuci , dioven pada suhu ± 110 o C.
d. Setelah dioven benda uji ditimbang.
2.6 Hasil Praktikum.
Tabel 2.1
Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur dengan Endapan
Tabel 1.2
Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur dengan Cucian
Percobaan Berat Cawan Berat Cawan Berat Cawan Kadar Kadar Lumpur
(gr) (a) + Agregat + Agregat Lumpur Rata – rata (%)
Sebelum Setelah (%)
Dicuci (gr) Dicuci (gr)
I 60 650 587 9.54
8.745
II 63 817 752 7.95
25
Percobaan I :Kadar lumpur = x 100%= 5%
25+500
650−587
Percobaan I : Kadar lumpur = x100% = 9,54%
752−63
BAB III
3.2 Peralatan :
c. Cawan Logam
3.3 Bahan :
a. agregat halus
b. Agregat kasar
Standard pengujian kadar air agregat menggunakan SNI 03-1971-1990, metode ini digunakan
untuk menentukan besarnya kadar air agregat.
Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam agregat.Kadar air dibedakan menjadi 4 jenis :
b−c
Kadar air agregat = x 100%
b−a
A : Berat Cawan
Tabel III.1
Percobaan Berat Cawan (gr) Berat Cawan + Berat Cawan Kadar air Kadar air Rata
(a) Agregat Sebelum + Agregat (%) – rata (%)
Dioven(gr) Setelah
dioven (gr)
I 34 627 625 0.34
0.33
II 37 670 668 0.32
Tabel III.2
Percobaan Berat Cawan (gr) Berat Cawan + Berat Cawan Kadar air Kadar air Rata
(a) Agregat Sebelum + Agregat (%) – rata (%)
Dioven(gr) Setelah
dioven (gr)
I 60 1850 1835 0.84
0.82
II 75 2590 2570 0.8
670−668
Kadar air agregat halus (percobaan 2) = x 100% = 0.32%
670−37
2590−2570
Kadar air agregat kasar (percobaan 2) = x 100% = 0.8%
2590−75
3.8 Kesimpulan
BAB IV
Finennes Modulus (FM) diperoleh dengan menjumlah prosentase yang tertinggal kumulatif pada
masing-masing ayakan.
FM =
∑ % Kumulatif bertahan
100
Tabel IV.1
Hasil Agregat halus (Pasir)
Tabel IV.1
Hasil Agregat kasar (Kerikil)
500−488
Berat Kehilangan = x 100% = 2.4 %
500
36−31
2. % Tertahan komulatif = x 100% = 1 %
500
100% - 1% = 99%
BAB IX
Menentukan kekuatan tekan beton per-cm 2 luas bidang potongan dan percobaan yang telah ditentukan.
Menentukan kekuatan tekan beton karakteristik berbentuk kubus dan silinder yang dibuat di
laboraturium.
9.2 Peralatan
Dari pengumpulan data kekuatan tekan hancur beton dilakukan penentuan kuat tekan karakteristik ini
diperoleh dengan menggunakan rumusan (statistik) sebagai berikut :
s=
∑ √‘ b−‘ b m
N −1
Dimana
S = deviasi standar
‘b = kuat tekan beton yang didapat masing-masing
‘bm = kuat tekan beton rata-rata
N = jumlah seluruh benda uji
c. Nilai kekuatan beton karakteristik yang diperoleh pada langkah (b) dibandingkan dengan
nilai rencana bila mutu beton kurang dari rencana, maka beton tersebut tidak memenuhi
syarat.
Jadi ikuran mutu pelaksanaan adalah deviasi standart pada table berikut :
TABEL IX.3
Besar kecilnya batasan-batasan deviasi standart
Beton yang digunakan untuk struktur beton bertulang dibagi dalam mutu dan kelas yang
Tabel IX.5
Hasil Uji Kuat Tekan Beton
s=
∑ √‘ b−‘ b m
N −1
s=
∑ √‘ b−‘ b m =
N −1
9.8 Kesimpulan