Anda di halaman 1dari 5

Sylvia Yulianti

0806346546

Pengantar Ilmu Hukum

PENEGAKAN HUKUM DAN PENEMUAN HUKUM

Penegakan Hukum

Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia. agar kepentingan manusia


terlindungi, hukum harus ditegakkan. Dalam menegakkan hukum ada tiga hal yang selalu
harus diperhatikan, yaitu: kepastian hukum (Rechtssicherheit), kemanfaatan
(Zweckmassigkeit) dan keadilan (Gerechtigheit).

Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang-wenang,


yang berarti bahwa seseorang dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan
tertentu. Dengan adanya kepastian hukum, masyarakat akan jadi lebih tertib.

Masyarakat juga mengharapkan manfaat dari pelaksanaan hukum. Jangan sampai, justru
karena hukumnya dilaksanakan timbul keresahan di dalam masyarakat.

Hukum bersifat umum, mengikat semua orang, bersifat menyamaratakan. Setiap orang yang
mencuri harus dihukum tanpa membeda-bedakan. Namun, keadilan bersifat subyektif,
individualistis dan tidak menyamaratakan. Adil bagi satu orang belum tentu adil bagi yang
lainnya.

Penemuan Hukum

Penemuan hukum diartikan sebagai proses pembentukan hukum oleh hakim atau petugas-
petugas hukum lainnya yang diberi tugasa melaksanakan hukum terhadap peristiwa-peristiwa
hukum yang konkrit. Ada dua jenis penemuan hukum, yaitu heteronom dan otonom. Dalam
penemuan hukum heteronom, hakim mendasarkan pada peraturan-peraturan di luar dirinya:
hakim tidak mandiri, karena harus tunduk dengan undang-undang. Sedangkan pada
penemuan hukum otonom, hakim menyesuaikannya dengan kebutuhan-kebutuhan hukum
menurut apresiasi atau pandangan pribadi. Tidak ada batas yang tajam antara penemuan
hukum yang heteronom dan otonaom. Pada prakteknya, penemuan hukum mengandung dua
unsur tersebut.

Aliran-aliran dalam Penemuan Hukum

Dalam penemuan hukum, terdapat beberapa aliran. Pertama, aliran legisme, yaitu aliran
dalam ilmu pengetahuan dan peradilan yang tidak mengakui hukum di luar undang-undang.
Dalam hal ini, hakim tidaklah menciptakan hukum, tapi hanya menjalankannya terhadap
peristiwa yang konkrit.

Pada abad ke-19, lahirlah di Jerman dua aliran yang lebih lunak dari legisme, yaitu Mazhab
Historis dan Freirechtschule. Menurut pandangan Mazhab Historis, undang-undang tidak
lengkap. Maka, di samping undang-undang, masih ada sumber hukum lain, yaitu kebiasaan.
Selanjutnya, putusan-putusan yang dikeluarkan hakim tidak begitu saja berasal dari undang-
undang maupun asas hukum, tetapi ada unsur penilaian yang memiliki peranan dalam hal
tersebut (Freirechtbewegung).

Metode Penemuan Hukum

Ketentuan undang-undang tidak dapat diterapkan begitu saja secara langsung padsa
peristiwanya. Untuk sapat menerapkan ketentuan undang-undang yang berlaku umum dan
abstrak, ketentuan undang-undang itu harus diberi arti, dijeloaskan atau ditafsirkan dan
disesuaikan dengan peristiwanya.

Interpretasi atau penafsiran merupakan salah satu metode penemuan hukum yang memberi
penjelasan yang gamblang mengenai teks undang-undang agar ruang lingkup kaedah dapat
ditetapkan sehubungan dengan peristiwa tertentu. Dari alasan atau pertimbangan yang sering
digunakan oleh hakim dalam menenukan hukumnya dapat disimpulkam adanya metode
interpretasi menurut bagasa (gramatikal), historis, sistematis, teologis, perbandingan hukum
dan futuristis.

• Interpretasi menurut bahasa

Bahasa merupakan sarana yang penting bagi hukum. Oleh karena itu, hukum terikat pada
bahasa. Metode interpretasi bahasa merupakan cara penafsiran atau penjelasan yang
paling sederhana untuk mengetahui makna ketentuan undang-undang dengan
menguraikannya menurut bahasa, susuanan kata atau bunyinya. Misalnya, kata
menggelapkan dari pasal 41/ KUHP ada kalanya ditafsirkan sebagai menghilangkan.
• Interpretasi teologis atau sosiologis

Interpretasi teologis dipakai apabila makna undang-undang itu ditetapkan berdasarkan


tujuan kemasyarakatan. Di sini, peraturan perundang-undangan disesuaikan dengan
hubungan dan situasi sosial yang baru. Peraturan lama dibuat aktual.

• Interretasi sistematis

Interpretasi sistematis adalah menafsirkan undang-undang sebagai bagian dari


keseluruhan sistem perundang-undangan dengan jalan menghubungkannya dengan
undang-undang lain. Contoh penerapannya, misalnya kalau hendak mengetahui tentang
sifat pengetahuan anak yang dilahirkan di luar pernikahan oleh orang tuanya, tidak cukup
hanya mencari ketentuan dalam BW, tapi juga harus dihubungkan dengan pasal 278
KUHP.

• Interpretasi historis

Makna undang-undang sapat ditafsirkan juga dengan jalan meneliti sejarah terjadinya.
Ada dua macam interpretasi historis, yaitu penafsiran berdasarkan sejarah undang-undang
dan penafsiran berdasarkan sejarah hukum.

Interpretasi menurut sejarah undang-undang mengambil sumbernya dari pembicaraan


dengan DPR, sebagai pembentuk undang-undang. Semuanya itu memberi gambaran
tentang apa yang dikehendaki oleh pembentuk undang-undang.

Metode interpretasi yang hendak memahami undang-undang dalam konteks seluruh


sejarah hukum disebut interpretasi menurut sejarah hukum. Misalnya, undang-undang
kecelakaan hanya dapat dimengerti dengan adanya gambaran sejarah mengenai revolusi
industri dan gerakan emansipasi buruh.

• Interpretasi komparatif

Interpretasi komparatif adalah penafsiran atau penjelasan berdasarkan perbandingan


hukum. Dengan memperbandingkan, hendak dicari kejelasan mengenai suatu ketentuan
unang-undang. Metode ini banyak dipakai dalam hal perjanjian internasional.

• Interpretasi restriktif dan ekstensif


Interpretasi restriktif adalah penjelasan atau penafsiran yang bersifat membatasi.
Misalnya, menurut interpretasi gramatikal ‘tetangga’ menurut asal 666B dapat diartikan
setiap tetangga termasuk seorang penyewa dari pekarangan sebelahnya. Kalau tetangga
ditafsirkan tidak termasuk tetangga penyewa, in9i termasuk interpretasi restriktif.

Dalam penafsiran ekstensif, dilampaui batas-batas yang ditetapkan oelh interpretasi


gramatikal. Sebagai contoh, kata ‘menjual’ dalam pasal 1576 BW ditafsirkan luas, bukan
berarti hanya menyangkut hal jual beli saja, tetapi juga peralihan atau pengasingan.

Di atas telah disebutkan beberapa metode interpretasi. Yang mana yang harus dipilih?
Pemilihan mengenai metode interpretasi merupakan otonomi hakim dalam penemuan
hukum. Metode itu sering digunakan bersama-sama atau campur aduk. Dengan kata lain,
dalam tiap interpretasi penjelasan undang-undang terdapat unsur, gramatikal, historis,
sistematis dan teologis.

Metode Argumentasi

Hakim harus memeriksa dan mengadili setiap perkara termasuk perkara yang tidak ada
peraturannya yang khusus. Di sini hakim menghadapi kekosongan atau ketidaklengkapan
undang-undang. Untuk mengisi kekosongan itu, digunakanlah metode berpikir analogi,
penyempitan hukum dan a contrario.

• Argumentum per analogiam

Dengan metode ini, maka peristiwa yang serupa, mirip, atau sejenis dengan yang diatur
dalam undang-undang diperlakukan sama. Jadi, analogi boleh diadakan bla menghadapi
peristiwa-peristiwa yang analog atau mirip. Gambar di bawah ini akan membantu
pemahaman kita.

PERATURAN KHUSUS
Pasal 1576 BW PERATURAN UMUM

jual beli tidak


memutuskan sewa- Penjualan meliputi setiap
menyewa peralihan
Analogi

Diterapkan terhadap diterapkan terhadap setiap


peristiwa khusus peralihan hibah, warisan,
jual beli dsb

• Penyempitan hukum

Dalam menyempitkan hukum dibentuk pengecualian-pengecualian atau penyimpangan


baru dari peraturan yang bersifat umum. Misalnya, undang-undang tidak menjelaskan
apakah kerugian harus diganti oleh yang bersalah menyebabkan kerugian. Tapi
yurisprudensi menetapkan bahwa kalau ada kesalahan pada yang dirugikan, ia hanya bisa
menuntut sebagian kerugiannya.

• Argumentum a contrario

Metode ini merupakan metode penemuan hukum dengan melihat peristiwa kebalikannya.
Misalnya, pasal 39 PP no.9 tahun 1975 menentukan bahwa waktu tunggu bagi seorang
janda untuk menikah lagi apabila pernikahannya putus karena perceraian adalah 130 hari.
Bagaimanakah bagi seorang duda yang hendak menikah lagi setelah bercerai? Maka,
berlaku kebalikannya, sehingga seorang duda tidak perlu menunggu waktu tertentu
apabila hendak menikah lagi.

Anda mungkin juga menyukai