Kompol
Kompol
Komunikasi Politik
Kajian komunikasi politik bersifat spesifik, karena materi bahasan terarah kepada
topik tertentu yaitu politik dan aspek-aspek yang tercakup di dalamnya.
Secara filosofis kajian komunikasi politik adalah hakikat kehidupan manusia
untuk mempertahankan hidup dalam lingkup berbangsa dan bernegara.Setiap negara akan
selalu berorientasi kepada fungsi primer negara yaitu tujuan negara. Tujuan ini dapat
dicapai apabila terwujud sifat-sifat integratif dari semua unsur penghuni negara.
Dalam kenyataan empiris pengaturan hak-hak berkomunikasi tidak dapat
digeneralisasikan ke dalam satu pola sistem. Dalam kenyataan terdapat empat macam
sistem komunikasi politik, yaitu: sistem otoriter, sistem liberal, sistem komunis dan
konsep tanggung jawab sosial. Pada dasarnya keempat sistem tersebut dapat
dikualifikasikan ke dalam dua polar, yaitu: polar totaliter dan polar demokrasi.
Unsur-unsur komunikasi yang sangat menentukan berhasil tidaknya proses
komunikasi yaitu unsur komunikator karena komunikator dapat mewarnai atau mengubah
arah tujuan komunikasi.
Objek Kajian Komunikasi Politik: Perilaku Penguasa, Pola Keyakinan dan
Pendapat Umum (Public Opinion). Sikap perilaku penguasa (elit berkuasa) memberi
dampak cukup berarti terhadap lalu lintas transformasi pesan-pesan komunikasi baik
yang berada dalam struktur formal, maupun yang berkembang dalam masyarakat.
Elit politik berada dalam struktur kekuasaan dan elit masyarakat. Sebagai elit
berkuasa ia mampu mengendalikan dan menjalankan kontrol politik, sekaligus
mengendalikan sumber-sumber komunikasi.
Kebesaran suatu bangsa bergantung kepada kemampuan rakyat, masyarakat
umum, dan massa untuk menemukan simbol dalam orang pilihan, karena orang pilihlah
yang mampu membimbing massa. Elit terdapat lima macam tipe, yaitu: elit kelas
menengah, elit dinasti, elit kolonial, kaum intelek revolusioner dan pemimpin-pemimpin
nasional.
Pada prinsipnya teori kepemimpinan meliputi empat macam teori, yaitu: Unitary
traits theory, Constellation of traits theory, Situasional theory dan Interaction theory.
Setiap pemimpin dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi, membentuk sikap dan
perilaku khalayak, masyarakat yang mendukung terhadap aktivitas kepemimpinannya.
Paham Marxisme yang dikenal ideologi komunis bukan hanya sebagai sistem
politik, tetapi juga sebagai cerminan gaya hidup yang berdasar nilai-nilai tertentu.
Homophulus yang bersumber pemikiran seseorang tidak mencerminkan sifat-sifat
integratif, terutama bagi negara-negara yang terdiri dari berbagai pola keyakinan.
Dalam masyarakat pluralis lebih mengembangkan nilai-nilai demokrasi, yaitu
mengembangkan dan meningkatkan pertukaran ide, pendapat dan pemikiran-pemikiran
positif. Pendapat umum merupakan unsur kekuatan politik yang memiliki dasar moral
dan selalu cenderung kepada kebenaran dan menghargai nilai-nilai normatif.
Dalam setiap sistem politik selalu terdiri dari dua suasana yaitu suprastruktur
politik dan infrastruktur politik yang saling berpengaruh. Para pemegang fungsi
kekuasaan dikualifikasikan sebagai komunikator politik utama. Aktivitas komunikator
berada dalam ketentuan normatif yang mengarah kepada upaya tercapainya tujuan
negara.
Jalinan fungsional antara lembaga eksekutif dengan lembaga legislatif memberi
dampak tajam terhadap produk-produk komunikasi politik. Kebijaksanaan mengelola
media massa pada pokoknya dapat dikualifikasikan ke dalam dua polar yaitu:
pengelolaan yang berada dalam polar totaliter dan dalam polar demokrasi.
Infrastruktur Komunikasi: Komunikator Politik, Pemuka Pemuka Pendapat (Opinion
Leader) dan Feedback . Kelompok-kelompok infrastruktur merupakan komunikator-
komunikator politik yang berupaya mengembangkan pengaruhnya.
Komunikator infrastruktur yaitu para politisi, kelompok profesi, para aktivis dan
termasuk para pemuka pendapat (opinion leader).
Dalam proses komunikasi feedback merupakan indikator berlanjut tidaknya
proses tersebut. Selain feedback dapat dijadikan tolok ukur tentang sistem politik apa
yang melandasi berlangsungnya proses komunikasi.
Ada tiga macam feedback yaitu:
Feedback berkadar tinggi.
Feedback berkadar rendah.
Feedback berkadar biasa.
Alat Komunikasi Politik: Media Komunikasi, Komunikasi Kontak Langsung,
Jaringan-Jaringan Infrastruktur .Media massa merupakan alat komunikasi politik
berdimensi dua, yaitu bagi pemerintah sebagai alat mentransformasikan kebijaksanaan
politik, dan bagi masyarakat sebagai sarana sosial kontrol.
Dalam peristiwa politik perhatian terhadap media massa akan meningkat. Pada
media massa pers kegiatan politik dapat menggunakan 3 macam rubrik yaitu: news item,
editorial, dan advertising.
Komunikasi kontak langsung dan komunikasi melalui media massa, masing-
masing memiliki kelebihan.Sebelum perundingan resmi berlangsung biasa dilakukan
lobbying oleh para lobbyist atau spokes person sebagai pelicin jalan.
Pranata-pranata infrastruktur berfungsi sebagai penyebar luas pesan-pesan
komunikasi menurut lingkup garapan. Demikian pula forum-forum yang ada dalam
infrastruktur berfungsi sebagai pelipat ganda pesan-pesan komunikasi.
KOMUNIKASI POLITIK DAN KARAKTERISTIKNYA: PERILAKU
POLITIK, PERILAKU KEBERSAMAAN (COLLECTIVE BEHAVIOR) DAN
DEMOKRASI SEBAGAI SUATU SIKAP
Perilaku Politik : Sikap Politik, Budaya Politik dan Orientasi Berpikir Politik.
Kegiatan komunis erat kaitannya dengan tingkah laku manusia, karena dapat dipastikan
bahwa komunikasi merupakan aktivitas manusia, dengan sikap, tingkah laku yang
melekat pada dirinya.
politik merupakan cerminan dari budaya politik. Perilaku politik memperlihatkan
keteraturan dan memberikan gambaran dinamis tentang dinamika hidup bernegara.Sikap
bersifat selektif dan rasional, di dalam mengubah sikap memerlukan waktu relatif lama.
Empat komponen untuk mengubah perilaku (behavior) yaitu kecukupan
informasi, kemampuan daya nalar, pengendalian diri serta keterampilan dan dinamika
yang cukup efektif.
Pandangan terhadap ideologi tidak selamanya sama, di antaranya berpendapat
bahwa ideologi merupakan produk perjuangan yang dilandasi nilai pikir bersifat
emosional.
Beberapa faktor yang mempengaruhi orientasi berpikir seseorang, yaitu:
Lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan. lingkungan pergaulan dan sistem
kekuasaan.
Pembentukan pola orientasi berpikir dikualifikasikan ke dalam pola protektif dan
pola pluralistik. Atau dapat dikualifikasikan ke dalam sistem totaliter komunis dan sistem
demokrasi. Perilaku Kebersamaan (Collective Behavior) : Komunikasi Politik, Dampak
Situasi Politik .
Peristiwa politik pada hakikatnya merupakan produk berpikir dan produk perilaku
individu-individu baik sebagai pemegang kekuasaan maupun sebagai masyarakat.
Tingkah laku manusia dikualifikasi ke dalam tiga bentuk yaitu: tingkah laku
nonsosial, tingkah laku sosial dan tingkah laku kebersamaan. Gejala perilaku
kebersamaan memberi warna dominan terhadap situasi politik, karena dapat
dimanfaatkan untuk maksud-maksud tertentu.
Beberapa elemen perilaku kebersamaan, yaitu: milling, circular reaction,
collective excitement dan social contagion. Bentuk yang paling intensif yaitu social
contagion. Massa merupakan unsur masyarakat yang memberi saham dalam pemilihan
penguasa, dan wakil-wakil rakyat. Massa setia dan jinak kepada komunikatornya.
Massa menurut sifatnya terdapat dua macam yaitu di dalamnya yang terdiri orang baik
dan di dalamnya terdiri orang jahat.
Dalam situasi politik negara yang tidak menentu maka dalam masyarakat akan
muncul kegiatan-kegiatan seperti gosip, rumor, fads, booms, rush dan crazes.
Demokrasi Sebagai Suatu Sikap Atau Sebagai suatu Sistem Keyakinan
Demokrasi adalah proses diskusi untuk mengembangkan pertukaran pendapat,
ide, pandangan.Demokrasi sebagai suatu pilihan yang paling disenangi di dalam terapan
suatu sistem.
Pada negara-negara penganut sistem demokrasi maka hak-hak asasi manusia
mendapat tempat terhormat.Transaksi-transaksi komunikasi berkembang dalam frekuensi
tinggi, karena setiap individu manusia mempunyai hak yang sama dalam berkomunikasi.
Komunikasi politik sebagai unsur dinamis berfungsi membentuk sikap dan perilaku
yang terintegrasi ke dalam sistem politik.Sikap perilaku itu diarahkan kepada upaya
mempertahankan dan melestarikan sistem nilai.
Sosialisasi politik merupakan pula unsur dinamis berfungsi untuk mempersiapkan
unsur dinamis yang ada pada diri manusia untuk menerima sistem nilai yang sedang
berlangsung dan sekaligus melestarikannya.
Sosialisasi politik dilakukan secara bertahap yaitu dimulai dari sejak kecil sampai
individu-individu menginjak dewasa. Sosialisasi ini terdapat dua tipe yaitu tipe terikat
dan tipe bebas. Sosialisasi politik dapat dilihat dari beberapa dimensi di antaranya,
dimensi psikologis, ideologis dan dimensi normatif.
Pendidikan Politik : Transformasi Nilai-nilai, Interpretasi Simbol-simbol Kekuasaan,
Menginterpretasikan simbol-simbol Kebenaran dan Keadilan. Pendidikan sebagai suatu
aktivitas mempengaruhi, mengubah, dan membentuk sikap dan perilaku berdasar nilai-
nilai yang telah dianggap benar dan memberi manfaat bagi kehidupan umat
manusia.Pewarisan nilai-nilai hanyalah dapat dialihkan melalui pendidikan dalam arti
luas, baik secara formal maupun nonformal.
Pendidikan politik merupakan proses penguasaan simbol-simbol yang
diinterpretasikan ke dalam simbol-simbol pribadi. Pemahaman terhadap bekerjanya
fungsi-fungsi kekuasaan dan perilaku penguasa merupakan tolok ukur untuk melakukan
upaya pelestarian sistem politik.
Interpretasi simbol-simbol kekuasaan, kebenaran dan keadilan sebagai proses
encoding dan decoding dalam upaya pelestarian sistem nilai.
Transformasi nilai-nilai dan sikap perilaku politik hanyalah akan berlangsung apabila
tidak ingkar dari norma-norma yang berlaku
Konfigurasi Politik : Menyamakan Wawasan, Integritas Kepentingan, Stabilitas
Politik . Terwujudnya wawasan kebangsaan biasanya berakar pada akar budaya. Pada
masyarakat pluralis untuk mewujudkan wawasan kebangsaan membutuhkan upaya
menginterpretasikan dari simbol-simbol pluralis ke simbol-simbol pola keyakinan yang
diakui bersama.
Wawasan kebangsaan muncul melalui proses diskusi proses adu argumentasi
secara sadar, sifat toleransi dan loyalitas optimal menempatkan negara sebagai pemberi
naungan terhadap seluruh kelompok ideologi.
Sifat-sifat integratif mendorong individu untuk berperan aktif dalam memajukan
negaranya. Keragaman simbol-simbol politik akan menyulitkan usaha integratif.
Konfigurasi politik dalam bentuk sederhana akan sangat membantu di dalam upaya
mengintegrasikan seluruh unsur negara.
Ukuran pembangunan politik akan terdiri dari penciptaan serangkaian lembaga-
lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga lainnya.