Anda di halaman 1dari 4

Imam Hambali

Imam Hambali bernama Ahmad bin Muhammad bin Hambal, lahir di Baghdad pada tahun 780-
855 M. Beliau dibesarkan oleh ibunya lantaran sang ayah meninggal di masa mudanya, pada usia
16 tahun, keinginannya yang besar membuatnya belajar Al Qur’an dan ilmu ilmu agama lainya
kepada ulama ulama yang ada di Baghdad, dan setiap kali mendengar ada ulama terkenal di
suatu tempat, beliau rela menempuh perjalanan jauh dan waktu yang cukup lama untuk menimba
ilmu dari sang ulama, beliau mengunjungi para ulama terkenal di berbagai tempat, seperti
Bashrah, Syam, Kufa, Yaman, Mekkah dan Madinah, beberapa gurunya antara lain : Hammad
bin Khalid, Ismail bin Aliyah, Muzaffar bin Mudrik, Walin bin Muslim dan Musa bin thariq.
Kecintaanya terhadap ilmulah yang membuat beliau tidak menikah di usia muda, nanti di usia 40
tahun barulah beliau menikah.

Kepandaian Imam hambali dalam ilmu hadis tak diragukan lagi, menurut putra sulungnya
Abdullah bin Ahmad bahwa Imam hambali telah hafal 700.000 hadis di luar kepala. Hadis
sebanyak itu kemudian diseleksinya secara ketat dan ditulis kembali dalam kitabnya Al Musnad
berjumlah 40.000 hadis berdasarkan susunan nama nama sahabat yang meriwayatkan. Dengan
kemampuan dan kepandaiannya, mengundang banyak tokoh ulama yang berguru kepadanya
yang melahirkan banyak ulama dan pewaris hadis terkenal semisal Imam bukhari, Imam Muslim
dan Imam Abu Daud.

Menurut Ibnu Al Qayyim, ada lima landasan pokok yang dijadikan dasar penetapan hukum dan
fatwa dalam mazhab hambali yaitu :
1. Al Quran dan Sunnah, jika ada nashnya dalam Al Quran dan hadis maka tidak berpaling pada
sumber lainnya.
2. Fatwa Sahabat yang terkenal dan tak ada yang menentangnya.
3. jika para sahabt berbeda pendapat, maka beliau akan memilih pendapat yang dinilainya lebih
sesuai dan mendekati Al Quran dan Sunnah, namun jika perbedaan pendapat tersebut tidak ada
kesesuaiannya dengan Al Quran maupun Sunnah maka beliau mengambil sikap diam atau
meriwayatkan kedua duanya.
4. Mengambil hadis Mursal (sanadnya tidak disebutkan perawinya) dan hadis Dhaif (lemah),
dalam hal ini hadis dhaif lebih didahulukan dari pada Qiyas.
5. Qiyas, digunakan bila tidak ditemukan dasar hukumnya dari keempat sumber di atas.

Hasil karaya Imam hambali yang paling terkenal adalah Musnad Ahmad bin Hambal dan buku
buku karangan lainnya, seperti,Tafsir Al Quran, Annasikh Walmansukh, AlTarikh, Jawab Al
quran, Taat Arrasul dan Al Wara’.

Nama : Zulvita Isti P

Kelas : XI Ap2

No : 38
Al-Farabi

Sebutan Al-Farabi berasal dari kota Farab. Nama lengkap Al-Farabi : Abu Nashr Muhammad
Ibnu Muhammad Ibnu Tharkhan Al-Farabi. Al-Farabi pernah tinggal di Baghdad selama 20
tahun, belajar pada Bishr Matta Ibnu Yunus dan Juhana Ibnu Haylam, kemudian ia pindah ke
Aleppo untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan filsafat dan juga mengarang .
Al-Farabi adalah seorang filosof muslim dalam arti yang sebenarnya. Ia telah menciptakan
sistem filsafat yang relatif lengkap, dan telah memainkan peranan penting dalam perkembangan
pemikiran filsafat di dunia Islam. Ia menjadi anutan/guru dari filosof-filosof Islam sesudahnya,
seperti Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd .
Al-Farabi terkenal sebagai filosof sinkretisme yang mempercayai filsafat. Al-Farabi berusaha
meemadukan beberapa aliran filsafat yang berkembang sebelumnya, terutama pemikiran plato
dan plotinus, juga antara agama dan filsafat . Usaha Al-Farabi diperluas lagi, bukan hanya
mempertemukan aneka aliran filsafat yang bermacam-macam, tapi ia berkeyakinan bahwa
aliran-aliran tersebut pada hakikatnya satu, meskipun berbeda-beda corak dan macamnya .
Menurutnya, tujuan filsafat itu memikirkan kebenaran, karena kebenaran itu hanya ada satu,
tidak ada yang lain .
Al-Farabi berkeyakinan bahwa agama dan filsafat tidak bertentangan, justru sama-sama
membawa kebenaran . Hal ini terbukti dengan karangannya yang berjudul Al-Jami’ Baina
Ra’yani Al-Hakimain dengan maksud mempertemukan pikiran-pikiran plato dengan Aristoteles.
Kendatipun begitu, Al-Farabi juga mempertemukan hasil-hasil pemikiran filsafat dengan wahyu
dengan bersenjatakan ta’wil (interpretasi batini) . Al-Farabi umumnya dianggap sebagai pendiri
dan seorang wakil paling terkemuka aliran utama filsafat Islam, yaitu aliran Masysyai
(Peripaterik) filosof-keilmuan. Tidak heran jika ia mendapat gelar Al-Mu’alim Al-Tsani .
Al-Farabi adalah orang pertama yang memberikan uraian sistematik terhadap hirearki wujud
dalam kerangka hirearki intelegensi dan jiwa serta pemancaran (faidh)-nya dari Tuhan. Al-Farabi
membagi wujud menjadi tiga jenis berdasarkan jumlah sebabnya. Pertama, wujud keberadaannya
sama sekali tidak memiliki sebab. Al-Farabi menyebut wujud ini sebagai wujud pertama atau
sebab pertama yang merupakan prinsip tertinggi eksistensi setiap wujud lainnya. Tentang prinsip
tertinggi ini hanya terbatas pada pengetahuan tentang hal itu dan bukan prinsip-prinsip
wujudnya. Kedua, wujud yang memiliki keempat sebab Aristetolian: material, formal, efisien,
dan final. Jenis kedua ini mengacu kepada genus-genus benda terindra, termasuk benda langit.
Ketiga, wujud yang sepenuhnya immaterial - yang lain daripada wujud benda di dalam atau
menempati benda-benda . Atas dasar tiga skema klasifikasi wujud di atas, maka pembahasan
makalah ini mengecil pada basis ontologis yang khas Faribian

Nama : Pipit Eka P

Kelas : XI Ap2

No : 22
Imam Syafi’i

Abū ʿAbdullāh Muhammad bin Idrīs al-Shafiʿī atau Muhammad bin Idris asy-Syafi`i (bahasa
Arab: yang akrab dipanggil Imam Syafi'i (Gaza, Palestina, 150 H / 767 - Fusthat, Mesir 204H /
819M) adalah seorang mufti besar Sunni Islam dan juga pendiri mazhab Syafi'i. Imam Syafi'i
juga tergolong kerabat dari Rasulullah, ia termasuk dalam Bani Muththalib, yaitu keturunan dari
al-Muththalib, saudara dari Hasyim, yang merupakan kakek Muhammad. Saat usia 20 tahun,
Imam Syafi'i pergi ke Madinah untuk berguru kepada ulama besar saat itu, Imam Malik. Dua
tahun kemudian, ia juga pergi ke Irak, untuk berguru pada murid-murid Imam Hanafi di sana.
Imam Syafi`i mempunyai dua dasar berbeda untuk Mazhab Syafi'i. Yang pertama namanya
Qaulun Qadim dan Qaulun Jadid.

Kelahiran

Kebanyakan ahli sejarah berpendapat bahwa Imam Syafi'i lahir di Gaza, Palestina, namun
diantara pendapat ini terdapat pula yang menyatakan bahwa dia lahir di Asqalan; sebuah kota
yang berjarak sekitar tiga farsakh dari Gaza. Menurut para ahli sejarah pula, Imam Syafi'i lahir
pada tahun 150 H, yang mana pada tahun ini wafat pula seorang ulama besar Sunni yang
bernama Imam Abu Hanifah.

Nama : Meilani Nur P.

Kelas : XI Ap2

No : 18
Al-Kindi

Al-Kindi adalah salah satu dari 12 pemikir terbesar di abad pertengahan,” cetus sarjana Italia era
Renaissance, Geralomo Cardano (1501-1575). Di mata sejarawan Ibnu Al-Nadim, Al-Kindi
merupakan manusia terbaik pada zamannya. Ia menguasai beragam ilmu pengetahuan. Dunia
pun mendapuknya sebagai filosof Arab yang paling tangguh. Ilmuwan kelahiran Kufah, 185
H/801 M itu bernama lengkap Abu Yusuf Ya’qub bin Ishak bin Sabah bin Imran bin Ismail bin
Muhammad bin Al-Asy’ats bin Qais Al-Kindi. Ia berasal dari sebuah keluarga pejabat.

Filsafat Al-Kindi

Bagi Al-Kindi, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mulia. Filsafatnya tentang keesaan Tuhan
selain didasarkan pada wahyu juga proposisi filosofis. Menurut dia, Tuhan tak mempunyai
hakikat, baik hakikat secara juz’iyah atau aniyah (sebagian) maupun hakikat kulliyyah atau
mahiyah (keseluruhan).

Dalam pandangan filsafat Al-Kindi, Tuhan tidak merupakan genus atau species. Tuhan adalah
Pencipta. Tuhan adalah yang Benar Pertama (al-Haqq al-Awwal) dan Yang Benar Tunggal. AL-
Kindi juga menolak pendapat yang menganggap sifat-sifat Tuhan itu berdiri sendiri. Tuhan
haruslah merupakan keesaan mutlak. Bukan keesaan metaforis yang hanya berlaku pada obyek-
obyek yang dapat ditangkap indera.

Menurut Al-Kindi, Tuhan tidak memiliki sifat-sifat dan atribut-atribut lain yang terpisah dengan-
Nya, tetapi sifat-sifat dan atribut-atribut tersebut haruslah tak terpisahkan dengan Zat-Nya. Jiwa
atau roh adalah salah satu pembahasan Al-Kindi. Ia juga merupakan filosof Muslim pertama
yang membahas hakikat roh secara terperinci.

Al-Kindi membagi roh atau jiwa ke dalam tiga daya, yakni daya nafsu, daya pemarah, dan daya
berpikir. Menurutnya, daya yang paling penting adalah daya berpikir, karena bisa mengangkat
eksistensi manusia ke derajat yang lebih tinggi.

Al-Kindi juga membagi akal mejadi tiga, yakni akal yang bersifat potensial, akal yang telah
keluar dari sifat potensial menjadi aktual, dan akal yang telah mencapai tingkat kedua dari
aktualitas.

Akal yang bersifat potensial, papar Al-Kindi, tak bisa mempunyai sifat aktual, jika tak ada
kekuatan yang menggerakkannya dari luar. Oleh karena itu, menurut Al-Kindi, masih ada satu
macam akal lagi, yakni akal yang selamanya dalam aktualitas.

Nama : Apriliya F.A

Kelas : XI Ap2

No : 05

Anda mungkin juga menyukai