Anda di halaman 1dari 16

Paper Kelompok Seminar Pasar Modal

“Upaya Meningkatkan Likuiditas Pasar Modal”

Disusun oleh Kelompok 4 Kelas IX-C:


1. Astriani Saputri 08460004718
2. Dino Yudha Anindita 08460004631
3. Muhammad Sidik 08460004606
4. Rahmat Priyandoko 08460004613

Program Diploma IV Akuntansi Pemerintahan


Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
2009
BAB I
LATAR BELAKANG

1. Pengertian Likuiditas

Untuk memahami apa itu likuiditas dalam disertasinya Rico von Wyss (2004) mencoba
menjelaskannya dalam kerangka ilmu ekonomi. Menurutnya tidak mudah untuk
mendefinisikan dan mendapatkan pengertian yang memadai tentang likuiditas. Biasanya
pendefinisian likuiditas dilakukan dengan suatu kalimat singkat seperti yang dikemukakan
Shen dan Starr (2002, hal 1):

“Liquidity in a financial market –the ability to absorb smoothly the flow of buying and
selling orders-…”

Terjemahan bebas dari kalimat di atas adalah sebagai berikut: Likuiditas pasar finansial
adalah kemampuan untuk menyerap secara baik, aliran permintaan pembelian dan penjualan.
Menurut Von Wyss (2004) kalimat ini tidak mampu menjelaskan secara utuh fenomena
likuiditas karena likuiditas bukanlah variabel satu dimensi melainkan melibatkan beberapa
dimensi lain (Brunner,1994). Dalam periode awal penelitian mengenai likuiditas banyak yang
berfokus pada keunikan persebaran dalam memahami likuiditas ini. Lee, Mucklow, dan
Ready (2003) menekankan pentingnya memasukan dimensi kuantitas kedalaman (depth) ke
dimensi persebaran (spread) harga. Berikut beberapa dimensi yang biasanya terdapat di
dalam likuiditas:

1. Trading time, yaitu kemampuan untuk mengeksekusi/ melaksanakan transaksi secara


segera pada harga saat ini. Waktu menunggu diantara perdagangan selanjutnya atau
sebaliknya, jumlah perdagangan per unit waktu diukur untuk waktu perdagangan.
2. Tighness, yaitu tingkat kemampuan untuk membeli dan menjual suatu aset pada harga
yang sama di waktu yang bersamaan. Tighness ditunjukkan secara jelas dengan biaya
yang terkait dengan transaksi atau biaya perantara (immediacy cost). Pengukuran dari
tighness adalah versi berbeda dalam spread.
3. Depth, adalah kemampuan untuk menjual dan membeli jumlah tertentu dari suatu aset
tanpa mempengaruhi pada quoted price. Tanda dari ilikuiditas adalah pengaruh pasar
yang adverse bagi investor saat trading. Market Depth dapat diukur dengan rasio
pemesanan, volume perdagangan atau flow ratio.

1
4. Resiliency, yaitu kemampuan untuk menjual dan membeli sejumlah tertentu aset dengan
sedikit pengaruh pada quoted price. Perbedaan mendasar antara depth dan resiliency
adalah kalau depth hanya memperhatikan volume pada saat best bid dan ask price,
sementara itu dimensi resiliency mengambil elastisitas dari permintaan dan penawaran.
Aspek likuiditas seperti ini dapat digambarkan oleh intraday returns, rasio varian, dan
rasio likuditas.

Istilah di dalam atribut likuiditas di atas tidak selalu memiliki kesamaan diantara para ahli.
Baker (1996) misalnya menghubungkan “depth” dengan ukuran persebaran, dimana selain
depth dimasukan dalam suatu aspek yang disebut”breadth”.

2. Beberapa ilustrasi mengenai likuiditas

Pada gambar 1 ditunjukkan gambaran dari limit order book. Pada sumbu x terdapat jumlah
permintaan (ask) dan jumlah penawaran (bid) melebar secara ke arah kanan dan kiri. Volume
keduanya mungkin berbeda dan jumlah keduanya dijadikan ukuran market depth. Pada
sumbu y menunjukan tingkat harga, dimana terdapat dua harga yaitu harga penawaran (bid
price) dan harga permintaan (ask price) saham yang diminta. Harga yang terbentuk nantinya
mungkin dapat berada pada harga penawaran ataupun harga permintaan dan dalam kondisi
tertentu berada pada kisaran harga tersebut. Perbedaan antara harga penawaran dan
permintaan adalah ukuran dari tighness tetapi hal ini diekspresikan dengan hal yang berbeda.
Pada dimensi horizontal adalah depth dan selanjutnya elastisitas dari kurva permintaan dan
penawaran menghasilkan dimensi resiliency.

Gambar 1 beberapa aspek likuiditas di limit order book (Ranaldo, 2001, hal 312)

2
Gambar 2 Permintaan dan penawaran pada limit order book (Ranaldo, 2001, hal 312)

Selanjutnya pada gambar 2 ditunjukan klarifikasi bagaimana permintaan dan penawaran


nantinya akan membentuk harga. Sementara gambar 3 memberikan penjelasan yang sama
seperti gambar 1 dan 2 dengan memberi tamhanan dimensi waktu. Garis tebal menunjukkan
order book awal.

Gambar 3 Perkembangan dari waktu ke waktu limit order book (Ranaldo, 2001, hal 312)

Pada gambar 3 ini dapat terlihat juga perkembangan order book dari waktu ke waktu dan
jalur kemungkinan harga permintaan dan penawaran sesuai dengan volume mereka (depth).

3
Dari aspek-aspek di atas dapat dilakukan pengelompokan untuk melihat tingkatan likuiditas:
1. Ability to trade at all. Tingkatan pertama dari likuiditas sudah jelas: Jika tidak ada
likuiditas di pasar maka tidak ada perdaganagn. Pada pasar yang likuid terdapat
setidaknya satu penawaran dan satu permintaan.
2. Kemampuan untuk jual-beli dengan sedikit pengaruh ke harga.
3. Kemampuan untuk jual beli tanpa pengaruh ke harga
4. Kemampuan untuk jual-beli pada harga yang sama bersamaan
5. Kemampuan melaksankan suatu transaksi segera.

Gambar 4 Tingkatan Likuiditas (Ranaldo, 2001, hal 312)

3. Pengukuran Likuiditas

Dalam kerangka konseptual dikenal 2 (dua) cara untuk mengukur tingkat likuiditas yaitu
pengukuran dengan satu dimensi dan pengukuran dengan multidimensi. Pengukuran dengan
satu dimensi hanya melihat satu variabel saja dalam prosesnya, sementara pengukuran multi
dimensi mencoba mengabungkan beberapa variabel berbeda ke dalam satu ukuran.

a. Pengukuran likuiditas satu dimensi


Pengukuran jenis ini memiliki beberapa jenis yaitu:
1. Pengukuran dengan menggunakan ukuran perusahaan
2. Jumlah perdagangan (Volume yang diperdagangkan)
3. Waktu jeda antar transaksi
4. Spread

4
b. Pengukuran likuiditas multi dimensi

Pada dasarnya pengukuran ini mencoba menggabungkan beberapa pengukuran likuiditas satu
dimensi. Dapat dikatakan pengukuran ini merupakan kombinasi dari pengukuran likuiditas
satu dimensi.

4. Pentingnya likuiditas dalam pasar modal

Terdapat beberapa alasan mengapa likuditas harus diperhatikan di dalam perkembangan pasar
modal diantaranya:

1. Untuk dapat berperan dengan optimal dalam menunjang pertumbuhan ekonomi, pasar
modal haruslah likuid. Pada umumnya investor enggan melakukan komitmen investasi
berjangka panjang, dan lebih merasa aman dengan investasi berjangka lebih pendek.
Pasar modal yang likuid dapat mengurangi keengganan melakukan investasi dalam
proyek berjangka panjang karena investor dapat menjual saham/obligasi yang dimilikinya
(karena kebutuhan dana yang mendesak, misalnya) dengan mudah. (Kompas, 24 agustus
2004, Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute,)

2. Di samping itu, pasar modal (saham dan obligasi) yang likuid memberi kemudahan
kepada investor untuk melakukan investasi pada instrumen-instrumen dengan risiko dan
imbal hasil (return) yang lebih bervariasi. Dengan kata lain, investor dapat melakukan
diversifikasi/alokasi aset dengan lebih baik. Sementara itu, dunia usaha dapat
memperoleh akses yang permanen ke dana jangka panjang dengan melalui penerbitan
saham ataupun obligasi. Dengan demikian, suatu bursa saham yang likuid akan dapat
membantu dunia usaha untuk pembiayaan proyek berjangka panjang yang memberikan
return lebih tinggi. Kegiatan investasi ini pada akhirnya akan berdampak positif bagi
pertumbuhan ekonomi. (Kompas, 24 agustus 2004, Purbaya Yudhi Sadewa Senior
Economist Danareksa Research Institute, )

3. Fungsinya sebagai sumber alternatif pembiayaan bagi dunia usaha di negara mereka
(ekonom membuktikan indikator yang menunjukkan daya dukung pasar modal terhadap
pertumbuhan ekonomi adalah tingkat likuiditas, sementara volatilitas atau indikator lain
tak besar pengaruhnya. Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research
Institute.

5
5. Likuiditas di Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia merupakan salah satu pasar modal yang sedang berkembang.
Pertumbuhan bursa efek dianggap menjadi semakin cepat, terutama sejak dilakukan
sistim otomasi perdagangan pada tanggal 25 Mei 1995. Likuiditas termasuk di dalam
salahsatu variabel pengukuran kinerja perdagangan BEI. Beberapa indikator perdagangan
seperti nilai, volume dan frekuensi transaksi menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa.
Pada tahun 2007, rata-rata nilai transaksi telah mencapai angka di atas Rp 4,3 triliun per hari.
Bahkan pada tahun 2008, sampai dengan semester pertama, rata-rata nilai transaksi harian
meningkat menjadiRp 5,6 triliun.

Meskipun pada Semester II, terjadi penurunan karena ada krisis “subprime”di Amerika yang
mempengaruhi semua bursa di dunia tidak terkecuali Indonesia, akan tetapi rata- rata nilai
transaksi pada tahun 2008 masih lebih tinggi dari tahun 2007 yaitu sebesar Rp 4,5 triliun.
Angka-angka tersebut meningkat luar biasa jika dibandingkan dengan awal-awal
swastanisasi bursa efek atau sebelum diberlakukan otomasi perdagangan. Pada
tahun 1994, rata-rata nilai transaksi hanya sebesar Rp 104 miliar per hari. Hal ini berarti
dalam kurun waktu 14 tahun rata- rata nilai transaksi harian telah meningkat sebesar lebih
kurang 4.000%.

Tabel 1: Perkembangan PT Bursa Efek Indonesia 1994-2008


Sumber: Buku Pedoman Indeks 2008 (BEI)
6
Selain itu dalam beberapa indeksnya BEI melakukan pengukuran likuiditas tersendiri.
Misalnya pada PEFINDO25 SME Index, BEI menghitung parameter likuiditas dihitung
berdasarkan jumlah saham publik (floating shares), volume transaksi, frekuensi jumlah hari
perdagangan dan nilai transaksi selama periode penilaian.

7
BAB II
UPAYA-UPAYA MENINGKATKAN LIKUIDITAS PASAR

Pada bab ini akan dibahas upaya-upaya dari pihak bursa maupun pemerintah untuk
meningkatkan likuiditas pasar. Ada beberapa upaya yang dapat dilaksanakan untuk
menjadikan suatu pasar menjadi lebih likuid, diantaranya dengan :

1. Pemberian insentif pajak;


2. Penerbitan aturan dual listing;
3. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah yang mendukung terciptanya bursa
saham yang lebih likuid dan lebih menarik bagi investor;
4. Peningkatan integritas pasar modal;
5. Memperluas basis investor lokal;
6. Masuknya BUMN ke pasar modal akan mampu mendongkrak tingkat likuiditas pasar
modal.
1. Pemberian Insentif Pajak.

Pemberian insentif pajak dipandang dapat meningkatkan likuiditas pasar, dengan adanya
insentif pajak dari pemerintah bagi perusahaan yang menjual saham maupun pihak-pihak
yang bertransaksi akan menarik mereka untuk bertransaksi dibursa.

Contoh di Indonesia :

Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah RI Nomor 81


Tahun 2007 Tentang Penurunan Tarif Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Badan Dalam
Negeri Yang Berbentuk Perseroan Terbuka.

Didalam PP tersebut ada beberapa klausul yang diharapkan mendorong likuiditas pasar
adalah :

 Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka dapat
memperoleh penurunan tarif Pajak Penghasilan sebesar 5% (lima persen) lebih rendah
dari tarif tertinggi;
 Penurunan Tarif Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud diberikan kepada Wajib
Pajak Badan Dalam Negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka apabila jumlah
kepemilikan saham publiknya 40% (empat puluh persen) atau lebih dari keseluruhan

8
saham yang disetor dan saham tersebut dimiliki paling sedikit oleh 300 (tiga ratus)
Pihak.
 Masing-masing Pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya boleh memiliki
saham kurang dari 5% (lima persen) dari keseluruhan saham yang disetor.”

Fasilitas ini merupakan usaha pemerintah untuk meningkatkan likuiditas pasar dengan
pendekatan dari sisi peningkatan penawarannya (supply). Pemberian fasilitas ini dapat
meningkatkan peranan pasar modal yaitu dengan mendorong perusahaan menjadi
perseroan terbuka dan meningkatkan kepemilikan publik sehingga peningkatan likuiditas
pasar modal. Fasilitas ini diharapkan mendorong Perusahaan public untuk melisting
sahamnya dibursa saham, dengan tersedianya perusahaan-perusahaan go public yang
menjual sahamnya maka diharapkan tersedianya order jual yang berkualitas dan memadai.

Sebagaimana yang kita ketahui, likuiditas pasar menghendaki adanya order jual dan order
beli dalam jumlah yang sesuai. Sehingga dengan adanya insentif tersebut jumlah
perusahaan yang masuk bursa menjadi memadai, dan adanya batasan kepemilikan saham
(masing-masing maksimal 5%) diharapkan akan mendorong terjadinya efektivitas pasar
sehingga menjadikan pasar lebih likuid.

Fasilitas pajak untuk mendorong tercapainya likuiditas pasar juga dapat dilaksanakan
dengan cara-cara lain, misalnya penurunan tarif pajak penghasilan atas transaksi saham,
ataupun dengan penurunan pengenaan pajak atas deviden.

2. Penerbitan Aturan Dual Listing.

Apakah dual listing itu?


Sebuah perusahaan melisting sahamnya pada lebih dari satu bursa dengan tujuan
meningkatkan likuiditas sahamnya dan memberi kesempatan lebih banyak bagi investor
untuk memilih bursa mana yang untuk bertransaksi.
Manfaat dual listing :
a. Bagi penjual :
 meningkatkan likuiditas saham
 tercapai harga saham yang efisien
 memperkuat basis investor
 reputasi

9
b. Bagi pembeli :
 tercapai harga saham yang efisien
 mendapatkan produk yang berkualitas

Mengapa dual listing dapat meningkatkan likuiditas pasar?

Pencatatan efek di dua bursa (dual listing) diharapkan akan memarakkan pasar domestik.
Dengan masuknya perusahaan luar negeri yang menduallistingkan sahamnya ke bursa
Indonesia, maka jumlah penjual yang masuk dalam bursa menjadi meningkat.

Dari sisi calon pembeli adanya perusahaan luar negeri yang menduallistingkan sahamnya
ke Indonesia maupun perusahaan Indonesia yang mendualistingkan sahamnya ke luar
negeri akan menjadi sangat menarik, karena persyaratan suatu perusahaan untuk dual
listing sangat ketat, sehingga pembeli akan menganggap efek yang dijual oleh
perusahaan yang duallisting menjadi lebih aman bagi mereka. Pelaku pasar makin
banyak pilihan sahan dari beberapa emiten asing. Hal ini meningkatkan likuiditas pasar
saham domestik.

3. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah yang mendukung terciptanya bursa


saham yang lebih likuid dan lebih menarik bagi investor.

Pemerintah harus mendorong terciptanya praktik bisnis yang transparan dan adanya
keterbukaan informasi. Misalnya, meningkatkan transparansi dari produk-produk yang
dihasilkan perusahaan sekuritas maupun lembaga asuransi. Hal ini sesuai dengan salah
satu tujuan utama dari regulasi dalam pasar modal yaitu mencipatakan pasar yang wajar,
efisien, dan transparan.

Hal ini dikarenakan transparansi berarti adanya keterbukaan informasi, tidak ada
informasi yang ditutup-tutupi sehingga para pelaku pasar memperoleh informasi yang
cukup mengenai kondisi perusahaan, maupun informasi yang lainnya. Weston dan
Copeland (1984) menyatakan bahwa pasar modal efisien adalah ”A security market is
said to be efficient if the price instantaneously and fully reflects all relevant available
information”. Jones (1996) “A market in which the price of securities fully reflect all
know information quickly and accurately”. Hartono (2000) menerangkan bahwa Fama
(1970) mendefinisikan pasar yang efisien sebagai: Suatu pasar sekuritas dikatakan efisien

10
jika harga-harga sekuritas “mencerminkan secara penuh” informasi yang tersedia (a
security market is efficient if security prices “fully reflect” the information available).
Definisi dari Fama ini menekankan pada dua aspek, yaitu ”fully reflect” dan
“information available.” Pengertiannya adalah jika harga dari sekuritas secara akurat
mencerminkan informasi yang ada dan dengan menggunakan informasi yang tersedia,
investor-investor secara akurat dapat mengekspektasi harga dari sekuritas bersangkutan.

Seperti yang kita ketahui ketersediaan informasi terkait erat dengan keputusan untuk
berinvestasi . Seperti yang dikemukakan Ray Vicker (1991) dalam The Informed Investor
yaitu bahwa:
1. Imbal balik (return) dari investasi yang anda pilih sangat tergantung dari informasi
yang anda miliki dan cara anda menyikapinya
2. Dalam berinvestasi, anda berhadapan dengan “kemungkinan”, bukan “kepastian”
3. Semakin banyak informasi yang anda miliki, semakin besar kemungkinan anda
memperoleh return tinggi sesuai ekspektasi.

Jadi, dengan praktek bisnis yang transparan dan adanya keterbukaan informasi,
diharapkan para investor terlindungi dari informasi yang menyesatkan, manipulasi pasar,
dan praktek transaksi efek curang lainnya seperti insider trading sehingga mendorong
investor untuk berinvestasi di pasar modal tanpa rasa takut, hal ini secara tidak langsung
akan mendorong tingkat likuiditas pasar.

4. Peningkatan integritas pasar modal

Di samping itu, pemerintah harus juga meningkatkan integritas dari pasar modal.
Misalnya, dengan mendorong terciptanya tata kelola perusahaan (good corporate
governance) yang baik.

Salah satu kebijakan regulasi BAPEPAM-LK untuk melindungi investor dari praktek
curang adalah dengan mewajibkan perusahaan untuk menerapkan prinsip Good Coporate
Governance. Sehingga timbul kepercayaan masyarakat untuk menyalurkan kelebihan
dana yang dimiliki ke pasar modal dengan membeli saham emiten yang berprestasi baik
dan memiliki pengelolaan yang baik.

Jika banyak emiten yang dikelola berdasarkan prinsip good corporate governance maka
masyarakat tidak akan ragu atau khawatir bahwa modal yang telah disalurkannya tidak

11
akan kembali lagi. Sehingga makin banyak yang tertarik untuk berinvestasi jangka
panjang, hal ini tentu akan meningkatkan volume perdagangan sehingga likuiditas pasar
meningkat. (kompas 24 agustus 2004, Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist
Danareksa Research Institute)

5. Memperluas basis investor lokal

Seperti yang dituturkan oleh Ketua Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan
(Bapepam-LK), Fuad Rahmany, kunci utama menjaga stabilitas pasar modal adalah
memperluas basis investor dan juga memperbanyak investor jangka panjang untuk
memperkuat bursa saham kita. Sehingga kita tidak tergantung dengan investor asing yang
cenderung membuat pasar fluktuatif.

Hal ini dilakukan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)
dengan mengupayakan lembaga dana pensiun (Dapen) dan asuransi yang masih memiliki
ptensi dana yang sangat besar untuk meningkatkan investasinya di pasar modal.
Sementara ini dana Dapen yang masuk ke pasar modal hanya sebesar Rp120 triliun, atau
hanya 5 persen dari pendapatan nasional (GDP) jauh sekali dari Malaysia yang dana
Dapennya sekitar 20 persen (dari GDP) dialirkan ke pasar modal
(www.analisadaily.com).

Sementara itu, jika industri asuransi makin kuat, penempatan portofolionya bisa menjaga
stabilitas pasar modal karena karakter investasinya berjangka panjang sesuai dengan
kewajiban kepada pemegang polis. Perluasan basis investor local juga dapat dilakukan
dengan penerbitan surat utang retail, baik sukuk (obligasi syariah) retail maupun obligasi
negara retail (ORI).

6. Masuknya BUMN ke pasar modal.

Badan Usaha Milik Negara diharapkan dapat memanfaatkan momentum membaiknya


pasar modal dengan masuk bursa dan mencatatkan sahamnya. Kehadiran BUMN
diyakini akan semakin menggairahkan pasar modal.

Tahun 1977, BUMN dipercaya untuk membantu pengembangan pasar modal, yaitu
melalui PT Danareksa. Partisipasi BUMN diharapkan lebih ditingkatkan lagi dengan
aktivitas BUMN sebagai emiten. Partisipasi emiten di pasar modal akan meningkat dan
terus meningkat sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam rangka privatisasi BUMN.

12
Sejalan dengan kebijakan privatisasi, khusunya melalui pasar modal peranan yang lebih
besar bagi BUMN sebagai emiten dalam pengembangan pasar modal di masa datang,
merupakan suatu kenyataan yang tidak sulit dicapai.

BUMN sebagai badan usaha mempunyai peranan yang sangat besar dalam menciptakan
likuiditas pasar, mengingat pada umumnya BUMN memiliki asset yang besar. BUMN
dapat pula mempengaruhi perkembangan pasar modal karena faktor daya tarik BUMN
bagi masyarakat. Dengan masuknya BUMN ke pasar modal diharapkan akan berdampak
positif terhadap pengembangan pasar modal di Indonesia.

Semakin banyak BUMN yang Go Public, diharapkan akan menciptakan iklim yang
semakin baik bagi pengembangan pasar modal yang pada akhirnya akan meningktakan
efisiensi ekonomi nasional.

13
BAB III
SIMPULAN SARAN

1. Simpulan

Ada beberapa upaya yang dapat dilaksanakan untuk menjadikan suatu pasar menjadi lebih
likuid, diantaranya dengan :
1. Pemberian insentif pajak;
2. Penerbitan aturan dual listing;
3. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah yang mendukung terciptanya bursa
saham yang lebih likuid dan lebih menarik bagi investor;
4. Peningkatan integritas pasar modal;
5. Memperluas basis investor lokal;
6. Masuknya BUMN ke pasar modal akan mampu mendongkrak tingkat likuiditas pasar
modal.

Likuiditas pasar finansial adalah kemampuan untuk menyerap secara baik, aliran permintaan
pembelian dan penjualan. Mengapa likuiditas pasar menjadi sangat penting bagi pasar modal,
sehingga memerlukan beberpa upaya peningkatan? Berikut adalah alasan mengapa likuiditas
dalam pasar modal pasar sangat diperlukan:
1. Untuk dapat berperan dengan optimal dalam menunjang pertumbuhan ekonomi, pasar
modal haruslah likuid;
2. Di samping itu, pasar modal (saham dan obligasi) yang likuid memberi kemudahan
kepada investor untuk melakukan investasi pada instrumen-instrumen dengan risiko dan
imbal hasil (return) yang lebih bervariasi;
3. Fungsinya sebagai sumber alternatif pembiayaan bagi dunia usaha di negara mereka
(ekonom membuktikan indikator yang menunjukkan daya dukung pasar modal terhadap
pertumbuhan ekonomi adalah tingkat likuiditas, sementara volatilitas atau indikator lain
tak besar pengaruhnya.

2. Saran
Mengingat betapa pentingnya likuiditas pasar modal, maka upaya dari berbagai pihak
untuk bersama-sama meningkatkan likuiditas pasar modal ini perlu dilakukan.
Pemerintah dalam hal ini Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan memegang
peranan penting dalam rangka menjadi regulator dalam upaya tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

Von Wyss, Rico. 2004. Disertation: Measuring and Predicting Liquidity in Stock Market. Swiss.
Universitate Saint Gallen

Frensidy, Budi. 2008. Likuiditas Sama Pentingnya. Bisnis.com http://web.bisnis.com/kolom/2id1


223.html (diakses 21 Agustus 2009)

www.analisadaily.com
www. kompas.com

15

Anda mungkin juga menyukai