Witono Adiyoga
Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Jl. Tangkuban Perahu 517 Lembang, Bandung - 40391
Sektor pertanian di abad 21 dihadapkan pada tiga tantangan utama, yaitu: (a) mem-
perbaiki ketahanan pangan, kehidupan dan pendapatan di pedesaan; (b) memenuhi
permintaan pangan aman yang semakin meningkat dan beragam; dan (c) melestarikan
serta melindungi sumber daya alam. Ketiga tantangan ini telah diartikulasikan oleh
masyarakat internasional melalui World Food Summit Plan of Action and the Millennium
Development Goals dengan berbagai target spesifik yang harus dipenuhi pada tahun 2015.
Sektor pertanian diharapkan dapat menjamin ketahanan pangan pada berbagai setting,
sekarang dan akan datang; serta memberikan manfaat-manfaat (dampak) positif terhadap
lingkungan, sosial dan ekonomi. Sektor petanian merupakan kontributor utama terhadap
tercapainya pembangunan berkelanjutan serta terjawabnya ketiga tantangan di atas.
Dalam konteks perubahan ekonomi pangan dan globalisasi yang cepat, paradigma sistem
produksi harus bergeser menyesuaikan dengan dinamika yang terjadi.
Konsep praktek budidaya pertanian yang baik (good agricultural practices = GAP)semakin
sering dibicarakan tahun-tahun terakhir ini dalam konteks ekonomi pangan yang berubah
cepat dan mengglobal. Konsep ini juga timbul sebagai akibat dari perhatian dan komitmen
berbagai stakeholders tentang produksi dan ketahanan pangan, keamanan dan kualitas
pangan, serta keberlanjutan lingkungan pertanian. Berbagai stakeholders ini mewakili
pelaku-pelaku dari: dimensi penawaran (petani, organisasi/kelompok tani, pekerja/buruh
tani); dimensi permintaan (pengecer, pengolah dan konsumen), serta institusi dan jasa
(pendidikan, penelitian, penyuluhan, pemasok input) yang mendukung dan menjembatani
permintaan dengan penawaran, dan yang mengupayakan pemenuhan tujuan-tujuan
spesifik ketahanan pangan, kualitas pangan, efisiensi produksi, konservasi lingkungan dan
lingkungan kehidupan, baik jangka menengah maupun jangka panjang.
Beberapa pengertian mengenai good agricultural practices (GAP) yang diarahkan untuk
meningkatkan pemahamannya adalah sebagai berikut:
1
Makalah materi pelatihan “GAP/SOP kiury (timun Jepang) bagi petani”. Majalengka, 5 Mei 2008,
Kerjasama Balitsa - Amarta untuk Program Pelatihan Penanganan Segar Sayuran dan Buah.
2
• GAP sebagai acuan bagi semua pelaku di sektor pertanian untuk menjalankan
aktivitasnya secara bertanggung jawab, dalam rangka mewujudkan sistem produksi
pertanian yang berkelanjutan.
• GAP adalah aplikasi pengetahuan dalam memanfaatkan basis sumberdaya alam secara
berkelanjutan, untuk menghasilkan produk pertanian yang aman dan sehat, serta
secara bersamaan berupaya mencapai viabilitas ekonomi dan stabilitas sosial.
• Tema dasar GAP adalah pengetahuan, pemahaman, perencanaan, pengukuran,
pencatatan dan pengelolaan dari pelaku usahatani yang diarahkan untuk mencapai
sasaran-sasaran sosial, lingkungan dan produksi.
• Keberhasilan GAP akan sangat bergantung pada pengembangan keterampilan dan basis
pengetahuan, berdasarkan pencatatan dan analisis keragaan secara terus menerus,
serta konsultasi pakar selama dibutuhkan.
Sampai saat ini sebenarnya telah berkembang standar-standar GAP yang cakupan-nya
bersifat nasional, misalnya:
Thailand Q-GAP
Regional Quality Assurance Systems for ASEAN Fruit and Vegetables Project (ASEAN
secretariat and the Australia Development Cooperation Program)
Untuk meningkatkan harmonisasi antar standar nasional GAP tersebut maka disusunlah
ASEAN GAP yang merupakan suatu standar praktek budidaya pertanian yang baik dalam
proses produksi, panen, pasca panen sayuran di wilayah ASEAN. Standar ini diarahkan
untuk mencegah atau meminimalkan risiko bahaya yang mungkin terjadi. Risiko bahaya
yang diliput dalam ASEAN GAP adalah keamanan pangan; dampak lingkungan; kesehatan,
keamanan dan kesejahteraan pekerja, serta kualitas produk.
3
• Bahaya keamanan pangan dapat bersumber dari setiap substansi kimiawi, biologis
dan fisik yang mengkontaminasi sayuran sehingga produk tersebut mengandung
risiko kesehatan bagi konsumen
• Pengendalian bahaya keamanan pangan dalam proses produksi, panen dan
penanganan pasca panen (pengupasan, pengkelasan, pengepakan, pengangkutan
dll) sayuran perlu dilakukan untuk melindungi kesehatan konsumen dan
mendapatkan akses pasar regional dan global
• Kontaminasi terhadap sayuran segar dapat terjadi melalui kontak langsung
substansi-substansi tersebut dengan produk sayuran atau secara tidak langsung
melalui tanah, air, manusia, peralatan, material lain, pupuk, bahan tambahan
penyubur/penguat tanah, dll.
Kontaminasi kimiawi terhadap sayuran dapat terjadi secara alami atau secara tidak
sengaja ditambahkan dalam proses produksi, panen dan pasca-panen. Bahaya kimiawi
termasuk:
• Residu kimiawi dalam produk yang melebihi batas residu maksimal (MRL)
• Kontaminan non-agrokimia, misalnya bahan bakar, pelumas dan cairan sanitasi
• Logam berat yang melebihi batas maksimal (ML)
• Racun tanaman yang timbul secara alami
• Agensia pembawa alergi
Gambar 1.
Penggunaan pestisida yang tidak terdaftar resmi serta penggunaan terus menerus pupuk yang
mengandung logam berat tinggi adalah sumber utama bahaya kimiawi
4
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang hanya dapat dilihat melalui
penggunaan mikroskop. Sayuran biasanya mengandung campuran beragam mikroorganisme
yang banyak jumlahnya. Beberapa mikroorganisme ini dapat menyebabkan kerusakan
5
melalui produksi karakteristik kualitas yang tidak dikehendaki, misalnya, daging buah
hancur serta bau dan rasa yang tidak enak. Sementara itu, ada pula mikroorganisme lain
yang merupakan penghuni tetap (alami) dan tidak menyebabkan kerusakan kualitas produk
serta tidak mempengaruhi kesehatan konsumen.
Bakteri
• Bakteri merupakan penyebab paling umum gangguan kesehatan (sakit) karena
makanan
• Bakteri patogen yang sering dihubungkan dengan kontaminasi sayuran
– Salmonella species
– Escherichia coli
– Shigella species
– Listeria monocytogenes
• Bakteri L. monocytogenes terdapat di dalam tanah dan dapat bertahan hidup
sampai 60 hari. Kontaminasi terhadap sayuran terjadi melalui kontak langsung
bagian produk yang dapat dikonsumsi dengan tanah atau dengan kontainer/
peralatan yang kotor
• Salmonella, E. coli dan Shigella terdapat di bagian pencernaan manusia dan hewan.
Kontaminasi terjadi dari pupuk kandang yang belum diproses, air tercemar dsb.
Parasit
• Parasit adalah organisme yang hidup di organisme hidup lainnya (inang). Sista
(parasit pada fase dormansi) dapat bertahan dan menimbulkan infeksi selama 7
tahun di dalam tanah, misalnya Giardia
• Air tercemar material kotoran, pengepak tercemar, keberadaan hewan di lahan
produksi dan area pengepakan merupakan sumber kontaminasi parasit (Cryptospo-
ridium; Cyclospora; Giardia
Virus
• Virus tidak tumbuh di sayuran tapi sayuran dapat menjadi perantara berpindahnya
virus dari hewan ke manusia taua manusia ke manusia.
• Virus yang masuk ke manusia dari sayuran yang terkontaminasi: virus hepatitis A,
norwalk virus dan norwalk-like virus
Bahaya fisik biasanya berasal dari benda asing yang dapat menyebabkan konsumen sakit
atau cedera. Kontaminasi dapat terjadi pada saat produksi, panen dan pasca-panen
• Benda asing dari pekerja • Pekerja yang tidak terlatih atau ceroboh
yang mengerjakan • Cara berpakaian atau pakaian yang kurang tepat untuk
penanganan produk – aktivitas yang sedang dikerjakan
perhiasan, jepit rambut
atau aksesori lain
• Organisme patogen dapat bertahan beberapa tahun di tanah, bahkan lebih lama
jika dilindungi oleh bahan organik
• Kontaminasi kimiawi yang dapat timbul dari lahan yang sebelumnya merupakan
lahan industri, lahan pertambangan, serta residu kimiawi dari aktivitas usahatani
sebelumnya
GAP 1
Risiko produk terkontaminasi oleh bahaya kimiawi dan biologis dari penggunaan
lahan sebelumnya atau dari lahan-lahan berdampingan untuk setiap tanaman yang
pernah dibudidayakan, harus dikaji serta dibuatkan catatan/dokumentasi,
terutama untuk setiap risiko berdampak signifikan
7
GAP 2
Pada saat risiko produk terkontaminasi oleh bahaya kimiawi dan biologis yang
sifatnya signifikan berhasil diidentifikasi, maka lahan tidak boleh digunakan untuk
produksi sayuran, atau tindakan penanganan harus dilakukan untuk mengelola
risiko
GAP 3
Jika tindakan penanganan dibutuhkan untuk mengelola risiko, tindakan tersebut
harus dimonitor untuk mengawasi bahwa kontaminasi memang tidak terjadi, dan
catatan/dokumentasi menyangkut tindakan dan hasil monitoringnya juga harus
dibuat.
GAP 4
Lokasi bagian lahan yang terkontaminasi dan tidak sesuai untuk produksi sayuran
harus dicatat/didokumentasikan
Gambar 2.
Risiko kontaminasi kimiawi dan biologis dari penggunaan lahan sebelumnya atau dari lahan-lahan
yang berdampingan harus diperiksa.
2. Material Tanaman
GAP 5
Jika material tanaman merupakan hasil sendiri, maka semua perlakuan kimia dan
alasan penggunaannya harus dicatat
8
GAP 6
Jika material tanaman diperoleh dari pihak lain, maka nama pemasok dan tanggal
pemasokan material tanaman tersebut harus dicatat
GAP 7
Varietas atau jenis tanaman yang beracun untuk konsumsi manusia tidak diperbo-
lehkan ditanam
Kontaminasi kimiawi pada sayuran dapat disebabkan oleh keberadaan logam berat
(terutama cadmium) yang terkandungdalam pupuk buatan berkelas rendah serta bahan-
bahan aditif penyubur tanah, seperti gipsum, pupuk kandang, biosolids dan kompos. Akar,
umbi dan sayuran daun dapat menyerap cadmium jika kondisi pertumbuhan mendukung
penyerapan tersebut. Untuk jenis-jenis tanaman lain ternyata berisiko minimal terhadap
kontaminasi cadmium.
Kontaminasi biologis pada sayuran dapat terjadi melalui penggunaan bahan-bahan organik.
Pupuk kandang yang belum matang atau material kompos yang kurang tepat dapat
mengandung banyak sekali mikroorganisme patogen. Kontaminasi dapat terjadi melalui
kontak langsung bahan organik tersebut dengan bagian sayuran yang dapat dimakan pada
saat aplikasinya ke tanah atau daun, atau secara tidak langsung melalui kontaminasi tanah
atau air.
GAP 8
Risiko produk terkontaminasi secara kimiawi dan biologis dari penggunaan pupuk
dan/atau bahan-bahan aditif untuk setiap tanaman harus dikaji serta dibuatkan
catatan/dokumentasi, terutama untuk setiap risiko berdampak signifikan
GAP 9
Pada saat bahaya signifikan dari penggunaan pupuk atau bahan aditif berhasil
diidentifikasi, maka tindakan penanganan harus dilakukan untuk mengelola atau
meminimalkan risiko kontaminasi produk
GAP 10
Pupuk/bahan aditif dipilih yang meminimalkan risiko kontaminasi produk dari
logam berat
GAP 11
Material/bahan organik yang belum diproses tidak diaplikasikan untuk tanaman
pada situasi risiko kontaminasi tinggi
GAP 12
Jika bahan organik diproses atau diberi perlakuan sebelum digunakan, maka
metode, tanggal/waktu dan lamanya perlakuan harus dicatat
9
GAP 13
Jika produk bahan organik diperoleh dari luar usahatani dan terdapat risiko
signifikan untuk kontaminasi, maka pihak pemasok harus dapat menyediakan
dokumentasi yang menyatakan bahwa material tersebut telah diberi perlakuan
untuk meminimalkan risiko kontaminasi produk
GAP 14
Kotoran manusia tidak digunakan untuk produksi sayuran segar konsumsi
GAP 15
Peralatan untuk aplikasi pupuk dan bahan aditif harus dijaga dalam kondisi
operasional dan harus diperiksa kondisinya paling tidak setiap tahun oleh tenaga
teknis yang kompeten
Gambar 3. Gambar 4.
Untuk pemupukan susulan tanaman yang Penempatan bahan organik (pupuk kandang) di
dekat dengan permukaan tanah, gunakan dekat saluran air yang airnya digunakan untuk
hanya kompos yang materinya tepat dan penyiraman atau mencuci produk, dapat
matang atau bahan organik yang telah diberi menyebabkan kontaminasi biologis pada sayuran.
perlakuan, serta aplikasinya tidak lebih dari
2 minggu sebelum panen.
GAP 16
Area atau fasilitas untuk penyimpanan, pencampuran dan bongkar muat pupuk &
bahan aditif serta pengkomposan bahan organik harus ditempatkan, dikonstruksi/
dibangun serta dipelihara sedemikian rupa untuk meminimalkan risiko kontaminasi
GAP 17
Catatan atau dokumentasi pupuk dan bahan aditif yang diperoleh harus memuat
informasi mengenai sumber, nama produk, tanggal/waktu serta kuantitasnya
GAP 18
Penggunaan pupuk dan bahan aditif harus dicatat, terutama menyangkut
tanggal/waktu aplikasi, nama produk/material yang digunakan, lokasi perlakuan,
dosis perlakuan, metode perlakuan dan nama operator/pekerja
10
4. Air
Kontaminasi kimia dapat terjadi melalui pembuangan sisa penyemprotan pestisida sintetis
ke sumber air atau perembesan bahan kimia dari petak/lokasi lain ke sumber air.
Mikroorganisme patogen yang terdapat di dalam air termasuk bakteri seperti, Salmonella
species, E. coli, dan Shigella species, parasit seperti, Cryptosporidium, Giardia dan
Cyclospora, serta virus, misalnya Hepatitis A virus and the Norwalk virus. Sebagian besar
mikroorganisme ini terutama berasal dari kotoran hewan, seperti sapi, kambing dan ayam.
Oleh karena itu, penempatan pupuk kandang dekat saluran air sangat berpotensial
menimbulkan kontaminasi.
GAP 19
Risiko kontaminasi kimiawi dan biologis harus dikaji untuk air irigasi, fertigasi,
penyemprotan pestisida, penanganan produk pasca panen dan sanitasi. Bahaya
kontaminasi signifikan yang berhasil diidentifikasi harus dicatat/didokumentasikan
GAP 20
Jika pengujian air diperlukan untuk mengkaji risiko kontaminasi, maka pengujian
tersebut harus dilakukan dengan frekuensi yang disesuaikan dengan potensi dampak
dan kondisi pasokan air. Hasil pengujian juga harus dicatat/didokumentasikan
Gambar 5 dan 6
Sumber air dan penyiraman tanaman yang berisiko tinggi terhadap kontaminasi kimiawi dan biologis
GAP 21
Pada saat kontaminasi kimiawi dan biologis signifikan, maka sumber air alternatif
harus digunakan, atau air yang ada harus diproses/diberi perlakuan dan dimonitor.
Metode perlakuan dalam pemrosesan air serta hasil monitoringnya harus dicatat
GAP 22
Air pembuangan atau air selokan yang tidak diproses dilarang digunakan dalam
proses produksi dan pasca panen. Di negara-negara yang memperbolehkan
penggunaan air hasil proses, maka kualitas air tersebut harus sesuai dengan
regulasi yang ada
11
5. Pestisida
Untuk menghindarkan kelebihan residu, pestisida yang digunakan harus terdaftar dan
disetujui berkaitan dengan aplikasinya untuk jenis tanaman tertentu, serta harus disimpan
dan digunakan sesuai dengan label atau instruksi. Pemilihan, pencampuran dan cara
aplikasi yang salah dapat mengarah pada residu yang melewati MRL. Pelatihan menjadi
sangat penting agar manager dan pekerja memiliki tingkat pengetahuan dan keterampilan
yang tepat, sesuai dengan cakupan tanggung jawabnya. Sebagai contoh, orang yang
bertanggung jawab penuh/menyeluruh atas penggunaan pestisida harus memiliki
pengetahuan lengkap mengenai semua aspek dan memiliki kemampuan untuk melatih
pekerja. Sementara itu, pekerja yang mengaplikasikan pestisida harus memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam menyiapkan formulasi serta mengoperasikan
peralatan.
GAP 23
Pemberi kerja dan pekerja telah dilatih untuk menggunakan pestisida berdasarkan
tingkatan yang sesuai dengan wilayah tanggung jawabnya
GAP 24
Jika pilihan produk pestisida disarankan oleh konsultan/adviser, maka bukti
kompetensi teknis dari pemberi rekomendasi tersebut harus tersedia
GAP 25
Pengendalian hama terpadu dilaksanakan sejauh memungkinkan untuk meminimal-
kan penggunaan pestisida sintetis
GAP 26
Pestisida hanya diperoleh atau dibeli dari pemasok yang berlisensi
Gambar 7 dan 8
Manager dan pekerja harus dilatih agar memiliki tingkat pengetahuan dan keterampilan yang tepat,
sesuai dengan cakupan tanggung jawabnya.
12
GAP 27
Pestisida yang digunakan telah mendapatkan persetujuan dari otoritas
berkompeten dan persetujuan tersebut terdokumentasi dengan baik
GAP 28
Informasi terkini (up to date) tentang standar batas maksimum residu (MRL)
diperoleh dari otoritas berkompeten
GAP 29
Pestisida diaplikasikan sesuai dengan petunjuk pada label serta ijin yang
dikeluarkan oleh otoritas berkompeten
GAP 30
Untuk memeriksa bahwa pestisida diaplikasikan secara benar, produk sayuran diuji
residu pestisidanya dengan frekuensi sesuai kebutuhan konsumen atau otoritas
berkompeten. Laboratorium yang digunakan diakreditasi oleh otoritas berkompeten
GAP 31
Pencampuran lebih dari dua macam pestisida dihindarkan, kecuali disarankan oleh
otoritas berkompeten
Gambar 9 dan 10
Pestisida dan biopestisida yang digunakan harus terdaftar dan mendapat persetujuan dari otoritas
kompeten di negara dimana sayuran bersangkutan ditanam dan diperdagangkan
GAP 32
Periode penghentian interval antara aplikasi pestisida dengan panen diamati
GAP 33
Peralatan yang digunakan untuk aplikasi pestisida dipelihara dalam kondisi
operasional dan diperiksa paling sedikit setahun sekali oleh tenaga teknis yang
berkompeten
13
GAP 34
Peralatan dicuci setiap kali setelah penggunaan dan limbah cucian dibuang dengan
cara yang tidak menimbulkan risiko kontaminasi terhadap produk
GAP 35
Kelebihan/surplus pestisida dibuang dengan cara yang tidak menimbulkan risiko
kontaminasi terhadap produk
GAP 36
Pestisida disimpan di tempat/bangunan yang tertutup dan aman, serta hanya orang
yang berwenang memiliki akses ke tempat tersebut. Struktur bangunan ditempat-
kan dan dibangun untuk meminimalkan risiko kontaminasi, serta dilengkapi dengan
fasilitas darurat jika terjadi kebocoran pestisida
GAP 37
Pestisida berbentuk cairan tidak disimpan di rak di atas pestisida tepung
GAP 38
Pestisida disimpan dalam kontainer aslinya dengan label yang jelas berdasarkan
petunjuk label dari otoritas berkompeten. Jika pestisida dipindahkan ke kontainer
lain, kontainer yang baru ditandai dengan nama pestisida, dosis penggunaan dan
periode penghentian sebelum panen
GAP 39
Kontainer pestisida kosong tidak digunakan kembali dan diamankan sampai
kemudian dibuang
GAP 40
Kontainer pestisida kosong dibuang sesuai dengan peraturan yang ada dan dengan
cara yang meminimalkan risiko kontaminasi. Sistem pengumpulan dan pembuangan
yang resmi digunakan sepanjang tersedia.
Gambar 11
Pestisida harus disimpan di tempat (rak) yang bersih, kuat dan aman, serta hanya dapat diakses
oleh orang yang memiliki otorisasi
14
GAP 41
Pestisida kadaluarsa yang tidak dapat digunakan atau tidak lagi disetujui
diidentifikasi dan diamankan sampai akhirnya dibuang
GAP 42
Pestisida kadaluarsa dibuang melalui sistem pengumpulan resmi atau di area luar
usahatani yang telah dijinkan secara legal
GAP 43
Aplikasi pestisida dicatat untuk setiap tanaman, meliputi jenis pestisida, alasan
penggunaan, lokasi penyemprotan, tanggal, dosis dan cara aplikasi, periode
penghentian serta nama operator yang melakukan aplikasi
GAP 44
Catatan menyangkut pestisida yang diperoleh mencakup nama pestisida, nama
pemasok, waktu dan kuantitas pestisida diperoleh serta tanggal kadaluarsa yang
dikeluarkan perusahaan pestisida
GAP 45
Catatan pestisida yang disimpan di gudang mencakup nama kimia, waktu dan
kuantitas pestisida diperoleh, serta tanggal/waktu pestisida tersebut habis
digunakan atau dibuang
GAP 46
Jika residu kimia di atas MRL dideteksi, maka pemasaran produk sayuran
bersangkutan dihentikan. Penyebab kontaminasi diselidiki, tindakan perbaikan
diambil untuk mencegah kejadian terulang, serta catatan menyangkut insiden serta
tindakan penanganannya disimpan dengan tertib
GAP 47
Bahan bakar, pelumas dan material non-agrokimia lainnya ditangani, disimpan dan
dibuang dengan cara-cara yang meminimalkan risiko kontaminasi
Gambar 12
Kontainer kosong bekas pestisida tidak boleh digunakan lagi dan disimpan di tempat aman sebelum
dibuang
15
Kontaminasi kimiawi, biologis dan fisik dapat terjadi selama proses panen dan penanganan
pasca-panen melalui:
• Peralatan, material, kontainer, area penanganan segar dan penyimpanan serta
alat transportasi yang kotor serta kurang pemeliharaan (buruk)
• Bangunan dan struktur yang dikonstruksi dan dipelihara dengan buruk
• Penggunaan bahan kimia yang tidak terdaftar untuk penanganan, pembersihan
produk maupun peralatan
• Kurangnya pengawasan terhadap binatang peliharaan dan hama
• Fasilitas dan standar kebersihan personal yang buruk
GAP 48
Peralatan, kontainer dan material yang kontak dengan produk dibuat dari bahan-
bahan yang tidak akan mengkontaminasi produk
GAP 49
Kontainer yang digunakan untuk menampung/menyimpan limbah, pestisida dan
substansi berbahaya lainnya diidentifikasi dengan jelas dan tidak digunakan untuk
mewadahi produk
GAP 50
Peralatan dan kontainer secara rutin dipelihara untuk meminimalkan kontaminasi
produk
Gambar 13 dan 14
Peralatan dan kontainer secara reguler harus dipelihara, dibersihkan atau diperbaharui untuk
meminimalkan risiko kontaminasi
GAP 51
Peralatan, kontainer dan material disimpan di suatu area yang terpisah dengan
pestisida, pupuk dan bahan aditif, serta pencegahan selalu dilakukan untuk
meminimalkan kontaminasi dengan binatang (pest)
16
GAP 52
Peralatan, kontainer dan material diperiksa fungsi dan kebersihannya sebelum
digunakan, serta dicuci, diperbaiki atau dibuang sepanjang diperlukan
GAP 53
Produk hasil panen tidak diletakkan di tempat yang kontak langsung dengan tanah
atau lantai di area penanganan, pengemasan dan penyimpanan
Gambar 15
Kertas koran dapat digunakan sebagai pelapis di atas tanah untuk menghindarkan kontak langsung
bagian tanaman yang dapat dimakan dengan tanah
GAP 54
Bangunan dan struktur yang digunakan untuk menumbuhkan, mengemas dan
menyimpan produk dibangun dan dipelihara untuk meminimalkan risiko kontaminasi
GAP 55
Bahan bakar, pelumas dan mesin-mesin pertanian dipisahkan dari area penanganan,
pengemasan dan penyimpanan produk untuk mencegah kontaminasi
GAP 56
Sistem selokan, pembuangan limbah dan drainase dikonstruksi untuk meminimalkan
risiko kontaminasi terhadap lahan produksi maupun pasokan air
GAP 57
Lampu yang menerangi ruangan dimana produk, kontainer dan material kemasan
ditempatkan harus anti pecah atau dilindungi dengan penutup. Jika lampu pecah
dan terekspos, maka produk ditolak dan peralatan serta kontainer kemasan
dibersihkan
17
GAP 58
Jika peralatan yang diduga dapat menjadi sumber kontaminasi fisik ditempatkan di
banguna yang sama dengan aktivitas penanganan, pengemasan dan penyimpanan
produk, maka peralatan tersebut dipisahkan dengan pembatas fisik atau tidak
dioperasikan pada saat aktivitas penanganan, pengemasan dan penyimpanan
produk dilakukan
GAP 59
Area pengemasan, penanganan dan penyimpanan, serta peralatan, kontainer dan
material lain yang mungkin menjadi sumber kontaminasi diidentifikasi. Instruksi-
instruksi disiapkan dan diikuti oleh pembersihan serta sanitasi
GAP 60
Bahan kimia pembersih dan sanitasi dipilih yang meminimalkan risiko kontaminasi
terhadap produk
Gambar 16
Instruksi harus disiapkan dan dipatuhi pada saat melakukan pembersihan dan sanitasi di areal
pengepakan, penanganan dan penyimpanan
GAP 61
Hewan ternak dan peliharaan dikeluarkan dari lokasi produksi (terutama untuk
tanaman yang dibudidayakan dekat atau di dalam tanah) dan dari area panen,
pengemasan serta penyimpanan produk
GAP 62
Tindakan diambil untuk mencegah keberadaan binatang (hama) di sekitar area
penanganan, pengemasan dan penyimpanan produk
GAP 63
Umpan dan perangkap untuk mengendalikan hama ditempatkan dan dirawat dalam
rangka meminimalkan risiko kontaminasi terhadap produk dan kontainer
pengemasan serta material lainnya. Lokasi penempatan umpan dan perangkap
dicatat.
18
Gambar 17 dan 18
Hewan peliharaan atau ternak harus dijauhkan dari lokasi produksi, terutama untuk tanaman yang
tumbuh dekat dengan permukaan tanah, serta dari areal panen, pengepakan dan penyimpanan
GAP 64
Pekerja memiliki pengetahuan cukup atau terlatih untuk praktek-praktek higinis
personal dan catatan mengenai pelatihan disimpan baik
GAP 65
Instruksi tertulis untuk praktek-praktek higinis personal diberikan kepada pekerja
dan dipasang di tempat-tempat terbuka
GAP 66
Fasilitas toilet dan cuci tangan tersedia untuk pekerja dan dipelihara dalam kondisi
yang higinis
GAP 67
Kotoran dari toilet dibuang dengan cara-cara yang meminimalkan risiko
kontaminasi langsung maupun tidak langsung terhadap produk
Gambar 19
Fasilitas toilet dan cuci tangan harus tersedia bagi pekerja serta harus dipelihara dalam kondisi higinis
19
Perlakuan produk
GAP 68
Penggunaan, penyimpanan dan pembuangan bahan kimia yang digunakan setelah
panen, termasuk pestisida dan lilin, mengikuti praktek-praktek yang dijelaskan
pada bagian 4 (Pestisida)
GAP 69
Penggunaan air untuk mencuci dan memperlakukan produk setelah panen
mengikuti praktek-praktek yang dijelaskan pada bagian 4 (Air)
GAP 70
Air yang digunakan untuk bagian produk yang dapat dimakan ekivalen kualitasnya
dengan air minum (potable water)
Gambar 20
Air yang digunakan untuk mencuci bagian tanaman yang dapat dimakan harus ekivalen dengan air
minum
GAP 71
Kontainer yang penuh berisi produk tidak ditempatkan di lokasi yang kontak
langsung dengan tanah untuk menghindarkan kontaminasi tanah yang berasal dari
bagian bawah kontainer terhadap produk
GAP 72
Penampung produk diperiksa sebelum digunakan berkaitan dengan kebersihannya,
tumpahan pestisida, benda asing dan infestasi hama, serta dibersihkan dan ditutup
dengan material pelindung, atau tidak digunakan sama sekali jika sangat berisiko
mengkontaminasi produk
20
GAP 73
Kendaraan pengangkut diperiksa sebelum digunakan berkaitan dengan
kebersihannya, tumpahan pestisida, benda asing dan infestasi hama, serta
dibersihkan jika sangat berisiko mengkontaminasi produk
GAP 74
Produk disimpan dan diangkut terpisah dari barang-barang yang berpotensi menjadi
sumber kontaminasi kimiawi, biologis dan fisik
Gambar 21 dan 22
Alat trnsportasi produk harus diperiksa sebelum digunakan berkaitan dengan kebersihannya
GAP 75
Setiap lahan produksi yang berbeda diidentifikasi dengan nama atau kode. Nama
atau kode dipasang di lokasi lahan bersangkutan dan dicatat di dalam peta
sederhana. Nama atau kode lahan dicatat pada semua dokumen yang berhubungan
dengan lahan tersebut.
GAP 76
Kontainer yang telah dikemas diberi tanda dengan identifikasi yang memungkinkan
penelusuran produk ke lahan atau lokasi produk tersebut dibudidayakan
GAP 77
Untuk setiap lot produk, informasi menyangkut tanggal/waktu pasokan, kuantitas
pasokan dan tujuan pasar dicatat dengan baik
GAP 78
Jika produk diidentifikasi terkontaminasi atau berpotensi untuk terkontaminasi,
maka produk tersebut diisolasi dan dicegah distribusinya, atau jika terlanjur
terjual, maka pembeli segera diberitahu
21
GAP 79
Penyebab kontaminasi diselidiki/diteliti dan tindakan perbaikan diambil untuk
mencegah kejadian yang terulang. Insiden serta tindakan yang diambil dicatat
dengan baik.
Gambar 23 dan 24
Produk harus diberi kode asal atau sumber pasokan agar dapat ditelusuri kembali seandainya ada
keluhan konsumen
8. Pelatihan
GAP 80
Pemberi kerja dan pekerja memiliki pengetahuan cukup atau dilatih mengenai GAP
sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing dan catatan mengikuti pelatihan
harus terdokumentasi
GAP 81
Catatan/rekaman mengenai implementasi GAP disimpan paling sedikit selama dua
tahun atau lebih untuk berjaga-jaga seandainya diperlukan oleh peraturan
pemerintah atau pelanggan
GAP 82
Dokumen yang telah kadaluarsa dimusnahkan dan hanya versi terkini saja yang
digunakan
GAP 83
Seluruh praktek/tindakan dikaji ulang paling tidak sekali setahun untuk meyakinkan
bahwa semuanya dilakukan secara benar, dan tindakan koreksi juga diambil untuk
setiap kekurangan yang diidentifikasi. Catatan/rekaman mengenai kaji ulang
praktek dan tindakan koreksi disimpan dengan baik
GAP 84
Tindakan diambil untuk menjawab keluhan konsumen berkaitan dengan kualitas
produk, dan catatan mengenai keluhan serta tindakan untuk mengatasinya dicatat
dengan baik
22
• Rencana usahatani
• Catatan/dokumentasi pengkajian risiko
• Catatan/dokumentasi material tanaman
• Inventarisasi pestisida
• Catatan/dokumentasi penyemprotan
• Catatan/dokumentasi bahan kimia atau pestisida setelah panen
• Formulir otorisasi pestisida
• Catatan/dokumentasi pupuk dan bahan aditif
• Catatan/dokumentasi panen dan pengepakan
• Catatan/dokumentasi tanggung jawab pekerjaan dan pelatihan
• Rencana pembersihan dan pengendalian hama
• Laporan tindakan korektif
• Instruksi higinis (kebersihan) personal
Nama produsen/petani:
Nama produsen/petani:
Catatan/dokumentasi penyemprotan
Nama produsen/petani:
Varietas tanaman:
Tahun:
Tanggal Blok/ Tanam- Produk Tingkat Dosis Peralat- Tanggal Keterangan/kondisi Operator
baris an pestisida pengen- penggu- an/metode aman cuaca
Target ceran naan aplikasi stop
semprot
sebelum
panen
26
Nama produsen/petani:
Varietas tanaman:
Tahun:
Nama produsen/petani:
Varietas tanaman:
Tahun:
Tanggal Masalah dan penyebab Tindakan korektif yang Tanda tangan dan tanggal pada
diambil saat masalah berhasil diatasi
• Cucilah tangan anda dengan air dan sabun, kemudian keringkan dengan handuk
kertas atau tisu yang tersedia sebelum menangani sayuran, setelah:
– menggunakan kamar mandi/toilet
– merokok
– menangani limbah produk dan sampah
• Balut luka sayat atau luka gores dengan pembalut yang bersih dan tahan air
• Beritahu manajer jika anda menderita sakit perut, hepatitis atau penyakit menular
lainnya
• Jangan merokok, makan atau meludah di area penanganan produk.
27
Material tanaman √ √ √
Air √ √ √
Pestisida √ √ √
Biodiversitas √
Udara √
Kondisi pekerjaan √
Kesejahteraan pekerja √
Pelatihan √ √ √ √
Anne-Sophie Poisot,
FAO Agriculture Department
FAO-Thailand Workshop on GAP for Fresh Fruit and Vegetables
14-15 September 2005
• Petani merasa kesulitan karena terlalu banyak macam standar dan kode
• Bagi petani skala kecil dirasakan masih memberatkan (investasi, pencatatan yang
ekstensif, biaya sertifikasi)
– contoh, petani yang memasok tomat ke McDonald’s di Guatemala: asalnya
330 menjadi 6 petani dalam 2 tahun
• Produk GAP tidak selalu harganya lebih tinggi
• Masih kurangnya lembaga sertifikasi lokal dan laboratorium pengujian yang
bersertifikasi
• Produk GAP tidak selalu mendapat jaminan dari pembeli
• Peluang pasar terkadang hilang karena tidak memiliki sertifikasi GAP