A. KESEHATAN KERJA
1. Pendahuluan
Perlindungan ini berawal pada abad 19 ketika berlangsungnya Revolusi
Industri sekitar 1850-1870.
Undang-Undang pertama dalam perburuhan adalah bidang kesehatan
kerja yang berawal dari Eropa Barat, yaitu Inggris tahun 1802, Jerman dan
Perancis sekitar tahun 1840, sedangkan Nederland setelah tahun 1870.
Undang-Undang perlindungan pertama, memuat aturan-aturan yang
disebut sebagai arbeidsbechermingsrecht. Menurut H.L. Bakels perlindungan
buruh merupakan norma-norma hukum publik.
Aspek material menyangkut keamanan kerja dan perawatan fisik, aspek
immaterial adalah waktu kerja, peningkatan perkembangan jasmani dan rohani
bagi perkembangan anak arbeidsomstadighedenrecht.
MG. Rood berpendapat contoh yang menunjukkan ciri utama dari hukum
asli yang didasari pada Teori Ketidakseimbangan kompensasi. Teori ini bertitik
tolal pada pemikiran bahwa antara pemberi kerja dengan penerima kerja secara
sosial ekonomi tidak sama kedudukanya, dimana pihak penerima kerja sangat
tergantung pada pemberi kerja.
Iman Soepomo berpendapat istilah kesehatan kerja lebih tepat daripada
perlindungan buruh karena hukum perburuhan bertujuan melindungi buruh
sebagai pihak yang ekonominya lemah terhadap majikan yang ekonominya
kuat.
2. Pengertian
Iman Soepomo menjelaskan apa yang dimaksud dengan kesehatan
kerja :
“Aturan-aturan dan usaha-usaha untuk melindungi buruh dari kejadian
atau keadaan perburuhan yang merugikan atau dapat merugikan kesehatan
dan kesusilaan dalam seseorang itu melakukan pekerjaan dalam hubungan
kerja”
Berhubung tujuan kesehatan kerja terletak di bidang kemasyarakatan
atau sosial maka ada yang menamakannya sebagai perlindungan sosial bagi
buruh. Sebutan ini dibedakan dengan sebutan perlindungan ekonomis berupa
usaha-usaha untuk memberikan kepada buruh serta keluarganya suatu
penghasilan yang cukup bagi kehidupan sehari-hari atau dikenal pula sebagai
usaha memperbaiki ekonomi buruh.
Selain itu ada perlindungan teknis, yaitu usaha agar buruh terhindar dari
bahaya kecelakaan. Oleh Iman Soepomo istilah keamanan kerja dipandang
lebih tepat daripada keselamatan kerja karena peraturan-peraturannya
mengatur tentang usaha untuk mencegah timbulnya bahaya kecelakaan.
Iman Soepomo memaparkan bahwa peraturan-peraturan perburuhan
dalam bidang kesehatan kerja mengatur tentang larangan pekerjaan anak,
syarat bagi pekerjaan orang muda dan wanita, jam kerja, waktu makan dan
mengaso (istirahat) sehingga materi kesehatan kerja meliputi :
(1) Pekerjaan anak
(2) Pekerjaan orang muda
(3) Pekerjaan wanita
(4) Waktu kerja
(5) Waktu istirahat
(6) Tempat kerja
Soetiksno, berpendapat :
“ Pada hekekatnya semua peraturan di bidang perburuhan bersifat
memberi perlindungan kepada pihak buruh (pihak yang lemah), baik terhadap
pihak majikan maupun terhadap tempat dimana buruh bekerja dan terhadap
alat-alat kerjanya”.
Perlindungan demikian dianggap sebagai perlindungan dalam arti luas,
sedangkan dalam arti sempit adalah peraturan-peraturan mengenai kesehatan
kerja yang oleh Iman Soepomo dinamakan sebagai hukum perburuhan bidang
kesehatan kerja. Soetiksno memasukkan pula peraturan-peraturan tentang
keamanan kerja, yaitu perlindungan bagi buruh terhadap tempat dan alat kerja
ke dalam pengertian sempit.
JKM Gevers mengulas perihat timbulnya kesehatan dan keamanan kerja
yang terjadi setelah berlalunya revolusi industri, pada mulanya campur tangan
negera memberi perlindungan atas kesehatan dan keamanan kerja buruh
merupakan suatu perjuangan politis.
Peraturan perundang-undangan tradisional merupakan ketentuan utama
untuk membatasi gangguan kerja khususnya perlindungan terhadap kesehatan
fisik.
Konsep yang dapat dijadikan acuan yang tepat adalah yang di
kemukakan oleh Iman Soepomo bahwa perlindungan buruh sebenarnya adalah
hakekat hukum perburuhan itu sendiri.
Pertumbuhan perlindungan buruh di kedua bidang tersebut perlu diikuti
perkembangannya. Pertama adalah sejarah perlindungan hukum bagi buruh di
Inggris, yang memelopori perlindungan buruh ketika berlangsungnya Revolusi
Industri. Inggris menjadi model bagi negara-negara lain, yang kemudian
mengikutinnya dengan memberikan usaha perlindungan bagi buruh. Usaha
tersebut kemudian diakui dan diterima secara internasional, khususnya oleh
International Labour Organization (ILO)
b. Belanda
Revolusi Perancis 1789 yang memunculkan paham liberalisme,
sedangkan yang kedua adalah Revolusi Industri yang menimbulkan ekses-
ekses, khususnya yang menimpa kaum pekerja. Sifat kerakyatan revolusi
Perancis tercermin pada hak asasi manusia yang dinyatakan dalam Declaration
des droits de l’homme et du citoyen yang memuat pengakuan hak atas benda.
Pasal 1 Deklerasi dasar Yuridis bagi kebebasan dan persamaan derajat bagi
semua orang membawa akibat dihapusnya serikat pekerja dan larangan
pendirian perserikatan baru. Sehingga perlindungan sangat minim yang
dinikmati para buruh selama itu justru dihapuskan. Ciri khas dari Revolusi
Perancis yaitu menonjolkan Hak Eigendom. Sejak akhir abad 18 timbul
pandangan yuridis bahwa hubungan kerja didasarkan pada suatu kontrak yang
bebas, sehingga pemberi dan penerima kerja akan menentukan sendiri isi
kontrak kerja.
Paham liberalisme abad 19, berasal dari asas Liberte. Asas lainnya
(Egalite dan Fraternite) ternyata tidak dapat disatukan dengan asas kebebasan
itu. Di Belanda, tahun 1874 campur tangan pemerintah belum ada, tahun 1850
terdapat perubahan sosial ekonomi diawali dengan industrialisasi beserta
sistem produksi bersifat kapitalistis. Pada masa itu disebut sebagai revolusi
dalam industri. Stagnasi perekonomian meluas sehingga pengangguran secara
kronis melanda dimana-mana puncaknya pada masa pemerintahan Raja
Willem II. 15 Oktober 1874 atas usul Samuel Van Houten, diundangkanlah
undang-undang mengenai anak bekerja yang dinamakan Het Kinderwetje Van
Houten. Merupakan langkah awal ditinggalkannya doktrin Laissez Faire. Tahun
1872 perserikatan buruh mulai mendapat kesempatan untuk berkonsolidasi.
Selanjutnya Arbeidswet 1889 memuat perlindungan kerja bagi remaja
dan wanita. Perlindungan buruh pria menghadapi bahaya kecelakaan dimulai
mengundangkan Veiligheidswet (undang-undang keamanan kerja) pada tahun
1895.
5. Pekerjaan Anak
Dalam UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan terdapat
larangan bagi anak untuk melakukan pekerjaan. Dihubungkan dengan wajib
belajar di seluruh Indonesia. Pendidikan 6 tahun sekolah dasar dan 3 tahun
sekolah lanjutan tingkat pertama atau sederajat.
Ordonnantie 1925 Stb. No. 647 jo Stb. 1949 No. 8 yang disebut
Maatregelen. Isinya anak dibawah umur 14 tahun tidak boleh menjalankan
pekerjaan antara pukul 20.00 hingga pukul 05.00 di perusahaan manapun.
Anak di bawah umur 12 tahun tidak boleh menjalankan pekerjaan di tempat-
tempat tertentu yang diperinci dalam pasal-pasalnya.
Selanjutnya Ordonnantie 1926 Stb. No. 87, yang disebut Bepalingen.
Bahwa anak di bawah umum 12 tahun tidak boleh menjalankan pekerjaan di
kapal, kecuali di bawah pengawasan orang tua atau keluarga sampai derajat
ketiga. Pengawasan di tambang, Regeringsver ordening 1930, Stb. No. 341.
hanya boleh dijalankan laki-laki di atas umur 16 tahun.
7. Pekerjaan Wanita
Larangan bagi wanita untuk bekerja pada malam hari
8. Waktu Kerja
Buruh umumnya menjalankan pekerjaan selama 7 jam per hari selama 6
hari kerja atau 40 jam seminggu selama 5 hari kerja.
9. Waktu Istirahat
Menjalankan pekerjaan selama 4 jam terus menerus harus diadakan
waktu istirahat sedikitnya setengah jam lamanya, tidak termasuk dalam jam
kerja. Materinya lebih pada aspek kesejahteraan buruh.
Mengenai istirahat (Cuti) hamil melahirkan ditentukan bahwa tubuh
wanita memperoleh cuti satu setengah bulan sebelum dan sesudah melahirkan
atau gugur kandung.
10. Tempat Kerja
Tempat kerja dan perumahan buruh harus memenuhi syarat.
B. KEAMANAN KERJA
Pemerintah menetapkan syarat-syarat perlindungan di tempat kerja agar
buruh terhindar dari bahaya kecelakaan, tanggung jawab dibebankan kepada
pengusaha melalui ancaman hukuman kurungan atau denda jika tidak
melaksanakannya.
Asas pokok terdapat pada Pasal 1602 W KUH Perdata, majikan
(pengusaha) wajib mengatur dan memelihara ruangan, alat dan perkakas,
dimana atau dengan mana ia menyuruh buruhnya melakukan pekerjaan
sedemikian rupa, agar buruh tersebut terlindung dari bahaya yang mengancam
badan, kehormatan, dan harta bendanya.
Peraturan pertama Veiligheidsregrlement, Stb. 1905 No. 521, kemudian
Stb. 1910 No. 406. diganti dengan UU Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970
terdapat dalam UU No. 13 Tahun 2003.
JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA
Jaminan sosial mencakup ruang lingkup yang cukup luas, meliputi setiap
usaha dalam bidang kesejahteraan sosial yang dimaksudkan untuk
peningkatan taraf hidup manusia, mengatasi keterbelakangan, ketergantungan,
keterlantaran serta kemiskinan pada umumnya.
Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat dari
economic & social distress yang disebabkan oleh penghentian pembayaran
upah diberikan melalui program-program tertentu.
Social security dipakai pertama kali pada judul undang-undang di
Amerika Serikat (The Social Security Act of 1935), Program Jaminan sosial
terbatas hanya pada resiko ketuaan, kematian,ketidakmampuan dan
pengangguran. New Zealand pada tahun 1938 mempunyai program tunjangan
jaminan sosial yang baru. Tahun 1941 dipakai lagi dalam dokumen perang
sebagai Atlantic Charter. Jaminan sosial bermanfaat oleh ILO adalah asuransi
sosial, bantuan sosial, tunjangan yang didanai oleh keuangan negara,
tunjangan keluarga.
b. Janda / Duda
Kalau pegawai negeri meninggal dunia, istrinya atau suaminya yang telah
terdaftar pada Badan Administrasi Kepegawaian Negara berhak menerima
pensiun janda atau pensiun duda.
c. Anak
Diberikan kepada anak-anaknya yang belum berusia 25 tahun, atau
menikah dan belum mempunyai penghasilan sendiri.
Suami/istri atau ahli waris seorang pegawai negeri tewas diberikan uang
duka sebesar tiga kali penghasilan sebulan serendah-rendahnya
Rp. 100.000,- dan yang tewas diberikan uang duka enam kali penghasilan
sebulan dengan ketentuan serendah-rendahnya Rp. 500.000,-. Diatur
Peraturan Pemerintah Nomor 12 yang pelaksanaannya di tetapkan dengan
surat Edaran Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Administrasi
Kepegawaian Negara Nomor 368/Men.Kes/EB/VII/1981 dan Nomor
09/SE/1981 tanggal 7 Juli 1981.
Pensiun menurut undang-undang nomor 11 tahun 1956 dibiayai oleh
negara. Iuran pensiun ditanggung oleh negara, sejak berlakunya Peraturan
Pemerintah Nomor 29 tahun 1964 tentang Penanggungan Iuran Pensiun
Pegawai Negeri / Janda, Yatim Piatu oleh Negara.
Program Tabungan hari tua berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 11
tahun 1963 tentang Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN)
yang kemudian diubah Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981
tentang Asuransi Pegawai Negeri Sipil.
Program (pemeliharaan kesehatan) keputusan Presiden Nomor 230 tahun
1968 diubah Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 1984 tentang
Pemeliharaan Kesehatan Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun
beserta anggota keluarganya. Pembiayaan berasal dari iuran para peserta
Keputusan Presiden Nomor 8 tahun 1977.
a. Pensiun
Diberikan selama hidup kalau bersangkutan meninggal dunia, maka
istri/suami dan anak-anaknya yang berhak menerima pensiun waraka wuri
dan tunjangan anak yatim piatu :
(1) tunjangan yang bersifat pensiun
diberikan kepada yang diberhentikan dengan hormat namun belum
memenuhi syarat untuk menerima pensiun.
(2) Tunjangan
Kepada militer yang berlaku dalam beberapa tahun sesudah dia
diberhentikan dengan hormat.
c. Bantuan Sosial
Dalam undang-undang nomor 6 tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan
Pokok Kesejahteraan Sosial, usaha kesejahteraan sosial itu adalah
pemberian bantuan :
(1) Pemberian bantuan kepada kelompok orang yang kehilangan
kemampuan sosial, misalnya korban banjir, kelaparan, huru-hara,
rapatriasi, pengungsi dan lain-lain.
(2) Pemberian bantuan kepada kelompok orang tertentu mendapat
gangguan kemampuan hidupnya menjadi terasing, misalnya
penyandang berbagai macam ketunaan, jompo, yatim piatu, fakir miski,
gelandangan serta bermacam-macam kesesatan lainnya.
(3) Pemberian bantuan kepada kelompok masyarakat tertentu untuk
meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab sosial, taraf hidup.
(4) Pemberian penghargaan dan terima kasih kepada
pahlawan/pejuang nasional, perintis kemerdekaan beserta
keluarganya.
4. Pekerjan Swasta
Ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang jaminan
sosial tenaga kerja (Lembaran Negara Nomor 14 tahun 1992). Setiap tenaga
kerja berhak atas Jaminan Sosial Tenaga Kerja didalam maupun diluar
hubungan kerja. Program jaminan sosial yang diatur dalam undang-undang
tersebut adalah :
(a) Jaminan Kecelakaan Kerja
(b) Jaminan Hari Tua
(c) Jaminan Kematian
(d) Jaminan Pelayanan Kesehatan
c. Jaminan Kematian
Jaminan kematian pekerja yang meninggal dunia sebelum usia 55 tahun,
Jaminan kematian yang diberikan meliputi :
(1) biaya pemakaman
(2) santunan berupa uang
kematian ditanggung oleh pengusaha.
F. PENYELESIAN PERSELISIHAN
Teoritis ada 3 model hubungan :
1. Harmonie Arbeidsoverhoudingen model
2. Coalitie Arbeidsoverhoudingen model
3. Conflict Arbeidsoverhoudingen model
Harmonie Arbeidsoverhoudingen model ditandai dengan tingkat
konsensus yang tinggi dan tingkat konflik yang rendah.
Coalitie Arbeidsoverhoudingen model ditandai dengan tingkat konsensus
yang sedang dan tingkat konflik yang sedang pula. Conflict
Arbeidsoverhoundingen model ditandai dengan tingkat konsensus yang rendah
dan tingkat konflik yang tinggi.
Pekerja berhak untuk mempunyai hak untuk pesangon dan hak lainnya
sesuai dengan ketentuan atau berdasarkan putusan pengadilan setelah
memeriksa perselisihan.