ARCHITECTURE TRADITIONAL OF MAYBRAT IMIAN SAWIAT PAPUA TRIBALS “HALIT - MBOL CHALIT”
IN THE SOCIO CULTURAL LIVING SOCIETY WITHIN REDESIGN CONCEPT OF TRADITIONAL TO MODEREN
OLEH
HAMAH SAGRIM
06. 2411. 1068
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 1
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Matakuliah Kuliah Kerja Lapangan (KKL II) dengan judul: ARSITEKTUR
TRADISIONAL SUKU MAYBRAT IMIAN SAWIAT PAPUA DALAM KEHIDUPAN
SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT ini telah dibaca/diperiksa dan diterima/disetujui oleh
dosen Matakuliah untuk selanjutnya diuji/dipertanggungjawabkan.
Satrio HB Wibowo, ST
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 2
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
KATA PENGANTAR
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 3
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
arsitektur-arsitektur
arsitektur tradisional Nusantara tanpa terkecuali arsitektur tradisional suku Maybrat,
Imian, Sawat, Papua, halit-Mbol
halit chalit. Fokus
okus konsep inilah yang mendorong dan
menginspirasikan kami sehingga meneliti, mendata dan meredesain arsitektur tradisional Suku
Maybrat, Imian, Sawiat, Papua.
Kami ucapkan selamat kepada Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Widya Mataram
Yogyakarta, yang
ang telah memfokuskan diri dalam program Penelitian, Pendataan, maupun
Pengembangan Konsep arsitektur tradisional Nusantara, mudah-mudahan
mudah mudahan sebagai contoh yang
berharga bagi anak-anak
anak negeri Pertiwi.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 4
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
PRAKATA
Puji syukur penulis haturkan ke hadiran Allah Yang Maha Kuasa, karena atas Izin-Nya
Izin
penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan KKL II yang berjudul : ARSITEKTUR
TRADISIONAL SUKU MAYBRAT IMIAN SAWIAT PAPUA DALAM KEHIDUPAN
SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT ini. Kiranya dapat bermanfaat sebagai referensi yang
memuat akan data – data arsitektur tradisional maybrat, imian, sawiat papua Indonesia.
Yogyakarta ………April
……… 2010
Penulis
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 5
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
LEMBAR PERSEMBAHAN
====================================================================
Special Princes
Ayah dan Ibu Tercinta Nixon Sagrim (Almarhum) dan Marlina Sagrim/Sesa
=====================================================================
Tulisan ini merupakan
upakan suatu persembahan kami kepada seluruh Masyarakat Suku
Maybrat Imian Sawiat dimana saja berada, dengan tujuan bahwa tulisan ini kiranya
mengungkapkan jati diri orang Maybrat Imian Sawiat berkaitan dengan sejarah arsitektur dan
kelengkapan proses membangun
angun rumah tradisional Maybrat, Imian, Sawiat, serta budaya
budaya-budaya
merka khususnya guna menumbuhkembangkannya dikemudian hari. Karena disadari bahwa
dewasa ini dan mungkin masa akan datang, bila keeksistensian arsitektur tradisional Maybrat,
Imian, Sawiat tidak ditampilkan ke permukaan secara jelas, maka suatu saat karya membangun
bangunan yang mempunyai nilai cukup tinggi ini akan punah.
Kami berharap tulisan – tulisan tentang rumah tradisional Maybrat Imian Sawiat dalam
buku ini dapat memacu semangat bagi
ba orang - orang Maybrat, Imian, Sawiat untuk mencipta
dan berkarya dalam dunia kebudayaan arsitektural mereka yang terlihat jujur, sederhana dan
indah dalam meramu segala kekayaannya.
Persembahan yang sama kami persembahkan kepada :
1. Bpk. Cornelis F. Sagrim
rim yang selama ini membantu dalam pendidikan kami.
2. Bpk. Bernard. N. Sagrim yang telah banyak membantu kami
3. Kekasihku Novita C Bleskadit
4. Anak-anakku:
anakku: Joyner P. Mrar, Bernard Sayoh, Lil Wiliam, Tika.
5. Sayoh Sagrim (alm)
6. Marthen mekeit sagrim (alm)
7. Hayafi Sagrim (alm)
8. Leonard Safkaur
9. Adrianus Duwith
10. Silas Safkaur (alm)
11. Petrus Safkaur
12. Yahya Kareth (alm)
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 6
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 7
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar : Peta Propinsi Irian Jaya Barat Gambar Peta Kabupaten Sorong selatan
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 8
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 9
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
PRAKATA
Puji syukur penulis haturkan kepada Kristus Sang Raja Damai, yang telah mengilhami
karunia briliant kepada kami sebagai potensi yang mampu melahirkan penulisan laporan Kuliah
Kerja Lapangan II ini sebagai sebuah tulisan yang tergolong ilmia
ilmiah,
h, yang diajukan sebagai
persyaratan dalam mengikuti mata kuliah: Kuliah Kerja Lapangan II Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Widya Mataram Yogyakarta “UWMY” dengan judul Arsitektur
Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, Dalam kehidupan Sosial Budaya
Masyarakat, dan Usulan Konsep desain dari bentuk Tradisional ke bentuk Moderen.
Dengan segala kerendahan hati, Penulis menghaturkan terimakasih yang sebesar-
sebesar
besarnya kepada:
1. Satrio HB Wibowo, ST. Selaku Dosen mata kuliah KKL II serta
ser Mentor yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis.
2. Prof. Darwis Khudori, Dosen Lé Havre University Prancis, yang telah banyak memberi
pengarahan dan inspirasi tentang makna kebudayaan setiap suku bangsa, yang dibahas
dalam thema utama pada peringatan Konferensi Asia – Afrika, 55 Bandung 55 2010, di
Cape Town Afrika Selatan, Aljazaer, Maroko, Thailand, Philipina, Indonesia dan Prancis,
dengan Thema konferensi adalah: DIVERSITY IN GLOBALISED SOCIETY
“KEBUDAYAAN MASYARAKAT YANG TERGLOBALISASIKAN”. Yang mana
penekanannya pada kebhinekaan budaya lokal yang dibenturkan dengan budaya
globalisasi atau yang terglobalisasikan.
3. Yafet Naa, sebagai informan dan Pelaku temurun.
4. Ayah dan Ibu Nixon M. Sagrim, sebagai orang tua kami yang juga sebagai sumber
informasi.
5. Pelaku-pelaku
pelaku arsitek tradisional Maybrat, Imian, Sawiat.
6. Alberd Duwit, ST. Sebagai seorang Kakak yang selalu memberi arahan, sapa, tegur dan
tawa, yang sangat membantu memberikan sumbangsih dalam setiap aktivitas kegiatan
kami termasuk Penelitian tentang Rumah tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat,
Papua.
7. Kekasihku, Novita Bleskadit, yang banyak memacu motifasi dan semangat kami.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 10
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Penulis berharap, Laporan KKL II ini bisa dijadikan sebagai rujukan untuk
mengembangkan arsitektur tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, dengan tujuan
melahirkan rekomendasi dari Pemerintah Kabupaten Sorong Selatan dan Kabupaten
Maybrat, Papua serta Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Widya Mataram “UWMY”
untuk bekerjasama dalam pengembangan konsep arsitektur Maybrat,
Maybrat, Imian, Sawiat, Papua,
yang khas.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 11
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
DAFTAR ISI
JUDUL HALAMAN
PENGANTAR ............................................................................................................... i
PRAKATA ..................................................................................................................... iii
LEMBAR PERSEMBAHAN ....................................................................................... iv
LAMPIRAN PETA PURBA PULAU
PULA PAPUA .......................................................... vi
LAMPIRAN SKETSA WAJAH ORANG PAPUA TIAP SUKU DISKETSA PADA
TAHUN 1858...................................................................................................................
................................................................................................................... vii
PRAKATA......................................................................................................................
...................................................................................................................... viii
DAFTAR ISI............................................................................................................
............................................................................................................
................................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Permasalahan ....................................................................................................
................................................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................
............................................................................................ 3
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 12
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
G.5. Komponen-Komponen
Komponen Iklim ................................................................... 55
G.6. Iklim dan Arsitektur ................................................................................. 55
G.6.a. Hubungan Iklim
Iklim dengan Teori Evolusi dan Ekologi Arsitektur 56
G.6.b. Analisa Iklim dalam Arsitektur................................................
Arsitektur................................................ 58
G.6.c. Pengaruh Iklim Terhadap Manusia ......................................... 59
H. Kenyamanan Thermal .............
.....................................................................................
........................................................................ 60
H.a. Tingkat Perencanaan Lingkungan Binaan Dalam Aspek Kenyamanan
Thermala dalam ruang bangunan .........................................................
............................................... 60
H.b. Perencanaan Untuk Bangunan Satu lantai Eksterior .......................... 60
H.c. Interior Bangunan ..................................................................................... 61
H.d. Selubung Bangunan ..................................................................................
...................... 62
H.e. Teori Kenyamanan Thermal .................................................................... 63
H.f. Manusia dan Kenyamanan Thermal ....................................................... 63
H.g. Lingkungan Thermis.................................................................................
Thermis ........................................................................ 64
H.h. Pengaruh Kenyamanan Thermal ............................................................ 65
H.i. Suhu Udara .................................................................................................
................................................................................................. 65
H.j. Kecepatan Angin ....................................................................................... 66
H.k. Kelembaban Udara Relatif ...................................................................... 66
H.k.1. Potensi Pendingin Pasif ............................................................ 68
H.k.2. Pengaruh Kenyamanan Terhadap Prestasi Kerja ................ 69
H.k.3. Faktor--Faktor
Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Udara Luar .... 69
H.k.4. Faktor--Faktor yang Mempengaruhi
engaruhi Kondisi udara Dalam...
Dalam 70
H.l. Strategi Perancangan Thermal ................................................................ 72
I. Filosofi Simbol Kebesaran Pada Ornament.................................................... 75
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 13
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
1. Populasi ........................................................................................................ 80
2. Sampel ..........................................................................................................
.......................................................................................................... 81
C. VARIABEL YANG DIPELAJARI ................................................................. 81
D. JALANNYA PENELITIAN .............................................................................
.................... 81
1. Metode Penelitian ....................................................................................... 81
2. Alat dan Materi Penelitian ......................................................................... 82
a. Penelitian Daerah Pengukuran ............................................................ 82
b. Perekam dan Pemotretan ..................................................................... 82
c. Interview (Wawancara) ........................................................................
............................................................... 83
d. Alat Perekam dan Pengukur................................................................ 83
3. Tahap Kerja Lapangan .............................................................................. 84
4. Kompilasi Data dan Interpretasi Data ......................................................
............................................. 84
5. Analisis Data ................................................................................................ 84
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 14
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 15
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 16
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
b. Faktor-faktor
faktor iklim tropis yang mem
mempengaruhi
pengaruhi kenyamanan Thermal dalam
ruang ...................................................................................................... 342
c. Analisis Pengaruh Iklim terhadap Kenyamanan thermal Rumah Halit
Halit-mblol
chalit ......................................................................................................
...................................................................................................... 351
d. Hubungan Bentuk Arsitektur Rumah Tinggal Halit-Mbol
Halit Mbol Chalit dengan
kenyamanan thermal ............................................................................ 355
e. Analisis Lokas
Lokasi dan sistem Tatanan Lingkungan .............................. 361
f. Analisis Pengaruh Iklim Terhadap Kenyamanan Thermal Rumah tinggal
Halit – Mbol Chalit ............................................................................... 362
B.2. Nilai Bangunan Arsitektur Maybrat Imian Sawiat ............................... 366
B.3. Analisis Simbol Kebesaran Kedalam BangunanSebagai Ornament.... 370
B.3.a. Bentuk Pengadopsian dari Model Jahitan koba-koba
koba koba – am – hatik dan
Noken – yu (Tas) sebagai estetika dan dekorasi....................................
dekorasi.................................... 376
B.3.b. Nilai Bangunan Arsitektur Tradisional dalam perkembangan
pembangunan ........................................................................................... 382
B.3.c. Keberhasilan penerapan Konsep arsitektur tradisional dalam
Pembangunan Papua ............................................................................... 385
B.3.d. Ketidak berhasilan konsep pembangunan tanpa arsitektur
tradisional ...............................................................................................
............................................................................................... 386
BAB V PENUTUP ....................................................................................................... 388
A. KESIMPULAN DAN SARAN ...................
........................................................................
..................................................... 388
B. USULAN/REKOMENDASI ........................................................................... 394
B.1. Usulan Konsep Mencipta bentuk Arsitektur Maybrat, Imian, Sawiat –
Rekomendasi .....................................................................................................
..................................................................................................... 396
LAMPIRAN GAMBAR ............................................................................................... 406
KAMUS ..........................................................................................................................
.......................................................................................................................... 411
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 425
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 17
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Republik Indonesia adalah sebuah Negara kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau dan
didominasi oleh perairan laut yang luasnya mencapai 62% dari luas Indonesia, dengan sepanjang
81.000 km, serta terdapat sekitar 9261 desa pantai dengan jumlah penduduk 22 %. Di wil
wilayah
pantai dan 78 %. Di wilayah daratan, yang mana terdapat berbagai macam aktivitas diantaranya
adalah industri, perdagangan, transportasi, pelabuhan, tambang, pertanian, rekreasi, dan
permukiman.
Pada banyak satuan permukaan, perairan laut dan daratan merupakan
merupakan ruang yang relatif
dominan dengan berbagai pola permukiman. Dari sekian banyak permukiman perairan laut dan
daratan, salah satu diantaranya adalah Suku Maybrat, Imian, Sawiat, di Kabupaten Sorong
Selatan dan Kabupaten Maybrat, Papua.
Secara geografis
afis suku Maybrat mendiami di Distrik Ayamaru, Aitinyo, Aifat. Suku Imian
Sawiat hidup di distrik Sawiat dan Teminabuan. Distrika Ayamaru, Aitinyo, Aifat dan Sawiat
semulanya termasuk bagian dari Kabupaten Sorong Selatan Propinsi Irian Jaya Barat, yang
beribukotanya di Teminabuan namun saat ini Distrik Ayamaru, Aitinyo, Aifat telah membentuk
kabupaten sendiri Maybrat. Distrik Ayamaru terletak di sebelah selatan dari Kabupaten Sorong
Selatan. Distrik Aitinyo terletak di sebelah Timur dari Kabupaten Sorong Selatan, Aifat terletak
sebelah Timur Kabupaten Sorong Selatan dan bersebelahan dengan Distik Aitinyo dan Distrik
Sawiat terletak di sebelah Barat Kabupaten Sorong Selatan, dengan tipe iklim tropis basah, dan
di dominasi oleh penduduk dengan mata pencahar
pencaharian
ian Petani, Nelayan dan pemburu. Dari
aktivitas yang heterogen ini ditunjang oleh rumah panggung dan rumah gantung dengan material
pendukung umumnya berasal dari alam, dan berdiri atas perairan bagi para nelayan, dan bagi
para petani struktur bangunan berdiri
berdiri diatas permukaan tanah, sungai, pesisir pantai maupun di
atas pohon.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 18
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Penghuni pemukiman ini adalah merupakan etnik yang terdiri dari satu suku besar yaitu
suku Maybrat, dan dua anak suku yaitu Imian, Sawiat yang adalah suku besar dari Tehit. Mata
pencaharian pokok mereka adalah berkebun, menangkap ikan dengan perahu dan memburu
binatan liar dengan Tombak, Jubi, Panah, Parang dan Anjing. Suku ini mayoritas sebagai suku
bangsa Nelayan, Petani dan Pemburu, yang telah mengembangkan pertanian serta cara
ca perburuan
mereka sejak beberapa abad lamanya, sehingga dikenal dengan sebutan manusia nelayan, petani
dan pemburu.
Sebagai manusia nelayan, petani dan pemburu, mereka melakukan segala aktivitas dan
menghabiskan hidupnya dengan mengail, bercocok tanam dan
dan memburu. Kemudian sejalan
dengan bertambahnya waktu, manusia nelayan - petani - pemburu ini menetap dalam suatu
hunian dan berkelompok membentuk suatu permukiman ((urban space),
), namun budaya mengail,
bertani dan memburu masih mempengaruhi kehidupan mereka sampai sekarang.
Keberhasilan dan kelanggengan perumahan ini untuk tetap bertahan, berarti telah terbukti
keterujiannya untuk mengantisipasi iklim lingkungannya. Ketangguhan rumah tinggal suku
Maybrat Imian Sawiat beserta nilai-nilai
nilai budaya masyarakatnya terhadap pengaruh iklim
lingkungannya sehingga kenyamanan thermal dalam ruang dapat tercapai, serta dirasa perlu
untuk diteliti.
B. Permasalahan
Berdasarkan gambaran yang telah diuraikan pada latar belakang, maka permasalahan dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh bentuknya arsitektur rumah tinggal suku Maybrat Imian Sawiat
Papua dalam menciptakan kenyamanan thermal bangunannya?
2. Bagaimana pengaruh faktor iklim terhadap kenyamanan thermal rumah tinggal suku
Maybrat Imian Sawiat (Halit) di wilayah
wilayah pesisir dan wilayah pegunungan Kabupaten
Sorong Selatan dan Kabupaten Maybrat Papua
3. Pengembangan redesain dari bentuk tradisional menjadi bentuk moderen dengan
mempertahankan seluruh aliran art dan tekstur daripada arsitektur tradisional suku
Maybrat Imian
ian Sawiat.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 19
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
C. Tujuan Penelitian
Berangkat dari permasalahan yang telah diungkapkan pada uraian latar belakang, maka yang
menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh bentuk arsitektur rumah tinggal suku Maybrat Imian
Sawiat Papua (halit) dalam menciptakan kenyamanan thermal bangunannya.
2. Untuk mengetahui faktor iklim terhadap kenyamanan thermal rumah tinggal suku
Maybrat Imian Sawiat Kabupaten Sorong Selatan dan Kabupaten Maybrat, Papua.
3. Untuk mengembangkannya menjadi bentuk moderen dengan mempertahankan gaya
dan aliran arsitektur rumah tinggal suku Maybrat Imian Sawiat.
D. Manfaat Penelitian
Seluruh hasil yang didapat dari studi penelitian ini baik berupa rumusan-rumusan,
rumusan
pembuktian teori ataupun temuan-temuan
temuan tertentu diharapkan:
1. Dapat
at memberi kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat
dipergunakan untuk kemungkinan penelitian lebih lanjut tentang rumah tinggal suku
Maybrat Imian Sawiat wilayah pesisir dan pegunungan.
2. Dapat memberi masukan teknis dalam rancangan bangunan
bangunan rumah tinggal suku Maybrat
Imian Sawiat yang khas yaitu di wilayah pesisir dan wilayah pegunungan dalam
merespons akan pengaruh iklim tropis lembab, Sehingga selain aspek teknis dan
kesehatan dapat lebih memenuhi persyaratan, dari aspek sosial budaya m
masyarakat
setempat yang dapat sesuai dan diterima.
3. Dapat menjadi masukan kepada pemerintah dan masyarakat dalam setiap aktifitas
pembangunan. Memindahkan pengaruh iklim di daerah tropis lembab sehingga
pembangunan yang di laksanakan selalu mengacu pada faktor
faktor lingkungan.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 20
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 21
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
sosial dan kebudayaan) untuk mereka dapat tetap melangsungkan kehidupannya, yaitu
memenuhi kebutuhan – kebutuhan dan untuk dapat hidup secara lebih baik lagi. Karena itu
seringkali kebudayaan juga dinamakan sebagai ““blueprint” atau desain menyeluruh dan
kehidupan.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 22
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
sebagai anggota masyarakat, sebagai makhluk sosial yang akan berinteraksi – interelasi
dan berinapendensi
ensi dengan anggota masyarakat lainnya.
d. Esteem needs atau ego needs, adalah jenjang kebutuhan yang keempat yang berisikan
kebutuhan – kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, akan penghargaan yang
didasarkan pada keinginan untuk mendapat kekuasaan (power
(power needs).
ne Pada dasarnya
ingin dihargai dan keinginan inilah yang menghasilkan kebutuhan orang Maybrat, Imian,
Sawiat, akan penghargaan tersebut yang disebut dengan “Bobot”.
“
e. Self actualization needs atau self Fulfillment needs, jenjang kebutuhan ini berisikan
kebutuhan
ebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, sehingga menreka dapat mengembangkan
bakat dan kemampuannya dengan sepenuhnya. Kebutuhan ini merupakan ciri hakiki
manusia umumnya.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat
Maybrat, Imian, Sawiat, mempunyai peranan penting dalam
pemenuhan kebutuhan – kebutuhan mereka, oleh karena itu arsitektur Tradisional Suku Maybrat,
Maybrat
Imian, Sawiat, bukan hanya menyangkut
meny ngkut masalah fungsionalitas saja, bukan hanya diperuntukan
sebagai wadah kegiatan mereka belaka, dan tidak hanya sebagai sarana pemenuhan
pem kebutuhan
fisiologik. Perwujudan arsitektur Tradisional Suku Maybrat,
Maybrat Imian, Sawiat, tidak hanya
berlandaskan pada asas fungsionalitas atau kegunaan saja, walaupun asas ini cukup dominan,
akan tetapi tidak akan menjadi asas satu – satunya ataupun penentuan
nentuan didalam perwujudan hasil
– hasil karya arsitektur.
Perwujudan Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat tidak hanya menyangkut
aspek – aspek fungional saja, melainkan menyangkut seluruh aspek kebutuhan didalam
kebutuhan Manusia Maybrat Imian Sawiat. Perwujudan arsitektur yang mengandung nilai – nilai
manusiawi.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat,
Maybrat Imian, Sawiat, merupakan manifestasi dari nilai –nilai
budaya, yang mana ditentukan oleh lima masalah didalam kehidupan mereka yaitu : hakekat
hidup,
p, hakekat karya, persepsi mereka tentang waktu, pandangan mereka tentang alam dan
hakekat mereka dengan sesamannya.
Kelima masalah dasar ini banyak berkaitan dengan lingkungan, baik lingkungan alami
maupun lingkungan fisik mereka yang mana terbangun dengan
dengan lingkungan sosial. Dua masalah
yang berkaitan dengan masalah lingkungan mereka yaitu pandangan mereka tentang alam, dan
hakekat mereka dengan sesamanya. Kedua masalah ini akan menentukan orientasi nilai budaya
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 23
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
mereka terhadap alam dan sesama mereka, yang kemudian direfleksikan kedalam wujud
arsitekturalnya.
Berkaitan dengan sikap dan orientasi Suku Maybrat Imian Sawiat terhadap alamnya, mereka
telah mengalami peradaban dalam kebudayaan mereka yaitu :
• Pancosmism, merupakan fase dimana Suku Maybrat Imian Sawiat tunduk kepada Alam
dan Merasa mereka adalah bagian dari alam. Hal ini merupakan kecenderungan
kehidupan mula – mula nenek moyang mereka yang mana tidak mampu dalam mencipta
segala sesuatu bagi mereka, termasuk membangun suatu tempat tinggal (rumah) bagi
mereka. Hal ini cenderung mendorong nenek moyang mereka menjadi bersikap pasrah
terhadap kondisi alam.
• Anthropocentries, merupakan fase dimana Suku Maybrat Imian Sawiat dengan
kemampuannya menguasai alam dan merasa berkuasa atas alam sekitar mereka.
Eksploitasi alam ini mendorong terjadinya kerusakan – kerusakan lingkungan alam
disekitar permukiman mereka.
• Holism, merupakan tahapan atau fase dimana Suku Maybrat Imian Sawiat mampu
menyelaraskan kehidupan dan aktifitasnya dengan alam sekitar. Dalam mendaya
men gunakan
lingkungan alamny, Suku Maybrat Imian Sawiat juga mampu memperhatikan daya
dukung akan alam sekitar mereka sehingga kelangsungan aktifitas mereka tetap
berlangsung.
Pandangan – pandangan Suku Maybrat Imian Sawiat terhadap situasi dan alamnya memiliki
m
pengaruh yang sangat besar bagi wujud Arsitektural mereka. Ketergantungan Suku Maybrat
Imian Sawiat terhadap situasi dan alam termanifestasi kedalam wujud arsitekturnya yang sangat
tergantung pada karakter – karakter alam dan situasi lingkungan se
sekitar.
kitar. Hasil karya Arsitektur
Tradisional mereka cenderung mengandung makna ketakutan mereka akan alam dan kehidupan
mereka dan terhadap alamnya yang berkaitan dengan masalah – masalah mistis ataupun kekuatan
– kekuatan ghaib dan kekuatan musuh yang berada diluar diri mereka. Keinginan mereka untuk
menguasai alam membuat mereka cenderung berupaya untuk mengeksploitasi alam sekitar. Hasil
– hasil karya Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat menjadi sangat jauh dari
lingkungannya lepas dari lingkung
lingkungan
an alamiahnya. Keselarasan dengan alam, Suku Maybrat
Imian Sawiat cenderung mencari pertautan dengan lingkungan mereka. Kekuatan – kekuatan
lingkungan dan alam sekitar tidak lagi dikaitkan dengan kekuatan Theologi moderen atau yang
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 24
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
B. Aspek Sosial Budaya Suku Maybrat Imian Sawiat Pesisir dan Pegunungan.
Suku Maybrat Imian Sawiat melengkapi diri mereka dengan kebudayaan, yaitu perangkat
pengendali berupa rencana, aturan, resep dan instruksi yang digunakan oleh mereka untuk
mengatur terwujudnya tingkah laku dan tindakan tertentu. Dalam pengertian ini, kebudayaan
mereka berfungsi sebagai “alat” yang paling efektif dan efisien dalam
dalam menghadapi lingkungan.
Kebudayaan Suku Maybrat Imian Sawiat yang cenderung adalah
adalah bukanlah sesuatu yang dibawa
bersama semenjak kelahiran, melainkan diperoleh melalui sosial kehidupan sehari – hari mereka.
Dalam pengertian ini, kebudayaan adalah pengetahuan.
pen
Secara sederhana, masyarakat pantai adalah merupakan sekelompok orang atau penduduk
yang kehidupannya tergantung pada laut baik sebagai sumber atau sarana. Menurut Mattuladan
dalam Sudharta P. Hadi, 1995, mengungkapkan bahwa masyarakat pantai ber
berada dalam
kehidupan budaya laut atau kehidupan yang mendapatkan inspirasi dan kreativitas yang tumbuh
dari suasana lautan, suasana maritim. Sebaliknya, secara sederhana, masyarakt
pegunungan/daratan merupakan kelompok atau penduduk yang hidupnya tergantung pada
perladangan dan hutan sebagai sumber. Masyarakat daratan/pegunungan berada pada kehidupan
yang mendapatkan inspirasi dan kreativitas yang tumbuh dari suasan alam hutan.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 25
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 26
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
c. Struktur Koloum
Koloum merupakan struktur dasar (kaki) sebuah bangunan yang mana berdiri sebagai
s
ukuran dalam pembentukan suatu bangunan dengan ruang – ruangnya. Koloum yang posisinya
berhubungan langsung dengan pondasi, terdiri dari struktur koloum Induk dan koloum Bantu.
d. Interior
Tujuan dari membangun suatu bangunan adalah untuk menciptak
menciptakan ruang beraktifitas
dan ruang berlindung yang nyaman. Interior dalam pengertian bahasa inggris dan (samu
( mato)
dalam bahasa Maybrat, adalah ruang dalam bangunan, oleh karena itu interior merupakan salah
satu elemen yang tercipta atas hasil bangunan yang terbentuk oleh elemen vertikal (dinding-
(dinding
dinding) dan elemen horizontal (lantai)
Selain kepala, badan dan kaki, manusia juga memiliki hati. Hati adalah salah satu organ
penting manusia yang mana mampu memberikan yang terbaik dan yang tidak baik dalam
pertimbangan
imbangan pemikiran seseorang, begitupun ruang dalam sebuah bangunan yang mana mampu
menyimpan segala rahasia seseorang penghuni baik itu yang berkaitan dengan hal yang baik dan
‘hal tidak baik’.
2. Fungsi Bangunan Rumah
umah
Bangunan rumah merupakan kebutuhan manusia, yang mana tidak hanya sekedar
dibutuhkan semata – mata namun secara umum bangunan dibutuhkan sebagai tempat melindungi
diri atau suatu hunian moderen dan gudang. Bangunan juga berfungsi sebagai tempat
menampung segala
egala sesuatu yang berkaitan dengan aktifitas dan kebutuhan penghuni yang
berkelanjutan. Khusus fungsi bangunan akan di ulas secara detil sebagai berikut :
a. Fungsi Atap
Atap yang secara univorum dikenal, merupakan suatu struktur atau elemen bangunan
yang berfungsi sebagai penutup bangunan dan pelindung yang memberi kenyamanan kepada
penghuni dari matahari, hujan, angin serta pengaruh situasi iklim sekitarnya.
Atap (afi) dalam pengertian orang Maybrat Imian Sawiat, dibutuhkan sebagai penerus
aliran hujan dan penghambat terik matahari kedalam ruang bangunan (interior).
b. Fungsi Dinding
Dinding (kriras) merupakan struktur atau elemen suatu bangunan yang dibutuhkan.
Didinding bahwasanya berfungsi membentuk suatu ruang, melindungi penghuni dari angin, dan
melindungi penghuni dengan segala aktifitas yang sedang berlangsung dalam ruang.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 27
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
c. Fungsi Koloum
Koloum (hafot) sebagai salah satu struktur atau elemen terpenting dalam membang
membangun
sebuah bangunan, Karena selain kloum yang berfungsi sebagai pemikul bangunan beserta segala
isinya dan sebagai penyalur beban suatu bangunan ke tanah, struktur koloum juga merupakan
suatu elemen yang dijadikan sebagai patokan atau ukuran dalam membentuk
membentu suatu bidang dan
ruangan tertentu.
Bagi orang Maybrat Imian dan Sawiat, struktur koloum diperlukan untuk pembentukkan
suatu bentuk bangunan dan menambah ketinggian bangunan. Pemikiran tersebut berkaitan
dengan situasi mula – mula mereka yang hidupnya sselalu
elalu berperang, sehingga dalam meramu
suatu rumah hunian biasanya terlihat sangat monumental dan dilapisi kayu, karena dapat
terhindar dari serangan musuh yang tiba – tiba di luar kemampuan dan kesiapsiagaan mereka.
d. Fungsi Ruang dalam Interior
Interior (samu mato) merupakan pusat keberlangsungan segala aktifitas, oleh karena itu
interior mempunyai peranan dan fungsi yang sangat luas dalam mendirikan suatu bangunan.
Orang Maybrat Imian dan Sawiat pada hakekatnya membutuhkan suatu ruang untuk
kelangsungann akan aktifitas mereka, hunian dan kenyamanan keberlangsungan hidup dan
kehidupan mereka.
3. Makna Bangunan
Bangunan atau rumah di maknai sebagai jantung kehidupan yang mampu memberi
kehidupan yang layak kepada penghuninya. Rumah juga di isyaratkan dengan filosofi manusia,
yang terdiri dari kepala (atap), badan (dinding dan interior) dan kaki (koloum).
Ada ungkapan dimasyarakat yang berbunyi “rumah mu, wajahmu, dan jiwamu”. Dari
ungkapan itu tampak bahwa perumahan dalam kehidupan manusia Maybrat Imian Sawi
Sawiat
mempunyai arti dan makna yang dalam yaitu : kesejahteraan, kepribadian, dan keberadaban
manusia penghuninya (suatu masyarakat atau suatu bangsa). Perumahan tidak sekedar dilihat
sebagai suatu benda mati atau sarana kehidupan semata – mata, tetapi lebih dari itu, perumahan
merupakan suatu proses bermukim. Kehadiran manusia dalam menciptakan ruang hidup di
lingkungan masyarakat dan alam sekitarnya. Bermukim pada hakekatnya adalah hidup bersama,
dan untuk itu fungsi rumah tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat
Sawiat adalah sebagai tempat tinggal
dalam suatu lingkungan yang mempunyai prasarana dan sarana yang diperlukan oleh mereka
untuk memasyarakatkan dirinya. Rumah juga merupakan sarana pengaman bagi diri manusia,
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 28
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 29
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
3. Orientasi Diri
Orient = umur, bisa diartikan sebagai permulaan matahari terbit hingga terbenam. Hal
ini membawa pengertian adanya sumbu arah lainnya, yaitu utara selatan. Sehingga
dengan dua persilangan menimbulkan rasa satu pusat. Pusat ini dapat dianggap sebagai
pusat kehidupan, tempat berpegang. Sehingga kalau ada suatu pusat, tentunya akan
menimbulkan nilai yang berbeda. Perbedaan nilai – nilai bisa berdasarkan suatu prioritas
dan tidak hanya berupa suatu bidang yang berdua dimensi, tetapi juga kearah vertikal
(tiga dimensi).
4. Cermin Sikap Hidup
Rumah sebagai cermin sikap hidup, berarti mampu menunjukkan cara pandang dalam
kehidupan. Sikap hidup tersebut bisa berarti relegius, praktis dan sebagainya. Sikap yang
terbuka, mau bersahabat dan ramah terhadap sesame ma
maupun
upun alam akan tampil berbeda
dengan rumah penghuninya yang mana bersikap menguasai alam (tertutup)
Bangunan tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat memuat kaedah – kaedah
sebagai berikut :
a. Wujud
Arsitektur Tradisional Maybrat Imian Sawiat merupakan perwujudan
perwuj suatu
kebutuhan, yang mana mewadahi aktivitas – aktivitas penghuni yang akan terjadi
didalam.
b. Anatomi
Arsitektur Tradisional Maybrat Imian Sawiat Sebagai salah satu
kreativitas. Bentuk rumah tradisional Masyarakat Maybrat Imian Sawiat yang
terpakai, dimana terdapat aturan/susunan yang harus dipenuhi agar bisa berfungsi.
c. Identitas
Mewakili si pemilik, fungsi, lokasi. Bangunan memberi gambaran akan
apa yang terwadahi.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 30
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 31
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 32
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Jenis
Jenis-jenis rumah ini biasanya
dibangun oleh orang Maybrat,
Imian, Sawiat, di ladang atau
perkebunan mereka yang terletak
di hutan dan sangat jauh dengan
areal hunian penduduk
(perkampungan). Selain jenis
rumah ini dibangun di tengah-
tengah hutan, jenis bangunan
rumah ini merupakan aliran
rumah tertua yang pernah
dibangun sebagai tempat hunian
hunian.
Gambar: Gambar:
Rumah gantung pertama orang Maybrat, Imian, Rumah gantung (halit myi-mbol halit)
(halit myi-mbol halit)
Sawiat, zaman lampau. Jenis
bangunan rumah ini dengan menggunakan bahan konstruksi utama adala
adalah kayu dan tali rotan.
Kayu merupakan bahan struktur rangka, sedangkan tali rotan digunakan sebagai bahan pengikat.
Sebagaimana filosofi Maybrat mengatakan bahwa “nbo
“nbo ara mse to su oh mi kbe nsgi samu to
to”
bila diterjemahkan demikian ““kalo ada kayu dan tali baru bisa mendirikan sebuah rumah”.
rumah
Pemahaman orang Maybrat, sedemikian mungkin merujuk pada pembentukan aliran bentuk
rumah dan struktur yang kaku, karena memang demikian bahwa suatu bentuk bangunan dibentuk
oleh struktur rangka yang kaku sehingga ruang-ruang
ruang ruang dalam itu terlihat ada, ketika ditutup
dengan dinding-dinding
dinding bangunan. Berikut lihat gambar struktur rangka sebagai pola utama:
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 33
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gording (sof)
Teras (isit)
balok pemikul (katar)
A-A
A Tangga (Barit)
tungku api (ohat)
balok sokong/pengikat
angin (swir) B--B
Gambar:
Struktur rangka sebagai konstruksi utama
Jenis ikatan kupu – kupu adalah jenis ikatan yang baik dan daya tahannya lebih kuat. Orang yang
bisa mengikatnya sedemikian adalah orang yang rajin serta
termasuk dalam katergori
orang berpengalaman
dalam meramu rumah
menurut kepercayaan
mereka. Jenis ikatan
silang ‘x’, adalah salah
satu jenis ikatan yang baik,
Gambar: daya tahannya juga
Detail A-A Model Ikatan kupu-kupu zooming
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 34
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 35
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Orang Maybrat, Imian, Sawiat, selalu mendirikan bangunan rumah halit atau rumah gantung
yang mana hanya memiliki satu ruang atau kamar yang multi fungsi.
fungsi. Dikatakan multifungsi
karena segala aktifitas dilakukan didalam satu ruang kamar. Selain multi fungsi, juga familiar
atau memiliki kesan keakraban dan kesamaan, karena setiap kegiatan yang dilakukan dalam
ruang tersebut tidak disembunyikan (tanpa ada halangan) bebas, serta transparan,
dengan filosofi mereka yang kental bahwa “ohat
“ sou su, samu sou su”artinya
”artinya satu tungku api
dan satu rumah sebagai tempat tinggal bersama. Filosofi ini merujuk pada kesan kebersamaan
dan keakraban.
Jenis halit myio-bol
bol halit – rumah gantung banyak dijumpai di hutan – hutan pada zaman
orang Maybrat, Imian, Sawiat masih berperang, namun setelah mereka sudah hidup dalam
kedamaian, jenis rumah tersebut jarang di temukan karena kehidupan mereka sudah
berkelompokk yang mana terkumpul dalam suatu perkampungan. Setelah hidup dalam
bermasyarakat, manusia Maybrat, Imian dan Sawiat tidak secara gampang melupakan jenis –
jenis bangunan mereka tetapi masih sering juga dibangun di perkampungan mereka, hingga
tahun 2005, dii kota sorong walikota menginstruksikan bahwa untuk menyonsong hari natal 25,
desember, warga di kota sorong dilombaan bangunan rumah gantung. Yang mana akan
diberihadiah kepada masing-masing
masing pemenang yang mempunyai bangunannya estetis dan layak.
Ya begitulah
lah sampai kini manusia Maybrat, Imian dan Sawiat trus membangunnya dan hal ini
patut di angkat jempol karena memberi inspirasi dan pengalaman tersendiri kepada kaum muda
yang ada di sana.
Dari bentuk bangunan yang ada, dapat dilihat bahwa rumah tradisional
tradision orang Maybrat,
Imian, Sawiat, mula – mula tidak mengenal adanya pembagian ruang, namun yang ada hanyalah
satu ruang yang multifungsi.
Dari kejelasan ruang tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kehidupan dalam keluarga
mengesankan adanya suatu kesan kkeakraban,
eakraban, demikianlah sebagaimana yang jumpai. Dikatakan
bahwa tumah orang Maybrat, Imian Sawiat memberi kesan keakraban, karena di dalam ruang
tersebut setiap anggota keluarga bila melaksanakan segala sesuatu tidak tersembunyi oleh yang
lainnya, dan apapunn yang dilakukan oleh seseorang anggota keluarga merupakan suatu
kebersamaan, disinilah
isinilah keluhuran keakraban yang sebenarnya.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 36
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar:
pohon besar, dan yang
yan kedua dengan
Gambar:
Rumah kebun Maket rumah kebun
tumpuan diatas tanah, yang mana
(halit wyan) (halit wyan)
struktur konstruksinya dibangun dari
tanah sebagai tumpuannya. Ada pula yang bentuknya tidak tinggi. Lihat pada gambar maket
disamping kanan.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 37
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
dilahirkannya.
Adapun beberapa aturan yang dipa
dipakai
kai dalam fungsi rumah tersebut, misalnya untuk anak-anak
anak
kecil dilarang untuk masuk kedalam rumah tersebut karena dianggap sangat menggangu (risk)
baik gangguan yang akan dialami oleh seorang ibu maupun anak kecil tersebut. Lihat gambar
gam
jenis rumah bersalin.
Orang Maybrat, Imian, Sawiat, selalu mendirikan rumah
rumah-rumah
rumah bersalin bagi istri mereka yang
sedang melahirkan. Jenis rumah bersaling ini biasanya tidak bersifat permanent (sebut saja
tergolong sebagai rumah musiman), yaitu rumah bersalin didirikan jikalau
jika pada saat itu ada
seorang ibu hamil yang akan sedang melahirkan. Rumah bersalin biasanya
biasanya berukuran kurang
lebih 3X3
X3 m, dengan perhitungan hanya dihuni oleh ibu yang melahirkan dengan bayinya. Lama
waktu hunian, biasanyaa berkisar antara dua minggu dan sampai dengan tiga minggu, dan
sampai dengan tiga minggu, adapun larangan kepada anak kecil untuk memasuki rumah tersebut
karena mengakibatkan sesuatu yang fatal (mungkin berkaitan dengan mistis dalam mitologi
mereka).
d. Samu - Amah – Bol → Rumah Tinggal
T Utama
Samu-amah—bol adalah rumah hunian atau rumah tinggal utama yang mana hingga
sekarang tetap di kembang moderenkan. Jenis rumah tersebut bisa dikategorikan termasuk jenis
rumah semi moderen, karena bangunannya lebih besar, kuat, dan ruang – ruangnya sudah
dipetakkan sebagaimana
gaimana rumah moderen lainnya. Jenis rumah ini tidak hanya berbentuk rumah
panggung tetapi sudah dibangun dengan tembok yang
mana rumah-rumah
rumah tembok yg dibangun selalu
merupakan hasil kolaborasi antara bangunan moderen
dan bangunan tradisional. Pada mulanya rumah
tinggal semi moderen suku Maybrat, Imian dan sawiat
merupakan turunan dari rumah gantung (halit
myio/mbol
bol halit) yang mana mula
mula-mula memiliki
ukuran struktur yang sangat tinggi namun ketika
mengalami perubahan, jenis rumah gantung yang juga
Gambar:
dianggap
ggap bangunan yang monumental dirubah menjadi Bentuk rumah tinggal utama semi moderen
dengan ukuran lebih besar dan memiliki
rumah yang tampak semi moderen. Diantara itu kamar
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 38
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
adapun beberapa hal sebagai dasar dalam perbedaan antara rumah gantung dengan rumah tinggal
utama yang semi moderen adalah:
adalah sebagai berikut:
• Ukuran.
Antara rumah gantung
ntung dan rumah tinggal semi moderen, yaitu rumah gantung berukuran
kecil sedangkan rumah hunian semi moderen ukurannya besar.
• Fungsi
Diliat dari fungsinya, rumah gantung hanya mempunyai satu ruangan saja yang
multifungsi, sedangkan rumah semi moderen memi
memiliki
liki tiga sampai empat ruang yang
mana memperkaya fungsi ruangnya sebagaimana kebutuhan pemilik.
• Struktur
Struktur bangunan rumah gantung sangat tinggi ukurannya, dengan ukuran pilar atau
struktur koloum yang sangat panjang mulai dari ± 500 cm – 700cm, ketimbang ukuran
rumah semi moderen yang mana ukurannya ± 300cm –500cm,
500cm, terhitung dari tumpuan
koloum pada tanah hingga bubungan, dan ukuran 500cm kebanyakan pada rumah
panggung sedangkan untuk bangunan dinding tembok berukuran paling tinggi 400cm.
rumah gantung
antung mudah tergerak oleh tiupan angin ketimbang rumah semi moderen.
• Masa/Waktu
Masa/waktu bangunan untuk rumah gantung mampu bertahan selama ± 3-4
3 tahun,
dibanding rumah semi moderen yang mana mampu bertahan hingga ± 4 – 8 tahun.
• Tata
Dilihat dari struktur penataannya, rumah gantung tidak memiliki tata, seperti pekarangan
bunga, halaman rumah, tata ruang, dan tata wajah bangunan maupun penataan
kelengkapan dan finising bangunannya yang mana terlihat pada eksterior dan interior
bangunan.
• Estetika
Pada uraian – uraian diatas maka otomatis disimpulkan bahwa bangunan yang
berestetika adalah rumah semi moderen, yang mana dikembang moderenkan. Bentuk rumah
semi moderen ini dibangun dengan memiliki ruang atau kamar yang terdiri dari kamar tidur,
ruang tamu,, ruang makan, dapur dan balkon atau teras. Berikut lihat denah:
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 39
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Keterangan:
1. Tungku api
2. Dapur
3. K. Tidur
4. K. Tidur
5. R. Tamu
6. Koloum (hafot)
Turunan bentuk
Gambar:
Gambar:
Denah pondasi
Tampak depan rumah hunian
T ompak
semi moderen
u
r Berikut adalah jenis rumah moderen dengan
u dinding beton dan menggunakan pondasi tipe plat
n
menerus. Aliran ini merupakan bentuk rutunan dari
a
n aliran arsitektur semi moderen. Dikatakan
demikian karena gaya bangunannya diturunkan
secara utuh dengan sedikit perubahannya adalah
menggunakan bahan bangunan beton dan senk atau
genteng. lihat denah berikut disamping ini.
Gambar:
Denah pondasi menerus
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 40
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
sulit dijangkaui oleh para musuh, selain menghindar dari musuh juga supaya bisa dengan
denga
gampang melihat situasi sekitar dengan mudah karena posisi mereka diatas ketinggian gunung.
Gua-gua
gua atau lubang batu yang disebut (bomit)
( ) juga sebagai tempat persembunyian. Berikut lihat
gambar. Samu snek/mbol,
bol, adalah benteng pertahanan atau juga disebut-sebut
disebut sebagai rumah
persembunyian. Disebut benteng pertahanan atau rumah persembunyian karena rumah tersebut
biasanya tersembunyi dan sulit untuk dijangkaui orang lain dan juga biasanya banyak dipasang
jebakan ranjau untuk menghalangi para musuh, bahkan jjuga
uga karena lokasi yang dibangun rumah
ini adalah lokasi yang sulit dan sangat sukar dijangkaui dan hanya bisa dijangkaui oleh orang –
orang tertentu saja seperti seorang Ayah, Ibu, Anak dan family terdekat karena suatu alasan,
bahwa jangan orang luar yang mengetahui dimana jalan yang di laluinya sebab bilamana
diketahui orang lain atau musuh, maka mereka akan dibunuh. Karena begitu ketatnya kehidupan
pada zaman prasejarah itu, yang mana terikat dengan kehidupan balas - membalas atau saling
membunuh antar keluarga
eluarga yang satu dengan yang lainnya (familiy war).
f. Samu Mambo –Mol Se → Rumah Nelayan
Samu mambo - bol se adalah merupakan rumah nelayan yang dibangun ditengah
ditengah-tengah
danau, dan rumah tersebut kebanyakan dibangun oleh Suku Maybrat yang tinggalnya disekitar
disek
danau Ayamaru yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Selain suku maybrat yang
membangun rumah nelayan mereka, suku Imian dan sawiat pun memiliki jenis rumah nelayan
yang tidak kalah menarik dengan rumah nelayan suku Maybrat, yaitu rumah kajang.
Rumah kajang adalah suatu jenis rumah nelayan orang Imian dan Sawiat yang hidupnya
di pesisir pantai dan bermata pencaharian sebagai nelayan. Perbedaan antara rumah nelayan suku
Maybrat dan suku Imian, Sawiat adalah, rumah nelayan suku Maybrat dibangun sebagaimana
seb
rumah inap biasanya yaitu dengan struktur bangunan yang berdiri tegak vertikal dan kokoh,
namun untuk rumah nelayan suku Imian dan Sawiat berbeda, yaitu rumah kajang adalah rumah
yang dibangun diatas sebuah perahu, dan rumah kajang tidak berdiri kkokoh
okoh pada suatu tempat
tertentu namun ia selalu dibawa kemana-mana
kemana mana dengan perahu, baik diwaktu mengail maupu
beristirahat.
Kelebihan rumah nelayan orang Maybrat adalah bentuknya yang besar, kuat dan nyaman,
sedangkan rumah nelayan orang Imian dan Sawiat adalah
adalah ukurannya kecil, tidak begitu kuat, dan
tidak begitu nyaman. Berikut lihat gambar.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 41
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar: sebagainya.
Rumah nelayan di sekitar danau
Ayamaru (samu mambo)
Bentuk rumah nelayan dipesisir pantai wilayah
w Tehit,
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 42
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Samu kuano – bol nangli merupakan rumah bujangan kaum perempuan yang masih
bujang (belum menikah). Rumah bujangan perempuan berukuran tidak terlalu tinggi dibanding
rumah bujangan laki – laki, hal itu sudah merupakan tradisi orang Maybrat, Imian dan Sawiat
gambar:
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 44
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Keterangan Gambar:
Gambar: Ruang luar hutan belantara biasanya tidak sacral atau tertutup. Dibagian areal ini
hanya diberi tanda atau kode (morse) seb
sebagai
agai pemberitahuan kepada orang luar yang tergolong
awam atau disebut (finya) atau wanita, (raa in) orang awam yang melintas disekitar areal
kemah k’wiyon – mbol wofle.
Kode atau tanda pada areal ini tidak ada kekuatan ghaib apa-apa,
apa apa, hanya se
sebagai rambu
bahwa di areal tersebut ada kemah suci (k’wiyon-bol
(k’wiyon bol wofle). Warna hijau menunjukkan hutan
belantara atau areal bebas.
2. Kre finya & Raâ iin – Ruang Biasa.
Bilik atau Ruang ini bisa dilewati oleh wanita (finya) biasa yang
mempunyai anak sedang di didik didalam Kemah. Wanita yang
masuk dalam bilik tersebut mengantarkan makanan dan tebu
sebagai pengganti air minum dan mereka yang boleh masuk
adalah wanita yang tidak sedang mengalami haid atau semalam
melakukan hubungan intim. Ruang ini juga dilewati oleh laki-laki
laki
biasa yang bukan Raâ Wiyon
Wiyon-Na Wofle. Ruang ini juga bagi Raâ Gambar:
Ruang biasa kre finya – Raa in
Wiyon-Na
Na Wofle yang ketika malam sedang intim atau tidur
dengan isterinya (berintim) atau dengan wanita lain melakukan hal perzinahan,
erzinahan, ia diharuskan
hanya bisa sampai diruang biasa dan tidak boleh memasuki ruang suci, ini merupakan suatu
larangan keras. Kre Finya & Raâ iin tidak memiliki suatu kekuatan atau kedahsyatan ghaib apa
apa-
apa sehingga bebas bagi Wanita dan Orang biasa, namun
namun tidak diperbolehkan bagi anak kecil
untuk memasukinya. Warna hitam merupakan ketidak kudusan, ketidak muliaan, ketidak kuatan,
ketidak ilahian, menggambarkan keduniawian namun sebagai rambu atau ukuran utama fungsi
ruang bilik sebelum memasuki ruang suci.
s
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 45
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
“kre finya, kbe raâ iin msya finya twok, soh kukek ginyah to mtwok fe, tna raâ wiyon-
wiyon
na wofle ro mti mjien suu msya finya wana tna mno bo ro sre to kbe m’twok mama
mhre sai mam kree ro finya to sei”.
“Ruang biasa boleh dimasuki oleh wanita dan orang biasa, tetapi kalau seorang Raâ
Wiyon-Na
Na wofle (rasul) yang pada hari kemarin atau semalam telah berintim dengan
istrinya atau melakukan sesuatu yang zinah dan hina, ia juga hanya bisa masuk di
ruang biasa (kre finya) tersebut”.
Bilik ruang ini tidak boleh dilewati oleh wanita (Finya), orang Biasa
(Raâ iin-Na
iin iin) dan rasul (Raâ Wiyon-Na
Na Wofle) yang melakukan
zinah atau yang mana sebelumnya sudah tidur dengan istrinya
(intim). Ruang/bilik suci ini hanya boleh dimasuki oleh Raâ Wiyon-
Wiyon
Na Wofle (Rasul) yang suci, Raâ Bam
Bam-Na
Na Tmah (Imam) dan murid-
murid
murid (Wiyon Tna). Warna abu-abu
abu abu merupakan kemuliaan yang telah
Gambar:
dipancarkan kepada raâ wiyon
wiyon-na wofle,, kekuatan Wiyon
Wiyon-Wofle yang
Ruang Suci <kre raä sme> memberi kekuatan kepada Raâ Wiyon
Wiyon-Na
Na Wofle, Kedahsyatan
Wiyon-Wofle
Wofle yang diberikan kepada Raä wiyon
wiyon-Na wofle, kesucian Raâ Wiyon-Na
Wiyon Wofle,
Kekuatan Raâ Wiyon-Na
Na Wofle, yang diterima dari Wiyon-Wofle
Wiyon Wofle (Allah) yang me
me-Wiyonkan
(Meng-Allah-kan)
kan) mereka dengan kekuasaannya. Ketika dalam perjalanan melalui ruang biasa
terasa biasa-biasa
biasa sebagaimana dalam situasi biasa, namun ketika memasuki zona Ruang suci
(Kre Raâ Sme) ada suatu perbedaan. Menurut ungkapan Raâ Wiyon
Wiyon-Na
Na Wofle mengatakan
mengatak
bahwa :
“soh nyio n’truk mam kre raâ sme, n’yio nafibo nhau ma moo rot, masuf reto
mti/mamur mase tna nyio nafibo njien smi feto, kbe nawe nros si to nmat komeyan teit
ysia raâ wait makah wyak
wyak-aken
aken mama met imam aya maam tna anu ro wiyon tna to
nsok aken
en ro anu nut, aken ro anu nut to kbe oron yabi teit Y’hre mama ken mana tna
komeyan teit yabo min aken. Kbe Raâ Wiyon-Na
Wiyon Na Wofle ysia wiyon tna rait to aro yaut
aken rait hahayah, ana mberur maut aken sou suu fe, reto mbou toni ”.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 46
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
“ketika melangkah melewati zona batas ruang suci, kita seperti berada dalam alam
lain, sona atau ruang atau bilik tersebut gelap gulita dan ketika itu kita akan melihat
terang sinar kemuliaan yang membias menerangi ruang suci itu, kita akan merasa
seperti kita dalam keadaan mimpi, dan ketika itu akan bermunculan bahtera (perahu)
Tuhan yang menghampiri setiap kita yang masuk kedalam ruang tersebut untuk
membawa kita ke suatu tempat yang suci, setiap kita yang telah masuk akan
dipersiapkan bahtera (perahu) yang sama jumlahnya dengan kita
kita yang ada, dan setiap
orang menaiki satu bahtera (Perahu) dan didalam bahtera itu kita hanya duduk dan
didampingi oleh Raâ Wiyon
Wiyon-Na
Na Wofle dan yang mendayung bahtera (Perahu) adalah
komeyan (Tuhan), dibagian kepala perahu (bahtera) duduklah seorang tua yang
y putih
kemilau rambutnya dan telinganya panjang dengan jubah yang bersinar, ia adalah
Allah (Oron Yabi)”.
Ungkapan tersebut diatas tentang rahasia bilik atau ruang, bila kita kaji dengan ukuran
keseluruhan bangunan atau bait tersebut, merupakan sebuah bangunan
bangunan yang dibangun langsung
diatas tanah kering, akan tetapi bagi Raâ Wiyon-Na
Wiyon Na Wofle mereka harus berangkat atau
bepergian dengan menggunakan perahu, karena perjalanan mereka begitu jauh dan melalui
lautan samudera raya. Disini terdapat suatu keajaiban dan pengalaman yang begitu
mengherangkan ketika kita mengkaji dari penjelasan tentang perjalanan yang jauh dengan luasan
bangunan yang mana tidak begitu jauh antara ruang/bilik yang satu dengan ruang atau bilik yang
lainnya, akan tetapi karena kita sebagai
sebagai manusia yang pada saat itu berada dalam hadirat Tuhan,
maka waktu itu akan menyeleksi kita. Menurut mereka Raâ Wiyon-Na
Wiyon Na Wofle dan Wiyon tna,
mengatakan bahwa perjalanan mereka begitu lama dan harus menempuh suatu samudera raya,
dan menurut mereka, lamanya
ya mereka berpendidikan selama 3 bulan, akan tetapi bagi orang
biasa (Raa iin) yang berada diluar kemah mengatakan bahwa lama pendidikan yang ditempuh
dalam kemah k’wiyon-bol
bol wofle adalah Enam bulan. Peristiwa-peristiwa
Peristiwa peristiwa ini yang terjadi dalam
perjalanan, ada
da yang boleh dibicarakan namun ada yang tidak boleh untuk diungkapkan (sakral).
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 47
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
4. Mato Ro Mbou Toni (Ruang Maha Suci) – Mato Ro Oron yabi Yhou (Takhta Allah).
Ruang Maha Suci tidak boleh dimasuki oleh Raâ Wiyon – Na Wofle
(Rasul), ruang ini sangat sakral dan hanya bisa dimasuki atau yang
berhak masuk kedalam ruang maha suci adalah Raâ Bam – Na Tmah
(Imam). Isi dalam Ruang Maha suci sangat rahasia, dan yang berhak
mengetahuinya hanya Raâ Bam – Na Tmah (imam), tidak
mungkin bagi Raâ Wiyon-Na
Na Wofle untuk mengetahuinya. Gambar:
Ruang maha suci
“Ruang maha suci hanya boleh dimasuki oleh Imam (Raâ Bam-
Bam-Na Tmah), bagi para
Rasul (Raâ Wiyon-Na
Na Wofle) tidak diperkenankan untuk masuk ruang maha suci, sangat
sakral, rahasia, segala sesuatu yang ada didalam ruang itu merupakan rahasia khusus
bagi para Imam (Raâ Bam-Na
Bam Na Tmah), kalau rahasia ruang maha suci itu diberitahukan
kepada Rasul (Raâ Wiyon
Wiyon-Na
Na Wofle), maka dunia ini akan hancur, semua manusia akan
mati, tak ada yang bisa hidup. Hal ini merupakan sesuatu yang sakral dan merupakan
inti dari Tuhan”.
Dari ungkapan tersebut, dianalisis bahwa dalam ruang maha suci merupakan tempat
takhta Allah dan tempat meletakan tabut perjanjian yang merupakan rahasia kerohanian “inti
daripada kerohanian” dalam teologi wiyon-wofle.
wiyon
Dalam perjalanan pendidikan tersebut dan setelah selesai (tamat), setiap Wiyon Tna
(Murid) dan Raâ Wiyon-Na
Na Wofle (Rasul-Guru
(Rasul Guru pembimping) serta Raâ Bam-Na
Bam Tmah (Imam-
Guru Besar atau Kepala sekolah), tidak diperbolehkan keluar melalui pintu utama, mereka harus
keluar dengan cara membocorkan atap lalu keluar, setelah semuanya telah keluar dari dalam
kemahh tersebut selanjutnya berbaris mengelilingi kemah itu dan Raâ Bam-
Bam-Na Tmah (Imam-Guru
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 48
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Aktivitas Wiyon-Wofle
Wofle bisa dipersepsikan sebagai pendidikan tradisional orang Maybrat, Imian Sawiat, dan
bisa dipersepsikan
persepsikan sebagai teologi tradisional. Alasannya adalah karena aktivitas Wiyon-Wofle
Wiyon memiliki dua
karakter dalam satu aktivitas, yaitu dari segi pendidikan, Raâ Wiyon
Wiyon-Na
Na Wofle disebut sebagai Guru, Guru
Pembimbing, Dosen, Raâ Bam-Na
Na Tmah disebut sebagai Guru Besar , Guru kepala, Kepala sekolah,
Profesor, Senator. Wiyon Tna disebut sebagai Murid . K’wiyon-Bol
K’wiyon Bol Wofle disebut sebagai Sekolah, dan
Asrama, aktivitas utama adalah Mber Wiyon atau Mendidik (belajar mengajar), dalam proses ini mereka
juga mengenall tulisan dan huruf. Dari segi Teologi, Raâ Wiyon-Na Wofle disebut sebagai Rasul, Raâ Bam-
Na Tmah disebut sebagai Imam, Rumah disebut sebagai Kemah
Kemah-Tabernakel
Tabernakel dengan ruang-ruang
ruang atau bilik
yang sakral, Wiyon Tna disebut sebagai Murid, aktivitas utama d
dalam
alam K’wiyon-Bol
K’wiyon Wofle adalah Mber
Wiyon (Pendidikan Dogmatik) Pemuridan.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 50
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
2. Spesifikasi Bangunan
a. Spesifikasi Denah
Bangunan rumah tradisional suku Maybrat Imian Sawiat dibangun dengan denah segi
empat yang dilengkapi dengan banyak koloum sebagai pilar utama, yaitu mulai dari 4 koloum,
5,6,7,8 dan seterusnya bergantung ukuran besar kecilnya bangunan. Bila ditelaah secara jelas
dalam bentuk pondasi maka bangunan arsitektur tradisional Maybrat Imian Sawiat termasuk
dalam pondasi setempat. Karena pondasi se
setempat
tempat memiliki banyak koloum, sehingga arsitektur
Maybrat, Imian, Sawiat, bisa disebut dengan nama “bangunan seribu kaki”. Untuk rumah yang
dibangun diatas tanah tanpa koloum biasanya menggunakan batang pohon besar sebagai koloum
utama bagi bangunan yang dibangun di atas pohon (rumah
(rumah gantung atau harit myio/bol halit).
halit
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 51
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Ada tiga jenis koloum utama yang digunakan dalam membuat rumah bagi suku Maybrat Imian
sawiat antara lain adalah sebagai berikut:
Ukuruan jenis koloum biasanya mempunyai ukuran yang sama namun bisa di potong
menjadi pendek, tergantung pada lokasi bangunan. Misal pada lokasi yang akan didirikan rumah
tidak berbatu maka ukuran koloum (hafot) yang sudah di buat tidak perlu untuk di rubah
ru – rubah
atau di potong, namun bila pada lokasi persiapan memiliki bebatuan yang kuat dan susah digali,
maka koloum (hafot) yang ukurannya panjang akan di potong menjadi pendek sesuai dengan
kondisi tanah, kemiringan tanah juga mempengaruhi. Koloum – koloum
loum yang digunakan
biasanya berbentuk huruf ‘Y’. dalam pemikiran masyarakat Maybrat Imian Sawiat dalam
memilih koloum raja atau koloum induk adalah koloum harus berbentuk huruf ‘Y’ dan ‘U’,
karena memiliki penyangga pada bagian luar, sehingga untuk meletakan
meletakan pemikul yang mana
susah tergeser. Hal ini dapat diterima dengan tujuan menghindari efek – efek horizontal yang
juga bisa mengakibatkan kayu pemikul beban menjadi lepas dari tumpuannya.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 52
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar:
Dinding
Kayu
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 53
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
d. Spesifikasi atap
bahan atap juga dari alam yang mana didarmu secara baik dan sempurna sehingga dapat
Bahan-bahan
dijadikan sebagai penutup atap. Ada beberapa bahan atap yang dikenal serta difungsikan oleh orang
maybrat imian sawait dalam mendirikan rumah mereka adalah; atap sagu ((afi)) atap daun pandanus (kain)
(
atap kulit kayu (hri ara)) dan atap sengk.
f. Spesifik Rangka
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya
bahwa rumah tradisional suku Maybrat,
Imian, Sawiat, menggunakan bahan utama
adalah kayu sebagai struktur rangkan dan tali
rotan sebagai bahan pengikatnya. Disamping
itu, rumah tradisional (halit-bol
(halit halit) juga
memiliki balok sokong dan balok pengikat
angin serta beberapa elemen pendukung
bangunan lainnya. Lihat gambar disamping
Gambar: Spesifik rangka
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 54
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar: Gambar:
Galian lubang koloum Gambar: Pasang koloum
(kayah hafot) Potongan pasang koloum (hafot ra mati)
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 55
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 56
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Persiapan
bahan
persiapan
waktu &
Pemasangan
tenaga koloum
kerja
Mendirikan
Rumah
Pemasangan
Pemasangan
struktur
struktur atap
dinding
Gambar:
Skematika kerja persiapan bahan bangunan rumah dan pemasangannya.
Keterangan:
Arah panah searah jarum jam menunjukkan alur kerja yang selalu dilalui dalam
mendirikan bangunan rumah.
Arah panah tidak searah jarum jam menunjukkan waktu kerja yang mana tidak
hanya dibutuhkan seketika atau searah melainkan waktu dibutuhkan selalu dalam
membangunn sebuah rumah sehingga
sehingga tidak berjalan satu arah
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 57
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
hidupnya. Kecakapan untuk membuat dan menggunakan alat itulah yang disebut teknologi.
Secara kasar teknologi adalah “perpanjangan tangan manusia”.
Teknologi pembuatan rumah (tempat tinggal) tidaklah rendah, hal ini dapat dilihat pada
karya arsitektur tradisional di tanah air. Baik arsitektur tradisional Jawa, Bali, Batak,
Minangkabau, Toraja
ja ataupun Wamena Papua, sudah tampak tingkatan mutu nilainya yang
cukup tinggi. Begitupula rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat, walaupun berbentuk sangat
sederhana namun tidak lahir secara mendadak. Rumah tinggal tradisional Suku Maybrat Imian
Sawiat telah berabad – abad teruji kekuatannya, ia setua masyarakat Suku Maybrat Imian Sawiat
itu sendiri.
Kekuatan dan ketangguhan kehadapan zaman telah terbukti dari waktu ke waktu. Teknologi
pembuatannya menunjukkan keseimbangan antara kekuatan daya topang tiang
ti – tiang gapik
dengan besarnya bangunan, sehingga nampak seimbang (harmoni) dengan alam dan kehidupan
sekitar.
b. Teknik Membangun
Membangun rumah bagi warga suku Maybrta Imian Sawiat tidak terlalu rumit seperti
terdahulu karena dilakukan secara gotong roy
royong,
ong, walupun tukang yang khusus tidak ada.
Membangun atau mendirikan rumah banyak yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan
karena erat hubungannya dengan kesibukan dan tenaga.
c. Utilitas dan Perlengkapan
Untuk keperluan air bersih atau air tawar, tidak begitu sulit bagi suku Maybrat Imian
Sawiat, karena Banyaknya persedian air tawar disepanjang wilayah Hunian. Untuk pembuangan
limbah manusia, biasanya para warga ditanah daratan memanfaatkan WC umum dan bagi warga
yang mampu sudah memilikinya sendiri. Nam
Namun
un bagi warga yang tinggal di perairan laut
biasanya pembuangan limbah langsung ke laut.
Untuk keperluan penerangan, Di Distrik Ayamaru, Aitinyo dan Aifat sudah
menggunakan listrik yang disediakan oleh PLN setempat, namun Distrik Sawiat menggunakan
listrik
ik tenaga suria (solar sel). Dilingkungan permukiman ini juga sudah disediakan jaringan
telepon (Wartel) di distrik Ayamaru, Aitinyo dan Aifat sedangkan Distrik Teminabuan, Sawiat,
menggunakan telepon dari PT. Telkom dan untuk Teminabuan sudah menggunakan HP.
Sehingga warga yang berperokonomian mampu sudah dapat menikmatinya.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 59
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 60
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
jenis kayu yang sudah dianggap terbaik, agak baik, yang mana dapat digunakan dan yang tidak
baik yang mana tidak bisa dipergunakan sebagai bahan bangunan.
Oleh pihak manusia Maybrat, Imian, Sawiat jenis – jenis kayu yang dianggap mampu
bertahan selama
lama puluhan tahun jika dipakai untuk mendirikan bangunan adalah sebagaimana
yang di bedakan atas nama dan Jenis – jenis warnanya, kayu tersebut disini kami hanya dapat
menyebutkannya dengan sebutan bahasa ilmiahnya adalah sebagai berikut:
1. Bahan Rangka
a) kayu ijie, kayunya keras dan lurus, jenis kayu ini biasanya digunakan sebagai struktur rangka
utama, baik rangka atap, lantai, tiang pancang (sur), koloum (hafot). Warnanya putih
kekuningan.
b) kayu mbala, kayu ini sangat keras, lurus tidak halus, isinya berserabut,
berser berwarna merah
kecoklatan. Jenis kayu ini biasanya digunakan untuk koloum utama (hafot), selain batangnya
digunakan sebagai koloum utama, kulitnya juga berfungsi sebagai penutup dinding utama.
c) kayu hlangguf, warnanya putih membungkusi warna kemeraha
kemerahan,
n, lurus dan tidak halus,
isinya berserabut, kulitnya agak bergetah, jenis kayu ini biasanya digunakan untuk rangka
lantai (biat) untuk ukuran kecil, tiang pancang (sur) untuk ukuran sedang dan koloum (hafot)
untuk ukuran besar. Jenis kayu ini sangat kuat apabila diawetkan pada tempat yang kering
dan mutunya baik.
d) kayu siah, jenis kayu ini tidak sekeras kayu yang lain namun bila dikeringkan pada tempat
kering maka akan keras, kayu ini kebanyakan di gunakan sebagai bahan struktur rangka atap
atau reng (ara soom)
oom) dan struktur lantai (biat). Warnanya putih dan banyak cabang.
e) kayu srah (gagar), kayu ini tidak digunakan untuk apa – apa tetapi hanya biasanya
digunakan sebagai bahan utama penyusunan lantai (msyien rmah) dan pengait jahitan atap,
jenis kayu ini sangat
at keras tidak mudah dipatahkan apalagi yang jenisnya lebih tua, yang
mana warnanya menjadi hitam, jenis kayu ini tidak utuh tetapi sumbunya sangat besar dan
yang biasanya di pergunakan adalah bagian pembungkusnya.
f) kayu bta-bta
bta (palem hutan) warnanya merah dan mirib dengan gagar (srah) namun
bentuknya lebih besar. Pohon ini biasanya digunakan hanya untuk bahan lantai (msyien
rmah) dan pengait jahitan atap.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 61
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
2. Bahan Atap.
1. Atap rumbino (kain) – pandanus family yaitu keluarga
kuat dan kebanyakan Gambar: Rumah dengan bahan atap sagu (afi)
digunakan oleh suku Imian dan Sawiat karena sangat gampang ditemukan di wilayah Imian
6. Atap kulit kayu (hri ara), atap kulit kayu sering digunakan bila mana atap rumbino dan atap
sagu sudah sangat sulit untuk diperoleh sehingga kebanyakan digunakan kulit kayu sebagai
atap. Kulit kayu yang sering digunakan adalah : seme, mbala, fait (cofasus familly)
familly), tiga jenis
kayu yang
ang mutu kulitnya sangat baik untuk dijadikan sebagai penutup atap, baik sebagai
penutup atap maupun penutup dinding.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 62
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar:
Rumah dengan atap senk
Gambar:
Rumah dengan bahan Dinding
3. Bahan Dinding. kulit kayu
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 63
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
3. Dinding kayu (ara kras), pada mulanya dinding bangunan rumah tradisional suku maybrat
imian sawiat bukan hanya ditutup dengan kulit kayu atau gaba – gaba namun dilapisi dengan
kayu, yang mana disusun sedemiakian rapat dengan tujuan sebagai penangkal senjata musuh
pada jaman perangg keluarga, namun pada akhirnya hanya digunakan dinding satu lapis
seperti kulit kayu, gaba – gaba maupun dedaunan.
4. Dinding papan, setelah mengalami proses
perkembangan moderen, rumah tradisional
Maybrat, Imian, Sawiat dapat juga menggunakan
dinding papan yang mana tergolong sebagai
rumah – rumah semii moderen. Papan yang
diperoleh pada waktu itu dibelah dengan
menggunakan gergaji baja, yang mana biasanya Gambar:
Rumah dinding papan
dipegang oleh dua orang penggergaji.
5. dinding daun, dinding daun biasanya jarang digunakan, mengingat untuk menghindari
kebakaran dan cepat keropos serta tidak tahan lama. Namun dedaunan dapat juga digunakan
apabila tak ada lagi bahan penutup dinding utama (kulit kayu), dan untuk bahan penutup
dinding dari dedaunan biasanya tidak digunakan sembarangan daun melainkan biasanya
menggunakan daun rumbino (kain) – pandanus family yaitu sejenis keluarga pandanus dan
4. Bahan Lantai
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 64
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
1. Lantai palem (bta - bta), palem kebanyakan digunakan sebagai bahan lantai bagi suku Imian,
selain karena mudah untuk diperoleh, juga kuat dan gampang di raut.
2. Lantai rotan (ses), lantai rotan tidak banyak digunakan oleh masyarakat luas, lantai rotan
hanya dijumpai di kampung - kampung tertentu yaitu kampung yang hutannya penuh atau
banyak rotan. Jenis lantai ini sangat baik selain mudah untuk di bawa juga nyaman
digunakan.
3. Lantai bambu (bron), lantai bambu jarang ditemukan, hanya digunakan oleh masyarakat di
wilayak Teminabuan (suku Sawiat dan Tehit)
5. Bahan Pengikat
1. Tali rotan (too atu), rotan ikat atau sebutan ilmiahnya adalah too atu adalah tali rotan yang
jenisnya kecil dan biasanya banyak dijumpai di gunung sehingga tali rotan tersebut dikenal
dengan sebutan too yang artinya tali dan atu artinya gunung atau “tali gunung” bila
diterjemahkan sesuai bahasanya. Selain yang tidak termasuk dari tali tersebut tidak digunakan
sebagai bahan pengikat utama.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 65
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 66
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Berdasarkan objek yang ditinjau yaitu suatu etnik (suku Maybrat, Imian, Sawiat) yang
mempunyai latar belakang budaya tersendiri, maka pada penelitian ini dipilih pendekatan
fenomenologik dengan metode diskriptif etnografik. Metode etnografik adalah suatu metode
m
yang mempelajari deskripsi kehidupan masyarakat dalam beragam situasinya. Metode untuk
memahami baagaimana masyarakat meandang, menjelaskan, dan menggambarkan tata hidup
mereka sendiri. Sehingga dengan metode ini bentuk arsitektur ruah tinggal Suku Maybrat,
M Imian,
Sawiat, yang berdasarkan budaya appabolang dapat diuraikan.
Berdasarkan pada rumusan hipotesis yang akan dibuktikan maka jenis penelitian ini
adalah merupakan penelitian kausal-komparatif
kausal (Causal-Comparative
Comparative research)
research yang langkah-
langkahnyaa akan dibahas sebagai beriktu:
A. Rencana Penelitian
1. Tahap Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dari survei dilapangan meliputi: data fisik (temperatur udara
pada ruang dalam dan ruang luar, kelembaban udara pada ruang dalam dan ruang luar, kecepatan
angin pada ruang dalam dan ruang luar, dimensi ruang, dimensi bukaan, atap dan dinding,
overstek, material dan warna, orientasi/perletakan bangunan, tatanan lingkungan bangunan).
bangunan
Data nirfisik (budaya appabolang yang mencakup agama dan kepercayaan, hubungan
hubunga sosial,
mata pencaharian, pengetahuan, pola hidup, dan lingkungan alam).
alam
Teknik pengumpulan data dilapangan dilakukan melalui teknik pengukuran, perekam dan
wawancara. Teknik pengukuran menggunakan alat ukur berupa thermo meter, lux meter dan
meteran. Teknik perekaman dilakukan dengan teknik pemotretan, pencatatan dan pengamatan,
untuk mendapatkan data fisik bangunan. Sedangkan data bentuk dari bentuk pengaruh budaya
appabolang, diperoleh dengan teknik wawancara langsung dengan kepala kampung, tokoh ada
adat
dan warga setempat.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 67
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
3. Analisis
Data bentukan yang tercipta dari hasil budaya appabolang, dianalisis secara kualitatif
mengetahui pengaruhnya terhadap kenyamanan thermal dalam ruang. Hasil tersebut ditunjang
dengan hasil perhitungan formulasi hasil pengukuran yang dianalisa secara kuantitatif. Hasil
perhitungan formulasi untuk mengetahui pemanfaatan cahaya matahari, pemanfaatan angin
angin, dan
pengurangan panas, untuk mencapai suatu nilai kenyamanan thermal yang distandartkan. Hasil
pengukuran dari kombinasi temperatur, kelembaban dan pengaruh angin, diperoleh suatu temuan
indeks kenyamanan thermal dari hasil penelitian Mom dan Weisenborm (1940), hasil penelitian
santoso (1989) dan diagram kenyamanan dari Olgyay.
B. Penentuan Sampel
1. Populasi
Yang menjadi populasi adalah seluruh jenis rumah tradisional suku Maybrat, Imian,
Sawiat. Berdasarkan data peneliti, total jenis rumah tradisional ada delapan jenis yang
diklasifikasikan sesuai dengan fungsinya. Selain itu, menurut data peneliti, peletakan rumah
tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:
a. Kelompok Hunian di daratan tinggi/pegunungan
b. Kelompok hunian diperalihan
lihan darat dan perairan laut
c. Kelompok hunian di perairan air laut
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 68
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
2. Sampel
Untuk penentuan sampel, digunakan metode stratified sampling, dengan pengelompokan
berdasarkan pola peletakan hunian. Orientasi bangunan digunakan sebagai dasar pertimbangan
untuk mendapatkan sampel yang lebih representatif. Berdasarkan waktu, lokasi, tenaga
ten dan
biaya, maka dari pengelompokan berdasarkan pada orientasi bangunan diambil masing-masing
masing 1
jenis sampel untuk setiap arah orientasi (utara – selatan dan timur-barat)
barat) untuk masing-masing
masing
kelompok perletakan. Jadi jumlah sampel penelitian terdiri dari
dari 8 jenis tipe rumah tradisional.
D. Jalannya Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausal
kausal-komparatif (casual
casual comparative
comparative) yang
mempunyai tujuan untuk menyelidiki kemungkinan adanya hubungan sebab akibat. Berdasarkan
pengamatan terhadap akibat yang ada, faktor yang mungkin menjadi penyebab dicari kembali
melalui data tertentu.
Metode deskriptif etnografik digunakan untuk meninjau
meninjau bentuk arsitektur tradisional
suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang tercipta dari hasil budaya appabolang.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 69
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 70
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Perekam dilakukan untuk mendapatkan data tentang: dimensi ruang, dimensi bukaan.
Pencatatan juga dilakukan untuk mengidentifikasikan warna, bahan dan dimensi dari elemen
elemen-
elemen tersebut. Disamping itu dibutuhkan juga data eksternal seperti: data klimatologi
klimatolog daerah
setempat, dan pada lokasi.
Untuk mempermudah survey dan akurasi data yang diperoleh dilapangan, maka dibuat
dalam bentuk tabel pengamatan berupa: kolom-kolom
kolom berupa: jenis-jenis
jenis elemen bangunan,
bahan, ukuran dan warna.
c. Interview (Wawancara)
Interview atau wawancara yang digunakan untuk penyadapan data budaya appabolang
yang menjadi faktor terbentuknya bentuk arsitektur tradisional objek penelitian. Responden
dalam penelitian ini adalah: kepala suku, pelaku arsitektur halit, masyarakat, tokoh-tokoh
tokoh adat
dan warga setempat.
Pedoman wawancara yang digunakan adalah pedoman wawancara tidak struktur.
struktur Suatu
peoman yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreatifitas
pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jjenis
enis pedoman ini lebih banyak
bergantung pada pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 71
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Diagram:
ALUR PIKIR SURVEY MENGGUNAKAN TEKNIK PEREKAMAN
KONDISI FISIK
T P - Penyangga
E E - Tiang
K R - Tangga
N E • Pemotretan Bentuk Arsitektur
- Lantai
I K • Pencatatan Tradisional Suku
- Dinding dan bukaan
K A • pengamatan Maybrat, Imian,
- Atap
M Sawiat
- Bahan/material
A - Orientasi bangunan
N - penghijauan
Diagram:
ALUR PIKIR SURVEI MENGGUNAKAN TEKNIK WAWANCARA
- Agama
Daftar garis - Pola hidup Variabel yang
besar - Hubungan sosial mempengaruhi bentuk
pertanyaan - Mata Pencaharian arsitektur tradisional
- Pengetahuan suku Maybrat, Imian,
- Lingkungan Alam Sawiat
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 72
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 73
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 74
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 75
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Tabel : Perbandingan inlet dan outlet dan nilai konstanta efektifitas bukaan
Inlet : Outlet Konst. Ef. bukaan Inlet : outlet Konst. Ef.
bukaan
1:1 1.00 1:5 1.4
1:2 1.27 2:1 0.63
1:3 1.35 4:1 0.25
1: 4 1.38 4:3 0.63
Sumber, S. Boutet, 1987
Untuk mengetahui pengurangan panas didalam bangunan, dapat digunakan dari Terry S. Bouttet,
1987, yaitu:
Q = D x Cp Qa x (To-Ti).......................................................................................(4)
Ti).......................................................................................(4)
Keterangan :
Q : Laju pengurangan Panas (w)
D : Masa Jenis udara kg/m³
kg/m 90,0013 kg/m³
Cp : Panas Jenis Udara, konstanta (1004,65J/kg°k)
Qa : Jumlah aliran udara m²/detik
To : Temperatur udara luar (°C)
Ti : Temperatur udara dalam (°C)
Untuk memudahkan analisis, maka pembayangan tiap fasade bangunan disusun ringkas dengan
keterangan sebagai berikut:
SV : Sudut vertikal
SH : Sudut Horizontal
Az : Sudut Azimuth
TM : Tinggi Matahari/altitude
P : Pembayangan
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 76
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
BAB IV
GAMBARAN UMUM RUMAH TINGGAL SUKU MAYBRAT
IMIAN SAWIAT DAN HASIL PENELITIAN
A. Tinjauan Historis
Dari asal – usulnya? Para tetuah suku Maybrat, Imian, Sawiat, turun temurun mempunyai
ceritera tentang rumah tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat. Riwayat menceriterakan bahwa
arsitektur tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, pertama kali dibangun oleh
ole dua orang
moyang pada beberapa abad tahun silam yang tidak diketahui. Kedua orang tersebut adalah too
dan sur , yang mana too dikenal dengan sebutan untuk tali dan sur dikenal dengan sebutan untuk
kayu.. Dari ceriteranya rumah tradisional suku Maybrat, Imian,
Imian, Sawiat, (halit-bol
(halit halit) dibangun
dengan mengikuti cara burung membuat sarangnya (chlen-ru
( habe)) yang mana ketika itu
moyang yang bernama ‘sur’ duduk dan memperhatikan burung tersebut dengan cekatan
membawa dahan – dahan kayu untuk membuat sarangnya di atas pohon yang rindang, lalu
muncullah ide bahwa ‘masa, burung saja bisa membuat rumah untuk dia lalu kenapa saya tidak’?
pertanyaan ini muncul karena kehidupan awalnya orang Maybrat, Imian, Sawiat, mereka
menggunakan gua-gua
gua sebagai tempat tinggal ut
utama.
Ketika lama memperhatikan burung tersebut maka ia (sur) bertekad ingin membuat
rumah, lalu ia mulai menebang kayu untuk digunakan dalam membuat rumah, setelah menebang
kayu ia mencoba untuk membuatnya setelah ia (sur) meletakannya pada pohon yang digunakan
dig
sebagai koloum dengan pemikiran bahwa akan kuat sehingga ia melepaskannya untuk
mengangkat sebelahnya lagi namun ketika dilepas ternyata jatuh, tetapi ia mencobanya berulang
kali sampai-sampai ia (sur) berusaha untuk memanjat pohon yang digunakan burung
bu untuk
membuat sarangnya dengan tujuan untuk melihat secara dekat dengan teliti bagaimana cara
meletakan ranting kayu hingga menjadi kuat. Ketika ia (sur) memanjati pohon itu dan
mencobanya berulang kali namun hasilnya tidak sempurna maka datanglah saudaranya
sau yang
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 77
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
bernama “too” dan memberi masukan bahwa anda tidak bisa meletakkannya dengan begitu saja
melainkan harus menggunakan tali yang saya bawa agar bisa kuat, namun usulannya tidak
diterima atau di abaikan oleh sur dengan keyakinan bahwa ia bisa membangunnya
mem tanpa tali
(pengikat). Namun dengan segala macam cara yang digunakannya tak ada satupun yang berhasil
lalu ia memutuskan untuk menerima usulan saudaranya tadi, dan ketika ia menggunakan talinya
sebagai pengikat ternyata berhasil, lalu ia mengajak saudaranya (too)) bahwa saudara mari kita
berdua harus buat suatu rumah bagi kita seperti burung itu, sur menawarkan kepada too sambil
menunjukkan sarang burung yang berada diatas dahan pohon, dan too pun menerimanya lalu
mereka berdua mulai membuat rumah bagi mereka untuk pertama kalinya. Disinilah sejarah asal
usul rumah tradisional suku Maybrat Imian Sawiat dibangun.
Tidak ada orang yang mengetahui dengan pasti tempat sebenarnya dimana pertamakali
kejadian itu (pertamakali membuat rumah), namun secara menyeluruh
menyeluruh diungkapkan adalah
diantara wilayah Maybrat atau Imian atau Sawiat, namun disini kita bisa menebak wilayahnya
adalah diwilayah Maybrat, alasannya karena nama kedua orang pencetus atau pembuat rumah ini
menggunakan bahasa maybrat sehingga dapat disimpulkan
disimpulkan bahwa kejadiannya terjadi di wilayah
Maybrat. Menurut ungkapan para tetua bahwa rumah tradisional orang Maybrat Imian Sawiat
sudah ada berabad tahun yang lalu.
Sebagaimana ceritera tentang rumah orang Maybrat, Imian, Sawiat, bahwa rumah
tersebut yang biasa disebut (halit) dibangun dengan bahan kayu dan rotan, yang mana dibangun
pada beberapa abad yang lalu sebelum masukknya injil Kristiani di Mansinam untuk
mempersatukan orang-orang
orang yang hidupnya menyendiri dan bermusuhan.
Sekitar beberapa abad se
sebelum
belum masuknya injil Kristiani di Mansinam, suku Maybrat
Imian Sawiat belum mengenal adanya suku, atau kampung namun dikenal dengan Margais-klen-
keret yang masing-masing
masing mendiami wilayah atau tanah adatnya sendiri-sendiri.
sendiri Kehidupan
orang Maybrat, Imian, Sawiat,
awiat, pada waktu itu adalah kehidupan pribadi yang tak kenal
kompromi, mereka hidup didasari ego, alam pikiran mereka yang cenderung untuk berpikir
bagaimana memiliki kekuasaan atas klen atau keret lain di suatu wilayah, dengan berperang
untuk memperolehnya,
ya, dan bagaimana sebagai orang yang mampu menaklukan suatu marga atau
keret-klen
klen ke marga atau keret
keret-klen yang lainnya.
Setelah masuknya injil Kristiani di pulau mansinam pada 1855 dengan penyebaran agama
yang semakin cepat hingga ke wilayah Maybrat Imian Sawiat yang dibawa oleh para penginjil
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 78
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Tuhan, sebetulnya orang Maybrat Imian Sawiat sudah mengenal kehidupan bersahabat.
bersahab
Kehidupan bersahabat ini dikatakan
katakan bahwa bermula dari perang itu sendiri, yang mana ketika
satu marga mampu mengalahkan marga yang satu maka istiri dari orang-orang
orang orang yang dibunuhnya
menjadi istri baginya, begitupula untuk anak yang ditinggal terlantar oleh orang-orang tua yang
terbunuh di angkat sebagai anak asuh. Anak – anak yang di angkat sebagai anak asuh dari
marga/keret yang dibunuh tidak bisa di ubah marga/keretnya sehingga anak
anak-anak atau istri dari
para korban peperangan sebagai orang yang bisa mampu dengan bahasa mereka untuk
memanggil marga-marga/keret
marga/keret-keret
keret mereka yang ditinggal untuk kumpul menjadi satu
kelompok yang terdiri dari dua marga, tiga marga dan seterusnya demikian banyak. Persatuan
dan kekerabatan orang Maybrat, Imian, Sawiat, menjadi lebih
lebih akrab ketika mereka mulai
mengenal Pendidikan Inisiasi atau teologi wiyon
wiyon-wofle.
Pemikiran orang Maybrat Imian Sawiat menjadi lebih dewasa dengan sentuhan wawasan
literal moderen dengan masuknya Injil kristiani yang mengajarkan kasih sebagaimana
mengharuskan
aruskan setiap manusia agar mau tidak mau harus mengasihi musuh-musuhnya,
musuh
sebagaimana yang telah mereka terima dari pendidikan wiyon-wofle,
wiyon maka pada waktu itulah
terbentuklah
klah suatu perkumpulan yang mana dikenal dengan nama dusun dimana dusun itu di
kepalaii oleh seorang kepala dusun. Yang dipercayakan sebagai kepala dusun adalah seseorang
yang stratanya adalah orang terhormat atau yang disebut ‘bobot’,, seseorang dikatakan bobot
karena memenuhi kriteria-kriteria
kriteria sebagai berikut; Ia adalah keturunan bangsawan,
bangsawan memiliki hak
wilayah tanah yang luas, berkepribadian, memiliki kemampuan dalam dunia perang, berburu,
memiliki kekuatan alamiah, memiliki hubungan relasi dengan kepala dusun yang lain, berjiwa
besar, mampu melakukan pesta-pesta
pesta besar seperti inisiasi wiyon-wofle
wofle dan siap menanggung
segala persoalan yang dibuat rakyatnya.
1. Bagaimana Tempat Tinggal Nenek Moyang Suku Maybrat Imian Sawiat Papua.
Diatas telah disebutkan bahwa rumah leluhur Suku Maybrat Imian Sawiat dibuat dari bahan
kayu dan rotan. Hal itu memang
emang dibenarkan dengan suatu pembuktian adanya bukti – bukti
otentik serta dengan sebutan nama too (rotan) dan sur (kayu), dan bila dikaji secara jauh
kebelakang pada zaman sebelumnya orang-orang
orang orang Maybrat Imian Sawiat membutuhkan tempat
tinggal untuk menanggulangi
nggulangi diri dan keluarga, baik dari hujan, binantan buas, maupun dari para
musuh. Mau tidak mau mereka harus berpikir secara praktis dengan berbagai cara telah dilalui
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 79
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
disamping:
Berikut taring naga ‘safah’,
‘safah’, taring naga yang di jumpai membentuk lingkaran cyrus, dan
taring babi ‘way’,, taring babi membentuk huruf C. Peninggalan – peninggalan tersebut
dipercaya mempunyai nilai-nilai
nilai yang sangat tinggi menurut pandangan tradisi.
Farokh, merupakan sejenis selokhy yang
fungsinya sebagai tempayang atau cangkir
minuman saguer Selokhy ini terbuat dari
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 80
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar:
Beberapa peninggalan lainnya
terdahulu, bagi Suku Maybrat, Imian dan Sawiat, orang – orang yang berhak masuk dalam
Rumah suci atau sekolah tradisional wiyon-wofle pada zaman itu, baik seorang Guru besar
(kepala sekolah -pendeta)
endeta) “raa bam – na tmah”, guru bantu “Raa Wyion - Na wofle” maupun
seorang murid yang baru menamatkan belajarnya “wyion tna - na wofle”, diharuskan untuk
mengenakan pusaka – pusaka tersebut sebagai busana atau pakaian.
Untuk seorang murid yang telah berhasil
berhasil dari pendidikan tradisional tersebut, sebelum
meninggalkan ruang sekolah, ia dipakaikan pakaian – pakaian khusus yang menandakan bahwa
ia telah lulus atau dalam kepercayaan orang Maybrat, Imian dan Sawiat ia adalah orang suci
(Raa Wiyon-Na wofle), karena ketika seorang anak yang disekolahkan disana, ia diharuskan
untuk berpuasa dan makanannya hanyalah sebongkahan keladi (ketala) dan minumannya adalah
pucuk tebu yang paling muda. Aturan makannya adalah sehari sekali dan itupun bilamana
diperbolehkan oleh seorang guru besar. Selain murid berpuasa, dari seorang keluarganya harus
berpuasa juga, misalnya seorang ayah, ibu, atau keluarga dekat yang diutus untuk berpuasa
selama demu keselamatan anak mereka selama mengikuti pendidikan. Kadang dibagi untuk
seorang laki-laki
laki atau perempuan berpuasa makan dan seorang laki-laki
laki laki atau perempuan lagi
berpuasa air minum.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 81
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Kepercayaan akan pendidikan tradisional itu tidak lain adalah didikan tentang theology
natural yang disebut wiyon-wofle,
wiyon yang mana didalamnya diajarkan suatu kepercayaan
tradisional yang penuh dengan kekuatan ghaib, dan untuk memperoleh kekuatan – kekuatan
tersebut, seorang murid diharuskan untuk meninggalkan dan melepaskan segala sesuatu yang
berkaitan dengan pemikiran – pemikiran
mikiran yang jahat, pemikiran akan hal – hal lampau yang
pernah ia laluinya, melepaskan diri dari kedagingan (keduniawian) fana dan sepenuhnya bersedia
untuk menyerahkan dirinya secar bersih untuk dididik. Dengan demikian, maka murid tersebut
menjadi muridd yang suci dan yang paling termulia kelak. Begitulah perkenalan singkat tentang
sejarah perkembangan arsitektur tradisional Maybrat Imian Sawiat yang disebut ‘Halit-bol’.
1. Tempat pertama orang Maybrat Imian Sawiat dan manusia umumnya berlindung dari kondisi
iklim dan gangguan binatang buas yaitu pohon.
2. Sama dengan diatas, Gua digunakan sebagai tempat untuk berlindung dari gangguan alam
a
luar.
3. Perkembangan selanjutnya adalah mulai dikenalnya suatu konstruksi kaku dari ranting –
ranting kayu yang membentuk suatu rumah atau shelter/tenda.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 82
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
2. Pengruh situasi lingkungan berkaitan dengan ancaman baik hewan dan manusia.
4. Simbolisasi kegunaannya, bahan : konstruksi dan teknologi sebagai faktor pengubah, tidak
menentukan bentuk arsitektur tradisional mula-mula.
mula
6. Pengaruh agama terhadap bentuk, rancangan, tujuan dan orientasi, khususnya rumah suci
atau rumah sekolah tradisional k’wiyon-mbol wofle - tabernakel.
Gambar: Gambar:
Hunian panggung dengan Gambar:
Penghambatan panas dengan ruang
pembayangan tanpa dinding Penghambatan panas tanpa
udara dan pembayangan
bayangan
Wujud dan struktur rumah Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat merupakan bangunan
tradisional yang mana dapat dipakai sebagai cermin akan tingkat teknologi, cermin akan gaya
hidup (wav of life) serta nilai – nilai Masyarakat Maybrat Imian Sawiat.
Rumah tradisional
radisional Suku Maybrat Imian Sawiat baik struktur maupun bahan lainya
menunjukkan kondisi lingkungan serta bahan seperti bangunan rumah dari kayu, bambu, dan
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 83
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
gaba – gaba. Bahan – bahan ini membatasi fariasi bentuk atau struktur bangunan, terutama bila
dikerjakan
erjakan dengan teknologi sederhana. Orang – orang di wilayah Maybrat Imian Sawiat
Kabupaten Sorong Selatan dan Kabupaten Maybrat yang juga termasuk dalam hutan tropis,
hanya berpikir membuat atap rumah agar memperlancar jatuhnya air hujan dan sebagai
penghambat
ambat sinar matahari. Demikian juga ditemukan di daerah rawa – rawa atau perairan
(pesisir) yang juga mendirikan rumah dengan kecenderungan menggunakan tiang pancang yang
tinggi agar menghindar dari pasang surutnya air payau (air laut).
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 84
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Maybrat Imian Sawiat tidak memiliki jendela, namun untuk penghawaan dalam ruang, Orang –
Orang Maybrat Imian Sawiat cenderung membuat ukuran ventilase/kisi – kisi sangat besar tanpa
ditutup sehingga udara yang masuk mampu memberi hawa kenyamanan udara yang baik.
Masyarakat Maybrat Imian Sawiat mendirikan rumah dengan tidak adanya ukuran namun
dengan metode memperkirakan
rkirakan yang mana disesuaikan dengan ukuran bahan – bahan bangunan
seperti kayu. Baik dinding, tangga, bahkan ukuran tinggi bangunan sedangkan atap diukur
dengan bentuk pola Daun dan Swastika. Ukuran daun dan swastika ini dikenal oleh penduduk di
tionghoa
ghoa yang dalam bahasa Tionghoa dikenal dengan Banji. Pada jaman perunggu Eropa Barat
juga dikenal Swastika sebagai lambang peredaran bintang utamanya matahari dan digambarkan
sebagai lambang pembawa tuan. Perkembangan bentuk rumah tinggal Suku Maybrat Imian
I
Sawiat mengalami empat tingkatan / fase yaitu :
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 85
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
4. Fase Keempat, pada fase ini merupakan fase yang sudah dipengaruhi oleh moderenisasi dan
teknologi . Perabot sudah serba moderen, dan perdagangan sudah sangat meluas menelusuri dan
menyusup masuk ke seluruh perkampungan Maybrat Imian Sawiat di wilayah Ka
Kabupaten
Sorong Selatan dan Kabupaten Maybrat Province Papua, dan manusianya sudah
menjadi orang-orang
orang yang berhasil.
Bagi masyarakat Maybrat Imian Sawiat, pendidikan sangat penting bagi mereka, karena
pendidikan menandakan bahwa masa depan itu ada. Pembangunan rumah tinggal suku Maybrat
Imian Sawiat ini tidak lepas dari budaya yang berkembang di Masyarakatnya. Sebagai
Masyarakat yang asal usulnya dikenal dengan manusia Nelayan, Petani dan Pemburu, maka tak
herang kalau mereka mengenal budaya Appabolang. Appabolang itu sendiri adalah faktor –
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 86
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
faktor yang menjadi pertimbangan Masyarakat Suku Maybrat Imian Sawiat untuk mendirikan
rumah. Faktor – faktor tersebut adalah Pola hidup, mata pencaharian, pengetahuan akan
lingkungan alam, Agama dan kepercayaan.
Sampai sekarang pola rumah ini cenderung tetap bertahan, namun adanya keraguan akan
keeksistensiannya hingga tahun 2025, karena suku Maybrat Imian Sawiat cenderung
mengembangkan arsitektur barat ketimbang arsitektur tradisional mereka, walau sebagai
masyarakat petani dan pemburu yang masih lekat dengan kebudayaan mereka yang pasti dalam
mempertahankan nilai – nilai dan bentuk – bentuk tradisionalnya, karena secara keseluruhan
masyarakat, alam dan bangunan telah menyatu dalam nilai budaya yang utuh namun hanya
sebatas mengetahui, karena hingga kini kecenderungan orang Maybrat Imian Sawiat dalam
mengembang moderenkan arsitektur tradisional mereka tidak terlihat (kurang adanya
pengeksplorasian).
Perlu diketahui bahwa perumahan suku Maybrat Imian Sawit ini berada di wilayah alam
hutan dengan kondisi alam yang sangat keras. Dalam hal ini dapat digambarkan bahwa alam
Papua umumnya dan alam sekitar perumahan suku Maybrat Imian Sawiat dikenal dengan alam
yang penuh dengan gunung - gunung, lembah, tebingg terjal, hutan, semak belukar dan lereng
perbukitan. Hal ini akan menjadi tantangan bagi rumah yang berhubungan langsung dengan alam
homogen untuk tetap bertahan, karena disamping menyesuaikan diri dengan pengaruh alam
sekitar, juga masalah kelembaban yang
yang ditimbulkan dari alam. Kencangnya angin yang bertiup
dari daratan pada malam hari dapat merubah suhu udara menjadi sangat dingin dan curah hujan
didaerah ini terjadi sepanjang tahun. Hal ini tentunya mendatangkan masalah tersendiri yang
sangat penting untuk
ntuk diperhatikan bagi para petani yang berkebun dan pemburu. Keberhasilan
atau kelanggengan perumahan ini untuk tetap bertahan hingga kini, berarti membuktikan bahwa
keterujiannya untuk mengantisipasi kondisi iklim lingkungannya. Ketangguhan rumah tinggal
Suku Maybrat Imian Sawiat beserta nilai – nilai budaya masyarakatnya terhadap pengaruh iklim
lingkungannya hingga kenyamanan thermal dalam ruang dan keselamatan dari serangan –
serangan dapat tercapai, hingga terasa perlu untuk dipertahankan dan menarik untuk
u ditulis.
B. Pola Hunian
Ada tiga macam pola hunian yang popular di gunakan dalam penataan suatu hunian kota
(urban space) yaitu; pola linear, grid dan polar. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, cenderung
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 87
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
mengembangkan pola hunian memanjang (polar) yang mana cenderung mengikuti jalan, aliran
sungai, pesisir pantai dan lereng perbukitan.
Gambar:
Over Vew Zonasi dan Vissualisasi Pertapakan hunian wilayah pesisir
pantai (Rivers Line Village community )
Pertapakan bangunan hunian rumah pesisir di kelompokkan dalam dua tapakan, yaitu :
a. Peralihan tanah darat dan perairan, yaitu:
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 88
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Bangunan rumahnya dipengaruhi oleh pasang surut air laut (payau) dan situasi
lingkungan sekitarnya. “sea
“ Set and withdraw line”.
b. Di hamparan tepi pantai, yaitu:
Bangunan rumahnya dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan bentuk bangunannya
disesuaikan dengan pengalaman warga setempat agar luapan pasang air laut tidak masuk
ke dalam rumah.
2. Pengamatan Pengembangan
engembangan Ruang Publik ditepi Danau
anau Ayamaru dari beberapa
kampung di sekitar danau melalui aspek “tropis lembab”.
Usahaa tersebut, bisa dilihat antara lain di kawasan pesisir Kamali kota Bau Bau Sulawesi
Tenggara, pesisir Losari Makassar, pessir di kota Palu dsb. Sehingga kawasan tersebut
merupakan magnet yang dapat menarik perhatian masyarakat untuk datang dan melaksanakan
melaksanaka
berbagai aktivitas rekreasi.
Kawasan pesisir Danau Ayamaru tersebut bisa di ciplak sekaligus menjadi Landmark
kota. karena pada Dana Ayamaru, potensi kawasan pesisir belum di ekplorasi dengan maksimal.
Sehingga perlu adanya pengungkapan strategi
strategi khusus untuk mengembangkan kawasan pesisir
Danau Ayamaru, sebagai ruang terbuka publik sesuai dengan potensi fisik, sosial, ekonomi serta
kondisi iklim tropis lembab.
Usaha yang dapat dilakukan antara lain melaksanakan analisis sekitar kawasan Danu
Ayamaru
maru secara komprehensif, mengembangkan infrastructur yang memadai, mensinergikan
elemen landskap baik soft maupun hard material, mengangkat nilai nilai kearifan lokal yang ada.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 89
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
dalam mengantisipasi permasalahan dan memanfaatkan potensi iklim tropis lembab. yang dapat
di ekspresikan sebagai citra kawasan.
Realisasi perencanaan dan perancangan ruang publik secara ekspresif dan kreatif di sekitar
pesisir Danau Ayamaru, dapat memberikan kontribusi yang sangat positif bagi perwujudan
Distrik Ayamaru yang tergolongkan sebagai kota tropis yang asri.
Pada dasarnya semua kota, Distrik, atau Kampung, yang bagian tepinya berbatasan
langsung dengan perairan seperti; sungai danau dan laut memiliki potensi menjadi waterfront
city. Namun predikat ini secara faktual tidak begitu saja dapat diberikan. Beberapa kota di
Indonesia saat ini belum maksimal mengeksplorasi dan mengeksploitasi potensinya sebagai
waterfront city.
Bahkan ada lahan pada kawasan tepian yang berbatasan dengan wilayah air diberikan hak
pengelolaannya pada hotel atau perorangan sehingga wilayah antara daratan dan perairan
tersebut tidak bersifat publik melainkan eksklusif untuk masyarakat terten
tertentu.
tu.
Sebagai negara bahari beberapa kota pantai di Indonesia menyadari pentingnya untuk
memperhatikan perencanaan sebagai waterfront city. Apalagi mengingat wajah Distrik Ayamarh
acapkali justru terlihat dari wilayah Danau saat pengunjung datang melalui Da
Darat dan Udara.
Elemen untuk kesuksesan “project waterfront city “menurut Torre.1989. adalah: Thema,
image, Authenticity, Function, Publicperception of need, Financial feasibility, environmental
approvals, construction technology, Effective management.
management. Disamping elemen tersebut dalam
pembahasan ini pengamatan diutamakan pada penyesuaian dengan iklim Lokasi (iklim di
Wilayah Distik Ayamaru) yang merupakan iklim tropis lembab.
a) Karakteristik kota pesisir ditinjau dari Aspek iklim tropis lembab.
Daerah dengan iklim tropis dibentuk oleh garis isotherm berdasarkan kondisi
temperatur udara rata rata tahunan 200 C. Sedangkan wilayah khusus ”tropis lembab” secara
kasar terbentuk antara garis lintang utara 150 dan garis lintang selatan 150.
Kekayaann vegetasi di daerah tropis lembab merupakan fenomena alam yang luar
biasa. didaerah tropis lembab, kondisi vegetasi konstan sepanjang masa dan dapat tumbuh
dimana mana. Di tepi pantai bahkan di tepi lautpun dapat tumbuh tanaman; antara lain:
Bakau (Rhizopora
ora apiculata; Bruguiera sp). Api-api
Api api (Avicennia lanata), atau bermacam-
bermacam
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 90
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
macam variasi vegetasi pepohonan yang banyak tumbuh di pesisir Danau Ayamaru
merupakan kekayaan alam tersedia.
b) Kearifan Lokal
Kearifan lokal dapat pula berupa kebiasaan masyarakat Maybrat dalam kehidupan
sehari hari antara lain sebagai masyarakat
masyarakat nelayan dengan sistem penataan lingkungan pantai
yang dilaksanakan berdasarkan kearifan yang diturunkan dari leluhur mereka. Acapkali
perpaduan antara tradisi sebagai kearifan lokal dengan sistem perencanaan lingkungan
berdasarkan keperluan masyarakat
masyarakat modern dapat dipadukan dengan harmonis.
Kondisi pesisir danau di distirik Ayamaru dengan danau yang jernih dan memiliki
tempat-tempat
tempat rekreasi merupakan kondisi geologis daratan pantai yang relatif stabil,
merupakan potensi alam yang sangat menunjang untuk dikembangkan. Demikian pula Pesisir
Danau
au Ayamaru di sekitar beberapa kampung dan dua distrik lainnya. Saat ini kawasan
pesisir Danau Ayamaru di Distrik Ayamaru merupakan bagian wilayah Ayamaru yang bisa
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 91
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
dijadikan berfungsi sebagai magnet untuk menarik pengunjung dari dalam dan luar kota.
Pesisir
ir Danau di kota kota tersebut bisa berfungsi sebagai ruang terbuka publik. Hanya saja
kondisi dan situasi sarana dan prasarananya dan respon terhadap kondisi tropis lembab sangat
beragam masing masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Pengadaan ruang terbuka
te
publik merupakan tanggung jawab pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan
pada masyarakat dan untuk meningkatkan kualitas kehidupan perkotaan. Penanganan Pesisir
kota yang berbatasan Danau itu rata - rata belum menonjol dibandingkan dengan
denga kota kota di
pulau Sumatera, Kalimantan dan Jawa.
d) Kesimpulan.
Citra kota Pesisir sangat ditentukan oleh berbagai aspek yang berkaitan dengan daerah
daratan Distrik Ayamaru yang berbatasan dengan Danau Ayamaru. Dipandang dari arah
Danau, Udara dan bagian
bagian-bag
bag tertentu daratan Ayamaru, maka bagian kota Ayamaru yang
berbatasan
atasan dengan pesisir Danau Ayamaru diibaratkan sebagai wajah kota atau etalase kota.
Perpaduan antara Danau dan daratan merupakan potensi alam yang harus diperhatikan dan
diutamakan dalam penataan dan pengembangannya baik dari segi fisik, sosial dan ekonomi.
ekono
Berdasarkan pengamatan dan analisis dari berbagai kota pesisir Danau seperti Tangkubang
Perahu, dan Sungai Musi di pontianak Kalimantan yang di sebut juga dengan nama lain
Seribu Satu Sungai, ditarik kesimpulan bahwa berbagai aktifitas dapat dilaksanakan
dilaksanak pada
kawasan pesisir Danau Ayamaru, antara lain: Aktifitas masyarakat Nelayan dalam
bermukim, mencari ikan dan menjual hasil tangkapan ikan, membuat perahu dsb. Dermaga,
penumpang, rekreasi. Kendaraan yang berjalan melalui jalan dipinggir pantai akan
mendapatkan
ndapatkan pemandangan yang indah “scenic beauty”. Konservasi tanaman Danau yang
dapat mendukung karakteristik Pesisir Danau antara lain Pepohonan. Berbagai macam
macam aktifitas yang berlangsung di pesisir Danau harus dikaitkan dengan kondisi
lingkungan alam
am di sekitar Danau Ayamaru dan iklim tropis lembab, kebutuhan masyarakat
serta kemampuan pemerintah daerah setempat.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 92
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Pesisir Danau Di distrik Ayamaru memiliki landskap alam yang sangat mempesona
sehingga kondisi alam tersebut sudah bisa merupakan daya tarik yang luar biasa , apabila
diadakan peningkatan kualitas lingkungan dengan sarana dan prasarana yang memadai maka
kondisi lingkungan akan semakin menarik.
Bila ditata dengan baik, pesisir Danau Ayamaru dimalam hari akan sangat indah
karena bentuk pantai seperti huruf O dengan teluk yang luas
luas terlebih bila dengan adanya
jembatan dari kampung yang satu menuju kampung lain yang berdekatan di sekitar pesisir
Danau. Yang dapat dilihat dari segala penjuru pesisir. Telah terdapat sarana dan prasarana
berupa kios di Setiap Kampung
Kampung-kampung dan Distrik-distrik.
Kelebihan dan kekurangan dari masing - masing pesisir Danau pada beberapa kota
seperti Tangkubang Perahu, dan Sungai Musi di Kalimantan, dapat menjadi masukan bagi
Distrik Ayamaru. Mengutamakan perencanaan berdasarkan aspek iklim tropis lembab antara
lain memperhatikan vegetasi di daratan maupun ditepi danau pepohonan memperhatikan
fasilitas peneduh dan kearifan lokal yang sesuai untuk mengantisipasi permasalahan iklim
tropis lembab seperti intensitas matahari, curah hujan yang tinggi dsb. Memanfatkan
Mema
semaksimal mungkin potensi di daerah tropis lembab antara lain aneka flora dan fauna.
Sehingga perencanaan waterfront city harus memperhatikan pula konsep bio climatic design.
Pertapakan bangunan hunian rumah pesisir di kelompokkan dalam yaitu :
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 93
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar: Gambar:
Lay Out zonasi pertapakan Pola Hunian Over Vew Pertapakan pola hunian penduduk
pe wilayah
wilayah Pegunungan dengan mengikuti pegunungan dengan megikuti lereng gunung (over
lereng gunung (lay out valley line village vew line valley village community)
community)
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 94
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
4. Jaringan Pergerakan
Prasarana perhubungan utama Warga Maybrat Imian Sawiat adalah Jalan setapak,
Kendaraan roda empat (angkutan pedesaan), kendaraan roda dua (ojek), Pesawat, Kapal Laut,
dan perahu sampang. Lihat gambar jenis
jenis-jenis
jenis perahu yang digunakan sebagai transportasi
t
diwilayah pesisir adalah sebagai berikut:
Gambar: jenis perahu sampan dengan seman, dan perahu kajang sebagai transportasi wilayah pesisir.
Pengetahuan atau konsepsi Suku Maybrat Imian Sawiat yang berkaitan dengan daratan dan
perairan
ran adalah sebagai sarana kehidupan dan perhubungan bahkan sebagai ruang produksi.
C. KONDISI HUNIAN
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 95
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Permukaan
aan perkampungan wilayah Maybrat Imian Sawiat, berupa banguan panggung
dengan bahan konstruksi utama kayu sebagai struktur utama dan rotan sebagai pengikat.
Umumnya masyarakat di wilayah Maybrat Imian Sawiat mengenal jenis kayu yang daya
tahannya cukup besar
sar baik terhadap pengaruh air laut dan daratan.
Biasanya untuk kayu yang mempunyai kualitas terbaik, digunakan pada bangunan yang
sering terrendam air, khusus untuk bangunan pada areal pesisir dan untuk jenis kayu pada daerah
daratan adalah kayu yang day
dayaa tahannya kuat terhadap rayap (fom). Orang Maybrat, Imian,
Sawiat, sangat jeli dalam memilih bahan
bahan-bahan
bahan karena kekuatan suatu bangunan dipengaruhi
oleh jenis – jenis kayu yang digunakan dalam mendirikan suatu bangunan rumah hunian tersebut.
Untuk matahari,
i, dinding umumnya menggunakan kayu, gaba – gaba, dan kulit kayu. Untuk
lantai umumnya memakai gagar dan palem. Sedangkan untuk material atap rumah, sesuai dengan
sumber daya alam setempat adalah dedaunan yang di anyam atau diramu menjadi atap, yaitu
seperti
rti daun sagu, daun tikar (pandanus), dan daun nipa. Selain mudah didapat, lebih tahan
terhadap pengaruh iklim sekitar dan dapat meredam panas matahari sehingga ruang dalam rumah
tetap sejuk. Sebaliknya atap seng menurut pengalaman mereka, selain mahal juga
jug mudah
berkarat dan ruang dalam rumah lebih panas pada siang hari. Sungguhpun demikian, cukup
banyak rumah telah beratap seng. Tampaknya penggunaan bahan ini lebih mencerminkan
kemampuan ekonomi pemilik rumah bersangkutan.
Secara sederhana Suku Maybrat Imian Sawiat adalah merupakan manusia yang mendiami
daerah pesisir dan pegunungan yang berkumpul sekelompok orang yang kehidupan mereka
tergantung pada laut bagi kelompok yang mendiami daerah pesisir, dan tergantung pada
pertanian bagi kelompok yang mendiami
mendiami daerah pegunungan. Yang mana terungkap bahwa Suku
Maybrat Imian Sawiat berada dalam kehidupan budaya bertani dan nelayan atau kehidupan yang
mendapatkan inspirasi dan kreativitas dari suasana lautan dan daratan.
Pengetahuan atau konsepsi Suku Maybrat Imian Sawiat yang berkaitan dengan daratan dan
perairan adalah sebagai sarana kehidupan dan perhubungan bahkan sebagai ruang produksi, yang
keduanya akan diuraikan sebagai berikut :
a. Peranan Laut sebagai Prasarana Perhubungan Pesisir
Hubungan antar tempat dipantai
dipantai lebih lancar daripada hubungan antar pantai dengan
pedalaman darat di zaman kuno, bahkan bagi Suku Maybrat Imian Sawiat masih nampak
yang mana permukiman penduduk mereka pada mulanya berada di pantai, dan perairan laut
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 96
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 97
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 98
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
e. Pola Hidup
Salah satu sistem budaya appabolang yang mempengaruhi bentuk rumah tinggal Suku
Maybrat Imian Sawiat adalah pola hidup. Pola hidup di ekspresikan melalui tingkah laku
manusia. Bahwa membangun sebuah rumah merupakan gejala budaya, maka bentuk
pengaturan ini dipengaruhi oleh budaya lingkungan pergaulan dimana bangunan itu berada
dan bentuk rumah bukan merupakan hasil kekuatan faktor atau faktor tunggal lainnya, tetapi
merupakan konsekwensi dan cakupan faktor – faktor budaya dalam pengertian yang luas.
Budayaa yang menyangkut perilaku manusia dalam kehidupan keseharian yang mewarnai
kehidupan masyarakat Suku Maybrat Imian Sawiat adalah kebiasan masyarakat dalam
menampung kayu bakar untuk keperluan masak dan penghangat tubuh. Keperluan akan suhu
penghangat tubuh
h mempengaruhi akan bentuk dan kemiringan atap rumah tinggal yang
cenderung sangat miring hingga bisa menutup dinding.
Kebiasaan masyarakat untuk mencuci, mandi, dan buang air di daratan hutan sehingga
pada huniannya tidak tersedia KM/WC. Sertamerta perilaku
perila anak- anak dalam bermain
seperti kebiasaan bermain di hutan (memburu burung, tikus, babi, rusa dan telor maleo) yang
mana dijumpai pada anak – anak yang hidup di daerah pegunungan sedangkan bagi anak –
anak di daerah pesisir pantai dalam bermain kebiasaannya
kebiasaannya bermain di laut (berenang,
menyelam, memancing, mencari kerang dan lain - lain), sehingga mengakibatkan tidak
tersediannya open space di darat. Kebiasaan dan perilaku masyarakat tersebut secara tidak
langsung akan mempengaruhi bentuk arsitektur di wi
wilayah
layah Maybrat Imian Sawiat.
f. Lingkungan Alam
Kerasnya lingkungan alam dan situasi kehidupan yang serba saling membunuh (perang-
(perang
perangan), dapat menjadi tantangan utama yang menantang suku Maybrat Imian Sawiat
untuk bertahan hidup. Sebagai masyarakat petani di daerah pegunungan yang seluruh
hidupnya dihabiskan di kebun dan hutan, dan unutk masyarakt pantai yang menghabiskan
hidupnya di laut, suku Maybrat Imian Sawiat mampu mengatasi dan beradaptasi dengan
lingkungan sekitarnya.
Untuk merespon keadaan alam dan situasi lingkungannya seperti terpaan gelombang,
angin kencang, kelembaban yang tinggi, dan tekanan musuh, masyarakat suku Maybrat
Imian Sawiat mengatasi dengan cara dan pengetahuan yang dimiliki oleh mereka.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 99
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Untuk mengatasii terpaan angin kencang sudah menjadi gejala alam di wilayah Maybrat
Imian Sawiat. Untuk mengatasi hal tersebut, suku Maybrat Imian Sawiat membangun rumah
dengan konstruksi dari kayu dan antara elemen satu dengan lainnya dikaitkan membentuk
suatu struktur yang kaku, namun cukup elastis dan fleksibel, Sehingga apabila terjadi terpaan
angin kencang, rumah dengan konstruksi kayu ini tidak akan roboh tapi hanya melenggang
saja.
Angin kencang yang bertiup dari arah laut pada dini hari dan pagi hari, memaksa warg
warga
suku Maybrat Imian Sawiat khusunya dalam peralihan bentuk dan tampilan bangunan yang
relatif tertutup. Bukaan – bukaan dibuat relatif kecil, dan jendela (bukaan) diganti dengan
kisi – kisi untuk penghawaan dalam ruang.
Untuk mengatasi kelembaban yang ccukup
ukup tinggi, berdasarkan pengalaman para warga,
membuat tungku api dalam ruang tidur, karena dengan membuat tungku api didalam
ruangan tidur maka adanya transformasi panas perapian yang dapat menghangatkan
D. GEOFISIK WILAYAH
A. Aspek geofisik wilayah.
1. Geofisik wilayah pesisir
Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara daratan dan laut, dengan batas kearah darat
meliputi bagian daratan baik yang kering bahkan yang terendam air, yang masih mendapat
pengaruh sifat – sifat laut dan pegunungan seperti angin, pasang surut laut, perembesan air laut,
kekeringan, dan hutan belantara yang mana ciri – ciri heterogenitas alam masih dipengaruhi oleh
alam seperti sedimentasi dan aliran air tawar maupun proses yang disebabkan oleh kegiatan
manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Dinamika wilayah pesisir secara
fisik depengaruhi oleh parameter lingkungan – lingkungan fisik yang menyebabkan wilayah
pesisir terutama berbentuk pantai yang selalu berubah – ubah sepanjang waktu. Karakteristik
wilayah pesisir ini dibentuk oleh parameter lingkungan fisik seperti pasang surut, arus laut,
gelombang, angin,salinitasi, suhu dan perubahan muka air. Fenomena ini memberi kekhasan
karakteristik pada kawasan pesisir dan laut sehingga menyebabkan terjadinya kondisi fisik
perairan yang berbeda – beda sebagaimana berikut :
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 100
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 101
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
d. Angin
Angin merupakan parameter lingkungan terpenting sebagai gaya penggerak dari aliran
skala besar yang terdapat baik di atmosfer maupun lautan. Gelombang merupakan produk
penting yang dihasilkan oleh angin. Demikian juga deretan bukit pasir (sand dones) yang
ditemui dipantai – pantai yang penting bagi perlindungan pantai.
Angin merupakan gerakan udara dari tempat bertekanan udara tinggi ketempat yang
bertekanan udara rendah. Di wilayah pesisir pantai, angin lokal yang dikenal dengan angin
darat dan angin laut kadang dimanfaatkan oleh para nelayan untuk melaut untuk menangkap
ikan dan ke darat. Berhembusan angin darat, (dari
( darat ke laut) pada malam hari dan angin
laut (dari laut ke darat) pada siang hari disebabkan oleh perbedaan panas antara daratan dan
laut. Pada siang hari permukaan daratan lebih cepat panas akibat udara diatas permukaan
daratan menjadi panas dan memuai serta mudah naik keatas. Kekosongan udara didekat
daratan akan diisi oleh udara dari laut yang suhunya lebih rendah. Angin laut pada jam 9.00
9.0 –
1.00 pagi, sedangkan angin barat terj
terjadi sekitar jam 17.00 – 19.00 sore, dengan kekuatan
rata – rata 2,5 – 3,5 m/detik. Lihat gambar tiupan angin berikut ini:
Pergerakan angin pada
malam hari bertiup dari
daratan ke laut, atau juga
disebut angin gunung
yang bertiup pada malam
hari, liaht pada gambar
disamping kanan
Gambar:
sedangkan angin laut
Gambar:
Angin laut terjadi pada malam bertiup pada siang hari Angin darat terjadi pada siang hari
hari
dari laut ke daratan atau disebut angin laut yang bertiup lihat gambar di sebelah kiri.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 102
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Dinamika wilayah pegunungan Maybrat Imian Sawiat dipengaruhi oleh parameter manusia
yang menyebabkan wilayah pegunungan yang dengan heterogenitas hutannya yang utuh
menjadi rusak (gundul) dan tercemar
ercemar karena ulah manusia. Karakteristik wilayah pegunungan ini
dibentuk oleh parameter lingkungan fisik dan makhluk yang ada, seperti burung dan hewan
lainnya yang setelah memakan buah pohon setelah melewati daerah pegunungan yang begitu
terbakar dan gundul
ndul tanpa pohon, ia meninggalkan kortoran biji pohon yang mana bertumbuh
kembali, angin, tanah yang menyimpang akar sehingga bertumbuh kembali suatu saat.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 103
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Tabel
Luas Wilayah Kabupaten Sorong Se
Selatan
latan Per Distrik tahun 2004
Sumber data :
Laporan Fakta Tata ruang Kabupaten Sorong Selatan 2008 – 2007
Kabupaten sorong selatan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat dengan
ibukota Teminabuan. Kabupaten ini bersama Kabupaten Raja Ampat merupakan hasil
pemekaran kabupaten Sorong berdasarkan UU No 26 tahun 2002. secara administrative,
pemerintahan Kabupaten Sorong Selatan terbagi dalam 14 Distrik, 3 Kelurahan dan 210
kampung atau desa.
Distrik Aitinyo mempunyai jumlah Desa atau Kampung yang paling banyak, yaitu 26 desa
atau kampong. Sedangkan distrik Moswaren merupakan distrik yang mempunyai jumlah
kampung paling sedikit, yaitu sebanyak 6 Kampung. Berikut lihat tabel
tab l pembagian administrasi
dan ibukota serta banyaknya kampong dalam distrik masing – masing :
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 104
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Banyaknya
N Distrik Ibukota Desa/Kelurahan Ju Nama kampung
o Desa kelurahan mla
h
Mate, Saga, Mugim, Nogibi,
Wadoi, Solta baru, Isogo,
13 Sibae, Serkos, Nusa, Puragi,
1 Inanwatan Inanwatan - 13 Tawanggire, Bedare
Migori, Siwatori, Tarof,
Tambani, NegeriBesar,
Kasuweri, Udagaga, Benawa II,
Atori/Kambur, Korewatara,
Daubak, Topdan, Arbasina,
Kayubiro, Adona, Migirito,
Totona, Birawaku, Nayakore,
2 Kokoda Kokoda - 20
Tapas
20
Aisa, Ayata, Kamat, Aikrer,
Aitrem, Sawin, Ainesra,
Sabah, Warmu, Fuog,
3 Aifat Aisa - 13 Womba, Aifam, Tahsimara
timur 13
Kumurkek, Kisor, Susmuk,
Kokas, Ayawasi, Konja, Sori,
Kocuwer, Bori, Mosum,
Yarat, Ayawasi Selatan, Wer
jaya, Aisyo, Fonatu, Maan,
Waine, Tahahite, Ayawasi
timur, Imsun, Fatmayap,
4 Aifat Kumurkek - 23
Faton, Susai
23
Aitinyo, Korom, Soraya,
Tehak kecil, Sris, Karsu,
Irohe, Sumanis, Kamro,
Asmuruf, Yaksoro, Sira,
Awit, Kambufatem,
Kambufatem utara, Fetase,
Jitmau, Ikuf, Isir, Fategomi,
Faan, Tehak besar,
5 Aitinyo Aitinyo 26 26 Gohsames, Mirafan, Ewai,
- Jitmau timur
Moswaren, Johsiro, Hararo,
6 Moswaren Moswaren 6 - 6 Bumiajo, Hasik Jaya,
Kamisabe
Sumber data:
Laporan Fakta tata ruang Sorong Selatan 2008 - 2007
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 105
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
1
Klamit, Tapuri, Safkyo, Eles,
Sodrofoyo, Sasnek, Wendi,
Sawiat, Wen, Wenslolo,
Kafalit, Wensoug, Pasir
9 Sawiat Wenslolo 16 putih, Wandum, Welek,
16 Bemus
-
Suswa, Seya, Seni, Sire,
10 Mare Suswa - 7 Wabam, Kombif, Renis
7
Kais, Tapuri, Yahadian,
Benawa I, Sumamo,
Matemani Makaroro, Siranggo,
11 Kais Kais Haimaran, Mukamat, Ikana,
Onimsefa, Mogotemin
12 - 12
Sungguer, Boldon, Sesor,
12 Wayer Sungguer - 8 Waigo, Bagoraga, Wardik,
8 Unggi, Wayer
Sumber data:
Laporan Fakta tata ruang Sorong Selatan 2008 - 2007
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 106
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Lanjutan Tabel
pembagian wilayah administrasi kabuaten Sorong Selatan tahun 2006
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 107
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 108
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
b. Morfologi
Berdasarkan data kemiringan lereng diatas, Kabupten Sorong Selatan terbagi menjadi 3 jenis
satuan morfologi yaitu dataran rendah, dataran tinggi, dan pegunungan. Berdasarkan buku
geologi Lembar Teminabuan, Irian Jaya, dataran rendah tersebut terdiri dari estuari, dataran
alluvium, sisa dataran alluvium, undakan alluvium,
alluvium, pegunungan pantai dan swell. Estuari atau
muara yang lebar selama proses pembentukan, telah menyatu dan membentuk hampir seluruh
pantai di barat daya Teminabuan. Sedangkan pegunungan pantai dan sawel hanya ada di dua
daerah yaitu di tanjung Semebo
Semeboyy (distrik Seremuk) dan tanjung Saibabu (distrik Teminabuan).
Distrik di Kabupaten Sorong Selatan yang berada di dataran rendah adalah Distrik Seremuk,
Teminabuan, Kais, Inanwatan dan Kokoda.
Dataran tinggi di Kabupaten Sorong Selatan terdiri dari Plato Ay
Ayamaru,
amaru, sisa kipas alluvium
dan sisa dataran alluvium. Distrik yang berada di dataran tinggi adalah Distrik Wayer, Distrik
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 109
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Moswaren, Distrik Aifat, dan Distrik Aifat timur. Distrik Mare, Distrik Sawiat, Distrik Ayamaru,
Distrik Ayamaru Utara, Distrik Aifat dan Distrik Aifat timr berada di satuan morfologi
pegunungan. Pegunungan tersebut ada dua jenis yaitu pegunungan dan lembah berbentuk ‘V’
yang mempunyai cirri bertonjolan tinggi, mempunyai pematang sempit, lembah berbentuk ‘V’,
lereng yang tajam (20 - 30°) dan timbulan melebihi 300 m. di pegunungan dengan cirri tersebut
banyak ditemukan anak sungai yang mengalir berbelok – belok tajam. Sedangkan pegunungan
homoklin yang ada di Kabupaten Sorong Selatan ada pada formasi batuan endapan Paleozoikum
atas sampai Eosen.
Beberapa relief tinggi yang terkenal di Kabupaten Sorong Selatan diantaranya adalah
Gunung Bormalit, Gunung Athabu, Gunung Fomaya, Tanjakan Fansaraf, Tanjakan Dkun Taftik,
Gunung kemar, dan tanjakan Aduh Mama. Berdasarkan buku geologi lembar Teminabuan,
Teminab Irian
Jaya (1989 : 5), sebagian besar wilayah Distrik Sawiat, Distrik Ayamaru, Distrik Wayer, Distrik
Mare dan Distrik Aifat berada pada Plato Ayamaru. Sedangkan distrik – distrik lainnya berada
didaerah pegunungan, kars dan dataran.
Berdasarkan analisis
isis Bakosurtanal, 2007, bentuk lahan kabupaten Sorong Selatan terdiri dari
blok pegunungan, dataran alluvial, dataran alluvial karst, dataran banjir, dataran alluvial antar
perbukitan, endapan kolluvium, jalur kelokan sungai, kipas alluvial, lembah kering karst,
pegunungan karst, pegunungan karst dengan puncak pipih memanjang, perbukitan karst dengan
puncak pipih membulat, perbukitan denudasional rendah miring, perbukitan denudasional lereng
miring terkikis ringan, perbukitan denudasional lereng miring ter
terkikis
kikis berat, perbukitan karst
dengan puncak pipih dan runcing. Untuk lebih jelasnya morfologi berdasarkan analisis dari
Bakosurtanal, 2007 terdapat dalam peta berikut.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 110
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 111
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Hujan, Kelembaban
Kelembaban udara, dan Penyinaran matahari Kabupaten
Sorong Selaran Curah hujan, Rata – rata hari
Sumber data: Laporan Fakta tata ruang Sorong Selatan 2008 – 2007
2. Air permukaan
Potensi hidrologi di kabupaten Sorong Selatan terdiri dari potensi air permukaan tanah ((fresh
water) dan air tanah (groundwter
groundwter).
). Potensi aliran air permukaan terdiri dari air rawa, air danau
dan air sungai yang mengalir.
• Sungai
Terdapat 3 Daerah Aliran Sungai (DAS) utama di wilayah Sorong Selatan yaitu DAS
Seremuk, DAS Kaibus dan DAS Waromge. Masing – masing DAS mempunyai banyak
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 112
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
anak sungai. Semua anak sungai umumnya mengalir kea rah Barat
Bar daya hingga Barat
Laut dan bermuara di sungai utama yaitu sungai Kaibus, Sungai Seremuk dan Sungai
Waromge.
Berdasarkan peta Rupa Bumi Digitasi Bakosurtanal terdapat 14 DAS yang
teridengtifikasi yaitu DAS Aninmaru, Kaibus, Kais, Kamundan, Karabra, Matemani,
Matem
Sajem, Sebar, Sekak, Seremuk, Sigeroi, Tarof, Wariagrar dan Waromage. Untuk lebih
jelasnya lokasi dan cakupan DAS masing – masing terlihat dalam peta berikut.
DAS kaibus terdiri dari sungai Kohoin, Sungai Wermit, dan Sungai Sayal. Sungai
sayal memilikii anak sungai yang relative sedikit, umumnya merupakan sungai – sungai
kecil di daerah hulu. Terdapat 6 anak sungai yang cukup besar alirannya yang mengalir
ke Sungai Kaibus. DAS Waromge terdiri dari sungai Keyen, Sungai Sungguer, sungai
Waigo dan sungai Waren.
aren. Cukup banyak anak sungai yang mengalir di DAS Waromge,
misalnya sungai keyen yang terdiri dari 12 anak sungai. Sungai – sungai utama dan anak
– anak sungai yang cukup besar sebagian aliran dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Sungai – sungai yang berada di kabupaten sorong selatan berfungsi sebagai sumber
air sehari – hari bagi penduduk setempat, tempat wisata dan juga sebagai prasarana
transportasi. Contoh sungai di kabupaten sorong selatan yang berfungsi sebagai tempat
wisata adalah sungai sembra,
sembra, sungai kohoin, kali Korom, sungai wermit, dan kali framu.
Selain itu sungai yang ada di kabupaten sorong selatan juga merupakan sumber air PAM.
Sebagai contoh air PAM di distrik Ayamaru bersumber dari sungai Mos dan distrik
Ayamaru utara menggunakan sungai
sungai Imsun sebagai sumber air PAM. Kerusakan
lingkungan telah terjadi di beberapa sungai di kabupaten sorong selatan. Salah satunya
adalah sedimentasi yang terjadi di sungai Hilang di distrik Sawiat. Pendangkalan sungai
tersebut menyebabkan air menggerus badan
badan jalan di sisi sngai dan juga menyebabkan
banjir yang dapat memutus jalur transportasi.
• Danau
Danau merupakan salah satu potensi air permukaan yang banyak terdapat di
kabupaten Sorong Selatan. Setidaknya ada 5 danau terdapat di Kabupaten Sorong Selatan
yaitu : Danau Uter di Distrik Aitinyo, Danau Ayamaru di Distrik Ayamaru, Danau
Sembra di Distrik Teminabuan, Danau Tanimut (makiri) dan Nawewafom di
Distrik Aifat timur.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 113
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Danau –danau
danau tersebut merupakan sumber air sehari – hari bagi penduduk yang
bertempat tinggal di sekitar danau tersebut. Selain itu danau – danau tersebut menyimpan
potensi sebagai obyek wisata di kabupaten sorong selatan seperti Danau Ayamaru di
Distrik Ayamaru, dan danau Uter di Distrik Aitinyo.
Danau Aayamaru merupakan salah satu danau yang ada di kabupaten Sorong Selatan
yang terletak di distrik Ayamaru. Luas danau Ayamaru sekitar 2500 ha, termasuk tipe
seri seri oligotropik-eutropik
eutropik yang produktifitasnya tergantung nutrusi yang diterimanya
dan pengairan regional pada usia geologis dan kedalaman kelimpahan plankton kurang
karena laju sedimentasi yang tinggi mengakibatkan tipisnya penetrasi cahaya. Danau
Ayamaru juga merupakan salah satu danau yang dijadikan segagai obyek wisata, oleh
sebab itu, di sekitar danau tersebut telah dikembangk
dikembangkan
an fasilitas – fasilitas pendukung
tempat wisata seperti tempat istirahat dan dermaga. Selain digunakan sebagai obyek
wisata, danau Ayamaru juga digunakan sebagai tempat pemancingan dan tempat
pemijahan ikan sehingga danau tersebut banyak ditemukan keramba ikan milik
penduduk. Hanya saat ini, danau tersebut telah mengalami pendangkalan karena
penebangan diperbukitan sekitar danau.
Danau Uter di distrik Aitinyo juga merupakan salah satu danau di kabupaten sorong
selatan yang dikembangkan menjadi obyek wisata dan juga sebagai sumber air sehari –
hari bagi penduduk setempat.
d. Klimatologi
Letak Kabupaten Sorong Selatan pada posisi normal (khatulistiwa) sehingga tidak
langsung mendapat pengaruh udara kering dari Australia ataupun sebaliknya mendapat
pengaruh udara basah dari daratan Benua Asia.
Iklim wilayah Kabupaten Sorong Selatan tergolong iklim tropis monsoon. Musim hujan
terjadi saat berlaku monsoon tenggara, yaitu pada bulan mei – oktober. Daerah dataran
rendah di kabupaten Sorong Selatan mempunyai inten
intensitas
sitas hujan yang lebih banyak karena
adanya proses hujan orografis dimana angin yang membawa uap air laut terhambat
pegunungan yang berada diebelah utara kabupaten Sorong Selatan sehingga terjadilah hujan
likal di daerah yang terletak dibawah pegunungan tersebut
tersebut (dataran rendah).
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 114
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Suhu udara rata – rata berkisar antara 20°C – 38°C dengan fluktuasi suhu rata – rata
pertahun tidak lebih dari 2°C. kecepatan angin berkisar dari lambat hingga sedang mencapai
(8 m/dt), dengan frekuensi kejadian kurang dari 2%. Kecepatan angin umumnya bert
bertiup dari
arah barat daya (>15 m/dt). Tekanan udara barometric berkisar dari 998,6 mb – 1113 mb
dengan tekanan udara rata – rata 1006,1 mb. Kelembaban udara rata – rata 84,7% dan
intensitas penyinaran matahari sekitar 54,3%.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 115
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
b. Cuaca
Cuaca merupakan salah satu kendala
kendala fisik yang dihadapi Kabupaten Sorong Selatan.
Kabupaten Sorong Selatan terletak di pesisir pantai sehingga kemungkinan terjadinya hujan
orografis lebih sering dibandigkan wilayah lainnya. Hujan tersebut di satu pihak membawa
keuntungan tapi di pihak lain membawa kerugian. Apabila terjadi hujan maka akan terjadi
banjir di jalan yang menghubungkan antar kota Sorong dengan Kabupten Sorong Selatan.
Peristiwa tersebut akan menghambat aksesibilitas antara kedua Kabupaten tersebut.
Selain itu kondisi cuaca yang tidak menentu juga dapat menghambat aksesibilitas laut.
Apabila kondisi cuaca tidak memungkinkan seperti ombak besar, angin besar, hujan deras,
maka perjalanan kapal dari kota Teminabuan ke Kota Sorong atau wilayah lain yang hanya
dapat ditempuh degann perjalanan laut akan mengalami kendala.
c. Potensi Bencana
Berdasarkan peta geologi Kabupaten Sorong Selatan, peta seisomotektonik Indonesia dan
peta wilayah bencana gempa bumi Indonesia, maka di Kabupaten Sorong Selatan tepat
potensi bencana alam yang bberupa
erupa gempa tektonik, gerakan tanah/batu – tanah longsor, dan
amblesan.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 116
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
pengembangan pembangunan. Penduduk asli Kabupaten Sorong Selatan terdiri dari 3 (tiga) suku
besar dengan beberapa anak Suku, yaitu Suku Maybrat, beranak suku; May brat, May Ithe,
meyah, dan May Maka.. Suku Tehit, dengan anak suku; Imian, Sawiat, Saifi, Gemna, Nakna,
Afsya dan Ogin. Suku Imeko, dengan anak suku; Inanwatan, Matemani, Kokoda.
Sampai dengan tahun 2006, penduduk Kabupaten Sorong Selatan berjumlah 51.514 jiwa
yang tersebar di 14 distrik. Sebanyak 90% dari total jumlah penduduk Kab
Kabupaten Sorong Selatan
adalah penduduk asli orang Papua, sedangakan sisanya 10% adalah penduduk non papua, antara
lain etnis yang berasal dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.
Distrik – distrik yang memiliki penduduk paling ba
banyak
nyak adalah distrik Kokoda yang merupakan
daerah pantai dengan jumlah penduduk 8.158 jiwa yang merupakan 15,84%, dari total penduduk
Kabupaten Sorong Selatan, kemudian distrik Teminabuan yang merupakan dataran rendah
dengan jumlah penduduk 7.660 jiwa yang merupakan 14,87% dan distrik Ayamaru yang
merupakan daerah dataran tinggi dengan jumlah penduduk 6.356 jiwa yang merupakan 12,34%.
Sedangkan distrik yang memiliki penduduk paling sedikit adalah distrik Wayer dengan jumlah
penduduk sebanyak 1.237 jiwa yang merupakan 2,40% dari total jumlah penduduk Kabupatn
Sorong Selatan. Distrik Wayer merupakan pemekaran wilayah dari Distrik Teminabuan.
a. Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah
Kabupaten Sorong Selatan yang meliputi area daratan seluas 29.910 km², sampai dengan tahun
2006, memiliki kepadatan penduduk rata – rata sebesar 1,73 jiwa/km² yang
yan artinya setiap
kilometer persegi rata – rata dihuni 1,73 atau 2 jiwa. Kepadatan tertinggi dimiliki oleh Distrik
Teminabuan sebesar 4,18 jiwa/km², sedangakan kepadatan terendah dimiliki oleh Distrik Wayer
sebesar 0,88 jiwa/km². Dengan demikian secara keseluruhan
keseluruhan kepadatan penduduk diwilayah ini
dapat dikatakan masih sangat rendah. Untuk lebih jelas mengenai sebaran penduduk dapat dilihat
pada peta berikut.
Gambar:
Peta sebaran penduduk kabupaten Sorong Selatan
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 118
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 119
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Koma (Kaptain Koma - koma). Selanjutnya ke kampung Ayamaru bertemu dengan marga
solossa yang diberi pangkat Raja Framu.
Sedangkan
edangkan satu jalur dilalui oleh Waranewi, yang mana Warenewi ke Ayamaru melalui jalan
Waigo dan ia pertamakali bertemu dengan marga Smur yang mana orang dari marga itu yang
pertamakali diberi pangkat raja, yaitu kepada Usiah Tuan, karena ia sebagai orang pertama yang
berjasa bertemu dan mampu berkomunikasi dengan Warenewi serta memnuntun waranewi dalam
perjalanannya. Selanjutnya kepada Nati siri diberi pangkat raja waigo, selanjutnya ke kampung
Arus bertemu dengan marga Kambu yang diberi pangkat Myor Arus
Arus (Mayor Arus), selanjutnya
ke kampung kambuskato bertemu dengan marga Kambu yang diberi pangkat Myor Kambu
(Mayor Kambu) selanjutnya ke kampung Kambuaya bertemu dengan marga Kambuaya yang
diberi pangkat Raja Kambuaya dan selanjutnya ke Ayamaru bertemu de
dengan
ngan temannya Taman
Kiri.
Masyarakat asli Papua pada waktu itu menganggap kerajaan Ternate – Tidore sebagai pusat
kekayaan, sehingga kain dan porselen yang mereka peroleh dianggap sebagai lambang kekayaan,
sebagai tanda status sosial yang tinggi bagi suku
suku Maybrat Imian Sawiat yang di sebut (bobot).
Bahkan sampai saat ini masih dapat ditemui dibebrapa wilayah.
Pemerintah Hindia belanda masuk ke Teminabuan pada tahun 1917, hingga 1920. pada
tanggal; 27 Januari 1927, agama Kristen Masuk ke Teminabuan
Teminabuan-Tehit,
Tehit, yang mana Kristen
dibawa oleh dua orang penginjil dari Kepulauan Maluku yaitu : Matatula dan Yotlely,
didampingi oleh pendeta J. Wetstein. Pemerintah Hindia Belanda membangun lembaga
pendidikan tingkat SD pada tahun 1930.
1930. Pada tahun inilah berakhirnya zaman
zama prasejarah orang
Maybrat, Imian, Sawiat, dengan memasuki babak baru zaman sejarah, dimana mereka mulai
mengenal baca dan tulis.. pada massa Kependudukkan Jepang, Jepang mengambil alih sekolah –
sekolah tersebut. Ketika
tika Pemerintah Belanda merebut
merebutnya kembalii pada tahun; 1950, berturut –
turut didirikan sekolah YVVS pada tahun 1950, dan sekolah gadis MVVS pada tahun 1956 –
1957. sekitar tahun 1954 – 1955, Belanda Memindahkan pusat pemerintahan untuk wilayah
kepala burung bagian selatan dari Ayamaru ke Teminabuan
Teminabuan yang mana hingga saat ini masih
dapt ditemui sisa – sisa bangunan Arsitektur Kolonial yang digunakan oleh pemerintahan
Belanda di wilayah Ayamaru dan Teminabuan.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 120
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
2. Etnis
Suku asli yang mendiami Kabupaten Sorong Selatan termasuk rumpun atau ras melaneso
melanesoit
yang sub bangsanya adalah Bomberai yang terbagi menjadi 3 (tiga) suku yang juga terdiri dari
beberapa anak suku. Pertama,
Pertama, suku Maybrat, dengan anak suku May Yah, May Ithe, dan May
Maka, yang mendiami daerah bagian tengah, utara, timur yaitu Mare, Ayamaru
Ayama Utara, Ayamaru,
Aifat, Aifat Timur, Moswaren dan Aitinyo.
Kedua, Suku Tehit, dengan anak suku Sawiat, Imian, Saifi, Gemna, Nagna, Afsya dan Ogin,
yang mendiami daerah tengah dan barat yaitu; Sawiat, Seremuk, Teminabuan, dan Wayer.
Ketiga, suku Imekko, dengan anak suku Inanwatan, Matemani, Kokoda dan Ras yang
mendiami daerah selatan yaitu; Kais, Inanwatan dan Kokoda. Dari ketiga suku berikut, suku
Maybrat adalah Suku terbesar dengan Sebaran paling luas di Kabupaten Sorong Selatan.
Keragaman suku di Kabupaten
paten Sorong Selatan mengakibatkan banyak ragam budaya dan
kesenian seperti seni dan bahasa, yang dalam langgam, sebutan, dan arti yang berbeda – beda
menjadii khasanah citra masing-masing.
masing
Masyarakat suku Maybrat Imian Sawiat mengenai stratifikasi strukturnya
strukturnya dapat diidentifikasi
dengan stratifikasi sosial secara tradisional semenjak zaman prasejarah hingga, hingga zaman
sejarah masih tetap digunakan, yaitu :
• Bobot adalah orang terhormat ditengah masyarakat, sekaligus merupakan strata sosial
teratas. Mereka inilah bangsawan – bangsawan Suku Maybrat Imian Sawiat.
• Raja adalah pimpinan tertinggi masyarakat sekaligus merupakan strata sosial teratas,
bersamaan dengan Bobot.
Bobot. Mereka ini diangkat dari keturunan Bobot dan mereka ini juga
adalah bangsawan – bangsawan Suku Maybrat Imian Sawiat.
• Raa win - Na wofle,, adalah Guru – Guru atau Penginjil Theolog tradisional. Mereka
yang dianggap sebagai penyelamat atau tabib, mereka ddianggap
ianggap sebagai orang terhormat
dan suci yang termasuk dalam stratifikasi dibawah Bobot dan Raja.
• Raa kinyah, adalah golongan rayat biasa.
Dewasa ini suku Maybrat, Imian, Sawiat, banyak berasimilasi melalui perkawinan antara
suku Maybrat dengan Suku Imian dan Suku Sawiat bahkan Sebaliknya dan juga dengan Suku
dan Bangsa lain di luar Suku mereka seperti : Manado, Jawa, Jayapura, Merauke, Serui, Batak,
Kupang, Flores, Manokwari, Biak dll.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 121
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Kebudayaan lahir dan berkembang sebagai hasil proses adaptasi manusia terhadap linkungan,
baik sekitarnya, baik dalam arti biologi maupun bentang alam dan kondisi sosial tertentu. Ini
berarti kebudayaan manusia dapat berbeda – beda sesuai dengan perbedaan lingkungan sekitar
dimana manusia itu sendiri turut berperan.
Dalam ratusan
tusan tahun, Suku Maybrat Imian Sawiat mendiami daerah pegunungan dan pesisir
pantai Kabupaten Sorong Selatan. Kemudia berkembang serta menyebar hampir keseluruhan
Papua dan Nusantara bahkan keluar negeri.
Dalam hubungan dengan kapitan – kapitan atau raja dan bobot serta kepala suku pada masa
lampau, mereka sangat mengagumi, patuh dan taat kepada pemimpin mereka. Oleh karena itulah
Suku Maybrat Imian Sawiat memiliki Sosial Budaya Masyarakat yang kelihatan semakin ramah,
aman dan serasi dengan persebaran mer
mereka ketimbang kehidupan mula – mula mereka. Untuk
lebih jelasnya mengenai persebaran etnis, berikut dapat lihat pada peta sebaran etnis berikut :
Gambar:
Peta sebaran etnis kabupaten Sorong Selatan
Laporan fakta: tataruang Kab. Sorong Selatan 2008 - 2007
C. Sistem Religi/Kepercayaan
Kepercayaan zaman prasejarah – zaman sejarah.
Bagi suku Maybrat, Imian, Sawiat, merupakan suatu Etnik (ras) yang penduduknya
mayoritas beragama Kristen Protestan yang berkisar antara 81,95%, kemudian agama Muslim
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 122
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
berkisar antara 12,04% sedangkan agama Kristen Katolik berkisar 5,97%. Proporsi tersebut
terkait dengan penyediaan fasilitas peribadatan yang ada. Berikut lihat tabel persentase penduduk
menurut agama tahun 2006.
Porsentase Pendu
Penduduk Menurut Agama tahun 2006
No Agama Jumlah
1 Islam 12,04
2 Kristen Protestan 81,95
3 Kristen Katolik 5,97
4 Hindu 0,02
5 Budha 0,01
6 Konghucu 0,01
7 Lainnya 0
Bagi suku Maybrat, Imian, Sawiat, umumnya memiliki kepercayaan akan Allah Injili
Moderen, namun dalam pra-kehidupan
pra moderen pada zaman prasejrah mereka masih
menyimpan adanya kepercayaan akan Allah ilmiah, dimana proses pendidikannya diterapkan
dalam sekolah
lah theologia natural yang disebut Wyion – Wofle . Suku Bangsa Maybrat, Imian,
Sawiat, umumnya percaya bahwa Wyion – Wofle adalah Allah mereka, yang mempunyai
kemampuan supranatural atas alam semesta. Mereka percaya bahwa Allah ilmiah mereka
memiliki rahasia – rahasia dan dalam berhubungan ataupun mengetahui serta memanfaatkan
rahasia – rahasia atau lebih tepat dikatakan seperti syariat. Masyarakat Maybrat Imian Sawiat
harus menyerahkan dirinya untuk dididik dalam ajaran theology natural mereka yang disebut
wiyon-wofle,
wofle, sehingga mereka mampu mengetahui bahasa – bahasa atau etik – etik tertentu
dalam berhubungan langsung dengan Allah ilmiah mereka. Bagi mereka yang telah menyerahkan
diri untuk diajar akan dipanggi dengan nama Raa wyion – Na Wofle yang berarti Guru theology
Natural, sedangkan seorang guru besr atau guru kepala adalah Raa bam – na tmah.
Pada zaman prasejarah,
prasejarah, kehidupan suku Maybrat, Imian, dan sawiat masih cenderung
dengan kepercayaan tradisional dan pendidikan tradisional. Dalam agama tradisio
tradisional (Natural
theology) atau sekolah tradisional (traditional study). Apabila seorang murid yang dibawa ke
rumah sekolah (kwin), maka sebagaimana telah menjadi tradisi bagi keluarganya bahwa mereka
harus membawa persembahan berupa : makanan Keladi, pisang,
pisang, tebu dan harta benda yang lain
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 123
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
sebagainya untuk dipersembahkan kepada guru didiknya sebagai imbalan dan makanan selama
proses pendidikan berjalan.
Dalam proses pendidikan, para guru dan seorang murid dilarang untuk melakukan hal – hal
najis seperti membicarakan
icarakan hal – hal kotor, mengomel, ribut serta tidak taat terhadap aturan –
aturan yang ada. Dalam proses berpendidikan, semuanya berpuasa dalam suasana belajar hingga
waktu yang sudah ditentukan. Setelah selesai menjalani pendidikan selama 3 bulan, murid –
murid tersebut akan di bawa ke lingkungan mereka untuk di uji (sana
(sana win
win) oleh guru mereka,
jika murid yang mampu menyelesaikan ujian-ujian
ujian ujian yang diberikan dengan baik, maka mereka
sah sebagai murid yang lulus ( disebut “wyion tna”). Jika semua aturan yan
yang diterapkan tidak di
jalankan maka murid tersebut tidak lulus bahkan dianggap tidak berguna lagi (ytah koom).
Setelah itu murid – murid tersebut akan dijemput oleh keluarga mereka masing – masing dengan
upacara dan arak – arakan dalam merayakan kesuksesan
kesukses anak mereka.
Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, cukup kental dengan nuansa spiritualitas yang
berhubungan dengan leluhur. Tidak salah memang, walaupun di dalam masyarakat Maybrat,
Imian, Sawiat, sendiri sudah banyak menganut agama
agama-agama
agama yang diakui oleh pemerintah.
Melihat kembali beberapa ratus tahun yang lalu, bahwa kehidupan masyarakat tidak lepas dari
kepercayaan kepada leluhur. Dari kepercayaan leluhur ini, masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat,
khususnya secara gamblang membangun kehidupan keagamaan mereka.
Leluhur, bagi masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, dianggap sebagai yang bercikal bakal.
Artinya leluhur dipercayai sebagai wujud dari sebuah komunitas masyarakat
masyarakat yang sedang
berkembang sampai terbentuknya sistem di dalamnya. Proses berkembangnya komunitas sampai
pada kehidupan masyarakat yang paling mendasar, yaitu kepercayaan. Masyarakat
membutuhkan sarana untuk sampai pada yang memberikan hidup dan segala
sega alamnya (sumber
realitas tertinggi). Terbangunnya kepercayaan ini, tidak lepas dari peran leluhur yang dipercayai
memberikan kenyamanan dan kehidupan yang lebih baik. Agama apapun yang dianut, termasuk
yang dianut oleh masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, Papua sekarang ini, tidak akan pernah
lepas dari unsur kepercayaan terhadap leluhur.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 124
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Kemudian apa hubungannya dengan judul di atas? Di kawasan Maybrat, Imian, Sawiat,
kabupaten Sorong Selatan dan Kabupaten Maybrat, ada sebuah kepercayaan yang berkembang di
masyarakat sekitar. Di wilayah ini, ada kepercayaan yang di anut oleh penduduk setempat
sebagai Religi, dan juga terdapat lokasi-lokasi
lokasi tertentu dimana Wiyon-Wofle
Wofle berdiam diri. Di
tempat ini pula para Theolog tradisional suku Maybrat, Imian, sawiat, menjadikannya
me sebagai
sarana pemusatan pemujaan atau disebut maut hdan, mber wiyon, maut shafla.
shafla Aktifitas ini
berkembang selama bertahun--tahun
tahun tanpa terganggu. Setelah memasuki abad ke-18
ke dan 19 yang
mana bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat di anggap sebagai abad transisi iman dan kepercayaan.
Dari cerita atau mitologi ini tentunya bisa ditarik kesimpulan bahwa, sejarah theologi
tradisional wiyon-wofle
wofle (agama suku) di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, bisa dipercaya, dan
merupakan suatu kepercayaan tradisional. Berkembang pula sebuah keyakinan mengenai cikal
bakal dari masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, Papua. Memang untuk membuktikan mitos atau
cerita yang berkembang di masyarakat ini tidak begitu sulit karena masih bisa dilakukan suatu
saat bila diminta (dilakukan
ukan secara tersembunyi di perkampungan terpencil). Dan masyarakat
setempat sangat percaya dengan teologi Wiyon
Wiyon-Wofle
Wofle secara turun temurun. Mereka mendengar
dari para leluhur dahulu. Sebuah cerita yang berkembang di masyarakat bisa dipercaya sebagai
fakta ataupun hanya mitos, tergantung dari sudut pandang kita menganalisa.
Sebagai contoh , faktanya bahwa cerita ini berkembang dengan sangat kuat dan
terpendam cukup lama di tengah masyarakat. Terlepas dari ditambah ataupun dikuranginya cerita
mengenai kehadiran
an agama suku di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, Wiyon-Wofle.
Wiyon Kedua cerita
ini bisa saling dikaitkan dari latar belakang Agama Kristen moderen dan Tuhan sebagai realitas
tertinggi. Pertama, bisa saja sebagai sebuah cerita bahwa masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat,
S
adalah Umat Tuhan yang mana Tuhan datang kepada mereka sebagai Wiyon
Wiyon-Wofle. Kedua,
cukup banyak masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, yang beragama Wiyon-Wofle.
Wiyon Masyarakat
Wiyon-Wofle
Wofle ini disebut Raa wiyon-Na
wiyon Na wofle, kebanyakan mereka ditemukan di daerah
daer
perkampungan-perkampungan
perkampungan terpencil Maybrat, Imian, Sawiat, Papua (kebanyakan terdapat di
pedalaman Desa/Kampung)
Dengan bukti konkret, masyarakat secara luas kiranya bisa memberi persepsi yang
berbeda. Dengan adanya bangunan keagamaan seperti k'wiyon-bol
k'wiyon ol wofle dan kepercayaan di
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 125
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Wilayah-Wilayah
Wilayah ini, bolehlah kita memberi penghargaan yang luar biasa. Sebab ada hal yang
bisa dipelajari dari sebuah multikulturalisme. Yaitu keterbukaan akan sebuah perbedaan serta
menghormati. Namun apapun itu, kiranya kita harus menghargai cerita yang berkembang sebagai
wujud penghormatan akan nilai-nilai
nilai nilai religiusitas di tengah suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat,
Papua Barat ini.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 126
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
• Metode penyendirian
n sebagai peningkatan spiritualitas.
Materi pendidikan inisiasi teologi wiyon-wofle
wiyon meliputi pokok-pokok bo tgif-firman,
tgif wiyon-
wofle, penjadian, manusia, dan pokok
pokok-pokok ajaran agama wiyon-wofle.
wofle. Lihat skema berikut:
Bo tgif -Bo
Poko-pokok
snyuk
Wiyon-wofle
wofle Penjadian Manusia ajaran
Watum- Allah inisiasi
wiyon-wofle
firman
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 128
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
4. Tentang manusia
1. Perbedaannya manusia dengan ciptaan lain
2. Manusia sebagai Raa wiyon-Na
wiyon wofle
3. Amanat dan tugas dari wiyon-wofle
wiyon kepada Raa wiyon-Na
Na wofle
5. Pokok-pokok
pokok ajaran inisiasi wiyon-wofle
wiyon
1. Hal dosa – iro
- Manusia Berdosa – fana Raa iin – Na iin
- Hukuman atas dosa iro
2. Pengampunan dosa miyon iro – tgif iro – maut wlah
- Pengantara sejati
- Hidup baik
3. Hal tolong – menolong
Orang Maybrat, Imian, Sawiat, sebagai makhluk sosial yang dalam tindakan
tindakan-tindakannya
melangsungkan pendidikan inisiasi teologi wiyon-wofle
wiyon wofle merupakan suatu penjurusan pada
kepentingan tentang spiritualitas mereka.
C D
E F
G H I J
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 129
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Keterangan gambar:
A. Wadah seluruh hubungan sosial dan agama masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat. Seluruh
jaringannya dalam arti umum/luas tanpa memperlihatkan batas batas hubungan tertentu
batas-batas
antara sosial bebas dan beragama.
B. Suatu jaringan hubungan sosial dan agama yang memperlihatkan corak dan sikap yang
berbeda dari kelompok sosial bebas dan agama.
C. Group; kelompok sosial bebas dan agama yang memiliki hubungan sosial yang nyata dengan
struktur yang begitu menonjol nyata.
D. Quasi group sosial bebas dan agama
E. Kelompok dengan antar hubungan langsung
F. Kelompok dengan antar hubungan tidak langsung luas
G. Kelompok dengan antar hubungan langsung terbatas
H. Kelompok dengan antar hubungan tidak langsung terbatas
I. Kelompok dengan antar hubungan tidak langsung luas.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 130
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 131
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
mengatakan demikian; ambillah bagianmu dan jangan mengambil bagian orang, karena bagimu
akan dikurangi.. Allah sudah memberi kkepada
epada setiap suku bangsa bagian-bagiannya,
bagian baik itu
budaya, bahasa, laut, tanah, agama dan sebagainya bagi mereka masing-masing
masing masing dan Ia berdiam
didalamnya secara rahasia melalui perbagian keilahianNya yang berbeda itu.
Orang Maybrat, Imian, Sawiat, telah kkehilangan
ehilangan bagian mereka, karena mereka
memaksakan untuk mengambil bagian daripada milik Israel dengan berkeinginan sebagai umat
Kristus, padahal telah jelas-jelas
jelas dalam kitab injil menyebutkan bahwa kaum Yahudi adalah
zaitun asli sedangkan yang lainnya adalah
adalah zaitun liar. Pengajaran Kristen mengharuskan setiap
umat yang bukan orang Israel bertekuk lutut dan mendoakan orang Israel agar mereka juga
diberkati dan Allah Abraham, Ihak, dan Yakub mau menerima orang bukan keturunan Israel
sebagai anakNya. Bagian milik orang Maybrat, Imian, Sawiat, telah terbuang jauh, ibarat
seseorang yang menjual seluruh pakaiannya yang telah dipakainya dan ia berjalan dengan
telanjang untuk meminta pakaian milik saudaranya yang lain dengan memohon; padahal
keduanya mempunyai bagian
ian yang sama.
Sebenarnya yang dipersoalkan disini adalah keberadaan Tuhan itu, dan sebenarnya
gagasan tentang Tuhan wiyon-wofle
wiyon wofle mempunyai makna yang koheren. Pernyataan tentang
Tuhan wiyon-wofle
wofle begitu bermakna karena penyataan tentang Allah yang bisa diferifikasi
di atau
dibuktikan kekeliruan tentangNya dalam k’wiyon
k’wiyon-bol wofle.
Raa wiyon-Na
Na wofle berkata bahwa ALLAH bapa, atau ORON yabi bertahta didalam
k’wiyon-bol
bol wofle, merupakan pernyataan bermakna karena suatu interaksi yang transendensial
antara manusia
ia awam dan Raa wiyon-Na
wiyon Na wofle dan ORON YABI atau ALLAH. Demikianpula
pernyataan lain yang dikatakan oleh Raa wiyon
wiyon-Na
Na wofle dalam keimanan mereka membuat
pernyataan yang bermakna taatkala berkata : aku percaya kepada wiyon
wiyon-wofle (Tuhan), sebab
setelah mati,
i, kita tentu bisa melihat kebenaran tersebut. Bagi Raa wiyon
wiyon-Na
Na wofle berpengertian
yang lebih luas lagi bahwa, wiyon-wofle
wiyon (TUHAN) selalu berada dalam pengertian apapun yang
bisa kita pahami (Ait yhar bonout wanu beta). Pernyataan ini begitu fantasi; karena
ka teologi
wiyon-wofle
wofle sangat sakral dan kata-kata
kata kata firman (bo tgif) yang diterima oleh Raa wiyon-Na
wiyon wofle
mengandung isi yang bermakna kesucian, dan kalimat-kalimat
kalimat kalimat yang mengandung Tuhan wiyon-
wiyon
wofle begitu sangat koheren, dan memiliki ferifikasi – pembuktian
tian kekeliruan sehingga berbicara
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 132
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
tentang wiyon-wofle
wofle mempunyai makna yang logis, karena bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat,
tak ada sesuatupun didalam konsep tentang wiyon
wiyon-wofle
wofle yang ditolak atau diragukan.
Sebagai gantinya, kita mesti menemukan “Tuhan” diatas Tuhan personal ini. Tak ada
yang baru dalam hal ini, semenjak abad kesembilanbelas orang Maybrat, Imian, Sawiat, mulai
beradabtasi dengan kitab suci. Zaman ini boleh dikatakan sebagai za
zaman
man new biblikal bagi orang
Maybrat, Imian, Sawiat. Raa Wiyon-Na
Wiyon Na wofle telah menyadari watak paradoks Tuhan yang
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 133
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 134
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 135
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
berhubungan dengan wujud lain sebagai subjek dan objek, sebagai Aku – Dia “manusia Raa
wiyon-Na wofle – Tuhan wiyon-wofle”.
wiyon Ketiga, wilayah
ah ruang maha suci, dimana Raa wiyon-
wiyon
Na wofle berhubungan dengan yang lain sebagai sumber realitas tertinggi sebagaimana adanya,
memandangnya sebagai tujuan pokok. Inilah wilayah atau ruang Aku – Engkau, yang
mengungkapkan keberadaan wiyon
wiyon-wofle (Tuhan) yaitu tahta Allah.. Dalam teologi wiyon-wofle
wiyon
“mber wiyon” adalah berdialog dengan wiyon
wiyon-wofle
wofle yang tidak membinasakan kebebasan atau
kreativitas Raa wiyon-Na
Na wofle, karena bagi Raa wiyon
wiyon-Na
Na wofle, wiyon-wofle
wiyon (Tuhan)
tidakpernah menyatakan kepada mereka apa yang ditentukannya atas diri mereka. Mereka
mengalaminya hanya sebagai kehadiran dan dorongan. Raa wiyon-Na
wiyon Na wofle selalu mengetahui
dan mengerti akan makna-maknanya.
maknanya.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 136
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Orang yang tidak memiliki kepercayaan keagamaan, dia akan berjalan menurut egonya
sendiri. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, menemukan Tuhan sebagai wiyon-
wiyon-wofle, kedengarannya
asing, tetapi tidaklah seasing yang kita bayangkan,
bayangkan, karena semuanya berfokus kepada Tuhan,
dan Tuhan bukanlah sesuatu yang baru. Sebagimana yang telah kita saksikan, kitabsuci Yahudi
yang oleh orang Kristen disebut perjanjian “lama” mereka, memperlihatkan proses yang serupa;
al-Quran
Quran sejak awal menyebut Allah dalam istilah yang kurang personal dibandingkan tradisi
Yudeo Kristen. Doktrin semacam trinitas dan mitologi serta simbolisme system istikal semuanya
berupaya menunjukkan bahwa Tuhan melebihi personalitas. Namun ini tidak menjadi jelas
dengan sendirinya
nya bagi kebanyakkan orang beriman.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 137
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
alam sebagaimana layaknya kita, manusia membuatu sesuatu. Namun kisah penciptaan sejak
awal tidak begitu diungkapkan secara rinci oleh Raa wiyon-Na
wiyon Na wofle untuk dipahami secara
harafiah. Seperti pengertian tentang Yahwe
Yahwehh sebagai pencipta belum masuk kedalam Yudaime
hingga pengusiran kebabilonia. Ini adalah sebuah konsepsi yang asing bagi alam pikiran Yunani:
penciptaan dari ketiadaan (ex nihilo) dianggap bukanlah doktrin resmi Kristen sebelum Konsil
Nicaea pada tahun 341.. penciptaan merupakan ajaran inti Al-Quran,
Al Quran, namun sebagaimana seua
ungkapan Al-Quran
Quran tentang Tuhan, ini juga merupakan “kiasan” atau “tanda” (ayat - verse) dari
suatu kebenaran yang tak tercampakan. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, dan kaum rasionalis
uslim dan Yahudi merasakannya sebagai sebuah doktrin sulit dan problematika dan sulit
diungkapkan secara rinci.
Pendek kata, kosmologi bukanlah penjelasan ilmiah tentang asal usul alam, namun pada
dasarnya merupakan ungkapan simbolik tentang kebenaran spiritual dan psikologis.
Sebagaimana telah kita saksikan bahwa peristiwa-peristiwa
peristiwa peristiwa baru yang mensabotase wilayah
agama-agama
agama lain tanpa menyisakan ruang bagi mereka sebagaimana agama wiyon
wiyon-wofle
diwilayah Maybrat, Imian, Sawiat. Peristiwa historis terbaru seperti Kristen diwilayah Maybrat,
Imian, Sawiat, dirasakan sebagai ancaman terhadap konsepsi ketuhanan tradisional wiyon
wiyon-wofle
disbanding penemuan sains. Akan tetapi di Barat, pemahaman harafiah tentang kitabsuci telah
tertanam sejak lama. Ketika beberapa orang Kristen
Kristen barat merasa keimanan mereka kepada
Tuhan digoyahkan oleh sains baru, mereka mungkin membayangkan Tuhan sebagai mekanik
agung yang dikonsepsikan Newton, sebuah pandangan ketuhanan personalistik yang harus di
tolak atas dasar alas an-alasan
alasan keagamaan maupun ilmiah. Tantangan sains mungkin akan
membawa gereja kepada apresiasi baru terhadap watak simbolik narasi kitab suci.
Wiyon-wofle
wofle tampaknya menampilkan sebuah alternatif yang mungkin lebih dapat
diterima. Raa wiyon-Na
Na wofle telah sejak lama menegas
menegaskan bahwa wiyon--wofle bukanlah wujud
lain; mereka mengklaim bahwa Dia adalah Tuhan yang sungguh-sungguh
sungguh sungguh bereksistensi dan lebih
baik menyebutnya ada. Tuhan ini cocok dengan selera Raa wiyon-Na
wiyon Na wofle yang menolak
pemberian gambaran yang tidak layak tentang yang mutlak terhadap wiyon-wofle
wiyon (Tuhan). Alih-
alih memandang Tuhan sebagai fakta objektif dalam k’wiyon-bol
k’wiyon bol wofle yang dapat
didemonstrasikan melalui dalil
dalil-dalil teologi wiyon-wofle
wofle yang dianggap ilmiah, Raa wiyon-Na
wiyon
Wofle justru mengklaim bahwa Tuhan wiyon-wofle
wiy wofle merupakan pengalaman objektif yang secara
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 138
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 139
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Maybrat, Imian, Sawiat, telah menciptakan keyakinan untuk diri mereka, untuk rasa kagum dan
meraih makna kehidupan didalam wiyon-wofle
wiyon yang terkatakan.
Seratus persen orang di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, Papua Barat, menga
mengaku beriman
kepada Tuhan dalam injil bibel, namun didalam hati dan pikiran orang Maybrat, Imian, Sawiat,
tertidur wiyon-wofle
wofle (Tuhan) yang selalu terdengar gemanya mendenting dikedalaman hati
nurani. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, tidak bisa menanggung beban penyesalan akan
kehilangan wiyon-wofle
wofle yang merupakan beban kehampaan dan kesepian; kini orang Maybrat,
Imian, Sawiat, harus mengisi kekosongan itu dengan menghidupkan kembali wiyon-wofle
wiyon yang
sebagai fokus untuk meraih hidup yang bermakna. Kristen tang telah
telah gemilang di wilayah
Maybrat, Imian, Sawiat, bukanlah pengganti, akan tetapi yang disembah oleh Kristen adalah
Tuhan – yang dalam konsepsi orang Maybrat, Imian, Sawiat, disebut wiyon
wiyon-wofle, atau juga
dikatakan dengan pengertian bahwa Tuhan adalah wiyon
wiyon-wofle dan wiyon--wofle adalah Tuhan.
Bangkitlah
ngkitlah orang Maybrat, Imian, Sawiat
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 140
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
WIYON
ALLAH
WI = WIYO YRON
Sebagai Kata Panggilan
Kekal, abadi, selamanya, aam,
Bahwa segera datang karena keilahian, keabadian,
kesucian, kebesaran,
ada sesuatu yang sangat
kekuasaan, kekudusan.
penting (keAllahan)
(Penyataan Allah)
Dari uraian makna kata diatas, maka ditemukan bahwa makna kata wiyon
wiyon-wofle atau mber
wiyon-wofle adalah “suatu perjanjian abadi antara Raa wiyon-Na
wiyon Na wofle dengan wiyon-wofle
wiyon
yang terjalin dalam k’wiyon-bol
bol wofle untuk melakukan sesuatu yang kultus”.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 141
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
b. Pembentukan
bentukan Raa wiyon-Na
wiyon wofle Menjadi Sebuah Jemat
Jemat wiyon-wofle
wofle atau Raa wiyon
wiyon-Na
Na wofle, secara resmi dibentuk pada waktu
pewahyuan wiyon-wofle
wofle kepada Mbouk. Pada saat itu, Mbouk dianggap sebagai seorang Nabi,
akan tetapi ia menjalankan tugas sebagai Raa bam-Na
Na tmah (Imam) karena dia secara langsung
melakukan perintah dari wiyon-wofle
wiyon dan para Rasul – adalah Raa wiyon-Na
wiyon wofle yang mana
mendapat tugas untuk menyampaikan berita tentang wiyon
wiyon-wofle
wofle “ber wiyon-wofle”,
wiyon kepada
suku bangsa Maybrat, Imian, S
Sawiat,
awiat, dan dan keseluruh dunia. Hasilnya, jemaat wiyon
wiyon-wofle
atau Raa wiyon-Na
Na wofle dibentuk dan dibangun pada pelosok Maybrat, Imian, Sawiat.
Melalui uraian diatas, jelaslah bahwa jemaat itu bukan didirikan atas inisiatif MBOUK
sebagai manusia yang jugaa dipandang sebagai Nabi Wiyon
Wiyon-Wofle
Wofle sendiri, tetapi jemaat itu ada
karena dibentuk oleh Tuhan yang disebut sebagai wiyon
wiyon-wofle
wofle oleh orang Maybrat, Imian,
Sawiat, sebagai Allah mereka. Wiyon
Wiyon-wofle
wofle adalah sang ilahi yang menjadi dasar serta kepala
dari jemaat Raa wiyon-Na
Na wofle, karena itu setiap jemaatnya disebut Jemaat wiyon
wiyon-wofle –
Allah atau Raa wiyon-Na
Na wofle yang disucikan oleh waif sebagai cawannya. Diwilayah Maybrat,
Imian, Sawiat, hanya ada satu eklesia wiyoh-wofle
wiyoh wofle saja tetapi memiliki beberapa aliran
alir seperti;
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 142
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
wiyon-wofle U, wiyon-wofle
wofle TOHMI, wiyon
wiyon-wofle SOHORO, wiyon-wofle
wofle BRAT. Dikatakan
demikian karena jemaat atau Raa wiyon
wiyon-Na
Na wofle bersumber dari wiyon
wiyon-wofle dan kita dapat
mengatakan bahwa Raa wiyon-Na
wiyon wofle jemaat itu adalah tubuh wiyon-wofle.
wofle. Ungkapan tubuh
“wiyon-wofle”
wofle” hendak ditegas bahwa wiyon
wiyon-wofle sendiri adalah kepalanya.
kepalanya Dengan katalain,
jemaat wiyon-wofle – Raa wiyon-Na
wiyon Na wofle tetap ditempatkan dibawah wiyon-wofle
wiyon sebagai
kepalanya. Karena itu, jemaat
jemaat-jemaat wiyon-wofle yang berada diwilayah
layah Maybrat, Imian,
Sawiat, yang banyak itu diikat menjadi satu dalam pelayanan ““mber
mber wiyon
wiyon”.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 143
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
wiyon-Na
Na wofle dapat mengetahui hal
hal-hal
hal yang akan terjadi bahkan juga hal-hal
hal yang sedang
berlangsung, bahkan dengan demikian pula Raa wiyon
wiyon-Na
Na wolfe dapat mengendalikan fenomena
kejadian yang dianggap berhubungan pada kausal, bahkan mungkinjuga mereka dapat
mengawasi hal-hal
hal yang akan terjadi. Ilmu khusus atau hal-hal
hal hal yang non generalisasi yang mana
telah dilakukan dalam teologi wiyon-wofle
wiyon wofle itu, memungkinkan Raa wiyon-Na
wiyon wofle sehingga
dapat membuat prakiraan-prakiraan
prakiraan ((prediction), seperti misalnya; akan terjadi banjir, atau akan
terjadi kelaparan dan lain sebagainya. Prakiraan yang diperkirakan ini didasarkan atas gejala
gejala-
gejala alam yang selanjutnya diamati dengan predikat tertentu sehingga terjadilah prakiraan-
prakiraan
prakiraan itu. Sebenarnya
rnya prakiraan-prakiraan
prakiraan prakiraan itu selalu akan terjadi dan semua itu menyangkut
sesuatu yang faktuil.
Ilmu teilogi wiyon-wofle
wofle merupakan ilmu yang objektif, karena kebenarannya telah
mendapat pengakuan secara umum oleh masyarakat setempat. Pembuktian-pembuktian
Pembuktian tentang
sesuatu telah diterima secara universal, karena menyatakan bukti-bukti
bukti bukti yang factual yang selalu
dibenarkan, walaupun hal ini begitu mistik bagi pandangan orang awam. Ilmu wiyon-wofle
wiyon
menuntut seorang Raa wiyon
wiyon-Na wofle dengan prisnsip ketiadaan sifat perseorangan yang
impersonal itu. Subjek pribadinya diubah. Pengetahuan dari syarat
syarat-syarat
syarat tersebut memampukan
dan mepersatukan Raa wiyon-Na
wiyon Na wofle menjadi berkompeten sehingga dapt memperoleh bekal
yang sama dalam transformasi wiyon-wofle
wiyo itu. Kebenaran-kebenaran
kebenaran yang selalu ditampilkan
itu bersifat kebenaran-kebenaran
kebenaran yang apriori, yang mana keraguan-keraguan
keraguan keraguan manusia dapat
dibuktikan dengan objektifitas yang mana kebenaran
kebenaran-kebenarannya
kebenarannya begitu faktuil. Kebenaran
faktuil itu sebagai alat untuki mengukur kebenarannya, sehingga ilmu wiyon
wiyon-wofle ini tetap
diperlakukan dalam kehidupan.
Ilmu wiyon-wofle
wofle berfungsi sebagai pengetahuan yang membantu Raa wiyon-Na
wiyon wofle
dalam mencapai tujuan yang berfokus pada spiritualitas manusia dan Tuhan semesta
s alam, atau
dengan pengertian lain disebut (Roh dan Jiwa).. Karakteristik ilmu teologia wiyon-wofle
wiyon
memiliki sifat-sifat
sifat yang suci dan murni.
Penjelasan tentang pengetahuan atau konsep ilmu teologia wiyon-
wiyon-wofle pada umumnya
tentu berkaitan dengan pendekatan
dekatan atau cara pandang wiyon-wofle
wiyon wofle yang diterapkan. Sesuai
cakupannya, ilmu teologia wiyon-wofle
wiyon wofle merupakan sesuatu yang mempelajari dan membimbing
serta menghantarkan jiwa seorang Raa wiyon-Na
wiyon Na wofle untuk mengenal dan menyebut
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 144
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
ILMU TEOLOGIA
WIYON-WOFLE
PENGETAHUAN
METODE
Gambar:
Interelasi Aktivitas Teologia Wiyon-Wofle
Wiyon Wofle dan Pengetahuan wiyon-wofle
wiyon
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 145
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 146
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar
Struktur Batang Tubuh Ilmu Pengetahuan Teologia Wiyon
Wiyon-Wofle
Wofle
(a Body of Teology
Teol Wiyon-Wofle cnowledge )
Secara
Ilmu teologia wiyon-wofle Induktif
A cnowledge of teology wiyon
wiyon-wofle (khusus
“Watum & Bo tgif” dan
kongkrit)
Konsep
Concept
“Watum, Bo tgif dan Bo snyuk”
Fakta - faktuil
Fact
“Bo Snyuk, dan Makaän”
Bukti – Apriori
Secara deduktif Appriory
“Tgif bo”
Umum dan Abstrak
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 147
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 148
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
kemasa yang mana tidak diberikan suatu pilihan yang tepat kepada kaum wiyon-wofle
wiyon untuk
melestarikan nilai-niali
niali yang baik dan melepaskan yang kurang baik atau memberikan suatu
kesempatan agar supaya nilai
nilai-nilainya diperbaiki. Inilah suatu sifat monopoli dan diskriminasi
budaya yang telah diperlihatkan yang mengakibatkan pendidikan inisiasi teologia wiyon
wiyon-wofle
menjadi stagnan.
1) Kontinuum Pendidikan Inisiasi
I Wiyon-Wofle.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 149
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Ideologi berbasis sistem nilai yang hidup dimasyarakat, merupakan ideologi yang sangat
dekat
ekat dengan peradaban dan kebudayaan para masyarakat itu sendiri. Ideologi pendidikan
inisiasi teologia wiyon-wofle,
wofle, merupakan ideologi yang digali dari khasanah-khasanah
khasanah
peradaban dan kebudayaan orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua yang dikembangkan sebagai
sebaga
ruh dalam kehidupan akan keimanan mereka.
Ideologi pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle
wiyon wofle dan sistem politik tradisional orang
Maybrat, Imian, Sawiat, yang merupakan dasar dan praktik pendidikan inisiasi teologia wiyon-
wiyon
wofle dimaybrat, imian, sawiat, yang
yang telah berkembang selaras dengan nafas penghidupan dan
kehidupan masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, Papua karena masih melekat dengan pendidikan
inisiasi teologia wiyon-wofle.
wofle. Penyimpangan yang telah dilakukan oleh orang Maybrat, Imian,
Sawiat, Papua, ini
ni membuat mereka keluar dari kadah pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle
wiyon
yang mana menghasilkan mereka sebagai orang yang terasing (tercerabut dari aktor budaya
mereka), dan menjadi aktor perusak budaya mereka sendiri.
Pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle
wiy wofle semulanya dijadikan tuntunan bagi berbagai
kebijakan dan praktik ditengah kehidupan faktuil dan alam kausalitas. Tentu didasari atas
ideologi pendidikan inisiasi wiyon
wiyon-wofle
wofle itu sendiri yang mengandung fleksibilitas yang sesuai
dengan pluralitas orang Maybrat, Imian, Sawiat. Semua itu merupakan sumber kekuatan dan
manifestasi dalam pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle.
wiyon
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 150
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 151
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 152
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
menyatu dan hormat kepada kehidupan orang maybrat, imian, sawiat. Teologi wiyon-wofle
wiyon
dianggap sebagai agama dan merupakan agamanya suku bangsa Maybrat, imian, sawiat, papua.
Nilai-nilai
nilai yang tergali dari khasanah witon-wofle
witon wofle ini telah menjadi bukti empirik bahwa
sesungguhnya teologi wiyon-wofle
wofle bukan suatu ilusi atau imajinasi, tetapi memang
me sesuatu yang
terdiri atas proposisi dan aksiomatika yang koheren tentang singularity pada citra sang realitas
tertinggi(Tuhan) itu sendiri.
Dengan analogi pemikiran yang sama,perlu dikembangkan penafsiran dan pengkajian
terhadap nilai-nilai wiyon-wofle.
wofle. Diperkirakan tidak akan jauh dari kenyataan-kenyataan
kenyataan tersebut
diatas, walaupun dalam kadar kenyataan yang berbeda(karena ekaristi yang berbeda).
4) Praktik Pendidikan Berbasis
erbasis Wiyon-Wofle.
Keistimewaan-keistimewaan
keistimewaan pendidikan berbasis wiyon
wiyon-wofle
wofle di wilayah Maybrat,
Imian, Sawiat Papua, ditopang oleh tiga pilar utama, yaitu meliputi; raa wiyon-nawofle
wiyon (guru),
bobot (raja), raa kinyah (rayat),
(rayat) dan yang memiliki potensi terbesar dalam melakukan praktik
pendidikan berbasis wiyon-wofle
wofle adalah “Raa wiyon-Na
wiyon Na wofle” sebagai guru.
Para pendidik “Raa wiyon
wiyon-Na
Na wofle” secara resmi melakukan aktivitas Pendidikan
berbasis wiyon-wofle
wofle sebagai dasar pembentukan dan pemuridan. Dalam praktik pendidian
wiyon-wofle (mber wiyon) dituntut oleh tujuh (7) azaz keberpijaka
keberpijakan
n praktika, yaitu; 1) Tertib
dan Damai, 2) Nasehat, Firman, dan Petunjuk khusus (watum, vito, dan bo’snyuk), 3)
Kemanusiaan dan Kemasyarakatan, 4) Non Diskriminatif, 5) Tidak ada bantuan yang
mengikat, 6) Beriman dan Lembut, 7) berorientasi kepada ajaran ddan
an pemuridan.
Raa wiyon-na
na wofle atau pendidik dalam sistem pendidikan wiyon-wofle
wiyon (mber wiyon),
adalah guru yang memberikan bimbingan selalu dalam proses pendidikan berbasis wiyon
wiyon-wofle
dengan kepemimpinan yang spiritual dan terfokus kepada wiyon
wiyon-wofle. Dalam pola pengajaran,
adanya pola kerjasama dan garis komando serta batas-batas
batas batas kerja dan batas-batas
batas pergerakan
akan ekaristi didalam ruang kemah atau sekolah (k’wiyon
(k’wiyon-bol
bol wofle) antara guru bantu (raa
wiyon-na
na wofle) dan guru kepala (raa bam-na
bam tmah) yang
ng selaras dan harmonis dalam
penyelenggaraan pendidikan inisiasi. Dalam penyelengaraannya, biasanya dilakukan dengan tiga
(3) elemen utama sebagai pusat pendidikan inisiasi wiyon-wofle
wiyon wofle ini, yakni;
1. Lingkungan keluarga (raa mabi); keluarga memiliki peranan utama dalam
pembentukan karakter seorang anak (raa iin-na
iin na iin) sebelum akan menjadi murid (wiyon
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 153
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
tna). Keluarga sebagaimana layaknya, bahwa seorang anak sebagai murid, sedangkan
ayah dan ibu adalah guru.
2. Lingkungan Perguruan (k’wiyon
(k’wiyon-bol wofle); perguruan memiliki peranan kedua dalam
membentuk seorang anak (wiyon tna) menjadi orang yang arif, penuh tanggung jawab,
beriman, takut akan kefanaan. Dipersiapkan sebagai orang-orang
orang orang yang akan bertumbuh
sebagai seorang pemimpin besar, penolong dan utusan Tuhan ditengah-tengah
dit
masyarakat.
3. Lingkungan Masyarakat (rayat); lingkungan masyarakat memiliki peranan ketiga
dalam membentuk seorang anak (wiyon tna), lingkungan masyarakat sebagai lingkungan
dimana semua pengajaran yang diterima akan diterapkan atau tersalurkan.
Ketiga pusat ini dilakukan berdasarkan azaz, cirri, dan dasar pendidikan inisiasi wiyon
wiyon-wofle
yang begitu prinsipil.
Praktik pendidikan inisiasi berbasis wiyon
wiyon-wofle
wofle ini sebagai suatu praktik pendidikan
yang membentuk karakter dasar serta memerdekakan ba
batin
tin ini lebih banyak dilakukan dalam
keluarga (raa mabi), sedangkan pengajaran yang memerdekakan pikiran, lebih banyak terjadi
dalam perguruan/sekolah (k’wiyon-bol
(k’wiyon bol wofle), dan budi pekerti atau budi pekerja sebagai suatu
target tujuan pendidikan yang domin
dominan dalam inisiasi wiyon-wofle.
wofle. Untuk lingkungan
masyarakat, sebagai pusat penyaluran semua yang diterimanya.
Penyelenggaraan pendidikan berbasis inisiasi wiyon-wofle
wiyon wofle ini berpola pengasramaan. Hal
ini dimaksudkan untuk mendekatkan fungsi keluarga dengan perguruan
perguruan tinggi/sekolah (k’wiyon-
(k’wiyon
bol wofle) walau didalamnya terdapat aturan-aturan
aturan aturan yang dianggap sakral dan begitu memiliki
sifat-sifat
sifat yang sangat inheren dan tidak boleh dilanggar, baik oleh keluarga maupun seorang
murid dari keluarga tersebut. Dengan menempatkan
me para guru (raa wiyon-na
na wofle) sebagai guru
bantu dan guru kepala (raa bam
bam-na
na tmah) sebagai guru kepala bersama siswa didalam asrama
(k’wiyon-bol wofle).
Tak ada pilar “keistimewaan” pendidikan lain pada saat ini yang berpotensi
menyelenggarakan pendidikan berdasarkan pendidikan pola inisiasi wiyon-wofle
wiyon pada
perkembangan saat ini. Misalnya seperti pendidikan nasional yang mana menggelar pendidikan
yang cenderung menggunakan ideologe liberalisme, yang menyebabkan diskriminasi terhadap
nilai-nilai pendidikan lokal yang ada.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 154
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
5) Inisiasi Wiyon-Wofle
ofle Sebagai Pendidikan Karakter
arakter dan Kepribadian
Seorang Murid (Wiyon Tna).
T
Inisiasi wiyon-wofle
wofle sebagai salah satu aktivitas pendidikan tradisional orang Maybrat,
Imian, Sawiat, Papua, yang berguna untuk membangun sumberdaya manusia diwilayah Maybrat,
Imian, Sawiat, yang mana dalam pendidikan inisiasi wiyon-wofle
wiyon wofle ini mampu membentuk
manusia sehingga menjadi orang yang berwawasan luas. Pendidikan inisiasi wiyon
wiyon-wofle ini
menyangkut seluruh
uh aspek kehidupan orang Maybrat, Imian, Sawiat, baik dalam pemikiran,
pengalaman, maupun perilaku serta iman percaya.
Pendidikan inisiasi wiyon-wofke
wiyon wofke ini secara kuantitatif bertujuan mendidik, mencerdaskan
dan mendogmatikkan setiap murid (wiyon tna). Sed
Sedangkan
angkan secara kualitatif bertujuan
membangun jemaat atau pengikut wiyon
wiyon-wofle
wofle seutuhnya, yaitu membangun keimanan,
kepribadian, budipekerti, pengetahuan, keterampilan, dan membangun suatu tanggungjawab
yang besar serta kekudusan kaum wiyon-wofle
wiyon (raa wiyon-na
na wofle). Tujuan utama pendidikan
inisiasi wiyon-wofle
wofle ini adalah untuk pemuridan, demi keberlanjutan akan pekabaran tentang
wiyon-wofle,
wofle, serta membentuk seorang murid (wiyon tna) sebagai anak didik yang dibentuk
menjadi para abdi atau teolog (raa wiyon
wiyon-na
na wofle) yang merdeka batinnya, merdeka pikirannya,
serta merdeka dalam kesuciannya.
Pendidikan inisiasi wiyon-wofle,
wiyon wofle, merupakan pendidikan yang berhasil member kemajuan
akan bertumbuhnya budipekerti (kekuatan batin, dan karakter), pikiran (intelektualita
(intelektualitas) dan iman
serta tubuh, baik secara jasmaniah maupun sekular. Dalam pengertian pendidikan inisiasi
pendidikan wiyon-wofle,
wofle, aspek-aspek
aspek tersebut tidak boleh dipisah-pisahkan
pisahkan bagian-bagiannya,
bagian
agar seorang murid (wiyon tna) dapat memajukan kesemurnaan hidupnya,
hidupnya, yakni kehidupan dan
penghidupan mereka yang selaras dengan dogmatika dalam pendidikan inisiasi wiyon-wofle.
wiyon
Pendidikan inisiasi wiyon-wofle
wiyon menurut fahamnya adalah pendidikan yang berdasarkan
garis hidup dari teologianya dan ditunjukkan untuk keperluan
keperluan perikehidupan manusia yang
mana setiap mata akan tertuju kepada wiyon-wofle
wiyon wofle sebagai Tuhan yang singular, sehingga
dapat menerima berkah dengan kemuliaan. Pendidikan karakter dan kepribadian ini
mempergunakan syarat-syarat
syarat yang selaras dengan ekaristi dan
dan dogmatika wiyon-wofle
wiyon untuk
menuju kepada kesucian, serta ketertiban dan kedamaian secara jasmaniah dan rohaniah.
Berdasarkan pengalaman pengalaman
pengalaman-pengalaman tersebtu, maka pendidikan karakter dan
kepribadian seorang murid (wiyon tna) dilaksanakan dari lingkungan
lingkungan keluarga (raa mabi),
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 155
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 156
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Dalam pendidikan diruah sebagai intervensi awal pembentukkan karakter yang berlangsung
sehari-hari,
hari, orang tua hendaknya selalu menanamkan nilai
nilai-nilai
nilai kehidupan yang diperlukan
kepada anak-anaknya,
naknya, terutama kepada seorang anak laki
laki-laki.
laki. Pendidikan jenis ini menyangkut
nilai-nilai
nilai moral, sosial, budaya, ekonomi dan etika/etiket. Karena criteria seorang anak yang
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 157
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
dapat lolos sebagai murid (wiyon tna) adalah yang telah diseleksi dan memiliki cr
criteria-kriteria
tersebut diatas, dan terutama menyangkut kedewasaan berpikirnya dalam kehidupan
dikeluarganya bahkan dikalangan masyarakat sekitar, sehingga karakter anak sudah terbentuk
sejak awal. Bahkan pendidikan dalam keluarga dapat dimulai semenjak aanak ada dalam
kandungan ibu. Melalui pembiasan-pembiasan
pembiasan pembiasan kehidupan ibu yang teratur dan baik pada saat
mengandung akan mempengaruhi karakter seorang bayi juga, karena demikian akan berpengaruh
pada janin yang sedang dikandung (psikologi pertumbuhan).
Pendidikan
dikan disekolah (mber wiyon) dapat dilaksanakan dengan salah satu pola pendidikan
yaitu pendidikan budipekerti (watum) atau nasehat, yang terintegrasi langsung dalam setiap
prosesi pengajarannya (raa mber). Saat guru (raa wiyon-na
wiyon na wofle) mengajarkan materi pelajaran,
otomatis para guru “raa wiyon-na
wiyon wofle” menamkan nilai-nilai
nilai yang terkandung dalam mata
pelajaran (bo tgif, dan vito) tersebut, sehingga murid (wiyon tna) dapat menguasai materi
pelajaran sekaligus menghayati serta menginternalisasikan nilai-nilai
nilai lai yang terkandung dalam
mata pelajaran sebagai sesuatu yang rahasia (bo snyuk) yang mana menjadikan seorang murid
(wiyon tna) mampu mengamalkannya didalam kehidupannya sehari-hari
sehari hari sepanjang alhayatnya.
E. Keprcayaan Tradisional
radisional Wiyon-Wofle VS Kepercayaan Injili Prologue
Orang Maybrat, Imian, Sawiat, pada zaman lampau telah menjalankan suatu aktivitas
kepercayaan mereka yang disebut wiyon-wofle.
wiyon wofle. Ketika pada abad pertengahan ke-18,
ke mereka
akan memasuki abad perkenalan yang mana merupakan masa transisi
transisi kepercayaan bagi mereka
yang mana Kristen telah merasuki wilayah mereka sehingga kebanyakan pemimpin
pemimpin-pemimpin
agama suku ini menjadi sasaran terror pembawa injil yang cenderung dengan mendeskritkan
mereka dengan kata (kafir), penyembah berhala, penyembah
penyembah setan. Pertanyaan Raa wiyon-Na
wiyon
wofle bahwa “dapatkah Tuhan diberikan definisinya?” hendaknya dijawab secara positif bahwa
semua hal didunia ini dapat diberikan suatu definisi. Demikian juga kepada wiyon-wofle
wiyon
(Tuhan). Bahkan definisi tentang Tuhan, sebagaimana
sebagaimana yang diberikan kepada Tuhan injili yang
banyak diberikan oleh para ahli teologia kristiani. Makna dari definisi Tuhan, sebagai
pengungkapan iman percaya setiap umat manusia dalam kepercayaan mereka kepadaNya.
Iman percaya tradisional atau imanen adalah
adalah suatu makna yang luas, dan adalah
merupakan suatu penggunaan budipikiran dan keyakinan untuk menghasilkan suatu keteguhan
bagi Roh manusia. Ini meliputi pengungkapan harapan yang jelas mengenai keteguhan iman
percaya manusia mengenai Tuhan, sebagaima
sebagaimana
na orang Maybrat, Imian, Sawiat, seperti keimanan
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 158
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 159
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
menyangkut aktivitas
tas gerejani tradisional orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang menjelajahi setiap
penganut dan selanjutnya menciptakan suatu kenyataan iman yang baru dalam keteguhan iman
mereka yang mungkinsaja melebihi akal dan menyajikannya secara perlambangan dalam suatu
kebulatan iman yang mencerminkan keyakinan kepada Tuhan mereka (wiyon-wofle).
(wiyon Teologi
wiyon-wofle
wofle merupakan suatu pengajaran yang dikenal oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat,
sebagai suatu manifesto kekuasaan daripada wiyon-wofle
wiyon wofle (Tuhan) yang mana bukan merupakan
mer
suatu teologi yang dianggap sederhana atau gampang atau tidak rumit, namun teologi wiyon-
wiyon
wofle adalah suatu aktivitas yang melibatkan manusia dan unsur ilahiah dan kemanusiaan untuk
tenggelam kedalam alur dan pengajaran teologia wiyon-wofle
wiyon wofle itu. Aktivitas
Akt keimanan suku
bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, ini menunjukkan bahwa para teolog wiyon-wofle
wiyon secara sadar
dengan perantara para imam besar mereka dibimbing dan diajarkan tentang dogmatika
dogmatika-
dogmatika yang dilekatkan dalam teologi wiyon-wofle
wiyon tentang wiyon
on-wofle (Tuhan) yang
mereka sembah. Mungkinsaja iman percaya suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, memberikan
suatu harapan yang signifikan tentang jalan keselamatan dalam perjalanan melalui kepercayaan
mereka. Kali ini merupakan suatu pengungkapan alasan iman
iman percaya orang Maybrat, Imian,
Sawiat, terhadap wiyon-wofle
wofle yang mungkin memberikan harapan abadi yang begitu mandiri
dan berdiri sendiri. Gagasan serupa akan di akui oleh umat Kristen tentang kepercayaan mereka
kepada Tuhan injili. Merupakan suatu gagasan
gagasan iman kristiani yang mengharukan.
Iman percaya merupakan suatu kebulatan hati yang secara relatif terpisah dan saling
berkaitan sendiri, yang dihasilkan oleh keteguhan dan penyerahan diri yang diharuskan
mengikuti firman-firman
firman terhadap Tuhan tunggal. Hal ini merupakan suatu kebulatan iman yang
terkafer dalam kepercayaan itu. Iman itu tersusun dari pengharapan akan Tuhan yang disembah.
Mengenai keimanan bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, hal keimanan telah ada semenjak
kepercayaan mereka akan wiyon-wofle
wiyon le dan mungkinsaja memiliki artikulasi sebutan kata iman
yang berbeda, namun memiliki suatu kesamaan. Secara logis, hal iman mempunyai suatu arti
yang sama dengan kepercayaan dan keimanan seseorang akan semakin sungguh-sungguh
sungguh karena
benar-benar ia mempercayai
ayai akan Tuhan.
Bagi suku bangsa Maybrat, Imian, Sawait, iman percaya mereka kepada Dia yang maha
kuasa, telah ada dan berkembangnya iman percaya mereka berkaitan dengan hubungan antara
wiyon-wofle.
wofle. Karena segala sesuatu dalam iman, adalah ekspresif dari kepercayaan dan
pengimanan akan Tuhan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa iman adalah suatu jawaban
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 160
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
terakhir dari orang percaya. Demikian sebagaimana orang Maybrat, Imian, Sawiat, dalam
ungkapan mereka bahwa mereka percaya kepada wiyon-wofle,
wiyon berarti dapat
pat disimpulkan bahwa
orang Maybrat, Imian, Sawiat, adalah orang yang beriman atau orang
orang-orang yang sudah
mempunyai iman.
Menurut kami, bahwa iman setiap orang memiliki kekuatan yang luarbiasa dan hal itu
perlu dihargai. Bentuk ini bukan suatu cirri objek
objektif
tif iman akan tetapi merupakan sesuatu hal
yang melibatkan hari, jiwa, raga dan roh, seseorang, Secara terus menerus dalam
mengekspresikan keimanannya. Suatu contoh, misalnyasaja seorang teisme kuno yang
ditanyakan dengan pertanyaan “apakah anda percaya Tu
Tuhan?”
han?” bisa saja ia menjawab “Ya!, saya
percaya”, dan jawabannya belum tentu mengarah kepada Tuhan injili atau Tuhan dalam agama
moderen lainnya, akan tetapi mungkin jawaban kepada Tuhan tradisionalnya. Karena sebutan
Tuhan bukan saja digunakan khusus oleh satu agama tertentu, namun ia dikenal dan dipercaya
serta disebut-sebut
sebut oleh berbagai agama yang ada, baik agama moderen bahkan agama suku,
karena yang dipercayai itu dianggap sebagai Tuhan mereka.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 161
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
homogen eksklusif, dengan daerah yang sangat kecil, namun karena proses alamiah yang
ditandai dengan sistem kekerabatan dan perkawinan serta sistem bermain kain timur, maka
terbentuklah wilayah yang luas seperti sekarang ini, dengan wilayah kekuasa
kekuasaan atau jajahan yang
dibedakan berdasarkan jejak penggunaan bahasa. Misalnya daerah Maybrat merupakan daerah
jajakan atau jajahan bahasa Maybrat, daerah Imian merupakan daerah jajakan atau jajahan
bahasa Imaian, dan daerah Sawiat
Sawiat-Tehit merupakan daerah jajakan
akan atau jajahan bahsa Sawiat-
Sawiat
Tehit .
Berikut dibawah ini adalah sistemm kekerabatan tradisional yang dianut oleh orang Maybrat,
Imian, Sawiat:
1. Sistem kekerabatan Patrilineal masuk ke dalam kekerabatan Maybrat Imian Sawiat tidak
dapat dilepaskan darii faktor sejarah Patrilineal Portugis yang masuk ke wilayah ini. Sistem
ini dibawa oleh Pencari rempah-rempah
rempah rempah pada masa Penjelajahan Bangsa Portugis, kemudian
para pedagang ini menggunakan orang Papua sebagai opas suruhan mereka yaitu orang Fak-
Fak
Fak.
2. Ada bomna adat dan ada bomna sejarah, bomna adat menceritakan seputar masalah adat
Maybrat, Imian, Sawiat-Tehit,
Tehit, sedangkan bomna sejarah menceritakan masalah sejarah yang
berkaitan dengan ke-Maybratan,
Maybratan, Ke-Imianan
Ke dan Ke-Sawiatan-Tehit.
Tehit. Hunian yang pertama
di huni oleh klen atau keret adalah dusun, dan sampai saat ini diakui sebagai hak ulayat
budaya mereka. Pada awalnya kekerabatan klen menjalankan kehidupan secara alamiah,
kemudian akibat perkembangan jumlah individu dan terbentuknya daerah-daerah
daerah kampong
yang baru, maka dideklarasikan kampung sebagai sistem pemerintahan. Menurut penelusuran
sejarah yang telah kami lakukan, pada awalnya kampung terbentuk akibat akumulasi dari
tiga proses pemukiman yang dibentuk dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat
Sawiat-Tehit,
yakni keret, dusun, dan kampong.
kampong Dalam pemukiman keret, orang Maybrat, Imian, Sawiat
Sawiat-
Tehit hidup secara sederhana dan belum hidup berkelompok dengan kelen lain sebagai
kerabat klen atau kerabat keret, yang mana baru setelah pada masyarakat dusun terbentuklah
kelompok kecil yang terdiri dari kerabat klen dekat. Masyarakat dusun yang terdiri sekurang
sekurang-
kurangnya dari tiga kelompok klen dinamakan dengan pemukiman dusun kerabat klen
dengan kepemimpinan dipimpin oleh seorang tuan tanah (ra
(ra tabam
tabam-bobot) yang adalah
pemilik hak ulayat tersebut yang pemimpinnya adalah bobot-kapitan, dan setelah itu barulah
Kampung. Kampong merupakan kelompok sosial terkecil masyarakat Maybrat, Imian,
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 162
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Sawiat-Tehit,
Tehit, yang mempunyai sistem dan struktur kepemimpinan tersendiri, yyaitu kepala
kampong. Seseorang yang sebagai kepala kampong pada waktu itu adalah orang yang
mengerti akan beberapa bahasa, dan cerdik pandai, di mana kekuasaan yang satu sama lain
terintegrasi dalam musyawarah dan mufakat.
Eksistensi pemerintahan kampung ini
ini tidak berfungsi akibat digantikan oleh sistem
pemerintahan desa melalui UU no 5 tahun 1979. Sistem otonomi daerah di era reformasi
meenghidupkan kembali konsep berkampong melalui Perda No 9 tahun 2000. Akan tetapi,
berbagai hambatan dan masalah muncul ke
ke permukaan disebabkan oleh ketidakjelasan konsep
dalam menghidupkan kampong itu.
Ditinjau dari aspek adat istiadat, orang Maybrat, Imian, Sawiat dipisahkan oleh dua
kubu, yaitu kubu yang satu di bawah kekuasaan bobot (Raja) dan kubu yang satu di bawah
kekuasaan Tuan. Bobot (raja) cenderung menjalankan sistem adat agak konservatif, sementara
itu Tuan lebih demokratis. Kedua adat ini lahir akibat konflik dalam dinamika keadatan,
Pemerintah dan agama dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat. Walaupun demikian,
demikia kedua
kubu ini tetap dalam satu kesatuan Maybrat, Imian, Sawiat, dan sebagai formulasi Maybrat,
Imian, Sawiat pluralitas dalam praktik sosio kultural.
1. Sejarah Kristen di Maybrat, Imian, Sawiat.
Maybrat, Imian, Sawiat, berdasarkan sosiografis terdiri dar
darii dua wilayah yakni, Tehit dan
Sfa, masing-masing
masing mempunyai tipologi dan struktur bahasa yang berbeda
berbeda-beda tetapi agama
yang sama. Wilayah Tehit merupakan wilayah geologis yang terletak di pesisir pantai dengan
matapencaharian penduduk adalah nelayan, sedangkan
seda Sfa terletak di pegunungan dan
merupakan wilayah pertanian yang subur dengan penduduk bermata pencahariannya sebagai
petani.
2. Tehit dalam Konstelasi Agama di Maybrat, Imian, Sawiat.
Dalam penyebaran Kristen di Maybrat, Imian, Sawiat, wilayah Pantai mempunyai arti
penting untuk dikaji dan dijadikan pijakan sejarah, karena datangnya Kristen di Maybrat, Imian,
Sawiat, tidak lepas dari proses interaksi ekonomi antara pedagang Portugis yang datang melalui
Fak-Fak
Fak dengan mencari rempah-rempah
rempah dan burung cenderawasih
erawasih sehingga memperkenalkan
beberapa bahan pecah belah sebagai peningkatan terhadap ekonom pribumi (Tehit 1958) Selain
itu, wilayah pesisir termasuk daerah metropolis karena menjadi jalur perlintasan transportasi dan
persinggahan para ekonom asing. Kontak
Kontak budaya dan agama lebih cepat diakses dan diakumulasi
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 163
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
oleh masyarakat Tehit. Dalam penyebaran Kristen di Maybrat, Imian, Sawiat, wilayah pesisir
atau Tehit menjadi wilayah sentral perkembangan Kristen. Informasi sejarah tentang ini dapat
dilacak melaluii pembawa agama yang datang melalui sungai kaibus Tehit oleh penginjil yang
bernama Yotley, Matatula dan didampingi oleh Pdt. J. Wetstein,, yang mana mereka menyisiri
wilayah Maybrat, Imian, Sawiat
Sawiat-Tehit,
Tehit, melalui sungai kaibus di pesisir pantai Tehit, mereka
m
menyebarkan Kristen dengan tradisi Maybrat, Imian, Sawiat -Tehit,
Tehit, yakni sebuah tradisi yang
mana membutuhkan waktu untuk mempelajarinya dengan baik. Yang terutama dipelajari adalah
bahasa daerah, yaitu dipelajari dengan cara dua arah yakni pribumi di
dididik untuki mengerti
bahasa Belanda, dan disamping itu mereka juga mempelajari bahasa asli pribumi setempat.
Penyebaran Kristen dengan metode langsung berhadapan dengan pribumi. Ev. Yotley, Matatula
dan Pdt.Wetstein melakukan pendekatan persuasif dan deng
dengan hati-hati
hati mencoba menerapkan
Kristen dalam kehidupan pribumi di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat. Misalnya-Tehit,
Misalnya
Ev.Yotley, Matatula dan Pdt.Wetstein pernah mengajar injil kepada Silla Safkaur yang tidak
pernah mendengarkan injil, yang mana didogmatisasi dengan teologi Kristen bahwa manusia
berkewajiban mengawali pekerjaan dengan mengucapkan nama Tuhan Yesus Kristus sebagai
penuntun demikian seorang awam dalam kekristenan ini terus menang, kemudian Yesus Kristus
dijelaskan sebagai Sang Penyelamat dan Bapa segala berkat dan rahmat yang dari padanya
segala kegiatan harus memohon tuntunan dan restu dariNya dalam mengerjakan sesuatu.
Pendekatan persuasif ini berkembang dan direspon oleh masyarakat Maybrat, Imian,
Sawiat-Tehit, menjadikan Ev.Yotley, Matatula dan Pdt. Wetstein lebih leluasa menyebarkan
agama Kristen dengan ditandai mendirikan gereja untuk menyebarkan ilmu keagamaannya lebih
lanjut. Inilah pada awalnya agama Kristen mulai mendirikan lebaga pendidikan formal seperti
SD YPK, sebagai media transformasi
transforma pendidikan masyarakat
Maybrat, Imian, Sawiat. Di antara SD YPK, banyak mengubah orang Maybrat, Imian, Sawiat,
menjadi orang yang terpelajar, yang mana dari berbagai kalangan masyarakat yang menuntut
ilmu pendidikan formal. Kristen telah membuat sebuah perubahan yang mempunyai pengaruh
besar di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat Papua, walaupun lembaga pendidikan didirikan oleh
Kristen dengan berdiri pada visi misi Kristen yang mana diikuti oleh masyarakat Maybrat, Imian,
Sawiat, terhadap kekristenan di wilayah
wil mereka.
Jejak dan kiprah Kristen masih dapat dilihat di wilayah setempat seperti SD YPK Bethel
Sauf yang mana sampai sekarang tetap digunakan sebagai lembaga pendidikan formil.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 164
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 165
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 166
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
bam-Na
Na tmah sering memainkan multi
multi peran. Disamping sebagai tokoh agama (tradisi),
ra wiyon-na
na wofle juga diyakini sebagai tabib, peramal dan seterusnya. Para pengikut
meyakini bahwa literasi yang dikuasai oleh Raa wiyon
wiyon-Na
Na wofle dapat digunakan sebagai
kekuatan magis. Raa wiyon
wiyon-Na woflee sering didatangi pengikutnya tidak hanya berkaitan
dengan masalah keagamaan saja, melainkan juga menyangkut masalah kemagisan.
Dengan peran tersebut Raa wiyon
wiyon-Na
Na wofle itu dikultuskan, sebagaimana yang terjadi
pada saat itu dan hingga sekarang hal ini masih
masih tersimpan dan walaupun masih dilakukan
secara tertutup. Seorang Raa wiyon-Na
wiyon Na wofle mempunyai otoritas dalam suatu upacara
inisiasi dan biasanya dikultuskan sebagai orang “suci” dalam wiyon-wofle
wiyon tersebut.
Berhubungan dengan masuknya Krisren. Pada akhir
akhi abad ke-18
18 ini bisa disebut dengan
gerakan penjangkauan jiwa
jiwa-jiwa
jiwa Kristen di kalangan Maybrat, Imian, Sawiat. Kelompok
penjangkau jiwa yang disebut penginjil dikenal dengan misionaris, atau lebih baik disebut
sebagai missionaris konservatif
konservatif. Kelompok konservatif
servatif melihat bahwa kristen di kalangan
masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, masih bercampur antara adat kebiasaan yang
sinkretis dengan ajaran Kristen. Untuk itu diperlukan pemurnian ajaran Kristen yang
disebut dengan puritan. Gerakan puritan secara lang
langsung
sung atau tidak langsung menjadi
cikal bakal pergerakan nasionalis Kristen, yang mana hingga abad 19 terjadi aliran-aliran
aliran
Kristen pertobatan yang menyebutkan dirinya orang
orang-orang
orang bertobat. Orang
Orang- orang
bertobat ini mungkin mereka yang telah melepaskan sega
segala
la ekaristi tradisional mereka
dan memfokuskan pikiran hati jiwa mereka pada injil Kristen.
b. Puritanisasi
Digerakkan oleh GKI dan Kristen pertobatan ini dalam catatan pengamatan
sejarah kami tentang Kristen di Maybrat, Imian, Sawiat, menjadi embrio gerakan
nasionalisme yang tergabung dalam gerakan Penginjilan. Kelompok puritan GKI pada
abad ke-18
18 mulai menjadi trend akan ekaristi gerejani sebelum Papua bergabung dengan
NKRI. Peran
ran missionaris mempunyai double legal, yakni sebagai penginjil yang
menyempurnakan pemahaman dan penyebaran ajaran Kristen di tengah umatnya ketika
hendak melakukan puritanisasi di Maybrat, Imian, Sawiat. Gereja juga mempunyai
peranan besar dalam ikut menentukan
menentukan nasip rakyat Papua dalam PEPERA 1969.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 167
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
c. Tahap Modernisasi
Modern bukan diartikan sebagai “komponen Barat” tetapi lebih dimaknai sebagai
setting keilmuan dan kemajuan sains yang berakar dari nilai
nilai-nilai
nilai agama. Max Weber,
Robert N. Bellah dan Cliffor
Cliffordd Geertz, melihat agama sebagai inspirator dari sebuah
gerakan humanisasi, sain, budaya dan seterusnya. Durkheim juga mengungkapkan agama
itu sui generis, oleh Richardson disebutnya sebagai felt whole “perasaan menyeluruh”
yang dibangun oleh agama, sehingga
sehingga agama hadir dalam konteks apa pun, dan dijadikan
sebagai inspirator oleh manusia sebagai makhluk Tuhan yang berakal untuk mencerahkan
peradaban. (Richardson 1967) Weber melihat modernisasi ekonomi lahir dari etika
Protestan. Bellah juga menemukan bahwa kkemajuan
emajuan politik dan budaya di Jepang tidak
dapat dilepaskan dari sprit Tokugawa. Di Nusantara, kata Geertz, agama telah
memberikan move perjuangan menuju kemerdekaan.
Proses modernisasi dilakukan melalui dua cara; Pertama, melalui injection
motivation, dan kedua melalui revolusi think tank. Cara pertama lebih dimotivasi oleh
kemajuan dunia luar. Di Maybrat, Imian, Sawiat, modernisasi dalam institusi pendidikan
sangat pengaruhi oleh sistem pendidikan diluar pada abad itu, yaitu terutama sistem
pendidikan Kolonial
onial Belanda. Sistem ini dibawa oleh Pemerintah Belanda dan diterapkan
dalam sistem pendidikan formal orang Maybrat, Imian, Sawiat. Akhirnya, terjadi
pembaruan dalam isntitusi pendidikan Kristen menjadi Yayasan Pendidikan Kristen
(YPK dan YPPK), yang klasikal,
klasikal, namun selalu mengikuti perubahan sistem pendidikan,
walaupun terjadi perombakan
perombakan-perombakan
perombakan kurikulum pendidikan dari Kolonial menjadi
keindonesiaan. Cara kedua adalah mengilhami modernisasi melalui revolusi think tank,
yakni gagasan pembaruan Gereja yang datang dari pemikir-pemikir
pemikir Gereja yang tidak
siap menerima ketertinggalan dalam percaturan dunia. Menurut kelompok ini,
ketertinggalan itu bisa diatasi melalui pengoptimalan pemahaman ajaran Kristen dan
Pengoptimalan Pendidikan Manusia. Dalam pandangan
pandangan kalangan modernis Kristen ini,
ketertinggalan umat Kristen di Papua merupakan kesalahan Kristen juga itu, karena
memahami agama tidak secara rohaniah saja tetapi jasmaniah
jasmaniah harus diperhatikan juga.
Disamping
samping itu, keengganan menerima pluralitas sebagai khazanah
khazanah dan fitrah budaya, dan
menjadikan perbedaan sebagai metode konfrontatif yang melelahkan. Alibatnya adalah
terjadi pembongkaran terhadap bangunan inisiasi tradisional wiyon
wiyon-wofle. Setting
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 168
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 169
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 170
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 171
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
pendidikan saat itu hanya berupa hafalan, sehingga tidak mendorong orisinalitas. Para
siswa tidak
idak diajarkan untuk memahami gagasan baru secara radikal, karena masyarakat
luas tidak dapat menerimanya. Gagasan baru dianggap mengganggu tatanan sosial dan
membahayakan masyarakat. Pada masyarakat konservatif stabilitas dan keteraturan sosial
dianggap lebih
ebih penting dari kebebasan berekspresi.
Pergeseran cara pandang ini terus berlanjut. YPK dengan sistem kurikulum
pendidikan keindonesiaan melakukan terobosan baru yang berbeda dari sistem
pendidikan Kristen Kolonial Belanda. Sekolah
Sekolah-sekolah
sekolah yang didirika
didirikan dengan nama YPK
atau YPPK mampu membaharui pemikiran masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat. Pada
masa ini, kaum Penginjil atau misionaris mendapat tantangan yang signifikan dari
Pendeta-pendeta
pendeta modern. Pemikiran-pemikiran
Pemikiran pemikiran kekristenan mulai bergeser dari
pemikiran
ikiran klasik kepada kontemporer, karena perubahan sosial telah melahirkan
fenomena-realita
realita yang baru.
Untuk menjelaskan fenomena baru tersebut dibutuhkan keterpaduan antara ilmu
reliji dengan Semangat keKristenan yang kuat. Perubahan
Perubahan-perubahan
perubahan yang begit
begitu cepat
kurang terakses oleh wilayah agama, dan kontrol masyarakat pun tidak banyak
memainkan peranan. Kondisi ini tidak saja dirasakan dalam masyarakat Maybrat, Imian,
Sawiat, tetapi seluruh Papua pun mengalami kondisi yang sama:
Keunggulan Penginjil dan Missionaris adalah kemampuan untuk hadir di tengah-
tengah
tengah masyarakat luas, mampu mengkombinasikan pikiran keilmuanannya dalam
bahasa jelata, serta sanggup membangun kekuatan jemaat yang real dan kohesif. Tapi
sayang belum diperlengkapi dengan perangkat teo
teologis
logis yang lebih transformatif. Kondisi
tersebut menyebabkan eksisitensi gerejani kurang diminati masyarakat, karena keilmuan
keKristenannya belum transformatif. Akibatnya, Sekolah-Sekolah
Sekolah Sekolah YPK,YPPK lebih
banyak bertahan di kalangan masyarakat pedesaan. Sem
Sementara
entara itu di perkotaan, sekolah-
sekolah
sekolah modern diakses dengan cepat oleh masyarakat, seiring dengan bergulirnya sistem
ekonomi pasar yang menghendaki manusia sebagai “mesin” pencetak uang, dan
keterampilan untuk mencetak uang itu lebih terkonsentrasi pada sekolah modern.
Wibawa YPK,YPPK mulai terpinggirkan. Kebanggaan terhadap generasi yang
mempunyai ilmu agama yang tinggi mulai dikalahkan oleh kalangan terdidik dan
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 172
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
mempunyai penghasilan-jabatan
penghasilan jabatan yang memadai. Inilah fenomena traumatik social yang
terlihat pada masa-masa
masa perubahan di Maybrat, Imian, Sawiat dan Papua umumnya.
Seiring dengan fenomena tersebut, tradisi pemikiran keKristenan terpecah
menjadi dua kubu, yakni tradisi pemahaman keagamaan kaum pertobatan dan GKI serta
Katolik. Pertobatan dan GKI lebih
lebih banyak berkembang di pedesaan Maybrat, Imian,
Sawiat dengan mempertahankan sistem pendidikan kristen, sementara pemahaman
modern kekristenan berkembang di perkotaan, dijabarkan oleh Pendeta yang mampu
mengakses pembaharuan dan perubahan. Dalam perpektif sosiologi, menjelaskan
perubahan itu harus tahu dengan konteks perubahan, sebab perubahan dan kondisi
sebelum terjadinya perubahan. Mau tidak mau, aktor transformatif harus memiliki
pengetahuan yang holistik dalam permasalahan itu. Pada tahap ini, perubahan
perubah pemikiran
pun tidak bisa dipisahkan dari proses modernisasi. Pemikiran ke
ke-Kristenan tidak lagi
berada dalam otoritas Penginil klasik, tetapi mulai berpindah pada intelektual akademisi.
Transformasi pemikiran ini telah membangun dua komunitas pemikiran keagamaan,
k
yakni komunitas pemikiran klasik dan modern. Komunitas pemikiran klasik lebih
berkembang dan di terapkan oleh penginjil klasik, di gereja pada pedesaan oleh penginjil
klasik. Semenatara kelompok intelektual, lebih berkembang di perkotaan.
e. Teologii Transformatif
Teologi transformatif menyatakan bahwa realita tidak hanya dibaca dengan kacamata
Kristen, tetapi juga dilihat dari sisi praksisnya. Esensinya, ada hubungan dialektis antara
Kristen ideal dengan realita. Tujuannya untuk merubah fakta sesuai
sesua dengan cita-cita
Kristen. Teologi transformatif mencoba memahami ortodoksi secara holistik. Realita,
fenomena dan fakta harus diselesaikan atau dibawa pada kancah ide-ide
ide Kristen. Dalam
konteks yang sama. Namun, ketidakmampuan menjabarkan ortodoksi ters
tersebut telah
membuat Kristen terpetiemaskan dalam hingar bingar realita sosial, sehingga Kristen
hadir ke hadapan kita bagaikan “monumen batu” yang sudah selesai dipahat, hanya
sebagai fakta sejarah yang sangat menumental.
Kecenderungan tersebut hendaknya dipahami
dipahami dan dihayati oleh umat Kristen,
sehingga umat Kristen tidak terkungkung dalam kepicikan dan kesempitan dalam
memahami Kristen itu sendiri. Literasi Kristen harus dijabarkan ke dalam realita, tidak
disimpan dalam “rumah kaca” pemahaman yang sempit itu.
itu. Ketika umat Kristen
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 173
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
mengapung literasi dalam pemahaman yang sempit, Kristen akan terlihat dalam
kepercayaan dan pemahaman yang ekslusif, yang kemudian rentan diterjemahkan oleh
dunia luar sebagai kelompok fundamentalisme.
Dalam teologi transformatif, umat
umat Kristen diharapkan mampu mendialogkan
teologis ke dalam realita. Hal ini sangat membutuhkan rasionalisasi pemahaman terhadap
ajaran Kristen. Menurut kami, rasionalisasi mungkin sangat erat kaitannya dengan
modernisasi, oleh sebab itu modernisasi itu mer
merupakan
upakan keharusan bagi umat Kristen,
karena modern sangat erat dengan ilmu pengetahuan. Mugkin Injil sebagai paradigma,
dengan maksud mode of thought, mode of inquiry yang diharapkan bisa menghasilkan
mode of knowing, di mana alkitab sebagai konstruksi dar
darii pengetahuan. Berdasarkan
paradigma tersebut, keterbelakangan dan ketertinggalan umat Kristen dari segi peradaban
disebabkan oleh kesalahan umat Kristen dalam meletakan Injil sebagai sumber paradigma
yang luas. Cara pandang di atas telah melahirkan dua pemikiran
pemikiran keKristenan, yakni;
Mereka yang berlatar belakang tradisi ilmu keKristenan konvensional dan mereka
yang terlatih dalam tradisi Barat (modernis). Keduanya tidak berbeda dalam mengupas
teologi. Bagi kalangan keKristenan konvensional, teologi sebagai ilmu kalam dengan
artian suatu disiplin ilmu yang mempelajari ilmu ketuhanan, bersifat abstrak, normatif,
dan skolastik. Sedangkan bagi aliran kedua lebih melihat teologi sebagai penafsiran
terhadap realita dalam perspektif ketuhanan, lebih berupa refleksi empiris. Berdasarkan
konstelasi paradigma ini, pemikiran teologi transformatif umat Kristen terpecah menjadi
dua pula, pertama pemikiran yang tidak menerima kenyataan luar, modernisasi selalu
diidentikan dengan Barat, sehingga menahan diri dari mainstream modern tersebut.
Kedua, intelektual yang dapat menerima modernisasi sebagai suatu realita yang harus
dicerahkan dengan teologi transformatif, yang dibangun melalui pengokohan paradigma
Kristen. Untuk memahami injil; pertama, mengkaji dan memahami seting situasi atau
problem historis, baik yang spesifik maunpun yang makro. Kedua, menjeneralisasi
jawaban-jawaban
jawaban yang ditemukan, sehingga menjadi paradigma yang sering dinyatakan.
Di sinilah letaknya, keterujian intelektualitas Kristen dalam menjabarkan Kristen
Kriste
sebagai agama peradaban. Sayangnya, keterujian itu belum banyak dibuktikan, sehingga
umat Kristen masih saja berada dalam warna yang redup dari kemajuan.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 174
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Perbenturan-perbenturan
perbenturan pun tidak dapat dielakan, karena antara yang satu
dengan yang lainnya saling menganggap pemikirannya yang benar. Aliran - aliran
teologis yang dipahami oleh umat Kristen sangat rentan dengan konflik pembenaran.
Inilah agaknya menjadi penyebab lambannya teologis transformatif untuk diadopsi. Umat
Kristen di Papua masih terseret dalam
dal pertentangan klaim-klaim
klaim aliran pembenaran. Hal
ini, sangat “melelahkan” umat Kristen di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, Papua itu
sendiri dalam menatap masa depannya. Perbedaan aliran dan organisasi misalnya,
menyebabkan mereka terpecah dalam membangun peradaban sistemp ekaristi
peribadatan. Sementara perubahan begitu cepat menawarkan beragam realita dan
fenomena.
Di Nusantara, keterlambatan mengartikulasikan teologis transformatif ini
disamping dipengaruhi oleh faktor di atas juga sangat dipengaruhi oleh orientasi dominan
hukum yang dibangun dan saingan akan tetangga agama yang lain. Hukum yang
dibangun kadang belum
belum seimbang antara pemberdayaan akal pikiran dengan batiniah,
lebih banyak mengambil kapling dalam rutinitas ibadah mingguan,
mingguan sementara ibadah
sosial secara luas terkesampingkan, sehingga umat Kristen tertinggal dalam ekonomi,
politik, pendidikan dan budaya
budaya.. Di saat yang sama, terjadi pemisahan antara ibadah
dengan realita kehidupan. Ibadah dipahami penyembahan, puasa,
puasa pujian dan syukur,
sementara menata ekonomi, politik, budaya, pendidikan dan seterusnya agak dipisahkan
dari arti ibadah yang lebih luas.
f. Revivalisme
vivalisme Pemikiran Kristen di Maybrat, Imian, Sawiat.
1. Tradisi lokal
Tradisi lokal sering dijadikan media dalam peribadatan Kristen, seperti Tifa,
Suling bamboo yang mana sebagai media yang dijadikan alat penyembahan di Papua dan
Maybrat, Imian, Sawiat oleh
ole Penginjil klasik lokal.
2. Bahasa dan Seni
Sejarah perkembangan bahasa Maybrat, bahasa Sawiat, bahasa Imian, tidak begitu
diketahui keberadaannya semenjak kapan, akan tetapi untuk bahasa tubuh, sudah ada atau
telah digunakan oleh manusia Maybrat, Imian, Sawiat, pada Zaman primitif ketika jumlah
keanggotaan mereka lebih dari satu orang. Bahasa tubuh merupakan bahasa komunikasi
pertama yang telah dipakai oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat. Bahasa (lisan) yang
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 175
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
dipergunakan tampaknya mempunyai gaya tersendiri karena tidak memadukan sistem tata
bahasa dari etnis lain. Hal tersebut dapat dimengerti mengingat suku Maybrat Imian
Sawiat merupakan suku bangsa yang bukan pengembara jarak jauh (long leave), namun
pengembaraan mereka hanya merupakan pengembaraan jarak pendek (short leave).
Pengembaraan jarak pendek yang dimaksud adalah pengembaraan dalam mengejar nafkah,
sehingga segala sesuatu yang dimiliki termasuk bahasa mereka tidak berupa bahasa
campurann yang tercipta secara efohesi. Dari segi aksara, tetap mengikuti aksara bahasa
masing – masing, yaitu Bahasa Maybrat, tetap mengikuti aksara Suku Maybrat, Suku
Sawiat, tetap mengikuti aksara Suku Sawiat, Suku Imian, tetap mengikuti aksara Suku
Imian. Namunn dalam bahasa Maybrat memiliki tiga langgam bahasa yang masing – masing
memiliki dialek yang berbeda, yaitu untuk sub suku Maybrat seperti May Yah, langgam
bahasanya terdengar halus dan lambat, dan untuk sub suku Maybrat seperti may Ithe,
langgam bahasanyaa terdengar agak setengah tegas, sedangkan untuk suku May brat (May
uu), langgam bahasanya terdengar sangat tegas. Namun untuk bahasa Imian dan bahasa
Sawiat, masing – masing dengan langgam bahasa dan sebutan serta arti yang berbeda –
beda baik antara suku Imian dan suku Sawiat bahkan dengan suku Maybrat.
Tidak disangkal bahwa manusia ikut dibentuk oleh situasi sekelilingnya.
Demikian unsur seni Suku Maybrat, Imian, Sawiat, pada umumnya terbentuk seirama
dengan lingkungannya sebagai kelompok yang hidup di
didaratan
daratan dan pesisir. Nada suara
umumnya tegas dan tinggi, mengingat keengganan mereka yang selalu dalam mejelajahi
hutan dan laut yang homogen dan sangat luas sehingga sering memisahkan jarak antara
anggota yang satu dengan anggota lainnya menjadi berjauhan,
berjauhan, kadang juga bisa hilang
karena kurang menguasai lokasi perburuan mereka.
Kesenian yang ditonjolkan adalah :
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 176
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar:
Imian, Sawiat pada abad yang tidak diketahui.
Biola tradisional (krombi) dan alat gesek (tref)
- Element teater,, juga sekaligus dapat menjadi tempat pertunjukkan adalah panggung hiburan
(Taro).
). Bentuk Panggung hiburan atau Taro yang dimiliki oleh Suku Maybrat Imian Sawiat
biasanya dibangun dengan kemiriban stadion, yang mana pada bagian
bagian- bagian sisinya lebih
tinggi sebagai tempat duduk para pengunjung dan penonton daripada areal melakukan
pertunjukkan.
unjukkan. Bangunan theater atau arena pertunjukkan ini biasanya tidak dibangun
menetap namun biasanya dibangun bilamana adanya kegiatan – kegiatan tertentu yang
berkaitan dengan seni tari seperti : Berdansa (B’sioh), Serar, yosim dan menari (mwi bowi).
Kesemuanya
semuanya disertai dengan pertunjukkan gerakan tubuh serta berbusana tarian sesuai
dengan sifat tarian tersebut. Berikut lihat gambar :
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 177
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar: Gambar:
Tampak atas Teater atau panggung Vew teater atau panggung
hiburan (taro) hiburan (taro)
- Seni suara, umumnya disertai dengan suara. Seni suara dikenal secara moderen oleh orang
Maybrat, Imian, Sawiat pada akhir abad ke-delapan
ke delapan belas yang mana diperkenalkan oleh
penginjil Kristen, setelah masukknya injil Kristen di wilayah Maybrat. IImian, Sawiat.
Populernya seni suara pada waktu itu ketika ekaristi dalam peribadatan Kristen yang
menggunakan nyanian dan pujian sehingga orang Maybrat, Imian, Sawiat, terinspirasi dan
membentuk kelompok-kelompok
kelompok menyanyi atau group seni suara yang terdiri dari satu orang
(solo), dua orang (duet) tiga orang (trio) dan lebih dari tiga orang (group). Pada abad inipula
awal mula Orang Maybrat, Imian, Sawiat, mulai bersentuhan dengan alat musik aliran
moderen seperti harmonika, guitar string, seruling dan vokal group yang mana selalu
dilakukan dengan cara berlatih atau olah vokal.
4. Kelengkapan Hidup
Sejarah kehidupan manusia telah mencatat bahwa, manusia pertama, nenek moyang kita;
hidup sebagai pengembara atau manusia yang hanya mencari nafkah secara terus-menerus dan
berpindah-pindah
pindah dari satu tempat ketempat yang lain. Pada zaman ini, manusia tidak memiliki
kelengkapan hidupnya seperti; api, kapak, dan busana. Hal ini diakibatkan karena mereka belum
memiliki kemampuan mencipta (non Undagi).
Sejarah orang
rang Maybrat, Imian, Sawiat telah memuat catatan perjalanan hidup mereka
semenjak nenek moyang. Catatan ini juga sama dengan catatan sejarah perjalanan nenekmoyang
manusia dari herbagai belahan dunia lainnya. Manusia Maybrat, Imian, Sawiat, mula-mula
mula juga
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 178
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
tidak memiliki kelengkapan hidup pada zaman ini, dan mereka sebagai manusia pengembara
atau pencari nafkah dengan berpindah
berpindah-pindah tempat.
Dalam penelusuran sejarah dan penelitian kami dibeberapa kampong pada tahun 2000 –
2001, yaitu dikampong; Udagaga, M
Makaroro,
akaroro, Mogatemin, Mugim, Keyen, Sengguer, Moswaren,
dan selanjutnya pada tahun 2004 dan 2007 dari wilayah; Ayamaru, Sosian, Temel, Mapura,
Suwiam, Yukase, Segior, Kartapura, Sauf, Sembaro, Soroan, Koma-koma,
Koma koma, Kanisabar, Welek,
Pasir putih, Mlabolo, Klamit
Klamit,, Kladut, Kambuaya, Jitmau, Kartapura, Arus, Kambufatem,
Susmuk, Aifat, Mare, Karon, dan menyusuri sungai Kamundan, Mukamat, Ayata, Kamro, Tehit-
Tehit
Teminabuan, Wehali, Serbau, Serer, Tofot, Haha, Woloin, Imian, dan Wainslolo, ditemukan
beberapa laporan tentang
g kelengkapan hidup manusia Maybrat Imian Sawiat yaitu;
a. Kapak Batu.
Manusia primitif Maybrat, Imian, Sawiat, pertama yang membawa kapak batu
(stone axe) adalah Tit Srowy di Tehit-Teminabuan, kemudian
mudian diambil oleh seorang manusia
primitif yang bernama Woroh Simian,
Simian, dan membawanya ke daerah Fayoh. Ketika itu woroh
simian bertemu dengan seorang manusia primitif yang bernama Fhour Dyaman yang mana
selanjutnya menggunakan kapak ini bersama
bersama-sama. Disinilah
nilah awal mula nenekmoyang orang
maybrat imian sawiat mengenal kapak batu (stone
( axe).
). Dari uraian ini, jelaslah bahwa
manusia maybrat imian sawiat pertama yang mengenal dan memperkenalkan kapak batu
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 179
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
b. Kayu (ara)
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 180
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
d. Cara kerjanya adalah; Rotan dililitkan pada batan kayu dan ampas dedaunan kering diletakan
dibawah dan selanjutnya tali rotan ditarik kekiri dan kekanan dengan bergesekan pada
dinding kayu secara bergantian selama beberapa menit dan ketika kayunya panas, maka
menimbulkan percikan api yang jatuh pada ampas dedaunan kering sehingga menjadi bara
api.
a. Bambu (tbil/bron)
Gambar:
b. Pecahan batu (fra habah) Bamboo
sebagai
bahan
c. Ampas dedaunan kering (hita gat)
penghasil
api
Cara kerjanya adalah: pecahan batu tradisiona
l
digesekan pada dinding bamboo kering
gesekan yang sama, sedangkan dibagian bawah disiapkan ampas dedaunan kering, setelah
gesekan tersebut menghasilkan percikan api, yang jatuh pada ampas dedaunan kering itu
sehingga menghasilkan bara api dalam beberapa menit.
b. Bamboo (tbil/bron)
Cara kerjanya adalah: pecahan kaca/beling digesekan pada kulit bamboo kering secara teratur
berulang kali kepada tempat gesekan yang sama dan beling
beling dilapisi dengan ampas kayu,
sehingga ketika percikan api keluar langsung pada ampas kayu yang ada dan menghasilkan bara
api. Model teknologi pembuatan api yang ketiga dengan bahan kaca/beling, semenjak abad 16,
ketika VOC masuk ke wilayah maybrat imian sawiat. Pada abad ini pula orang maybrat imian
sawiat mengenal barang-barang
barang pecah belah dan korek api.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 181
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Orang Maybrt, Imian, Sawiat, menciptakan bahan api dari bahan kayu dan api
Orang Maybrat, Imian, Sawiat, menciptakan api dari bamboo dan beling /
pecahan batu dan kaca
c. Busana
Nenekmoyang orang maybrat imian sawiat yang pertama memakai busana cawat/
cawat/cedaku
(gitaut) adalah Hafra Hafuk. Kemudian diperkenalkan kepada anaknya yaitu Hefy Hafuk, dan
selanjutnya Hefy Hafuk,, memperkenalkannya kepada anaknya Saf Haafuk
Haafuk, (kini sesa
dumufle). Bahan yang digunakan sebgai busana adalah kulit kayu (fijoh
( malak), yang
berwarna Putih. Akan tetapi busana dari kulit kayu tersebut kemudian digantikan dengan
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 182
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
5. Pengaruh
uh Wanita Maybrat Imian Sawiat Terhadap Lingkungannya
ingkungannya
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 183
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 184
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 185
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
yang mempunyainya. Kekuatan yang dimaksud disini adalah sumber yang berasal dari pribadi
wanita maybrat imian sawiat. Kekuatan diekspresikan dalam tindakan pesan, kedamaian,
keikutsertaan dalam menopang seorang laki
laki-laki dalam menyelesaikan masalah, perkembangan,
dan kebahagiaan. Walaupun kekuatan ini berasal dari kaum wanita yang seringpula terasa halus,
sebab bersumber dari konsentrasi batin wanita, namun kekuatannya luarbiasa. Wanita maybrat
imian sawiat akan kekuarangan kekuatannya
kekuatannya kalau kebanyakan pamrih, ini merupakan
keyakinan yang terbangun oleh wanita maybrat imian sawiat. Oleh karena ibu/isteri ditugaskan
melaksanakan apasaja yang penting untuk kelangsungan hidup keluarga di dapur, maka wanita
maybrt imian sawiat dipersiapkan
siapkan untuk mempunyai kekuatan batin serta dikombinasikan
dengan fisik fisik dan dihindarkan dari pamrih (mengalah). Wanita maybrat imian sawiat yang
fisik dan batinnya kuat serta beretika, dipercaya sebagai penakluk dan pembawa pesan tentang
hal-hal yangg baik, pembawa perdamaian dan pembawa kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
b. Wanita Maybrat Imian Sawiat dan Maskawin (boyi)
Dalam sejarah perkembangan hidup orang Maybrat Imian Sawiat mencatat kenyataan bahwa
wanita Maybrat (finya-gu
gu ano), wanitia Imian Sawiat (nangli) adalah wanita dengan nilai
maskawin paling termahal, mungkin termahal di dunia. Wanita Maybrat Imian Sawiat
mempunyai harga harga tersendiri dalam maskawin, bila dibandingkan dengan wanita dari suku
bangsa lainnya dibelahan dunia. Harga wanita
wanita Maybrat Imian Sawiat menjadi suatu penekanan
nilai tersendiri karena dalam budaya Maybrat Imian Sawiat mempunyai catatan nilai-nilai
nilai khusus
yang terkafer dalam penentuan harga maskawin. Beberapa hal mendasar yang mempengaruhi
besar kecilnya penentuan harga maskawin adalah ;
1.Tinggi
Tinggi rendahnya maskawin awal yang telah dibayar oleh kerabat klen laki-laki
laki (suami)
kepada kerabat klen perempuan (istri).
2. Berdasarkan jenjang pendidikan
3.Berdasarkan
Berdasarkan kelas atau kasta keluarga
Adapun nilai budaya yang juga ikut mempengaruhi besr kecilnya maskawin adalah;
a. Pembayaran pusat (gu mbit),
mbit), dilaksanakan pada waktu anak berumur 2 minggu.
b. Pembayaran rumah bersalin (samu kre),, dilaksanakan ketika ibu dan bayi diperbolehkan
untuk keluar. Kegiatan ini dilakukan oleh keluarga klen laki-laki
laki dan keluarga kerabat
perempuan
c. Pembayaran ketika memberi nama (bofan),, dilaksanakan dengan cara upacara dan doa.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 186
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 187
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 188
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 189
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
dari kekuatan batin yang ada dalam diri ibunya. Peranan ibu sangat besar dalam mempengaruhi
perkembangan jiwa anak-anaknya.
anaknya.
Sifat-sifat
sifat khas wanita maybrat imian sawiat; narimo, pasrah, penurut, sabar dan tegas,
ternyata apabila berkembang konstruktif
konstruktif dalam dirinya dapat merupakan kekuatan yang
luarbiasa. Sifat-sifat
sifat tersebut dapat memperkuat iman wanita maybrat imian sawiat, dalam
beriman kepada Tuhan. Iman ini mengalahkan segalanya, dengan iman yang kuat inilah wanita
maybrt imian sawiat, dapat
at menjadi lebih berani.
Sifat-sifat
sifat sabar, setia, tegas dan bakti pada suami dan orang tua, ternyata terwujud menkadi
kekuatan besar yang dapat mempengaruhi orang lain. Perkembangan sifat-sifat
sifat wanita maybrat
imian sawiat masa kini membuat mereka menjadi ingin, bersedia, boleh, dan malahan diharapkan
dapat mengisi dua peranan ganda dalam masyarakat.
Peranan ganda ini, oleh wanita maybrat imian sawiat, dialami membawa kewajiban dan
tanggungjawab ganda pula. Factor ini dalam wanita maybrat imian sawiat menimbulkan
menim suatu
loyalitas ganda. Maka jelaslah bahwa wanita maybrat imian sawiat, disatu pihak loyal dan
tanggungjawab kepada suami dan anak-anaknya,
anak anaknya, dan dilain pihak loyal terhadap tugas dan
pekerjaannya dalam masyarakat. Wanita maybrat imian sawiat akan merasa
merasa damai kalau kedua
loyalitas tersebut saling menyambung atau saling mendukung. Faktor loyalitas inipula yang juga
dapat menjadikan sebab konflik pribadi atau konflik social bagi wanita maybrat imian sawiat.
Seperti juga wanita yang lain, perkembangan wa
wanita
nita maybrat imian sawiat juga membutuhkan
kontak dengan manusia (aku) yang lain, sebagai makhluk sosial, mereka akan bisa menikmati
kesempurnaannya atau kelengkapannya apabila berada bersama subyek lain. Padahal makin
subur perkembangan pribadi wanita maybrat
maybrat imian sawiat, yang pribadinya matang, mempunyai
kekuatan kekuatan yang besar dalam menyelesaikan masalah pribadinya dan masalah sosial.
Peranan kekuatan batin (invisible) dari wanita maybrat imian sawiat, sungguh-sungguh
sungguh akan
mempunyai akibat perdamaian
an dan kesejahteraan wanita maybrat imian sawiat, yang matang
kekuatan batinnya, teguh imannya, percaya diri, pasti akan disebut wanita perkasa. Tetapi
apabila wanita maybrat imian sawiat itu terikat oleh material dan sosialn, maka konsekwensinya
dalam dirii manusia. Maka dengan hadirnya pamrih yang berkembang dalam diri manusia. Maka
dengan hadirnya pamrih yang berkembang dalam diri pribadi, pribadi, kekuatan batin akan dapat
berkurang, bahkan dapat musnah. Itulah sebabnya wanita maybrat imian sawiat, selalu
selal
melaksanakan “perilaku prihatin” apabila menginginkan kekuatan batinnya bekerja. Perilaku
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 190
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
prihatin, atau doa ini adalah kekuatan yang dimaksudkan untuk memperkuat diri sendiri atau
mendukung orang lain supaya kuat. Misalnya seorang ibu turut mendoakan suaminya
su jika
suaminya memerlukan dukungan kekuatan batin untuk permasalahan yang dihadapi. Kerelaan
ibu yang bersedia dengan kekuatan inilah yang sangat besar pengaruhnya terhadap lingkungan.
e. Proto Tipe Pola Hidup Wanita Maybrat Imian Sawiat
Sawiat. Wanita Maybrat
aybrat, Imian, Sawiat
Sebagaimana yang Telah
elah Diuraikan, Mereka Juga Memiliki 3 Proto
roto Tipe Pola Hidup
yaitu;
1. Proto tipe pola hidup wanita maybrat imian sawiat tempo dulu.
Wanita maybrat imian sawiat yang disebut wanita tempo dulu adalah wanita yang hidup
pada tahun
un 1947 kebawah. Wanita maybrat imian sawiat tempo dulu adalah wanita yang
hidupnya masih terikat dengan budaya maybrat imian sawiat yang kental dan mereka
termasuk pelaku budaya, dan tidak mengenal pendidikan.
2. Proto tipe pola hidup wanita maybrat imian sawiat berpendidikan.
berpendidikan
Wanita maybrat imian sawiat berpendidikan adalah mereka yang sudah merasakan
pendidikan. Mereka adalah wanita-wanita
wanita wanita maybrat imian sawiat yang hidup pada tahun
1950 keatas. Wanita yang hidup pada masa ini adalah wanita yang bertumbuh besar serta
dibentuk oleh budaya maybrat imian sawiat dan merekalah wanita –wanita pertama yang
mengenal dan mengenyam pendidikan pada sekolah rakyat (SR), sekolah guru belanda
(SGB). Pada zaman penjajahan pemerintah Hindia Belanda, wanita maybrat imian sawiat
s
secara berkelanjutan mengalami suatu perubahan di dunia dengan masuknya pemerintah
Indonesia yang mana membangun sekolah
sekolah-sekolah
sekolah seperti; SD, SMP, SLTA, dan
perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta. Wanita maybrat imian sawiat massa
pendidikan
ikan masih menjunjung tinggi nilai
nilai-nilai
nilai budaya mereka secara baik dan mereka
mampu mengenal dan menguasai budaya-budaya
budaya budaya mereka secara mendalam seperti
budaya bahasa, tarian, busana dan lainnya. Budaya – budaya ini sangat mereka hargai
sebagai jatidiri mereka
eka yang begitu sederhana dan mulia.
3. Proto tipe pola hidup wanita maybrat imian sawiat massa reformer.
Wanita maybrat imian sawiat yang hidup pada tahun 1998 keatas, tergolong sebagai
wanita reformer. Mereka yang hidup pada massa reformer adalah mereka yang begitu
mengenyam pendidikannya hingga tahapan akademik. Mereka yang hidup pada masa
reformer selain wanita
anita yang merasakan pendidikan cukup, tetapi juga mereka adalah
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 191
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
wanita yang sudah tidak begitu mengenal dan menghargai budayanya. Misalnya
kebanyakan wanita maybrat, imian, sawiat, yang hidup pada massa reformer ini dijumpai
tidak begitu mengetahui bahasa ibu (bahasa daerahnya) secara fasih. Kadan ada yang
sedikit bisa mengucapnya sepotong
sepotong-sepotong,
sepotong, ada yang hanya mendengar dan mengerti,
tetapi tidak bisa mengucapkannya, dan ada yang samasekali tidak mengenal dan mengerti
bahasa serta budayanya. Wanita may
maybrat
brat imian sawiat massa ini adalah mereka yang
tergolong sebagai wanita yang memberontak terhadap budaya dan kecenderungan ingin
menyamai hidup mereka dengan gaya hidup wanita
wanita-wanita
wanita moderen lain dengan
melepaskan khasanah budayanya sebagai miliknya yang original.
original. Wanita – wanita
maybrat imian sawiat reformer yang tidak mengenal budaya mereka adalah terutama
mereka yang hidup diperkotaan semenjak lahir hingga dewasa, adapula terjadi karena
perkawinan silang antara klen laki-laki
laki laki maybrat dengan wanita diluar suku maybrat imian
sawiat (outrolokal). Sebab-sebab
Sebab sebab ini yang membuat keturunan orang maybrat imian
sawiat semakin menjauh dari adat dan budaya mereka secara langsung.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 192
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Contoh :
Pendidikan Perempuan Maybrat,
M Imian, Sawiat, dalam Persentase Penduduk Berumur 10
Tahun Keatas Menurut Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan dan Jenis
J Kelamin, 1999
Perkotaan Pedesaan. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Perempuan dibawah Laki-laki
Laki
dengan pencapain tertinggi di bandingkan perempuan. Data pendidikan 1999 juga menyebutkan
bahwa perempuan Maybrat, Imian, Sawiat, yang mampu menyelesaikan jenjang studi dari
perguruan tinggi pada tahun tersebut bukannya meningkat, akan tetapi semakin menurun secara
drastis.
g. Perempuan Maybrat Imian Sawiat dalam Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara
(DPA, DPR-MPR).
Dari contoh diatas jelas bahwa makin tinggi jenjang pendidikan, makin sedikit jumlah
perempuan maybrat imian sawiat yang menamatkan nya, makin tinggi jabatan, makin sedikit
perempuan yang menjabatnya.
nya. Untuk memegang suatu jabatan di pendidikannya di perguruan
tinggi walupun dalam pemerintahan ada syarat-syarat
syarat syarat yang perlu dipenuhi. Persyaratan secara
formal dari tingkat Presiden RI sampai Kepala Desa tidak membedakan antara laki-laki
laki dan
perempuan. Meskipun demikian, pada kenyataannya hanya sedikit jumlah perempuan maybrat
imian sawiat yang memegang jabatan dalam pemerintahan dan badan tertinggi maupun tinggi
negara kalau dibandingkan dengan laki
laki-laki.
Hal yang demikian itu disebabkan karena berbaga
berbagai hal seperti berikut :
1. Tingkat pendidikan perempuan maybrat imian sawiat pada umumnya lebih rendah dari
laki-laki.
2. Masih ada peraturan perundang-undangan
perundang undangan nilai sosial budaya sekitar serta pengaruh
lingkungan sekitar mensyaratkan dan belum sepenuhnya mendukung
mendu peningkatan
kedudukan perempuan maybrat imian sawiat pada umumnya dan penempatannya mereka
pada khususnya.
3. Perempuan maybrat imian sawiat sendiri sering belum siap secara mental psikologis
walaupun mereka kadang
kadang-kadang sudah memenuhi persyaratan kemampuan profesional.
Disamping itu, masih tampak jelas kecenderungan bahwa laki-laki
laki laki dianggap sebagai
pencari nafkah keluarganya, padahal dewasa ini sudah banyak perempuan yang bekerja sebagai
pencari nafkah utama maupun tambahan. Adapula pertimbangan
pertimbangan lain yang seorang perempuan
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 193
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 194
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
perempuan lain, sebagaimana halnya seperti perempuan di dunia lainnya. sejarah telah
membuktikan bahwa perempuan mampu menduduki jabatan
jabatan-jabatan
jabatan pengambil keputusan/
pimpinan seperti Ratu Sima, Ratu Elisabeth, Laddy Diana, Bundo Kandung, Mega wati,
Margareth Thatcher, Indira Gandhi dan lain-lain.
la
Sesungguhnya perempuan tidak perlu ragu
ragu-ragu
ragu menjalankan kepemimpinannya. Fakta
membuktikan bahwa banyak perempuan menjadi pemimpin yang baik dan disegani. Perempuan
tidak perlu bertingkah laku seperti laki-laki
laki laki untuk menjadipemimpin yang baik, sebaliknya
se juga
tidak usah ragu-ragu
ragu menggunakan pandangan dan pertimbangannya sendiri dalam menjalankan
kepemimpinannya.
Ciri-ciri
ciri pemimpin dalam teori-teori
teori teori organisasi sebagian besar dihubungkan dengan sifat
kejantanan : tegas, keras, tidak kenal kompromi, rasional, mandiri dan sebagainya. Sifat – sifat
tersebut juga dimiliki oleh perempuan maybrat imian sawiat secara heterogen, sehingga tampak
dari perempuan maybrat imian sawit yang memiliki kewibawaan dalam kepemimpinan. Akan
tetapi kebanyakan wanita tida
tidak memiliki sifat – sifat yang dimiliki oleh laki – laki, Hal ini
disebabkan karena yang mengembangkan ilmu manajemen umumnya adalah laki-laki,
laki sehingga
hanya ciri-ciri
ciri prialah yang dikenal sebagai ciri-ciri
ciri pimpinan yang baik.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 195
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
sebagai keindahan yang dapat menyenangkan atau meuaskan batin mereka. Walaupun keindahan
itu secara materiil dibedakan, namun secara esensial keindahan jasmani dan keindahan rohani
tidak di pisakan karena pada akhirnya unsur kemanusiaan yang menjadikan
menjadikan penentunya. Kodrat
orang maybrat imian sawiat, selalu mendambakan sesuatu yang baik yang dapat
menyempurnakan kemanusiaan mereka, karena itu, keindahan bagi orang maybrat, imian,
sawiat, sebenarnya bukan sekedar sesuatu yang menjadi harapan mereka, melainkan merupakan
sesuatu yang harus mereka usahakan.
Persepsi orang maybrat imian sawiat terhadapa keindahan antara yang satu dengan yang lain
juga tidak sama, karena ditentukan oleh daya penggerak yang menjadi sumber timbulnnya
kehendak atau keindahan terhadap keindahan itu sendiri. Persepsi keindahan yang muncul dari
akal budi orang maybrat imian sawiat, dapat kita sebut sebagai keindahan dalam arti sebenarnya,
dan keindahan yang muncul dari dorongan nafsu bagi orang maybrat imian sawiat merupakan
keindahan semu.
Selain itu, bagi orang maybrat imian sawit, keindahan tidak lepas dari pengertian objektif,
maupun subjektif, artinya orang maybrat imian sawiat mengenal adanya keindahan objektif dan
keindahan subjektif. Keindahan objektif sendiri sebenarnya ada pada suatu benda atau barang
yang sifatnya abadi dan universal. Sedangkan orang maybrat imian sawiat juga mengenal adanya
suatu keindahan abadi (har ro mron), yang mana tidak terikat oleh waktu dan perkembangan,
disenangi atau tidak, ia tetap ada dan tidak
tidak tergantung pada asas kegunaan (manfaat) lahiriah
atay yang bersifat material. Sedangkan bagi orang maybrat, imian, sawiat, keindahan subyektif
bergantung pada selera perorangan dan bersifat relatif dan bersumber dari asas kegunaan.
Menurut John Kets, keindahan objektif disamakan dengan kebenaran. Keindahan adalah
kebenaran dan kebenaran adalah keindahan, sebab, keduanya memiliki nilai yang sama yaitu
universal dan abadi dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Jelasnya, tidak ada
keindahan jika tidak mengandung kebenaran dan yang tidak mengandung kebenaran tidak indah.
Dalam pemikiran orang maybrat imian sawiat, keindahan sering menghasilkan suatu seni
melalui proses perenungan. Renungan atau pemikiran yang berhubungan dengan keindahan atau
penciptaan
iptaan keindahan. Keindahan sering juga identik dengan keserasian karena sesuatu yang
serasi tampak indah dan nampak dalam kehalusan.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 196
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
2. Renungan (Bonout)
Menurut orang maybrat imian sawiat, renungan (Bonout),, merupakan hasil perenung yaitu
dengan memikirkan sesuatu secara mendalam dan dalam keadaan diam. Yang terlintas dalam
pemikiran orang maybrat imian sawiat, merenung merupakan peroses berfikir manusia yang
terjasi dalam otak dan dalam merenung, bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat,
awiat, memerlukan suatu
objek yang dipikirkan (bo ro n’nout),
n’nout), yang kemudian di olah dalam otak mereka dan akhirnya di
peroleh hasil emikiran yang diperoleh yang di sebut renungan (bo n’nout).
Menurut orang Maybrat, Imian, Sawiat, mengatakan
an bahwa setiap orang dalam hidupnya
pasti pernah merenung (m’nout) dan hanya kadar renungannya yang berbeda – beda (bonot aro
hahayah), meskipun objek yang direncanakan sama. Jadi apa yang direnungkan dan hasil
renungan dalam diri seseorang tergantung kep
kepada
ada subjek dan objek yang di renungkan. Setiap
kegiatan untuk merenungkan (m’nout) atau mengevaluasi (misioh) segenap pengetahuan yang
dimiliki dapat disebut berfilsafat,
safat, atau yang menurut orang Maybrat, Imian
mian, Sawiat, (fret bo). Bo
flet, atau filosofi-filosofinya
filosofinya orang Maybrat, Imian, Sawiat,
awiat, mempunyai 3 ciri yaitu:
1. Filsafat
ilsafat yang menyeluruh, artinya memiliki pemikiran yang luas (bo nout ro myi)
2. Filosofi
ilosofi yang mendasar, artinya pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang
fundamental (bo nout ro mof).
mof)
3. Filosofi
ilosofi yang spekulatif, artinya hasil pemikiran yang dapat dijadikan dasar pemikiran –
pemikiran selanjutnya (bo nout ro Kaket)
Renungan (bo nout),, yang dimaksudkan oleh orang maybrat imian sawit di sini adalah
renungan atau pemikiran (bo nout) yang berhubungan dengan keindahan atau penciptaan
keindahan yang di dasarkan pada 3 teori, yaitu; teori pengungkapan, teori metafisik dan teori
psikologis, yang masing – masing teori itu ada tokohnya.
Teori pengungkapan menurut Bendetto Croce, bahwa seni adalah pengungkapan kesan –
kesan dalam teori metafisika, plato mendalilkan dunia ide pada taraf yang tertinggi sebagai
realitas ilahi itu. Karya seni yang di buat manusia hanyalah merupakan minemia (tiruan)
(ti dari
realita dunia. Sedangkan teori psikologi dinyatakan bahwa proses penciptaan merupakan
pemenuhan keinginan bawah sadar seorang seniman. Adapun karya seninya merupakan bentuk
terselubung yang diwujudkan keluar dari keinginan – keinginan itu.
Bila kita lihat dari orang maybrat imian sawiat, sebagaimana tampak dalam proses jiwa seni
mereka, pada waktu mereka merenung dalam rangka menciptakan seni mereka, seiring diliputi
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 197
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
perasaan rasa ragu – ragu, takut, gugup, ketidak tentuan, dan misterius, tetapi justru karena
mereka memiliki kemapuan yang negatif, sehingga mereka mampu mencipta keindahan, yang
mana keindahan yang diciptakan ini akan membuat suatu perubahan, maupun keindahan itu akan
membawa mereka berdiri sebagai pemimpin dan pelaku – pelaku yang berwibawa sehingga
kemampuan negatif itu mempu membawa mereka menduduki peringkat-peringkat
peringkat peringkat keberhasilan
di berbagai bidang. Kemampuan negatif yang dimiliki oleh orang maybrat imian sawiat, ini,
merupakan suatu kemampuan genoid, yang dari keturunan, yang mana
mana identik membawa mereka
dengan proses mencari atau berusaha. Mencari atau berusaha disini salah satunya adalah mencari
atau berusaha disini salah sarunya adalah mencari atau berusaha menemukan atau membuat
suatu keindahan karena sebagai orang maybrat im
imian
ian sawiat, suatu keindahanatau hasil, belum
bisa di katakan baik sebelum orang lain yang harus mengatakan baik atau indah, terutama bagi
mereka juga tidak akan merasa puas jikalau hasil yang mereka peroleh belum di akui orang lain,
oleh karena kecenderungan
an ini membuat orang maybrat, imian, sawiat, selalu berusaha sebaik
mungkin untuk mencapai sesuatu yang ia impikan atau ia harus berusaha
mempertanggungjawabkan hasil kerjanya kepada orang yang mempercayakan dia secara baik.
Ideologi orang maybrat, imian, sawiat, yang membuat mereka selalu berpikir positif adalah
memikirkan ”Nama Besar” dalam filosofi maybrat (n’nout nasum), atau mereka yang berjiwa
seperti ini, di sebut sebagai ”Big Name”.
3. Keserasian (Riof Kanya)
Prinsip orang maybrat imian sawiat yang tampak
tampak dalam kinerja mereka, baik di dalam
keluarga klen, bahkan kerabat klen, mereka selalu mengutamakan keserasian, hal ini sangat
tampak jelas terlihat dari ciri mereka mengambil suatu peutusan yang bijaksana, yang mana tidak
memojokkan atau mendeskritkan satu sama yang lain. Karena peikiran positif yang merupakan
sesuatu yang genoit, sehingga tidak begitu udah bagi orang maybrat imian sawiat untuk di
interfensi atau di goyahkan. Orang maybrat imian sawit juga memiliki sistem kekompakan yang
mana terbangun dari klen, kerabat, dan jalur keturunan dari klen kerabat dan jalur keturunan
yang selalu di jaga kekerabatannya.
Dalam keserasian orang maybrat imian sawiat, biasanya ditemukan adanya kecocokan,
kesesuaian, dan keharmonisan. Kecocokan yang tampak dalam kehidupan orang maybrat imian
sawiat yang realistik baik di wilayah mereka bahkan ke wilayah mana saja mereka berada,
mereka selalu bersatu padu, dan saling mendukung sehingga terlihat seimbang.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 198
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Sebuah contoh kesatu paduan yang terbangun oleh orang maybrat imian sawiat, adalah
kekompakan yang saling mendukung dalam menyelesaikan suatu persoalan yang mana terllihat
dalam semboyang mereka ”anu beta tubat” yang di terjemahkan menjadi ”kita angkat bersama”.
Bagi orang maybrat imian sawiat, yang terungkap dala ffilosofi
ilosofi (n’nout nasum) atau nama besar –
Big Name, bukan hanya merujuk kepada person manusia atau klen tertentu, tetapi bisa membawa
nama besar klen, kampong, istrik, kabupaten, propinsi, Negara dan bisa menebus dunia.
4. Kehalusan (Sneh)
Kehalusan mengandung arti sebagai sesuatu yang tidak kasar, lembut, sopan, baik budi
bahasanya atau beradab. Uraian tersebut bukan berarti orang maybrat imian sawiat, tidak keras
atau tegas akan tetapi orang maybrat imian sawiat, memiliki sifat tegas dan keras yang mana
tidur diam dalam pribadi mereka masing-
masing masing. Sebagai mana dalam filosofi mereka,
terungkap dalam bahasa maybrat (N’awe N’ait to, N’ait N’warah ma, kbe Raa M’ikabuk fooh,
N’ait bnee sei afo N’hou keit) yang di terjemahkan (kalo menyala, jangan terlalu membara,
membara
karena api yang membara akan cepat di padamkan, tetapi menyala seperti pelita/lilin biasa, maka
orang tidak cepat memadamkan). Filosofi api, di filsafatkan oleh orang maybrat imian sawiat,
sebagai lambang kekerasan, ketegasan, kekuatan bahkan kejahatan. Isi pengertian dari filosofi
ini, menggariskan tentang ambisi seseorang, yang mana bagi orang maybrat imian sawiat
mengatakan bahwa yang baik adalah bukan kemarahan yang di tunjukkan secara brutal,
melainkan yang di lakukan sesuai dengan aturan. Orang maybrat
maybrat imian sawiat berpendapat
bahwa, kekuatan yang terbesar bukan di lihat dari besar kecilnya tubuh seseorang, bukan di lihat
dari suara seseorang, atau kekekaran, atau kasta, melainkan siapa yang besar dari dalam dirinya,
sehingga mereka selalu mengatakan bahwa segala sesuatu yang di lakukan atau menyangkut
ambisi, jangan di perlihatkan dari luar melainkan di tanamkan diam di dalam hati sehingga tidak
di halangi oleh pengaruh – pengaruh dari luar.
Bagi orang maybrat imian sawiat, mereka memiliki sifat – sifat
fat keras dan tegas, akan tetapi
sifat – sifat tersebut harus ditunjukkan pada waktu dan tempat yang tepat, dan kalau saja sifat –
sifat ini muncul, berarti karena mereka terpaksa. Sifat – sifat orang maybrat imian sawiat yang
berpegang pada filosofi mereka,
mereka, membuat tatanan hidup mereka tertata menjadi orang – orang
yang memiliki nama besar ”Big Name”. Filosofi mereka yang lain juga mengatakan bahwa ”ro
sie to yros yari”, yang di terjemahkan ”siapa yang memulai suatu persoalan, dia harus
bertanggung jawab menyelesaikannya”.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 199
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Adapun sifat – sifat orang maybrat imian sawiat, yang mana tampak bahwa siapa yang baik
kepada mereka, mereka lebih menunjukkan kebaikan mereka 2X lebih baik kepada orang itu
sebagai balas kebaikan, tetapi siapa yang menunjukkan ketidak baikan kepada mereka, maka
mereka akan membalasnya lebih tidak baik daripada yang dilakukan kepada mereka. Dua sifat
ini selalu melibatkan klen, keluarga klen, kerabat klen, kampong, dan juga terbawa ke tingkatan
tertentu dimana saja mereka tersebar.
Orang maybrat imian sawiat, adalah orang yang memiliki etos hidup, dan etos kerja (mes
bobot) yang di terjemahkan (berdarah biru). Etos hidup dan etos kerja mereka bukanlah suatu
pengetahuan polesan yang di peroleh setelah berpendidikan, tetapi merupakan budaya mereka
yang terbawa dalam kelahiran mereka (genoit) keturunan, sehingga ketika mereka berkembang,
tampaklah kepemimpinan yang berwibawa. Etos ini di lengkapi dengan filosofi mereka yang
begitu arif dalam memacu semangat hidup mereka.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 200
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
mampu menggunakan dua bahasa adalah mereka yang hidupnya tepat pada perkampungan yang
letaknya berbatasan antara satu distrik dengan bahasa berbeda dengan distrik yang lain. Seperti
kampung
ampung Sauf, Soroan, Mahajan, Segior, Sengguer, Keyen, Moswaren dan boldon yang mana
letak kampungnya berbatasan langsung antara Suku Maybrat yang menggunakan bahasa
Maybrat dan Suku Sawiat yang menggunakan Bahasa Sawiat. Penduduk kampong inilah yang
bisa menguasai kedua bahasa tersebut. Sedangkan Kampung Wehali, Tehit, Imian, Sawiat
berbatasan langsung dengan Suku Maybrat yang berbahasa Maybrat dan Suku Imian yang
menggunakan bahasa Imian dan Suku Sawiat yang menggunakan bahasa Sawiat.
Secara sederhana Suku Maybrat Imian Sawiat adalah merupakan manusia yang mendiami
daerah pesisir dan pegunungan yang berkumpul sekelompok orang yang kehidupan mereka
tergantung pada laut bagi kelompok yang mendiami daerah pesisir, dan tergantung pada
pertanian bagi kelompok
ok yang mendiami daerah pegunungan. Yang mana terungkap bahwa Suku
Maybrat Imian Sawiat berada dalam kehidupan budaya bertani dan nelayan atau kehidupan yang
mendapatkan inspirasi dan kreativitas dari suasana lautan dan daratan.
Selain kehidupan yang sederhana,
sederhana, masyarakat maybrat imian sawiat mampu menciptakan
berbagai macam kelengkapan kebutuhan hidupnya antara lain adalah :
b. Buday Berbusana
Kehidupan mula – mula orang maybrat imian sawiat, sudah mengenal adanya busana, yang
mana busana – busana tersebut memiliki perbedaan – perbedaan antara busana kaum laki – laki
dan busana kaum perempuan. Bagi kaum perempuan, busananya terbuat dari bahan rerumputan
(biyait) + kain selendang (boyan). Sedangkan untuk kaum laki – laki, busananya terbuat dari
kulit kayu yang di gunakan sebagai cawat/cedaku (git mboh) + kain/selendsng yang juga sebagai
cawat atau cedaku (git boyan). Lihat lampiran gambar orang Maybrat, Imian, Sawiat, dengan
berpakaian busana tradisional mereka berikut:
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 201
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar:
Sero (wata), alat penangkap ikan, udang dll di air tawar. Hasil
ciptaan teknologi sederhana orang Maybrat, Imian, Sawiat.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 202
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
d. Ukiran
Dalam perkembangan sejarah manusia, bahwa kehidupan manusia pertama itu berkembang
dengan menggunakan naluri masing – masing yang tidak jauh dari lingkungan kehidupannya.
Mungkinsaja pikiran pokok mereka pada waktu itu adalah “bagaimana ia mendap
mendapat makanan dan
bertahan hidup”. Manusia Maybrat,
Maybrat Imian, Sawiat, berkembang dalam pola demikian, bagi orang
maybrat imian sawiat tidak hanya ia berpikir dinamis tetapi statis, pemikiran mereka selalu
mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan akan waktu
waktu dan tempat.
Pemikiran dan daya pikat manusia pertama yang berkembang dari nol hingga menjadi
pemikiran akan kemenangan yang menjadikannya menjadi kuat dan menang terhadap alamnya
yang buas. Bagaimanapun perkembangan akal pikiran manusia pertama bisa dibilang
dib terbentuk
oleh situasi sekitarnya, misalnya seperti : ketika manusia itu menemukan alat pemotong seperti
kapak batu, mungkin saja kita berpikir itu mrupakan cara kebetulan dimana dengan secara tidak
sengaja ia memecahkan batu yang menjadi tajam yang selanjutnya ia jadikan sebagai kapak.
Namun bila ditelaah seksama, manusia pertama itu terpaksa menciptakan kapak dari batu agar
difungsikan sebagai alat yang mampu memotong pohon, kayu dan tumbuh – tumbuhan yang
tidak mungkin bisa dipatahkan dengan menggu
menggunakan
nakan tangan biasa. Atau juga pentungan dan
tombak, merupakan hasil karya manusia itu sendiri karena ia diperhadapkan dengan hewan –
hewan buruan yang mana tidak mungking dihadapai dengan menggunakan tangan kosong.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 203
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
e. Payung Tradisional
radisional Suku Maybrat Imian Sawiat Koba – Koba - (A’am - Hatik)
Payung tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat (A’am - Hatik),, adalah salah satu alat
kelengkapan hidup yang dimiliki oleh orang – orang Maybrat Imian Sawiat. Payung tradisional
ini terbuat dari bahan alami yaitu ; Daun koba – koba (a’am) sejenis tumbuhan
tumbuha pandanus, yang
mana disulam menjadi koba - koba – payung.
Dari ceritera para tetuah, ibu – ibu dan nenek, mengatakan bahwa payung tradisional
orang maybrat imian sawiat (aam - hatik) atau lazimnya disebut koba – koba terbuat dari daun
koba – koba atau sejenis pandanus yang berbentuk buah merah dan bertumbuh di hutan
belantara. Payung tradisional atau koba – koba merupakan hasil ramuan dari beberapa daun
pandanus / koba –koba
koba yang dijahit dengan menggunakan tali yang mana tali tersebut diambil
dari serat kulit kayu tertentu yang dala bahasa tradisional disebut dengan halelem, yang dikupas
dan diawetkan sehingga menjadi tali (Bo kaín) dan digunakan untuk menjahit koba-koba
koba
sehingga akhirnya menjadi payung / koba – koba (aam / hatik). Bentuk ukuran koba – koba tidak
selalu pada satu ukuran
ran saja, melainkan berfariasi tergantung pada sipemakainya.
pemakainya. Ada yang
ukuran besar bilamana orang yang memakainnya berukuran badan besar, namun koba – koba itu
akan berukuran sedang dan kecil bilamana pemakainya orang yang sedang
sedang dan kecil. Bila koba –
kobanya besar, maka dedaunan yang dibutuhkan sangat banyak, namun kalau ukuran koba –
kobanya kecil dan sedang, maka dedaunan yang dibutuhkan sedikit. Dalam meramu koba – koba,
biasanya merupakan pekerjaan ibu dan anak perempuan. Setiap ruas koba – koba biasanya
dilapisi dua daun yang dijahit bersesuaian yang mana masing – masing dibagian dalam dan
bagian luar. Dalam proses pembuatan payung tradisional / koba – koba ini pertama – tama
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 204
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 205
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 206
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar: bentuk yang Gambar: bentuk ketika dipakai Gambar: bentuk ketika
dipakai ketika bepergian oleh ibu untuk menggendong dipakai pada waktu tidur
(krek aam) bayi (mbin gu) sebagai alas/tikar (tom am)
Kebudayaan-kebudayaan
kebudayaan prasejarah yang dibedakan menurut bahan alat
alat-alatnya dapat
dibagi dalam dua bagian, yaitu zaman batu dan zaman logam. Zaman logam bukan berarti
berakhirnya
irnya zaman batu, karena pada zaman logam pun alat
alat-alat
alat dari batu terus berkembang
bahkan sampai sekarang. Sesungguhnya nama zaman logam hanyalah untuk menyatakan bahwa
pada zaman tersebut alat-alat
alat dari logam telah dikenal dan dipergunakan secara dominan. Zaman
logam disebut juga dengan zaman perundagian. Di Indonesia khususnya dan Asia Tenggara
umumnya tidak mengalami zaman tembaga tetapi langsung memasuki zaman perunggu dan besi.
Kepandaian mempergunakan bahan baru tentu saja disertai dengan cara kerja yang baru.
Sehinga muncul orang-orang
orang terampil (undagi). Selain itu perkembangan orang Maybrat, Imian,
Sawiat yang mengarah pada kemajuan di alami dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Bagi
orang Maybrat, Imian, Sawiat, alat
alat-alat dari logam tidak hanya digunakan
igunakan untuk keperluan
sehari-hari, akan tetapi alat-alat
alat yang terbuat dari logampun dilibatkan dalam upacara-upacara
upacara
tertentu misalnya maut hdan,, mber wiyon dll. Untuk itu perlu adanya pembahasan lebih lanjut
khususnya mengenai masa perundagian di wilay
wilayah
ah Maybrat, Imian, Sawiat secara jelas.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 207
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
1) Zaman Tembaga
Orang menggunakan tembaga sebagai alat kebudayaan. Alat kebudayaan ini hanya
dikenal di beberapa bagian dunia saja. Di Asia Tenggara (termasuk
ermasuk Maybrat, Imian, Sawiat,
Papua Indonesia) tidak dikenal istilah zaman tembaga.
2) Zaman Perunggu
Pada zaman ini orang sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan
perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras. Orang Maybrat, Imian,
Sawiat, mungkin sampai saat ini belum mampu mengolahnya.
3) Zaman Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-
alat
alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga
maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas ya
yang
ng sangat tinggi, yaitu
±3500°C. Zaman logam di wilah Maybrat, Imian, Sawiat, Papua Indonesia di dominasi oleh
alat-alat
alat dari perunggu sehingga zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat
Alat besi
yang ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan be
bentuknya
ntuknya seperti alat-alat
alat
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 208
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Kebudayaan dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Masyarakat dapat bertahan hidup karena meng
menghasilkan
hasilkan kebudayaan, kebudayaan itu ada
karena dihasilkan oleh masyarakat. Dan melalui kebudayaanlah segala corak kehidupan
masyarakat dapat diketahui. Kebudayaan perungggu Asia Tenggara bisa dinamakan
kebudayaan Dongson menurut nama tempat penyelidikan pertama
pertama di daerah Tonkin. Disana
ditemukan segala macam alat
alat-alat dari perunggu dan nekara, alat-alat
alat dari besi dan kuburan-
kuburan
kuburan zaman itu.
Sistem kepercayaan prasejarah orang Maybrat, Imian, Sawiat, diperkirakan mulai tumbuh
pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut atau disebut dengan masa
bermukim dan berladang yang terjadi pada zaman Mesolitikum. Mengenai bukti adanya
kepercayaan
cayaan orang Maybrat, Imian, Sawiat, pada zaman Mesolitikum dan beberapa bukti lain
yang turut memperkuat adanya corak kepercayaan mereka pada zaman prasejarah adalah
ditemukannya bekas kaki pada batu prasasti di sungai weremayis kampong Sauf, kbupaten
Maybrat.. Bekas kaki tersebut menggambarkan langkah perjalanan yang akan mengantarkan
roh seseorang ke alam baka. Hal ini berarti pada masa tersebut orang Maybrat, Imian, Sawiat,
sudah mempercayai akan adanya roh. Kepercayaan terhadap roh terus berkembang pada
zaman prasejarah hal ini tampak dari kompleksnya bentuk
bentuk-bentuk
bentuk upacara penghormatan,
penguburan dan pemberian upeti atau sesajen. Kepercayaan terhadap roh inilah dikenal
dengan istilah Aninisme yang disebut dengan wiyon-wofle.. Aninisme berasal dari kata Anima
artinya jiwa atau roh, sedangkan isme artinya paham atau kepercayaan. Di samping adanya
kepercayaan animisme, juga terdapat kepercayaan dinamisme. Dinamisme adalah
kepercayaan terhadap benda-benda
benda benda tertentu yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 209
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, orang Maybrat, Imian, Sawiat, hidup
berkelompok dalam jumlah yang kecil. Tetapi hubungan antar kelompok sudah mulai erat
karena mereka harus bersama-sama
bersama menghadapi kondisi
disi alam yang kejam dan berat,
sehingga sistem kemasyarakatan yang muncul pada masa tersebut sangat sederhana. Tetapi
pada masa bercocok tanam, kehidupan masyarakat yang sudah menetap semakin mengalami
perkembangan dan hal inilah yang mendorong masyarakat untuk membentuk keteraturan
hidup. Dan aturan hidup dapat terlaksana dengan baik karena adanya seorang pemimpin yang
mereka pilih atas dasar musyawarah. Pemilihan pemimpin tentunya tidak dapat dipilih
dengan sembarangan, seseorang yang dipilih sebagai pemimpin
pemimpin adalah seseorang yang
memiliki kemampuan untuk melakukan hubungan dengan roh-roh
roh roh atau arwah nenek moyang
demi keselamatan desa setempat, serta keahlian
keahlian-keahlian
keahlian yang lebih. Selanjutnya sistem
kemasyarakatan terus mengalami perkembangan khususnya pada masa perundagian. Karena
pada masa ini kehidupan masyarakat lebih kompleks. Masyarakat terbagi-bagi
terbagi menjadi
kelompok-kelompok
kelompok sesuai dengan bidang keahliannya. Masing-masing
Masing masing kelompok memiliki
aturan-aturan
aturan sendiri, dan di samping adanya aturan yang umum yang
y menjamin
keharmonisan hubungan masing-masing
masing masing kelompok. Aturan yang umum dibuat atas dasar
kesepakatan bersama atau musyawarah dalam kehidupan yang demokratis. Dengan demikian
sistem kemasyarakatan pada masa prasejarah di Indonesia telah dilandasi dengan
denga
musyawarah dan gotong royong.
Sistem pertanian yang dikenal oleh orang Maybrat, Imian, Sawat, prasejarah pada
awalnya adalah perladangan, yang hanya mengandalkan pada humus, sehingga bentuk
pertanian ini wujudnya berpindah tempat sesuai dengan tingkat kesuburan tanah. Apabila
mereka menilai
nilai tanah sudah tidak lagi subur atau tidak ada humus, maka mereka akan
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 210
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
berpindah atau mencari tempat yang dianggap subur atau dapat di tanami tanam
tanam-tanaman.
Selanjutnya mereka mulai mengembangkan sistem mencari makanan dan menyimpannya
(food and carering),
), sehingga tidak lagi berpindah
berpindah-pindah
pindah dengan cepat, dan berusaha
mengatasi pola makanannya dengan baik. Sistem ini dikenal oleh orang Maybrat, Imian,
Sawiat, prasejarah pada masa neolithikum, karena pada masa tersebut kehidupan mereka
sudah menetap dan teratur. Pada masa perundagian sistem pertanian mengalami
perkembangan mengingat adanya spesialisasi atau pembagian tugas antara laki-laki
laki dan
perempuan, Sehingga orang Maybrat, Imian, Sawiat, saman prasejarah semakin mahir dalam
persaudaraan.
Perkembangan kondisi sosial ekonomi orang Maybrat, Imian, Sawiat, masa Prasejarah
sebenarnya mulai terlihat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut
atau zaman Mesolitik. Pada masa ini orang Maybrat, Imian, Sawiat mulai menyadari
pentingnya pola kehidupan menetap pada suatu tempat. Hal ini disebabkan adanya kemajuan
dan perkembangan pengetahuan orang Maybrat, Imian, Sawiat, pada masa itu dalam
berusaha mengolah alam lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Pada kehidupan
menetap ini kemudian memunculkan bentuk-bentuk
bentuk bentuk rumah yang sangat sederhana sebagai
tempat tinggal, tempat berlindung terhadap iklim dan cuaca, serta terhadap gangguan
binatang buas. Berdasarkan peneli
penelitian kami tentang
tang rumah hunian pertama orang Maybrat,
Imian, Sawiat, bisa diperkirakan bahwa bentuk rumah tinggal
ting awal sekali adalah berukuran
kecil, berbentuk segi panjang dan kebulat
kebulat-bulatan mengikuti saran burun dengan atap yang
dibuat dari daun-daunan.
daunan. Bentuk rumah semacam ini merupakan bentuk awal rumah wilayah
Maybrat, Imian Sawiat, dan sampai saat ini masih dijumpai di daerah
daerah--daerah perkampungan
terpencil di kebun. Berawal dari adanya kelompok
kelompok-kelompok
kelompok masyarakat dalam suatu daerah
tertentu, dan mengalami perubahan
perubahan yang mengarah kepada sistem komunual.
komun Di samping itu
teknologi pembuatan perkakas juga semakin maju. Hal ini terbukti dengan mulai
ditemukannya alat-alat
alat batu yang diasah secara halus, yaitu yang dikenal dengan beliung
persegi. Kemajuan pada aspek tekno
teknologi
logi ini selanjutnya memunculkan adanya stratifikasi
sosial tertentu dalam komunitas
komunit mereka. misalnya muncul golongan--golongan yang pandai
dalam membuat beliung persegi, mulai dari pembuatan bentuk dasar (plank) hingga menjadi
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 211
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Dalam kehidupan perkampungan ini mata pencaharian pokok orang Maybrat, Imian,
Sawiat, adalah pertanian yang mulai
mulai dilakukan secara lebih teratur dan maju, yaitu dengan
sistem tebas bakar. Hal ini juga didukung dengan semakin majunya sistem teknologi cetak
peralatan dari logam (khususnya perunggu) untuk keperluan mengolah kebun. Usaha
Usaha-usaha
domestikasi hewanpun sem
semakin
akin memperlihatkan kemajuannya. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya temuan-temuan
temuan tulang-tulang
tulang tulang hewan seperti anjing, dan beberapa jenis unggas
pemukiman. Kemungkinan dilakukan untuk persediaan bahan makanan hewani, meskipun
kegiatan perburuan masih dilakukan
dilakukan walau dengan jumlah yang lebih berkurang.
Salah satu benda perunggu yang memiliki nilai estetika dan ekonomis sangat tinggi, dan
ditemukan hampir di seluruh wilayah Asia Tenggara adalah nekara. Nekara tersebut
merupakan hasil kebudayaan Dongson di Vietnam
Vietnam Utara yang kemudian menyebar hampir
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 212
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
seluruh wilayah Asia Tenggara hingga kewilayah Maybrat, Imian, Sawiat Papua.
Papua Hal ini
sekali lagi telah membuktikan adanya hubungan secara sosial
sosial-ekonomis
ekonomis antara wilayah
Maybrat, Imian, Sawiat, melalui kesultanan Ter
Ternate-Tidore
Tidore dengan wilayah Asia Tenggara
lainnya cukup lancar pada zaman itu.
itu
Kegiatan ekonomis dalam bentuk perdagangan didorong oleh adanya temuan alat-alat
alat
transportasi air, yaitu perahu sampan. Bentuk-bentuk
bentuk perdagangan pada umumnya dilakukan
dengan sistem
stem tukar barang dengan barang. Kelangsungan hubungan perdagangan yang
secara terus menerus dan cenderung semakin kompleks tersebut pada akhirnya memunculkan
apa yang disebut dengan pasar dalam cakupan arti yang sederhana.
Seni ukir yang diterapkan oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat, pada benda
benda-benda masa
megalitikum dan seni hias pada benda
benda-benda
benda perunggu menggunakan pola-pola
pola geometrik
sebagai pola hias utama. Hal ini terlihat dari temuan pada ukiran cangkir minuman (hawereh)
(hawere
di kampung Sauf yang menggambarkan bintang, perahu dan melukis unsur-unsur
unsur dalam
kehidupan yang dianggap penting.
Pahatan-pahatan
pahatan pada kayu untuk menggambarkan orang atau binatang menghasilkan
bentuk yang bergaya dinamis dan memperlihatkan gerak. Terdapat pula kecenderungan
untuk melukiskan hal-hal
hal yang bersifat simbolis dan abstrak-stelistis,
abstrak stelistis, seperti yang tampak
pada gambar-gambar
gambar manusia yang diukir sebagai bulu burung bermata lingkaran
lin pada hulu
kampak, seloki minuman (hawereh), dan bambu yang dipakai sebagai minuman (tbil).
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 213
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Berbagai benda diciptakan guna keperluan religius.pola mata kalung yang dipakai dan
pada beberapa jenis heger berfungsi magis sebagai penolak bahaya. Yang sangat
san menonjol
pada masa perundagian ini adalah segi kepercayaan kepada pengaruh arwah (roh) nenek
moyang terhadap perjalanan hidup manusia dan masyarakatnya. Dengan demikian pula
kepada orang-orang
orang yang meninggal diberikan penghormatan dan persajian selengkap
selengk
mungkin dengan maksud mengantar arwah dengan sebaik-baiknya
sebaik baiknya ketempat tujuanya, yaitu
dunia arwah.
9. Kemajuan Teknologi
Pada bidang teknologi, di samping berusaha menciptakan perkakas untuk keperluan sehari
sehari-
hari, kemudian mengalami kemajuan dengan mulai diciptakannya benda-
benda-benda yang tidak saja
bernilai profan tetapi yang bernilai estetika
est dan ekonomis. Pada teknologi
ogi pembuatan tastangan
misalnya, ternyata di samping membuat untuk keperluan sehari-hari,
sehari hari, mulai dilakukan juga
pembuatan tastangan yang bernilai seni dan ekonomis. Hal ini dapat dilihat bahwa selain
membuat benda-benda
benda berupa cawan, seloki, juga mulai dib
dibuat bentuk-bentuk
bentuk tastangan dengan
aneka motif hiasan. Keragaman bentuk dan motif hias cawan oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat,
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 214
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Dalam masa perundagian ini, teknologi berkembang dengan pesat. Di pihak lain, terjadi
peningkatan usaha perdaganganyang mengalami kemajuan. Teknologi pelayaran juga
menentukan perkembangan teknologi secara umum. Hal tersebut
tersebut berpengaruh pula pada sistem
sosial yang telah mengklasifikasikan dari dalam segmen
segmen-segmen sosial--ekonomi karena pola-
polanya telah terbentuk.
Pada masa ini merupakan awal dari kemajuan, karena di zaman perundagian ini sudah
mulai menganal teknik peleburan,
eburan, percampuran, penempaan dan pencetakan jenis-jenis
jenis logam
seperti tembaga, perunggu dan besi.
Penggunaan logam tidak seketika menyeluruh di Indonesia, tetapi berjalan setahap demi
setahap. Sedangkan beliung dan kampak batu masih digunakan. Benda-
Benda-benda perunggu yang
ditemukan di Indonesia menunjukan persamaan dengan temuan-temuan
temuan temuan di Deng Son (Vietnam)
diperkirakan adanya hubungan budaya.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 215
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Jenis benda perunggu yang dikenal di Indonesia ialah nekara, kapak, bejana, boneka
atau patung, perhiasan dan senjata. Namaun yang menarikperhatian adalah nekara. Benda-
Benda
benda lain sebenarnya telah mendapatkan perhatian sejak abad ke-19,
ke misalnya kapak
corong,
ng, cincin, mata tombak, kapak upacara (candrasa).
b. Kapak Perunggu
Van Heekeren mengklasifikasikan menjadi kapak corong, kapak upacara dan kalak
tembilang (tajak).. Soejono membagi kapak perunggu menjadi
menjadi delapan yaitu :
1. Tipe I (tipe umum). Bentuknya lebar dengan panjang yang lonjong, garis puncak
(pangka), tangkainya cekung dan bagian tajam cembung.
2. Tipe II (tipe ekor burung seriti). Bentuk tangkai dengan ujung yang membelah seperti
ekor burung
ng seriti, ujung tajam cembung, belahan pada ujung ada yang dalam dan ada
yang dangkal.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 216
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
3. Tipe III (tipe pahat). Bentuk tangkai menyempit dan lurus ada yang pendek dan lebar.
Bentuk tajam cembung dan lurus, kapak terbesar berukuran 12,2 x 5,8 x 1,7 cm dan
da
terkecil 5,4 x 3,6 x 1,3 cm.
4. Tipe IV (tipe tembilang). Bentuk tangkai pendek, mata kapak gepeng, bagian bahu lurus
kea rah sisinya. Ukuran terbesar 15,7 x 9,6 x 2 cm dan terkecil 13,4 x 6,5 cm.
6. Tipe V (tipe bulan sabit). Mata kapak berbentuk bulan sabit. Bagian tengah lebar dan
menyempit, tangkai lebar dan bagian tajamnya men
menyempit.
yempit. Jenis terbesar berukuran 16,5
x 15,6 x 3,4 cm dan terkecil 7,2 x 5,2 x 4,5 cm.
7. Tipe VI (tipe jantung). Bentuk tangkai panjang dengan pangkal cekung, bagian bahu
melengkung. Ukuran terbesar 39,7 x 16,2 x 1,5 cm dan terkecil 13 x 7,2 x 0,6 cm.
8. Tipe VII (candrasa). Tangkai pendek dan melebar pada pangkalnya, mata kapak tipis
dengan kedua ujungnya lebar. Kapak ini sangat besar dan pipih yang terbesar 133,7 cm
dan terkecil 37 cm.
9. Tipe VIII (tipe kapak roti). Keseluruhannya gepeng berukuran 90 cm. pangkal tangkai
cakram. Cakram ini dihiasi dengan pola roda atau pusaran (whirl).
Kapak corong ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah dan Selatan,
Pulau Selayar dan di Papua dekat danau Sentani. Tidak semua kapak dipergunakan sebagai
kapak. Yang kecil umpamanya mungkin sebagai tugal, sedangkan yang indah dan candrasa
dipergunakan sebagai tanda kebesaran dan alat upacara saja. Di Bandung ditemukan cetakan-
cetakan
cetakan dari tanah baker untuk menuangkan kapak corong.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 217
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
c. Perhiasan
Orang Maybrat,, Imian, Sawiat,
Biasanya membuat
buat perhiasan yang
mana berupa gelang, cincin, kalung
dan hiasan lainnya. Gelang yang
berhias pada umumnya besar dan
tebal. Pola hias pada gelang-gelang
gelang
berupa pola tumpal, garis tangga,
mata burung dan duri ikan. Lihat
contoh bebrapa gambar disamping:
Gambar:
Pola aliran ukiran pada hiasan orang Maybrat, Imian Sawiat
Jenis-jenis
jenis benda besi dapat digolongkan sebagai alat keperluan sehari-hari
sehari dan senjata.
Benda-benda
benda besi yang banyak ditemukan di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, berupa :
- Mata kapak atau sejenis beliung yang diikat secara melintang pada tangkai kayu
- Alat bermata panjang dan gepeng dan mungkin digunakan untuk merapatkan benang
benang-banang
kain tenun
- Mata pisau
- Parang
- Mata tombak
Dalam masa bercocok tanam, orang Maybrat, Imian, Sawiat sudah mulai bertempat
tinggal secara menetap dan berkelompok. Berbagai upaya dilakukan oleh mereka untuk menuju
penyempurnaan, misalnya dalam bidang pertanian, peternakan, pembuatan alat-alat
alat kebutuhan
dan lain-lain.
Hal-hal
hal barupun telah ditemukan diantaranya pembuatan alat-alat
alat alat dari biji besi. Sejalan
dengan kemajuan yang dicapai, sehingga taraf penghidupannya dan tata-susunan
tata susunan orang Maybrat,
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 218
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Imian, Sawiat, menjadi makin kompleks. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, mulai hidup secara
teratur, sehingga muncul golongan undagi (golongan orang-orang
orang orang terampil).
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 220
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
g. Safety needs atau security needs, adalah jenjang kebutuhan yang kedua berisi kebutuhan
– kebutuhan yang berkaitan dengan keamanan, agar dirinya merasa aman dan terlindung
dari setiap gangguan.
h. Social needs, atau belonginess needs, adalah jenjang kebutuhan yang ketiga yang berisi
kebutuhan – kebutuhan orang
orang Maybrat, Imian, Sawiat, berkaitan dengan kedudukannya
sebagai anggota masyarakat, sebagai makhluk sosial yang akan berinteraksi – interelasi
dan berinapendensi dengan anggota masyarakat lainnya.
i. Esteem needs atau ego needs, adalah jenjang kebutuhan yang keempat yang berisikan
kebutuhan – kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, akan penghargaan yang
didasarkan pada keinginan untuk mendapat kekuasaan (power
(power needs).
needs Pada dasarnya
ingin dihargai dan keinginan inilah yang menghasilkan kebutuhan orang Maybrat, Imian,
Sawiat, akan penghargaan tersebut yang disebut dengan “Bobot”.
“
j. Self actualization needs atau self Fulfillment needs, jenjang kebutuhan ini berisikan
kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, sehingga menreka dapat mengembangkan
bakat dan kemampuannya dengan sepenuhnya. Kebutuhan ini merupakan ciri hakiki
manusia umumnya.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat mempunyai peranan penting dalam
pemenuhan kebutuhan – kebutuhan mereka, oleh karena itu arsitektur Tradisional Suku Maybrat
Imian Sawiat
at bukan hanya menyngkut masalah fungsionalitas saja, bukan hanya diperuntukan
sebagai wadah kegiatan mereka belaka, dan tidak hanya sebagai sarana pemenuhan kebutuhan
fisiologik. Perwujudan arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat tidak hanya
berlandaskan
andaskan pada asas fungsionalitas atau kegunaan saja, walaupun asas ini cukup dominan,
akan tetapi tidak akan menjadi asas satu – satunya ataupun penentuan didalam perwujudan hasil
– hasil karya arsitektur.
Perwujudan Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Im
Imian
ian Sawiat tidak hanya menyangkut
aspek – aspek fungional saja, melainkan menyangkut seluruh aspek kebutuhan didalam
kebutuhan Manusia Maybrat Imian Sawiat. Perwujudan arsitektur yang mengandung nilai – nilai
manusiawi.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat merupakan manifestasi dari nilai –nilai
budaya, yang mana ditentukan oleh lima masalah didalam kehidupan mereka yaitu : hakekat
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 221
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
hidup, hakekat karya, persepsi mereka tentang waktu, pandangan mereka tentang alam
a dan
hakekat mereka dengan sesamannya.
Kelima masalah dasar ini banyak berkaitan dengan lingkungan, baik lingkungan alami
maupun lingkungan fisik mereka yang mana terbangun dengan lingkungan sosial. Dua masalah
yang berkaitan dengan masalah lingkungan mereka
mereka yaitu pandangan mereka tentang alam, dan
hakekat mereka dengan sesamanya. Kedua masalah ini akan menentukan orientasi nilai budaya
mereka terhadap alam dan sesama mereka, yang kemudian direfleksikan kedalam wujud
arsitekturalnya.
Berkaitan dengan sikap
ap dan orientasi Suku Maybrat Imian Sawiat terhadap alamnya, mereka
telah mengalami peradaban dalam kebudayaan mereka yaitu :
• Pancosmism, merupakan fase dimana Suku Maybrat Imian Sawiat tunduk kepada Alam
dan Merasa mereka adalah bagian dari alam. Hal ini merupakan kecenderungan
kehidupan mula – mula nenek moyang mereka yang mana tidak mampu dalam mencipta
segala sesuatu bagi mereka, termasuk membangun suatu tempat tinggal (rumah) bagi
mereka. Hal ini cenderung mendorong nenek moyang mereka menjadi bersikap
bersika pasrah
terhadap kondisi alam.
• Anthropocentries, merupakan fase dimana Suku Maybrat Imian Sawiat dengan
kemampuannya menguasai alam dan merasa berkuasa atas alam sekitar mereka.
Eksploitasi alam ini mendorong terjadinya kerusakan – kerusakan lingkungan aalam
disekitar permukiman mereka.
• Holism, merupakan tahapan atau fase dimana Suku Maybrat Imian Sawiat mampu
menyelaraskan kehidupan dan aktifitasnya dengan alam sekitar. Dalam mendaya gunakan
lingkungan alamny, Suku Maybrat Imian Sawiat juga mampu memperhatikan daya
dukung akan alam sekitar mereka sehingga kelangsungan aktifitas mereka tetap
berlangsung.
Pandangan – pandangan Suku Maybrat Imian Sawiat terhadap situasi dan alamnya memiliki
pengaruh yang sangat besar bagi wujud Arsitektural mereka. Ke
Ketergantungan
tergantungan Suku Maybrat
Imian Sawiat terhadap situasi dan alam termanifestasi kedalam wujud arsitekturnya yang sangat
tergantung pada karakter – karakter alam dan situasi lingkungan sekitar. Hasil karya Arsitektur
Tradisional mereka cenderung mengandung makna ketakutan mereka akan alam dan kehidupan
mereka dan terhadap alamnya yang berkaitan dengan masalah – masalah mistis ataupun kekuatan
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 222
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
– kekuatan ghaib dan kekuatan musuh yang berada diluar diri mereka. Keinginan mereka untuk
menguasai alam membuat mereka
reka cenderung berupaya untuk mengeksploitasi alam sekitar. Hasil
– hasil karya Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat menjadi sangat jauh dari
lingkungannya lepas dari lingkungan alamiahnya. Keselarasan dengan alam, Suku Maybrat
Imian Sawiat cenderung
derung mencari pertautan dengan lingkungan mereka. Kekuatan – kekuatan
lingkungan dan alam sekitar tidak lagi dikaitkan dengan kekuatan Theologi moderen atau yang
dikenal pada wilayah mereka adalah theology kristiani. Alam merupakan faktor – faktor yang
dipertimbangkan bagi usaha – usaha mereka.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 223
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
b) Istilah Kekerabatan
ekerabatan dan Hubungan Kekerabatan – Mafoh
Orang Maybrat, Imian,
an, Sawiat sangat peduli dan memegang erat kaum kerabatnya
(mafoh) yang telah lama saling kenal walaupun berbeda marga/karet/fam. Selain itu, mereka
juga sangat peduli dan memegang erat kekerabatan berdasarkan perkawinan antara keturunan
perketurunan dan silsilah
ilsilah sampai kakek
kakek-nenek
nenek dan lebih dari dua angkatan di atasnya dan
lebih dari dua derajat ke samping. Untuk silsilah tersebut, bagi orang Maybrat, Imian,
Ssawiat selalu mengenal semua kekerabatan orang tua sebelumnya dan silsilah keturunan
perorang tua akan tetapi setelah pada tahun 1980an garis keturunan ini semakin berkurang
untuk dipertahankan karena pengaruh perkawinan silang atau perkawinan keluar. Sehingga
mereka sudah tidak lagi mengena semua kaum kerabatnya yang seangkatan dengan kakek
kakek-
nenek mereka.
Istilah-istilahnya adalah :
a. Kerabat dari kakek-nenek
kakek → Tatat ana mafoh
b. Kerabat dari ibu → Tme mafoh
c. Kerabat dari ayah → Taja yafoh
d. Kerabat dari kita → Anu b’foh
Sedangkan istilah dalam silsilah keturunan adalah :
A. Ayahnya kakek-nenek
nenek → Hohos
B. Kakek-nenek → Tatat sme – tatat ano
C. Saudara dari ayahnya kakek-nenek
kakek → Hohos mao – hohos mano – hohos mamu –
hohos mati – hohos matat – hohos anya
D. Saudaranya kakek--nenek → Tatat mao – Tatat mano –Tatat
Tatat matat – Tatat mati –
Tatat m’hohos-Tatat Mati-Tatat
Tatat Mamu-Tatat m’tmo.
E. Ayah-ibu → Taja – tme
F. Saudaranya ayah → Tati – taja yabi – taja yaku – taja tmo –taja yamu.
G. Saudara dari Ibu → Tme mabi – tme magu – tamu
Istilah-istilah
istilah dalam bahasa Maybrat, Imian, Sawiat selalu dipakai dan bagi orang
Maybrat, Imian, Sawiat
wiat istilah kekerabatan ini sangat penting.
Ciri-ciri
ciri khas dari sistem peristilahan orang Maybrat, Imian, Sawiat adalah sifatnya
yang klasifikatoris, penekanan terhadap prinsip generasi dan langkahnya istilah-istilah
istilah
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 224
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
yang jelas. Maka adanya suatu istilah yang khusus bagi saudara/saudari se-marga/famili
se
yang sangat mencolok dan lebih akrab.
2. Maskawin – Boyi
Maskawin (Boyi) yang mempunyai nilai kekayaan yang sangat besar, sangat penting
dalam hubungan kekerabatan orang Maybrat, Imian, Sawiat untuk mengumpulkan
mengumpulka unsur-
unsur maskawin (Boyi) biasanya diperlukan waktu yang sangat lama. Menurut adat istiadat
orang Maybrat, Imian, Sawiat, maskawin terdiri dari: Kain timur (Boo) barang-barang persen
(bain) kain timur (Boo) yang dipakai sebagai alat pertukaran resmi orang
or Maybrat, Imian,
Sawiat, memiliki beberapa bobot nilai, untuk wan safe, merupakan kain berkelas satu dengan
bobot nilai bila di uangkan mencapai ratusan juta rupiah. Hal ini demikian karena menurut
mitologi orang Maybrat, Imian, Sawit. Menurut orang Maybrat,
Maybrat, Imian, Sawiat, wan safe
bukanlah benda biasa yang diperoleh melalui produksi manusia, namun diperoleh dari
pemberian alam (Tagio) “Bokek”,
“ , termasuk kain yang berkelas satu namun memiliki nilai
bobot di bawah ratusan juta, Bokek juga merupakan kain pusaka
saka dan pemberian alam. Sarim
merupakan kain berkelas sa
satu namun memiliki bobot dibawa Bokek dan Waan harganya bisa
mencapai puluhan juta dan yang lainnya adalah kasuban, Han, Bainoke, Boirim, Serenta,
harga-harga masing-masing
masing Boo tersebut tercatat pada 1999, dan bukan merupakan harga
resmi. Seorang biasanya bersama-sama
bersama sama keluarganya menghimpun keluarga-keluarga
keluarga mereka
sesuai dengan garis kekerabatan dan silsilah keturunan untuk bersatu membayar maskawin,
dan hal ini terjadi secra terus
erus-menerus
menerus antara kekerabatan yang satu dengan kekerabatan yang
lain dengan kompak. Karena kebersamaan, kekompakan dalam membayar maskawin inilah
yang membuat waktu penyelesaian lazim ditunda beberapa bulan bahkan sampai lebih dari
setahun. Sementara itu ayah pengantin pria, dibantu para kerabatnya dari pihak ibunya,
neneknya, iparnya, tantenya dan terutama saudara-saudara
saudara saudara kandung pria yang lebih berupaya
mengumpulkan maskawin itu. Paling sedikit satu unsur barang seperti kain Waan dan kain
Bokek diupayakan
an untuk melengkapi maskawin itu, karena hal itu makin menaikkan gengsi
kaum pengantin laki-laki.
Penyerahan maskawin dilakukan dengan suatu upacara di kompleks/koot kerabat
pengantin pria. Maksud utama dari upacara ini adalah untuk memperlihatkan benda-benda
benda
yang diserahkan kepada keluarga pengantin perempuan dan tamu yang diundang.
Selanjutnya di sertai dengan pesta-pesta.
pesta pesta. Pesta yang berlangsung sesudah upacara
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 225
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
lihat Disertasi Mansoben, Leden University 1982, tentang sistem kepemimpinan tradisional dan sistem
perkawinan orang Maybrat, Imian, Sawiat. Lihat juga tulisan ‘Hamah Sagrim’ sistem sosial budaya suku
Maybrat, Imian, Sawiat, Papua................................
Papua..........................
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 226
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
jikalau Fitnahan dan caci maki itu mengakibatkan korban jiwa, maka persoalannya
semakin parah dan dendanya bisa mencapai miliaran rupiah. Seperti halnya pembunuhan, dan
inijuga bisa mengakibatkan korban nyawa ganti nyawa. B
Besar
esar beban yang dibebani akan
mencapai miliaran rupiah. Untuk kasus pemerkosaan, biaya yang dibebani ± Rp. 100.000.000,-
100.000.000,
seratus juta ke bawah.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 227
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
meninggalkan ladang tersebut. Mereka lalu membuka sebuah ladang baru, sehingga dalam
waktu satu tahun saja mereka seringkali harus berpindah tempat 2 – 3 kali. Oleh karena itu,
rumah
mah orang Maibrat (secefra – halit) sangat sederhana dan mudah dibongkar untuk
dipindahkan ke lokasi yang baru. Kadang-kdang
Kadang kdang mereka membangun rumah ladang di atas
sebuah beranda yang mereka biat diatas pohon dan ada yang langsung dari bawah tanah
(halit) untuk
ntuk mengawasi binatang
binatang-binatang
binatang perusak kebun atau melindungi diri dari
gangguan akan sekitar serta serangan musuh.
Di samping rumah sederhana di ladang, orang Maybrat, Imian, Sawiat juga memiliki
rumah tetap di desa induk. Setiap kali mereka kembali ke desa
desa induk setelah selesai musim
panen, untuk melaksanakan berbagai macam upacra dan pesta yang berkenaan dengan daur
hidup, seperti misalnya pesta perkawinan, bersama warga-warga
warga warga keluarga patrilineal mereka
yang lain. Rumah di desa induk yang juga mereka ssebut samu yang mana lebih besar dari
pada rumah di ladang halit,
halit, dibangun lebih kokoh dan diatas tiang-tiang,
tiang dengan bahan
bangunan yang lebih kuat.
Pesta-pesta
pesta dan upacara-upacara
upacara upacara adat yang keramat, yang dilaksanakan dalam rangka
solidaritas klen, seperti misalnya upacara inisiasi (m’ber wiyon) dan dulu pertemuan untuk
merencanakan serangan pengayauan (mhoh bioh).. Di waktu yang lampau, pertemuan
semacam ini diselenggarakan dalam balai pertemuan umum (samu siret) yang
dianggapkeramat. Namun menjelang zaman perang pasifik, ketika pemerintah Hindia-
Hindia
Belanda berusaha memantapkan administrasi pemerintahannya di daerah Maybrat, Imian,
Sawiat bersama dengan upaya penyiaran Agama Kristen, banyak upacara adat terutama yang
berkaitan dengan cara membongkar dan membakar
membaka balai (samu siret) dan klwiyon-bol watle
yang nama digantikan dengan balai desa atau gereja, yang dibangun sesuai dengan contoh
yang diberikan oleh pemerintah Hindia-Belanda.
Hindia
Orang Karon juga tetap mengalami perubahan sosial yang sama, walaupun
perkampungan
gan tempat tinggal mereka kecil
kecil-kecil
kecil dan saling berjauhan letaknya ditengah atau
dekat ladang mereka masing
masing-masing,
masing, lebih mantap sifatnya, dan tidak hanya merka gunakan
untuk berkemas saja, kecuali itu upaya untuk menggabungkan perkampungan kecil menjadi
desa yang lebih besar, dan mantap guna memudahkan urusan administrasi, sudah dimulai
sebelum hal yang sama dilakukan oleh pemerintah Hindia-Belanda,
Hindia Belanda, dikalangan orang
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 228
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Maybrat, Imian, Sawiat upaya yang kemudian dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia,
berhasill membentuk 7 desa pada tahun 1969.
Adat pertukaran kain timur ini juga menonjol dalam pesta dan upacara perkawinan,
perlu suatu uraian mengenai adat
adat-istiadat
istiadat perkawinan dan sistem kekerabatan orang maybrat,
Imian, Swiat dan Karon yang melatar belakangi ad
adat-adat itu.
Dalam sistem kekerabatan orang Maybrat, Imian, Sawiat, keluarga Karon seperti
pada banyak masyarakat manusia di dunia, keluarga inti juga merupakan kesatuan
kekerabatan yang paling dasar. Namun walaupun pola perkampungan orang Maybrat, Imian,
Sawiat dan karon tidak kompak pada tahun 1950an, tetapi keluarga inti orang Maybrat,
Imian, Sawiat dan Karon tidak lepas dari jaringan. Kekerabatan yang lebih luas, yang
mengikat para anggotanya, melalui hubungan keturunan yang mengacu ke para warga pria
(patrilineal).
patrilineal). Istilah antorpologi sosial untuk kesatuan sosial semacam itu adalah “klen
patrilineal”. Dalam bahasa Maybrat, istilah asli bagi kesatuan sosial semacam itu sudah tidak
dikenal lagi, tetapi diganti dengan istilah perkenalan fam/marga yang berasal
bera dari Maluku,
yang masuk kedaerah kepala burung bersama
bersama-sama
sama dengan para penginjil yang menyebarkan
Agama Kristen.
Dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat dan Karon, sistem perkawinan didasarkan
pada exogami klen kecil patrilineal ((ra kinyah dalam bahasa Maybrat
aybrat atau rae sawan dalam
bahasa Karon). Karena dalam kedua masyarakat itu merupakan klen-klen
klen kecil
mengelompok menjadi satu dalam desa, maka exogami klen kecil dapat diartikan sebagai
exogami, kalau seorang pria Maybrat, Imian, Sawiat atau Karon kaw
kawin dengan gadis dari
klen kecil yang tinggal mengelompok di desa lain, tetapi dianggap endogami apabila ia
kawin dengan garis dari klen kecil lain tetapi tetap tinggal mengelompok didesa yang sama.
Perkawinan dalam kedua masyarakat itu masih banyak diatur dan ditentukan oleh
orang tua dan keluarga kedua belah pihak, terutama dalam penentuan maskawin. Hal itu
bahkan juga masih terjadi hingga sekarang ini, yang tampaknya merupakan suatu pandangan
dinamikal orang Maybrat, Imian, Sawiat dan Karon karena orang tua atau keluarga yang
dituakan adalah mereka yang lebih dahulu dan lebih banyak berpengalaman salah satu akibat
dari perkawinan yang diatur orang tua, peristiwa kawin lari (betak finya),
finya) bila dibandingkan
dengan orangg Maybrat, Imian, Sawiat, yang umumnya masih menerima penentuan jodoh
antar seorang pemuda dan pemudi serta yang dijodohkan oleh orang tua.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 229
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 230
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
mengelompok menjadi satu dalam desa, maka exogami klen kecil dapat diartikan sebagai
exogami desa, tetapi dapat pula endogami desa. Dianggap sebagai exogami kalau seorang
pria Maybrat, Imian, Sawiat kawin dengan gadis dari klen kecil lain yyang tinggal
mengelompk di desa lain, tetapi dianggap endogami apabila ia kawin dengan garis dari klen
kecil lain tetapi tinggal mengelompok di desa yang sama.
Dalam sistem kekerabatan orang Maybrat, Imian, Sawiat seperti banyak masyarakat
di dunia, keluargaa inti merupakan kesatuan kekerabatan yang paling mendasar (margais).
Walaupun keberadaan keluarga inti (margais) yang berbeda
berbeda-beda
beda dan tersebar di mana-mana
mana
tetapi tetap memegang kekompakan ini. Misalnya saja seorang yang bermarga Sagrim
tinggal di Sauf, bertemu dengan klen satu marga Sagrim di Jayapura, atau di Jawa, atau di
Amerika ataupun di negara mana saja, maka keutuhan klen Sagrim akan di eratkan walau
sudah berjauhan dari asal desa mereka. Pola perkampungan orang Maybrat, Imian, Sawiat
pada tahun 1940
940 belum padat, namun kelaurga inti orang Maybrat, Imian, Sawiat tidak
melepaskan jaringan kekerabatan mereka dan hingga sekarang ini, jaringan kekerabatan
tersebut menjadi luas, dan mengikat pada anggotanya melalui hubungan keturunan yang
mengacu ke margaa pria (patrilineal). Istilah antorpologi – sosial utnuk kesatuan sosial
semacam itu adalah “klen patrilineal”. Dalam bahasa Maybrat, Imian, Sawiat istilah asli
kesatuan sosial semacam itu adalah “keret”,, yang kemudian berkembang menjadi “fam”
dan selanjutnya “marga”.
Sistem perkawinan dalam kedua mempelai dalam masyarakat Maybrat, Imian,
Sawiat itu masih banyak diatur dan ditentuakan oleh orang tua dan keluarga kedua belah
pihak (raa mabi).. Hal itu bahkan sampai sekarang kadang masih tetap dipertahankan oleh
ol
beberapa orang tanpa melibatkan satu keret tetap tergantung pada keluarga inti tertentu dan
juga masih tampak sekarang ini hal itu terjadi pad orang Maybrat, Imian, Sawiat hingga
sekarang, yang tampaknya mempunyai pandangan yang lebih dinamikal karena mereka
m
sudah lebih dahulu dan lebih banyak memiliki pengalaman.
Adat pada orang Maybrat, Imian, Sawiat adalah bahwa sesudah menikah istri turut
tinggal di desa kaum kerabat suaminya. Adat yang pada dasarnya virilokal ini tak jarang
digantikan menjadi uxorilokal
uxorilokal (suami tinggal di desa kaum kerabat isterinya) apabila si istri
berasal dari desa yang sama, maka untuk melaksanakan adat virilokal tidak ada persoalan,
tetapi apabila ia berasal dari desa lain, maka adat virilokal mengalami persoalan karena
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 231
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
tinggalnyaa berjauhan. Adat uxorilokal seringkali merupakan akibat dari takmampunya kaum
kerabat pria untuk mengumpulkan harta maskawin (Boyi) pada sebutan orang maybrat, yang
tidak hanya terdiri dari barang yang bernilai tinggi tetapi yang juga langka dan sulit
diperoleh.
eroleh. Selain itu si suami wajib pula bekerja untuk keluarga isterinya, seperti membantu
bercocok tanam di ladang, atau melakukan hal-hal
hal dalam bidang-bidang
bidang lain bagi keluarga
iterinya yang sesuai dengan kemampuannya.
Apabila suatu perkawinan di setujui oleh kerabat pria dan kerabat wanita, maka
pihak kearbat pria harus membayar maskawin (Mayi Boyi).. Dulu inti dari maskawin adalah
benda-benda
benda tradisional yang terbuat dari kain (boo) akan tetapi sekarang sistem
pembayarannya dengan menggunakan kain timur (boo) sebagai benda pusaka dan uang
(pitis). Namun karena benda-benda
benda benda pusaka itu sekarang sudah sukar di dapat, sehingga
nilainya menjadi sangat tinggi. Disamping benda
benda-benda
benda tradisional itu, maskawin juga
terdiri dari uang. Uang yang dibayarkan seringkali di beri dalam jumlah banyak.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 232
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
mengusahakan barang-barang
barang bernilai seperti makanan, babi, minuman enao (saguer)
sebagai persen (mbar) kepada keluarga mempelai laki-laki
laki laki atas porsen terhadap pembayaran
pembaya
maskawin. Kalau pemberian mereka tidak seimbang merekapun akan mendapat malu besar.
Pertukaran kain timur bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat memang mengandung unsur
martabat dan gengsi, walaupun disamping itu adat pertukaran kain timur juga memperdalam
rasa solidaritas antara pihak-pihak
pihak yang bersangkutan.
Kegagalan untuk membayar maskawin, seperti yang telah dijanjikan tidak hanya
menimbulkan rasa malu yang mendalam pada pihak keluarga mempelai pria tetapi mereka
juga akan memberikan anak yang kelak lah
lahir
ir dari perkawinan itu kepada keluarga mempelai
wanita untuk diadopsi, kalau pasangan itu tidak mempunyai anak, maka si suami harus
bekerja untuk keluarga isterinya sampai hutangnya lunas.
Di samping itu, pada pesta perkawinan diundang juga warga klen-klen
klen lain yang
biasanya datang ke pesta yang merupakan kesempatan untuk memamerkan kain timur (matir
boo) dan saling menukarkannya. Pihak
Pihak-pihak
pihak yang kalah tidak jarang menderita hutang
besar dan kalau ia tidak membayarnya, ia wajib bekerja sebagai budak pada pihak
p yang
menang.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 233
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 234
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
pemerintahan Hindia – Belanda) mengenal uang. Banyak hal, seperti berbagai peralatan masa
kini, makanan dan minuman dalam kaleng, dan tembakau, telah merka beli dengan uang.
Namun daging yang mereka beli dari produk (jadi tidak di toko atau kedai) seringkali
se
masing-masing
masing dibayar denagn kain timur, dan upah pun kadang
kadang-kadang
kadang dibayar dengan
uang, walau sebelumnya selalu dibayar upah dengan kain timur – boo.
Dalam pertemuan-pertemuan
pertemuan antar pedagang di pasar, di tempat-tempat
tempat tempat lain di Indonesia,
kita sering
ng melihat kegiatan bermain judi. Di daerah Maybrat, Imian, Sawiat, berjudi dengan
kain timur – boo – sebagai taruhannya, tak jarang menimbulkan akibat-akibat
akibat yang negatif
seperti yang terurai diatas.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 235
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Pada waktu itu, karena mereka berusaha menghapuskan warisan budaya orang Maybrat,
Imian, Sawiat, dengan cara memusnahkan atau membakar semua kain timur
ti – boo- yang
merupakan nilai adat tertinggi bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat. Hal ini merupakan
penjajahan yang memilukan serta sangat mematikan karakter budaya orang lain. Sebenarnya
saat ini orang Maybrat, Imian, Sawiat, harus menuntut kompensasi se
sebagai
bagai ganti rugi kepada
pemerintah Hindia Belanda atas pemusnahan budaya mereka pada waktu itu.
Walaupun dengan ceritera itu, beribu
be lembar kain timur – boo - berhasil disita, dan
kemudian dibakar, masih banyak orang Maybrat, Imian, Sawiat yang masih
menyembunyikannya.
mbunyikannya. Setelah peristiwa itu, selama beberapa waktu, yaitu sampai akhir
pemerintah Hindia – Belanda dalam tahun 1962, aktivitas pertukaran kain timur – boo – yang
mana tidak hanya masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, yang dimusnahkan
dimusnahkan habis, melainkan
juga diseluruh daerah kepala burung seakan-akan
seakan akan semuanya menjadi hilang hampir
ha musnah
seluruhnya, akan tetapi secara terbatas masih ada pada upacara-upacara
upacara upacara tertentu, seperti
perkawinan dan kematian, karena benda
benda-benda
benda itu dianggap sebagai benda-benda
benda keramat
yang mengandung kekuatan sakti yang berfungsi dalam upacara-upacara
upacara upacara keagamaan. Dalam
hubungan itu pemerintah Belanda mengizinkan penggunaan kain timur – boo – yang telah
didaftar dan dicap terlebih dahulu, setelah pihak-pihak
pihak pihak yang bersangkutan mengajukan
mengajuk
permohonan khusus.
Sayangnya setelah pemerintahan di Papua yang sebelumnya Irian Jaya di ambil alih
oleh pemerintah Indonesia, aktivitas
aktivitas-aktivitas
aktivitas sosial budaya penduduk pada umumnya dan
penduduk Maybrat, Imian, Sawiat pada khususnya tidak difahami, dan didorong keinginan
untuk mengeruk untung dengan cara yang mudah, beberapa pedangang yang berasal dari
Makasar, Bugis, dan Jawa mengimpor kain timur – boo – kelas “C” seperti boerim, bain,
kasuban, han dan lain-lain
lain ke daerah Maybrat, Imian, Sawiat yang mereka
mereka jual dengan harga
yang cukup tinggi. Dengan demikian kain timur – boo – mulai beredar lagi di daerah
Maybrat, Imian, Sawait dan beberapa perdagangan kain timur – boo – yang bernilai tinggi.
Sebenarnya upaya pemberantasa peredaran kain timur – boo – bila dipandang dari
ilmu psikologi, merupakan penurunan harkat martabat orang Maybrat, Imian, Sawiat, karena
motivasi orang turut dalam perdagangan dan peredaran kain timur – boo – dalam kebudayaan
penduduk daerah Maybrat, Imian, Sawiat yang merupakan suatu hasrat manusia untuk
menaikkan martabat dan gengsi atau motivasi manusia untuk berspekulasi untuk menjadi
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 236
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
kaya dengan berjudi kain menjadi runtut dengan merujuk pada orang kecil (raa kinyah), yang
mana hal itu terjadi karena seorang bobot adalah orang yang memiliki banyak kain timur
(boo) akan tetapi seorang bobot itu akan menjadi rakyat kecil (raa kinyah) karena sudah tidak
memiliki kain (boo) yang berkelas. Hal semacam ini dapat disamakan dengan istilah
ekonomi dengan meminjamkan istilah kata dalam ilmu ekonomi
ekonomi yang disebut (bangkrut),
yaitu seseorang yang tadinya dianggap kaya dengan harta sebagai tolok ukur atau
barometernya akan dipandang sebagai orang jelata atau orang kecil ketika ia jatuh bangkrut.
Demikian seorang bobot akan menjadi seperti seorang kaya yang bangkrut. Walaupun hingga
kini banyaknya kain timur – boo – tenunan, orang Maybrat, Imian, Sawiat menganggapnya
sebagai bahan yang nilainya kecil (bo ro tna sei),, dan mereka lebih menerima kain timur –
boo – yang semenjak dulu sudah di pakai yait
yaituu dengan pengertian mereka bahwa kain timur
–boo- yang umurnya tua mempunyai nilai lebih tinggi ketimbang yang berumur muda,
karena untuk boo yang walaupun sudah berabat tahun, tetapi umurnya itulah yang
memberikan suatu nilai tertinggi dan semakin menjadi tolok ukur utama nilainya. Berikut
lihat gambar jenis kain timur:
Gambar:
jenis kain timur kelas 2 (boo toba)
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 237
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 238
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Konsep pria berwibawa atau Big Man yang di gunakan oleh para ahli antropologi untuk
menamakan para pemimpin politik tradisional di daerah – daerah kebudayaan Oseania,
khususnya di Melanesia, sesungguhnya berasal dari terjemahan bebas terhadap istilah-istilah
istilah
lokal yang digunakan oleh pe
penduduk
nduduk setempat untuk menamakan orang-orang
orang penting dalam
masyarakatnya sendiri. Karangan yang membahas sejarah pemakaian konsep tersebut, di tulis
oleh L. Lindstrom (1981:900-905),
(1981:900 905), menunjukkan bahwa sejarah perkembangan kata Big Man
dari vokabuleri sehari-hari
hari menjadi konsep ilmiah mengalami suatu peoses yang lama. Selama
abad ke-19
19 dan sampai pertengahan abad ke
ke-20,
20, para peneliti di daerah kepulauan Melanesia
selalu menggunakan konsep chief,
chief, penghulu atau kepala suku, untuk menamakan para pemimpin
pada masyarakat
syarakat yang mereka deskripsikan.
Konsep chief itu kemudian tidak digunakan lagi oleh karena makna yang terkandung di
dalam konsep tersebut tidak tercermin dalam system kepemimpinan banyak masyarakat di
Melanesia dan di gantikan dengan berbagai konsep lain,
lain, misalnya influential man
(Powdermarker 1944:41), Head Man (Williams 1936:236; Hogbin 1952: Index; 1964:62;
Belshaw 1954: 108; Pospisil 1963:48), Center Man (Hogbin 1939:62), strong Man (Bendt
1969:335;
:335; Du Toit 1975:385), manager (Burridge 1969:38, 1975;; Scheffler 1965:22), magnate
(Chowing and Goodenough 1965
1965-66:454), Direktor atau executive (Salisbury 1964:236), dan
tentusaja big man.. Pada tahun 1950-an
1950 dan 1960-an,
an, terjadi persaingan antara istilah-istilah
istilah
tersebut untuk mendapat tempat dalam khazanah istilah ahli antropologi dan dalam situasi
persaingan itulah lambat laun muncul istilah big man sebagai konsep tipikal antropologi yang
diterima secara luas untuk menandakan suatu tipe atau sistem kepemimpinan yang ciri-ciri
ciri
dasarnya berlawanan dengan ciri-ciri
cir dasar pada sistem kepemimpinan chief.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 239
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Konsep big man sendiri sebenarnya sudah digunakan lama sebelumnya, misalnya oleh M.
Mead, dalam karyanya, sex and Temperament in Three Primitive Societies (1935:326), namun
peralihannya dari bahasa umum ((common parlance)) menjadi bahasa antropologi sangat lamban.
Konsep tersebut baru menjadi konsep resmi dan dimuat dalam lexikon antropologi melalui karya
M.D. Sahlins, yang terkenal dan selalu dikutip itu, “Por Man, Rich Man, Big Man, Chief” (1963)
dan kemudian diperkuat
erkuat oleh K. Burridge, melalui karyanya, “The Melanesian Manager”, yang
dipersembahkan untuk mengenang seorang tokoh antropologi politik E.E. Evans-Pritchard
Evans
(1975:86-104).
b. Sistem Kepemimpinan Tradisional
T Orang
rang Maybrat Imian Sawiat Dengan Tipologi 2
Tipe Sistem Kepemimpinan.
epemimpinan.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 240
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
para ahli antorpologi lain di daerah Oseania, terbukti di daerah kebudayaan Melanesia
kepemimpinan raja seperti (orang Brokol, orang Mekeo, orang Buin, dan orang Trobriand di
Papua Newguini) ada juga sementaradi Papua barat, yaitu orang Kaimana, orang Fak-fak,
Fak
penduduk kepulauan Raja ampat dan orang Ayamaru.
Apabila kita menerapkan model kontinuum yang diajukan oleh Saklins, terdapat data
etnografi tentangg penduduk Papua barat, khususnya data tentang sistem kepemimpinan
tradisionalnya, maka penduduk Papua barat khususnya orang Maybrat, orang Imian, orang
Sawiat, dapat kita golongkan kedalam 2 tipe masyarakat seperti yang tersebut di atas. Di bawah
ini akan dibuat suatu deskripsi umum tentang 2 tipe kepemimpinan tersebut dan masyarakat
penduduknya.
c. Sistem Kepemimpinan Pria Berwibawa
B – bobot
Ciri umum dari tipe masyarakat dengan sistem kepemimpinan pria berwibawa seperti
telah disebutkan di atas adalah kedudukan
kedudukan pemimpin yang diperoleh melalui upaya pencapaian.
Sumber kekuasaan dalam tipe kepemimpinan ini adalah kepemimpinan pribadi seseorang yang
berwujud nyata dalam keberhasilan ekonomi (kaya-bobot).. Kepandaian berdiplomasi, dan
berpidato, keberanian memimp
memimpin
in perang, memiliki tubuh yang cukup dan tegap, serta memiliki
sifat murah hati. Ciri lain tipe kepemimpinan ini ialah bahwa seluruh kekuasaan dijalankan oleh
pemimpin sejati itu secara otonomi tunggal yesait kar dalam bahasa Maybrat. Orang-orang
Orang yang
termasuk
rmasuk dalam tipe ini adalah orang Maybrat, rang Imian, orang Sawiat, orang Muyu, orang
Naglum, orang Dani, orang Asmat, orang Mek.
d. Sistem Kepemimpinan
epemimpinan Raja
Tipe masyarakat yang kedua, yaitu yang termasuk mendukung sistem kepemimpinan
raja, bercirikan pewarisan
risan kedudukan pemimpin dari orang tua pada anak pria yang sulung, akan
tetapi bila anak sulung itu tidak mampu mewarisinya karena ia tidak memenuhi syarat-syarat
syarat
yang ditunjuk untuk jabatan tersebut, maka salah seorang adiknya atau seorang saudara ayahnya
ayahny
yang memenuhi syarat-syarat
syarat kepemimpinannya dapat memperoleh kedudukan tersebut. Dengan
demikian hak kekuasaan selalu dipertahankan dan diwariska di dalam rangka kelompok
kekerabatan besar, seperti klen, melalui sistem pewarisan.
Ciri lain yang sangat pe
penting
nting dalam sistem kepemimpinan raja adalah adanya birokrasi.
Bentuk dari birokrasi ini adalah seperti yang oleh Max Weber disebut birokrasi tradisional, yang
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 241
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
berperan sebagai mesin politik, di dalamnya terdapat pegawai tiap pegawai mempunyai tugas
tertentu,
u, seperti mengurus masalah-masalah
masalah masalah yang berkaitan dengan upacara ritual, atau yang
mengurus masalah keamanan.
Masyarakat tipe kepemimpinan raja di Papua terdapat di Ayamaru, Tehit, kepulauan Raja
Amapat, daerah semenanjung Onim (Fak-fak)
(Fak dan di daerah Kaimana.
mana. Kalau kita perhatikan
letak daerah-daerah
daerah itu, merupakan daerah lintas budaya antara kebudayaan Maluku di satu
pihak dan kebudayaan-kebudayaan
kebudayaan Papua di pihak lain.
Penduduk di daerah lintas budaya tersebut dalam sejarah, telah lama mempunyai
hubungan perdagangan dengan penduduk di kepulauan Maluku, yang terletak di sebelah
baratnya. Melalui hubungan itu, terjadilah proses pengambil alihan unsur-unsur
unsur kebudayaan
tertentu, termasuk unsur sistem kepemimpinan oleh penduduk lintas budaya itu dari penduduk
kepulauan Maluku.
Unsur-unsur
unsur kebudayaan yang diambil alih itu kemudian diolah sesuai dengan
kebudayaan setempat, dan dibudayakan menjadi pranata sendiri, seperti yang diuraikan dalam
karangan-karangan
karangan etnografi (Pouwer 1955; Lochem 1963; Cator 1942; Mansoben
Manso 1982). Itulah
sebabnya kerajaan-kerajaan
kerajaan di Papua mirip benar dengan bentuk susunan dari beberapa
kesultanan di kepulauan Maluku, terutama di Ternate dan Tidore (Fraassen 1980; Mansoben
1982).
e. Konsep Pria Berwibawa – bobot
Konsep pria berwibawa atau Big Man yang di gunakan oleh para ahli antropologi untuk
menamakan para pemimpin politik tradisional di daerah – daerah kebudayaan Oseania,
khususnya di Melanesia, sesungguhnya berasal dari terjemahan bebas terhadap istilah-istilah
istilah
lokal yang digunakan olehh penduduk setempat untuk menamakan orang-orang
orang penting dalam
masyarakatnya sendiri. Karangan yang membahas sejarah pemakaian konsep tersebut, di tulis
oleh L. Lindstrom (1981:900-905),
(1981:900 905), menunjukkan bahwa sejarah perkembangan kata Big Man
dari vokabuleri sehari-hari
hari menjadi konsep ilmiah mengalami suatu peoses yang lama. Selama
abad ke-19
19 dan sampai pertengahan abad ke
ke-20,
20, para peneliti di daerah kepulauan Melanesia
selalu menggunakan konsep chief,
chief, penghulu atau kepala suku, untuk menamakan para pemimpin
padaa masyarakat yang mereka deskripsikan. Kemudian kita akan menggunakannya untuk
mendeskripsikan pria berwibawa di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, Papua yang disebut bobot.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 242
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Konsep chief tidak digunakan dalam konsepe pria berwibawa di wilayah Maybrat, Imian,
Sawiat, oleh karena makna yang terkandung di dalam konsep tersebut tidak tercermin dalam
system kepemimpinan banyak masyarakat di Maybrat, Imian, Sawiat dan di gantikan dengan
konsep bobota atau big man
man,, seperti konsep lain yang digunakan untuk penamaan diwilayah
Melanesia misalnya influential man (Powdermarker 1944:41), Head Man (Williams 1936:236;
Hogbin 1952: Index; 1964:62; Belshaw 1954: 108; Pospisil 1963:48), Center Man (Hogbin
1939:62), strong Man (Bendt 1969:335; Du Toit 1975:385), manager (Burridge 1969:38, 1975;
Scheffler 1965:22), magnate (Chowing and Goodenough 1965-66:454), Direktor atau executive
(Salisbury 1964:236), dan tentusaja big man. Pada tahun 1950-an
an dan 1960-an,
1960 terjadi
persaingan antara istilah-istilah
istilah tersebut untuk mendapat tempat dalam khazanah istilah ahli
antropologi dan dalam situasi persaingan itulah lambat laun muncul istilah big man sebagai
konsep tipikal antropologi yang diterima secara luas untuk menandakan
menandakan suatu tipe atau system
kepemimpinan yang cirri-ciri
ciri dasarnya berlawanan dengan cirri
cirri-ciri
ciri dasar pada system
kepemimpinan chief.
Konsep big man sendiri sebenarnya sudah digunakan lama sebelumnya, misalnya oleh M.
Mead, dalam karyanya, sex and Temperament
Temperament in Three Primitive Societies (1935:326), namun
peralihannya dari bahasa umum ((common parlance)) menjadi bahasa antropologi sangat lamban.
Konsep tersebut baru menjadi konsep resmi dan dimuat dalam lexikon antropologi melalui karya
M.D. Sahlins, yang terkenal
kenal dan selalu dikutip itu, “Por Man, Rich Man, Big Man, Chief” (1963)
dan kemudian diperkuat oleh K. Burridge, melalui karyanya, “The Melanesian Manager”, yang
dipersembahkan untuk mengenang seorang tokoh antropologi politik E.E. Evans-Pritchard
Evans
(1975:86-104).
f. Ciri-ciri
ciri Pria Berwibawa – bobot
Konsep Big Man atau pria berwibawa - bobot,, digunakan untuk satu bentuk tipe
kepemimpinan politik yang diciri oleh kewibawaan (authority) atas dasar kemampuan pribadi
seseorang untuk mengalokasi dan merealokasi sumber – sumber daya yang penting untuk umum
(Sahlins 1963; Claessen 1984 dalam Van Bakel et al; 1986:1). Sifat pencapaian demikian
menyebabkan adanya pendapat bahwa ciri terpenting dari seseorang yang menjadi Big Man
adalah seseorang yang dengan kecakapannya memanipulasi orang-orang
orang orang dengan sifat pencapaian
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 243
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
(achievement)) system ini merupakan ciri ketidak stabilannya, seperti yang selalu dikhawatirkan
apakah berasal dari dalam atau luar
luar (Van Bakel et al. 1986:3). Implikasi ketidak stabilan system
yang didasarkan pada prinsip pencapaian ini yang dikemukakan oleh Van Bakel et al. ialah
terbukanya kesempatan yang samabagi setiap anggota masyarakat, terutama kaum pria yang
sudah dewasa menurut
rut ukuran masyarakat yang bersangkutan, untuk bersaing merebut
kedudukan pemimpin. Pria berwibawa merupakan mikrokosmos dari masyarakatnya dan oleh
karena itu status pria berwibawa menjadi pokok perhatian dari setiap orang dalam masyarakat.
Menurut A. stratheren
atheren (1979:214) ada dua arena yang digunakan untuk merebut kedudukan
pria berwibawa. Dua arena itu adalah hubungan intern dan hubungan eksteren. Hal yang
dimaksudkan dengan hubungan interen adalah usaha seseorang untuk memperoleh dan
meningkatkan pengaruh
uh serta keunggulannya di dalam klen sendiri. Sedangkan hubungan
eksteren diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk menjalani hubungan dengan pihak-pihak
pihak
luar yang terdiri dari sekutu,bekas musuh dan hubungan antara pria berwibawa. Pada umumnya
individu – individu yang berhasil di dua arena tersebut diakui sebagai pria berwibawa utama dan
yang dapt menduduki posisi superior untuk bertahun-tahun
bertahun lamanya.
Ciri umum lain yang biasanya digunakan untuk membedakan system politik pria berwibawa
dari system-sistem
stem politik yang lain adalah bahwa pada system pria berwibawa tidak terdapat
organisasi kerja dengan pembagian tugas di antara para pembantu pemimpin. Bahwa penduduk
di Melanesia terbentuk dari kesatuan-kesatuan
kesatuan kesatuan social itu secara politik maupun ekonomi berdiri
be
sendiri-sendiri.
sendiri. Kondisi semacam itu, menurut K.E. Read (1959:425), rupanya tidak memberikan
peluang bagi tumbuhnya prinsip birokrasi pada system pria berwibawa di Melanesia.
Ciri – ciri kepemimpinan pada system pria berwibawa seperti tersebut diatas menyebabkan S.
Epstein, menamakan orang yang berhasil untuk masuk dan berperan sebagai pemimpin dalam
arena kepemimpinan pria berwibawa, “a
“ well-rounded
rounded political expertise man”
man atau ahli politik
sejati (1972:42) dan D. Riesman, (1950) serta K.E. Read (19
(1959:425),
59:425), menamakan orang
demikian autonomous leader atau pemimpin tunggal.
Telah dikemukakan di atas bahwa prinsip dasar dari system pria berwibawa adalah
achievement berdasarkan kwalitas kemampuan perorangan. Studi – studi etnografi tentang pria
berwibawa menunjukkan bahwa atribut-atribut
atribut atribut yang digunakan sebagai tolok ukur untuk
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 244
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
mengukur kemampuan seseorang agar menjadi pemimpin, menurut kebanyakan penulis dan
seperti yang disimpulkan oleh A. Chowing (1979:71), adalah kekayaan, suatu wujud nyata
kemampuan dii bidang ekonomi. Sungguhpun kekayaan merupakan atribut yang sangat penting,
namun kedudukan pemimpin tidak dapat dicapai melalui kekayaan saja. Atribut lain yang harus
dimiliki pula ialah sikap bermurah hati. Sikap tersebut harus dinyatakan melalui tindak
tindakan nyata,
seperti misalnya membagi-bagi
bagi kekayaan kepada orang lain (redisitribusi), lewat sumbangan-
sumbangan
sumbangan dan hadiah-hadiah
hadiah pada saat adanya pesta perkawinan, upacara ritual atau pesta adat
lainnya. Di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, terkenal dengan
dengan istilah bobot-big man-
seoragn bobot memiliki atribut-atribut
atribut atribut yang telah diuraikan sebelumnya diatas.
Perbuatan memberikan sumbangan atau hadiah kepada orang lain disebut oleh M. Mauss,
adalah gift. Gift atau pemberian itu secara tidak langsung membentuk
membentuk suatu ikatan antara dua
pihak, ialah pihak pemberi dan pihak penerima. Mauss, selanjutnya berpendapat bahwa
pemberian itu mengandung apa yang disebut olehnya sendiri total presentation (1924:227),
bahkan menurut kami perbuatan memberi ini adalah suatau metode yang digunakan oleh
seseorang dengan tujuan mengangkat gengsi atau dengan melakukannya demikian maka ia akan
dihormati, orang seperti ini bagi kami disebut dengan respect man.. Seorang respect man
memiliki latar belakang yang sama dengan seorang bobot atau big man.. Seorang respect man
adalah seseorang yang pada awalnya menjual diri melalui cara memberi, melayani dan menolong
sesamanya hingga semakin lama ia semakin dihargai sebagai orang yang berwibawa. Respect
man tidak diperoleh melalui cara pember
pemberian
ian materiil, tetapi ia secara baik memberikan kesan
hidup, sifat, berdiri sebagai seorang figure, atau dikenal sebagai pemimpin terhormat
diwilayahnya dengan ekonomi atau kekayaannya yang begitu besar. Hal ini serupa dengan yang
dimaksud Mauss, dengan total
al ptestation,
ptestation, adalah bahwa selain bentuk nyata dari benda (objek)
yang diberikan, terkandung pula di dalamnya unsure-unsur
unsure unsur lain berupa unsur ekonomi, unsur
religi, unsur hokum, unsur keindahan dan unsur politik. Secara keseluruhan semuanya itu
membentuk kekuatan
ekuatan pengikat dan sekaligus merupakan kekuatan pendorong bagi pihak
penerima untuk melakukan sesuatu kembali secara langsing atau tidak langsung dalam bentuk
benda atau jasa kepada pihak pemberi.
Dilihat dari segi politik, pemberian dalam bentuk apapun merupakan modal bagi pihak
pemberi untuk meningkatkan pendukung, supporters, guna mencapai tujuan politiknya. Makin
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 245
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
banyak orang yang diberikan hadiah dan makin banyak yang mendapat bantuan, semakin kuat
pula kedudukan politik pihak pemberi. Pemberian yang digunakan untuk kepentingan politik
tertentu itulah yang menyebabkan F.G. Bailey (1971) menamakan pemberian sebagai “racun”
bagi pihak penerima dan J. Van Baal, mengkontatir pemberian sebagai sesuatu yang kadang-
kadang
kadang berbahaya bagi masyarakat (1975:23).
Perbuatan memberikan terus menerus hadiah atau sumbangan secara sepihak dapat
menyebabkan terbentuknya suatu hubungan ketergantungan yang bersifat asymetrik, menyerupai
hubungan patron-klien,
klien, dimana pihak pemberi berperan sebagai patron, sedangkan pihak
penerima adalah kliennya.
Dalam system kepemimpinan pria berwibawa, hubungan semacam ini sangat penting, sebab
seorang pria berwibawa dapat memanipulai kekayaan dan keunggulan-
keunggulan-keunggulan lain yang
dimilikinya untuk memperoleh dukungan dan simpati dari para peneima bantuan. Kekayaan
dalam system kepemimpinan pria berwibawa sekaligus mempunyai nilai simbolik dan nilai
nyata. Nilai simbolik melambangkan kekuasaan yang terkandung di dalamnya dan nilai nyata
mengacu pada benda atau harta itu sendiri. Itulah sebab
sebabnya
nya kekayaan digunakan sebagai alat
pengabsahan kekuasaan (Cohrance 1970:5).
Syarat-syarat
syarat lain yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin pria berwibawa agar para
pendukung setia kepadanya menurut Sahlins (1968:164), ialah bahwa ia harus menunjukkan
kecakapan-kecakapan
kecakapan tertentu, misalnya pandai bertani, panda berburu, pandai berdiplomasi dan
panda berpidato, memiliki kekuatan magis, panda memimpin upacara
upacara-upacara
upacara ritual dan berani
memimpin perang.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 246
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
misalnya dalam masyarakat A atribut X menduduki tempat pertama dalam urutan hierarkis
sedangkan dalam masyarakat B bukan atribut X tetapi atribut Y yang paling penting.
g. Tipe-tipe
tipe Pemimpin Pria Berwibawa – bobot .
Betolak dari dasar pemikiran tersebut diatas dan atas dasar pengamatan penulis sendri di
lapangan maupun kajian-kajian
kajian sendii mengena studi tentang kerangan
kerangan-karangan
karangan etnografi yang
membicarakan sistem kepemimpinan pria berwibawa di Wes Papua, maka sistem kepemimpinan
ini dapat dibagi menurut dua bentuk. Bentuk pertama
pertama adalah pemimpin yang di dasarkan atas
kekayaan harta, pemimpinnya disebut pemimpin pandai berwiraswasta, dan bentuk kedua adalah
kepemimpinan yang didasarkan atas keberanian memimpin perang, pemimpinnya disebut
pemimpin perang.
Sub-bab
bab ini diberi judul demikian berdasarkan dua alasan. Alasan pertama ialah alasan
yang didasarkan atas pendapat sejumlah ahli antropologi, sedangkan alasan kedua didasarkan
atas pendangan pendukung sistem kepemimpinan
kepemimpi tersebut itu sendiri.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 247
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Alasan pertama, pendapat dari pihak ahli antropologi, contohnya, berasal dari F. Barth
(1963:6) yang berpendapat, bahwa tindakan
tindakan-tindakan
tindakan seorang pemimpin pria berwibawa dapat
disamakan dengan seorang enterpreneur atau sorang wiraswasta.
swasta. Seorang pria berwibawa dapat
mengakumulasi sumber-sumber
sumber daya tertentu dan memanipulasi orang-orang
orang orang utnuk mencapai
tujuannya. Menurut Barth, tujuan di sini dapat berupa kekayaan, kedudukan, dan prestise.
Pendapat lain berasal dari Thoden Van Velsen
Velsen.. Menurut ahli ini, sifat interaksi antara para
pemimpin pria berwibawa adalah sama dengan interaksi antara para pengusaha, sebab sering
terjadi tawar-menawar
menawar antara mereka bahkan kadang
kadang-kadang
kadang mereka sengaja untuk saling
mengalahkan atau menghancurkan midal
midal pihak lawannya. Interaksi tersebut menentukan struktur
dari pollitical field (Thoden van Velsen 1973:597). Pollitical field di sini adalah para pemeran
yang secara langsung terlibat di dalam proses politik.
Selanjutnya dibawah ini saya muat dua buah contoh alasan berdasarkan pendapat
masyarakat pendukung sistem itu sendiri. Contoh pertama berasal dari orang Me (Kapauku).¹
dalam studinya tentang orang Me (Kapauku), L. Pospisil mencatat kata
kata-kata
kata yang diucapkan oleh
para informannya terhadap seorang warganya yang mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin
pria berwibawa, tetapi tidak berhasil, sebagai berikut: ”dia adalah salah satu dari orang-orang
orang
bodoh yang tidak mengerti urusan dagang, sebab ia dapat menjadi tonowoi,
onowoi, pemimpin, tetapi
karena ketolololannya ia tidak meningkatkan kekayaannya melainkan ia memboroskannya”
(1958:79).
Contoh kedua berasal dari orang Maybrat. Seorang informan dari J. Pouwer mengatakan
bahwa seorang yang dapat menjadi pemimpin politik pada orang maybrat adalah orang yang
pandai berdagang. Ucapan di atas ini kemudian dilukiskan dengan contoh berikut: ”dia menjual
sauger (tuak)-nya
nya dengan harga setalen, uang setalen itu diberikan kepada ipar-ipar-nya.
ipar Ia
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 248
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Lebih lanjut sikap mencari keuntungan yang biasanya terdapat pada seorang pengusaha
pada umumnya,
a, dikenal juga oleh orang maybrat seperti yang terungkap di dalam kata-kata
kata
berikut: ”seorang pemimpin adalah orang yang pandai memperlakukan barang dagangan, dalam
hal ini kain timur jenis ru-ra,
ra, seperti burung yang terbang dai dahan ke dahan untuk membawa
memba
keuntungan” (Elmberg 1968; Kamma 1970; Schoorl 1979:178, 208; Miedema 1986:31). Contoh-
Contoh
contoh diatas kiranya cukup memberikan penjelasan mengapa saya menyamakan seorang
pemimpin politik pria berwibawa ata big man dengan seorang yang mempunyai keterampilan
keterampil
berwiraswasta.
Deskripsi-deskripsi
deskripsi tentang orang Maybrat, orang Me dan orang Muyu di bawah
memberikan penjelasan yang lebih terinci tentang seorang pemimpin yang menggunakan
kekayaan sebagai sumber kekuasaannya.
Sub-sub
sub ini diberi judul demikian karena pada kelompok-kelompok
kelompok kelompok etnik tertentu di west
Papua yang mendukung sistem politik pria berwibawa aktivitas perang³ meupakan fokus
kebudayaannya sehingga selalu dibutuhkan orang
orang-orang tertentu yang
ng memiliki keberanian
untuk menjadi pemimpin masyarakat.
Sifat berani ini mengandung dua unsur agresif dan unsur orator. Kedua unsur tersebut
berkaitan erat satu dengan yang lain. Unsur agresif terwujud dalam bentuk pernah membunuh
orang lain, biasanyaa dari pihak musuh pada waktu perang, atau pada waktu ekspedisi
pengayauan kepala manusia. Kadang
Kadang-kadang
kadang terjadi juga bahwa tindakan membunuh . Kecuali
unsur agresif, unsur itu terjadi di dalam kelompok sendirirator atau pandai berpidato adalah juga
merupakan syarat penting.
Seorang pemimpin pada masyarakat yang berkebudayaan perang, harus memiliki pengetahuan
dalam berbagai hal yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk disampaikan dalam
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 249
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Pada tahun 1935, dibuka pusat pemerintahan Belanda yang pertama di Aitinyo dan di
sekitar pusat pemerintahan tersebut, dibentuk beberapa kampung. Pembentukkan kampung-
kampung
kampung di sekitar danau, terjadi pada tahun 1950, dan tiga tahun kemudia
kemudian (1953) kampung-
kampung terbesar diantara kampung-kampung
kampung kampung yang telah dibentuk itu mendapat guru dan
sekolah.
__________________________________________
¹Nama Me adalah nama yang sekarang di pakai untuk menggantikan nama kapauku yang digunakan oleh
Leopold Pospisil, untuk menamakan golongan etnik yang mendiami di sekitar danau Paniai. Nama kapauku
yang telah di kenal secara luas di kalangan ilmuwan lewat karangan Pospisil itu tidak di sukai oleh
penduduk Me sendiri. Perasaan tidak suka pada nama Kapauku
Kapauku dinyatakan secara langsung dan tidak
langsung melalui berbagai media dan kesempatan antara lain dalam seminar pemerintahan Desa di West
Papua, yang diselenggarakan pada tahun 1986 di holandia (sekarang Jayapura). Penduduk sekitar danau
paniai lebih senang
ang menggunakan nama Me yang berarti manusia sejati untuk menamakan golongan etnik
mereka. Itulah sebabnya dalam karangan ini penulis menggunakan nama Me sebagai pengganti nama
Kapauku (lihat makalah sdr. R. Gobay, 1986). Penjelasan lebih lanjut lihat buti
butirr 3 bab III di bawah. ²istilah
ipar adalah sebutan saudara laki2 isteri. Pemakaian istilah tersebut kadang digunakan juga untuk semua
kerabat dari pihak isteri pada generasi Ego.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 250
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Menurut Kamma (1970:138), mengatakan bahwa kelompok sosial baru yang disebut
bobot itu mucul sebagai akibat makin pentingnya peranan kain timur dalam kebudayaan orang
o
Maybrat. Pada mulanya kain timur hanya mempunyai fungsi sosial, yaitu untuk mempertahankan
kelompok dan interes kelompok. Fungsi tersebut kemudian secara lambat laun berubah menjadi
kepentingan individu sebgai akibat faktor
faktor-faktor
faktor sosial ekonomi. Deni
Denikinlah muncul suatu
sebutan baru (bobot)) di dalam masyarakat yang lebih bersifat kelompok ekonomi,
ekonomi yang walaupun
ikatan klen dan king group-nya
nya masih terjalin, namun lebih mendasarkan diri pada perjuangan
yang bersifat individu untuk memperoleh kekuasaan dan
d prestise pribadi.
Pada waktu lampau dalam zaman prasejarah, nama tersebut juga diberikan kepada
seseorang yang pernah membunuh orang lain, (musuh) (Elmberg, 1955:34). Penjelasan
Penjelasan-
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 251
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
penjelasan diatas ini menunjukkan kepada kita bahwa nama atau gelar bobot terutama diberikan
kepadan dan dipakai oleh orang yang mampu menyele
menyelenggarakan
nggarakan upacara tukar-menukar
tukar kain
yang disebut pesta bobot, (masi
masi bah),
bah karena memiliki kain timur.. Sebaliknya penggunaan gelar
bobot karena alasan pernah membunuh orang lain, tetapi konsep semacam ini kurang penting.
Seperti terlihat nanti dalam uraian
uraian-uraian
uraian selanjutnya di bawah ini, bahwa alasan pertama
merupakan faktor yang paling penting untuk mencapai posisi bobot,, sedangkan alasan kedua
merupakan faktor pelengkap saja. Secara teori, setiap pria dewasa dapat menjadi bobot, jika
syarat-syarat tertentu
tu dipenuhi. Menurut orang Maybrat, orang yang ideal untuk disebut bobot
adalah orang yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang bisnis, disamping itu telah
bersedia untuk membantu orang lain dalam masalah
masalah-masalah
masalah ekonomi (berjiwa loyal, berjiwa
besar), memiliki kepribadian etos kerja yang baik, berjiwa pelayan, memperhatikan anak yatim,
janda dan duda. Atau dengan kata lain seorang bobot adalah orang kaya yang bermurah hati.
(data kajian dan penelitian pribadi, Hamah Sagrim, 2006-2007).
2006 2007). Tentang syaraat ppertama,
pengetahuan bisnis menurut ukuran dan pengertian orang Maybrat, dapat kita lihat pada
penjelasan-penjelasan
penjelasan berikut.
Ukuran yang digunakan oleh orang Maybrat untuk menentukan apakah seseorang itu
mempunyai kemampuan bisnis atau tidak terlihat pada pengetahuan memanipulasi sirkulai kain
timur.. Orang Maybrat berpendapat bahwa kain timur harus selalu bergerak, artinya harus secara
ters menerus beredar dari satu orang kepada orang lain dan dalam peredaran itu harus membawa
keuntungan. Keuntungan di sini
sini mengandung dua makna, ialah makna materi dan makna prestise
(non-materi).
materi). Prinsip keuntungan yang mengandung dua makna tersebut diatas ditegaskan oleh
orang Maubrat dalam ungkapan berikut ; to boõ sou, tesia m’beri tefo ”artinya, saya ambil satu,
akan saya
ya kembalikan lagi dengan yang sayapunya menjadi banyak”.
______________________________________
³. Istilah perang disini diartikan menurut definisi yang dikemukakan oleh R. Berndt (1962:232), yang berarti
tindakan kekerasan berencana yang dilakukan oleh anggota-anggota
anggota dari suatu kelompok sosial tertentu atas
anggota anggota dari kelompok sosial yang lain . Fokus kebudayaan
nama kelompok sosialnya terhadap anggota-anggota
adalah aspek tertentu di dalam suatu kebudayaan yang lebih jauh berkembang dari aspek-aspek
aspek lainnya dan
yang banyak mempengaruhi . Pola
ola kebudayaan atau struktur kebudayaan itu (Herskovits, 1948:542) Sifat
agresif dapat ditunjukkan juga pada tindakan membunuh isteri atau saudara kandung sendiri seperti yang
pernah terjadi pada orang Asmat (Mansoben, 1974:32).
1974
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 252
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Untuk memahami prinsip keuntungan yang terkandung di dalam ungkapan di atas, maka
sebaiknya saya jelaskan lebih dahulu secara singkat bahwa ini sistem tukar-menukar
tukar kain timur
pada orang Maybrat.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 253
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
adalah seperti yang dilaporkan oleh Power tentang bagaimana menjadikan duapuluh lima rupiah
dari duapuluhlima sen.
Orang-orang
orang yang mempunyai kemampuan (pengetahuan) seperti yang dilukiskan pada
contoh tersebut
sebut diatas sajalah yang mampu untuk menyelenggarakan transaksi-transaksi
transaksi kain
timur. Biasanya transaksi-transaksi
transaksi itu diadakan pada tempat
tempat-tempat
tempat khusus dan pada
kesempatan-kesempatan
kesempatan tertentu, bukan pada sembarangan tempat dan waktu. Tempat-tempat
Tempat
transaksi berclangsung berupa bangunan-bangunan
bangunan rumah yang disiapkan khusus untuk maksud
tersebut dinamakan sachefra - sehafla, atau rumah pesta pesta tengkorak (schedelfeesthuizen).
(
Dan juga sabiach bach atau sebiah atau rumah pesta pertandingan (spelhui
spelhuis). Waktu-waktu yang
biasanya ditetapkan untuk melasanakan transaksi itu biasanya terjadi pada saat adanya suatu
upacara atau pesta tertentu, misalnya pada upacara pembayaran tulang orang yang telah
meninggal dunia, pada upacara inisiasi atau pada pesta pe
pernikahan.
Dua rumah tempat berlangsungnya upacara transaksi seperti tersebut diatas merupakan
dua kutub, dan diantara kedua kutub tersebut terjadilah sirkulasi kain timur
timur. Rumah pesta
sachefra, dibangun di atas bukit sedangkan rumah pesta sebiach bach- sbiah yang berbentuk
rumah panjang polos, dibangun di kaki bukit. Rumah pertama bersifat sakral sedangkan rumah
kedua bersifat profan. Kedua rumah tersebut sagat penting karena di dalamnya terjadi transaksi
kain timur. Menurut orang Maybrat, kehebatan seseorang dapat dilihat pada kemampuannya
untuk mengatur pembangunan rumah
rumah-rumah
rumah upacara tersebut serta pengaturan upacara-upacara
upacara
ritus dan pesta yang dilanjutkan dengan transaksi kain timur di dalamnya. Oeleh karena tempat
upacara ini merupakann arena perebutan kekuasaan, maka sebaiknya saya uraikan di bawah ini
garis besar dari proses berjalannya upacara
upacara-upacara tersebut.
Tentang munculnya nama pemimpin bobot tidak berkaitan dengan masuknya kain timur di daerah Maybrat,
tetapi sudah ada dan sangat berkaitan dengan kemampuan dan keuletan serta kecakapan seseorang yang
mana bila dilihat dari finansial ok, kepribadian ok, sifat ok, dan berjiwa besar serta mampu menghidupkan
anak-anak
anak yatim, janda, duda serta menyelamatkan nyawa orang yang renca
rencana
na dibunuh oleh musuh,
bahkan mengambil alih masalah orang lain untuk diselesaikannya. (data kajian dan penelitian pribadi
Hamah Sagrim 2006-2007).
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 254
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Tipe rumah pertama yang bersifat sakral itu disebut tengkorak sachefra-sehafla.
Penamaan demikian disebabkan
disebabkan oleh karena rumah tersebut memang dibangun untuk kegunaan
upacara pembagian dan pembayaran tengkorank dari seseorang yang telah meninggal dunia.
Alasan lain untuk membangun rumah upacara guna terselenggaranya transaksi
kain timur,, ialah karena salah seorang
seorang kerabat sakit, mati atau karena terjadi kegagalan panen.
Peristiwa-peristiwa
peristiwa ”buruk” seperti tersebut diatas dianggap oleh orang Maybrat sebagai
tindakan penghukuman atau tindakan pembalasan dendam dari kerabat yang meninggal dunia
sebab ketidak pedulian
ian terhadap dirinya oleh kerabat
kerabat-kerabat
kerabat yang masih hidup. Anggapan
demikian biasanya diperkuat oleh pesan
pesan-pesan
pesan yang disampaikan oleh orang dukun atau shaman
atau raã wiyon. Di samping kedua alasan tersebut, alasan lain lagi adalah karena adanya
kewajibann dari seorang suami terhadap pihak isterinya untuk menbangun sebuah rumah upacara
sechafra-sehafla,, guna kepentingan transaksi kain timur.
Tiga alasan tersebut dapat disifatkan kedalam dua sifat, ialah sifat sakral dan sifat profan.
Kedalam sifat sakral termasuk dua alasan pertama, sedangkan alasan terakhir bersifat profan.
Rumah upacara sechafra-sehafla,
sechafra , biasanya dibangun diatas prakarsa seorang bobot atau
raã wiyon,, dan dibantu oleh kerabat-kerabatnya.
kerabat kerabatnya. Apabila rumah tersebut sudah selesai dibangun,
makaa sekali lagi atas prakarsa bobot dan raã wiyon dikumpulkan makanan dan kain timur
bersama kaum kerabat dekat lalu disimpan di dalam rumah upacara itu. Jika semua persiapan
yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan upacara sudah siap, maka pemermarsa mengundang
mengunda
semua kerabat yang dekat dan jauh, juga kerabat-kerabat
kerabat kerabat dari pihak isterinya, untuk menghadiri
upacara pembayaran tulang.
Apabila pemerkarsa adalah anak laki-laki
laki laki dari orang yang telah meninggal dunia, maka
pembayaran tulang dilakukan orang yang bersan
bersangkutan
gkutan kepada saudara laki-laki
laki ibu ayahnya
(yatat) (FaMoBr ) atau kepada anak-anak
anak anak dari saudara ibu ayahnya (yaja
( yamu ana-yatat)
(FaMoBrSo).
Secara prinsip, kedudukan bobot merupakan kedudukan pencapaian, namun demikian status tersebut dapat
diwariskan juga oleh ayah kepada anak. Hal ini terjadi jika ayah meninggalkan banyak kain timur kepada
anaknya; di samping itu anak harus memiliki kwalitas-kwalitas
kwalitas kwalitas yang dituntut dari seorang
se bobot, seperti
misalnya panda dalam usaha bisnis dan bermurah hati.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 255
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Pembayaran tersebut didasarkan atas pandangan di bawah ibu ayahlah yang membesarkan ayah
yang telah banyak berjasa kepada ego, sedangkan saudara laki-laki
laki laki ibunya atau anak-anaknya
anak
adalah wakil dari ibu ayahnya.
Upacara pembayaran tulang berupa pemberian sejumlah kain timur oleh pemerkarsa
(ego) kepada pihak ibunya yang disaksikan oleh kaum kerabat dari pihak ayah dan pihak ibu itu
dilanjutkan dengan penyerahan pemberian dari pihak isteri kepada ego. Pemberian itu di dalam
bahasa Maybrat disebut ru-ra
ra berupa kain timur, diserahkan oleh ayah ibu isteri (yatat)
(FaMoBr), saudara laki-laki
laki isteri (yaja yamu
yamu-yatat) (FaMoBr) kepada ego.
Tahap pertama dari upacara ini yang terdiri dari dua mata acara, yaitu pembayaran tulang
kepada pihak ibu oleh ego yang bertindak sebagai pemerkarsa dan penyerahan ri-ra dari pihak
isteri kepada ego. Sebelum tahap pertama yang bersifat sakral dari upacara ini ditutup dengan
acara makan bersama, pemerkar
pemerkarsa
sa memanggil orang yang telah meninggal dunia itu untuk
menyaksikan pemberian kain timur yang sakral yang diserakan olehnya kepada ibu atau saudara
laki-laki
laki ibu dari orang yang meninggal.
Apabila tahap pertama upacara sudah selesai, maka tahapan kedua dari
da upacara itu yang
bersifat profan dimulai. Acaranya ialah membagian ru-ra atau pemberian yang diterima dari
pihak isteri oleh pemrkarsa kepada hadirin yang terdiri dari kerabat-kerabat
kerabat kerabat ayah, kerabat ibu,
suami-suami dari saudara-saudara
saudara perempuan, keraba
kerabat-kerabat
kerabat dari klen sendiri serta teman-
teman
teman dari klen-klen
klen lain, tidak termasuk disini kerabat-kerabat
kerabat kerabat atau anggota-anggota
anggota dari kelen
pihak isteri. Dengan demikian ru-ra masuk dalam sirkulasi.
Setiap penerima ru-ra
ra, berhak penuh atas penggunaannya, misalnya
alnya digunakan sebagai
alat bayar maskawin, untuk membayar denda atau untuk membeli makanan. Setelah beberapa
waktu berselang, satu sampai dua tahun, pemerkarsa upacara mengundang para debitor-nya
untuk mengembalikan utang--utangnya. Pembayaran kembali itu biasanya disertai dengan suatu
tgief bo, suatu pemberian tambahan, yang disebut dalam bahasa Maybrat boõ-war. Pemberian
tambahan itu kadangkadang dua kali lipat lebih banyak daripada apa yang pernah diterima.
Pelaksanaan pembayaran kembali utang basanya dilakukan di rumah upacara lain yang
sementara itu dibangun oleh pemerkarsa, disebut sabiach bach-sbiah
sbiah, atau rumah pesta
pertandingan, spelhuis.
Situasi pada saat pelaksanaan pengembalian utang sebagai saat yang menegangkan, sebab
terjadi tawar menawar antara
ntara pemberi dan penerima. Semua barang (dalam hal ini kain timur
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 256
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
jenis ru-ra)) yang digunakan sebagai tegenggift atau alat pembayaran utang yang di sebut boõru-
maru boõ,, dan yang diberikan sebagai pemberian tambahan diperiksa penerima dengan amat
teliti. Jika penerima tidak puas dengan nilai atau kwalitas dari benda yang digunakan untuk
membayar utang, maka kepada debitornya diberikan lagi makanan dan minuman. Tindakan
seperti ini segera dimengerti oleh pihak debitor sehingga kembalisekali atau beberapa kali
ka ke
tempat menyimpan barang untuk mengambil tambahan barang atau pengganti guna melengkapi
dan atau mengganti yang sudah ada. Apabila pemerkarsa sudah puas dengan pembayaran
kembali, maka dipotonglah seekor babilalu dibagikan dagingnya kepada para debitornya
debito
(tamunya) sebelum mereka ini kembali ke tempatnya masing-masing.
masing
Semua kaintimur yang diterima oleh pemerkarsa dari para debitornya seperti yang telah
dijelaskan diatas, kemudian disimpan oleh isterinya di rumah upacara pesta tengkorak, sachefra-
sehafla.. Sesudah itu, pemerkarsa mengirim berita kepada kerabat-kerabatnya
kerabat kerabatnya dari pihak isterinya
tentang telah terjadinya pembayaran utang. Mereka ini segera membangun sebuah rumah
pertandingan baru, sebiach bach-sbiah.
bach Apabila rumah itu sudah siap dibangun, maka
ma
ditentukannlah suatu hari tertentu untuk berkumpul disana dalam rangka pengembalian ru-ra
yang diterima oleh pemerkarsa pada waktu pembayaran tengkorak kepada pihak isterinya.
Upacara pengembalian ru-ra ini dihadiri oleh semua pihak, baik dari pihak pria
pri (suami) maupun
dari pihak wanita (isteri).
Kain timur jenis ru-ra yang dibawa oleh pihak pria itu dijejerkan berbentuk garis panjang
di atas tanah. Barang-barang
barang tersebut kemudian diperiksa secara seksama oleh pihak wanita.
Barang yang kurang baik diantara barang
barang-barang
barang itu segera dipisahkan dan harus diganti dengan
yangg lebih baik. Situasi pada saat ini tegang, sebab pihak pria seringkali menyembunyikan ru-ra
yang berkwalitas lebih baik di belakang tangannya. Barang yang berkwalitas baik ini, diberikan
setelah terjadi pemeriksaan, boo-woar.
boo Pemberian tambahan itu biasanya
ya selain terdiri dari kain
timur jenis ru-ra juga berupa kain toko dan kain sarung.
Ongkos makan dan minum untuk semua peserta ditanggung oeleh pihak isteri. Pertemuan
tukar menukar ini kemudian diakhiri dengan pemotongan seekor babi yang di sembunyikan oleh
pihak wanita.
Gambaran peristiwa tukar menukar kain timur berupacara pada uraian diatas
menunjukkan bahwa perkarsa berperan sebagai titik sentral, titik pertemuan, antara golongan-
golongan
golongan yang berbeda asalnya. Mereka itu sendiri dari kaum kerabat pihak
pih pria (suami), kaum
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 257
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Sering
ng terjadi bahwa mereka tidak membangun rumah pertandingan yang baru, sebab boleh menggunakan
yang sudah ada dari iparnya. Pelaksanaan upacar-upacara
upacar upacara ini, minuman saguer (tuak), merupakan sesuatu
yang sangat penting dalam upacara-upacara
upacara pemgayaran, memiliki
ki nilai tersendiri. Ada ungkapan dari
orang Maybrat bahwa, tuak merupakan penggerak, artinya ketika seorang perserta yang terlibat minum,
maka ia akan mengaku bahwa dia siap membantu kerabatnya menyelesaikan persoalan yang dihadapinya,
ada juga yang mengatakan
takan dia siap memberikan kain timur jenis yang dibutuhkan oleh kerabatnya. Dan
masih banyak lagi kelebihan daripada tuak ketika diminum. Tuak bagi orang Maybrat, merupakan sesuatu
yang membudaya, dimana di jadikan sebagai minuman permersatu, pembuka tabir
tabir,, dan.y.l.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 258
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Banyak menyelenggarakan
lenggarakan pesta (ritual) adalah pertanda penghormatan terhadap
orang-orang
orang yang telah meninggal dunia. Penghormatan denikian menyebabkan orang mati
menjadi senang sehingga tidak menimbulkan kesulitan bagi kaum kerabatnya yang masih hidup.
Hubungan
ungan sibernitas antara Religi, Ekonomi, dan Politik
Gambar: bagan III.1. Hubungan sibernetik antara Religi, Ekonomi dan Politik
Selain syarat-syarat
syarat yang sudah dibicarakan di atas memiliki pengetahuan bisnis dan
pandai mengatur penyelenggaraan upacara-upacara
upacara ritual serta transaksi kain timur,
timur syarat-syarat
lain yang harus dipenuhi oleh seseorang agar ia menjadi bobot atau pemimpin, ialah sifat
bermurah hati dan pandai berdiplomasi.
Elmberg, melaporkan bahwa syarat ideal bagi seorang bobot ialah kesediaannya untuk
membantu orang lain, terutama kerabat-kerabatnya
kerabat kerabatnya yang mengalami kesulitan ekonomi.
Ditegaskan lagi bahwa, seorang bobot adalah orang yang berbudi baik, selalu membantu para
pengikutnya dengan banyak barang. Lebih lanjut Elmberg berpendapat bahwa para bobot atau
bangkir-bangkir
bangkir orang Maybrat tidak selalu menggunakan posisinya untuk menekan orang lain
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 259
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 260
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Beberapa implikasi sosial sistem politik bobot yang berlandaskan kompleks kain timur
pada orang Maybrat, adalah kecenderungan untuk kawin diantara anak-anak
anak anak bobot, atau dengan
kata lain terjadinya endogami golongan dan timbulnya kerenggangan kohesi sosial antara
seorang bobot dengan anggota-anggota
anggota klennya sendiri. Hal ini
ni disebabkan oleh karena seorang
bobot lebih banyak memberikan perhatian kepada rekanan dagangnya daripada warga klennya
sendiri. Sebaliknya, kompleks kain timur yang melibatkan kelompok-kelompok
kelompok kerabat
consaguineal atau yang seketurunan, mengakibatkan ttumbuhnya
umbuhnya solidaritas yang kuat baik
diantara kelompok-kelompok
kelompok kekerabatan itu sendiri maupun diantara mereka dengan
kelompok-kelompok
kelompok kekerabatan lain yang merupakan partner dagangnya. Disamping itu
kompleks kain timur yang diintensifisasikan oleh sistem politik bobot merupakan tempat
konsumsi bagi barang-barang
barang yang tidak bertahan lama, seperti makanan dan minuman.
k. Analisa Komparatif Sistem Politik Orang Maybrat, Orang Me dan Orang Muyu
Analisa komparatif diadakan dalam rangka memperoleh suatu pengertian yang bersifat
komperehensif, tepat dan jelas tentang sistem politik pria berwibawa di Maybrat west Papua.
Ada dua alasan pokok untuk melakukan hal tersebut, pertama, bahwa unsur kebudayaan, dalam
hal ini sistem politik
tik pria berwibawa yang nampak secara lahiriah sama dan terdapat pada
golongan-golongan suku-bangsa
bangsa yang berbeda itu belum tentu disebabkan oleh mekanisme atau
daya-daya
daya penggerak yang sama. Kedua, apabila memang ada daya penggeraknya yang sama, itu
belum berarti bahwa proses yang dilalui untuk mencapai wujud yang nampak dan sama itu sama
pula, mengingat latar belakang kebudayaan dan meningkatnya ekologi yang berbeda
berbeda-beda dari
suku-suku
suku bangsa penduduk dalam sistem tersebut.
Untuk mencapai tujuan tersebut ddiatas,
iatas, ditempuh dua tahap analisis. Analisis pertama
(butir 3.1 di bawah), membandingkan apa yang menjadi public goals atau cita-cita
cita umum pada
masing-masing
masing suku bangsa yang menjadi objek penelitian dan penulisan buku ini. Tahap
analisis kedua di bawah, mencari dan membandingkan mekanisme-mekanisme
mekanisme mekanisme atau daya-daya
daya
penggerak yang mendasari cita
cita-cita umum itu. Cita-cita umum (public
public goals) dipilih sebagai
tolok ukur perbandingan atas dasar pertimbangan bahwa pada masyarakat manapun tolok ukur
inilah yang menjadi
jadi dasar pranata politik, sungguhpun bentuk dan cara untuk mencapainya
berbeda dari satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Selanjutnya perlu diingatkan di sini
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 261
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 262
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Ciri ekologi lain yang menunjukkan persamaan tetapi juga perbedaan antara keiga
wilayah yang didiami oleh tiga suku-bangsa
suku bangsa tersebut ialah bahwa orang Maybrat dan orang Me
mendiami daerh-daerah
daerah yang merupakan daerah interlaukstrin atau daerah berdanau-danau,
berdanau
sedangkan orang Muyu mendiami daerah yang tidak berdanau.
be
Dari segi sistem mata pencaharian hidup, ketiga suku-bangsa
suku bangsa itu dapat digolongkan pada
tingkat ekonomi yang sama, ialah subsistensi; mereka sama-sama
sama sama hidup sebagai petani ladang
berpindah-pindah,
pindah, walaupun perladangan pada orang Me bersifat pertani
pertanian yang kompleks
intensif (Pospisil, 1978:8), bila dibandingkan dengan dua suku-bangsa
suku bangsa lainnya. Di samping itu,
orang Muyu kecuali hidup sebagai petani berladang, juga hidup dari meramu sagu, hal yang
disebut akhir ini tidak dikenal orang Maybrat maupun orang
orang Me, kecuali hidup sebagai petani
ladang berpindah-pindah,
pindah, orang Maybrat, orang Me dan orang Muyu juga mengenal mata
pencaharian lain; yaitu perdagangan. Perbedaan yang terdapat pada sistem perdagangan antara
mereka, pertama terletak pada benda yang di
digunakan
gunakan sebagai alat ukur (bojek
( dagang –
remarcable objec).
). Orang Me dan orang Muyu menggunakan kulit kerang, cyprae maneta,
sebagai alat tukar, jadi kulit kerang pada dua suku
suku-bangsa
bangsa ini berfungsi sebagai uang (orang Me
menyebutnya mege dan orang Muyu menyebutnya
me ot),
), sedangkan orang Maybrat menggunakan
kain timur,, sebagai alat tukar maupun sebagai benda yang diperdagangkan dalam sistem
perdagangannya.
Membandingkan ketiga suku-bangsa
suku bangsa itu dalam hal aktivitas perdagangan, maka orang
Maybrat memperlihakan suatu sistem yang amat kompleks, melibatkan klen-klen
klen lain yang
tersebar luas di seluruh wilayah yang menjadi tempat tinggal orang Maybrat. Juga sifat
kompleksitas perdagangan seperti yang terdapat pada orang Maybrat, merupakan suatu siklus
perdagangan yangg melalui tiga tahap dimana tidak terdapat pada orang Me maupun orang suku
Muyu.
Sungguhpun tingkat kompleksitas berbeda, namun orang
orang-orang
orang yang berhasil sebagai
pedagang dalam tiga suku bangsa itu mendapat status sosial tinggi dalam masing-masing
masing
masyarakatnya.
akatnya. Dengan pengertian lain, mereka yang berhasil sebagai pedagang sejati sajalah
yang mempunyai kekuasaan dan pengaruh dalam masyarakatnya.
Kesamaan lain antara mereka ialah, penggunaan suatu upacara ritual sebagai arena
perdagangan dan sekaligus are
arena
na perebutan gengsi atau status sosial. Baik pada orang Maybrat,
orang Me maupun orang Muyu, puncak transaksi perdagangan terjadi pada kesempatan adanya
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 263
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
suatu upacara pesta ritual. Bedanya adalah bahwa bagi orang Maybrat perdagangan merupakan
tujuan pokok tetapi selalu terselubung dalam suatu pesta perkawinan, upacara inisiasi atau ritual
pembayaran tulang orang yang telah meninggal dunia. Sebaliknya pada orang Muyu, tujuan
pokok yang terselubung dalam transaksi perdagangan yang terjadi pada suatu pesta bab
babi adalah
penguburan kedua dari seseorang terhormat yang telah meninggal dunia. Bagi orang Me,
transaksi perdagangan yang terjadi pada satu pesta babi terutama bertujuan untuk memperkokoh
solidaritas kelompok (kampung atau konfederasi).
Peranan babi dalam kehidupan ketiga suku
suku-bangsa
bangsa tersebut diatas amat penting, namun
pada orang Muyu dan orang Me, peranan babi jauh lebih penting bila dibandingkan dengan
orang Maybrat. Sebab pada dua suku-bangsa
suku bangsa yang disebut pertama disamping babi merupakan
komoditi perdagangan
ngan umum, juga karena mereka hanya dapat menyelenggarakan suatu upacara
pesta babi yang menjadi arena transaksi perdagangan jikalau tersedia cukup banyak babi,
sedangkan orang Maybrat dapat menyelenggarakan suatu upacara atau ritual yang menjadi arena
transaksi
nsaksi perdagangan tanpa banyak babi.
Dilihat dari segi struktur sosial, maka orang Maybrat, orang Me dan orang Muyu, bukan
saja memperlihatkan kesamaan-kesamaan
kesamaan kesamaan tertentu, tetapi juga perbedaan-perbedaan
perbedaan diantara
mereka. Persamaannya ialah bahwa ketiga-tiganya
ketiga iganya menganut prinsip eksogami patrilineal.
Sebaliknya perbedaannya ialah bahwa kesatuan sosial orang Maybrat dan orang Muyu
berdasarkan lokalitas, sedangkan kesatuan sosial orang Me, berdasarkan klen. Kecuali orang Me
mengenal kesatuan sosial yang jauh lebih besar dari klen, yang mana ialah konfederasi. Orang
Muyu dan orang Maybrat tidak mengenal konfederasi dalam sisitem sosialnya, walaupun orang
Maybrat juga mengenal konfederasi dalam kelompok kecil yang berdasar atas asas klen dan
kerabat klen yang tergabung
ergabung didalam konfederasi itu. Bagi suku Maybrat, pemimpin konfederasi
ini dipanggil dengan nama Ra sien
sien,, atau panglima perang yang memiliki kemahiran dalam
berperang atau dalam mengayau musuh.
Berlatar belakang persamaan-persamaan
persamaan dan perbedaan-perbed
perbedaan seperti yang
digambarkan diatas maka, dibawah ini dibandingkan sistem politik pria berwibawa pada tiga
suku-bangsa tersebut.
Di dalam analisis perbandingan itu tidak dibandingkan struktur organisasi politik sebab
hal tersebut tidak terdapat pada tiga suku-bangsa
bangsa ini, mereka hanya mengenal kepemimpinan
yang bersifat autonomous dan kedudukan pemimpin diperoleh melalui pencapaian. Jadi tolok
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 264
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
ukur yang digunakan dalam analisis ini, seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya pada
awal sub-sub ini, ialah public goals atau cita-cita
cita umum. Hal ini penting sebab berkaitan erat
dengan komponen kekuasaan. Perhatian dalam perbandingan tidak diberikan hanya pada apa
yang menjadi cita-cita
cita umum dalam tiga suku-bangsa
suku bangsa itu saja, tetapi lebih penting dari itu
penekanan
nan akan diberikan terutama kepada proses pencapaian cita
cita-cita
cita umum itu. Apa yang
dimaksud dengan proses mencapai cita-cita
cita umum disini adalah bentuk--bentuk tindakan yang
digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Bentuk-bentuk
Bentuk bentuk tindakan bermanifestasi dalam
tindakan-tindakan
tindakan nyata seperti misalnya sifat bermurah hati (sifat ini bermanifestasi dalam
tindakan memberikan bantuan kepada orang lain) dan sifat rajin (bermanifestasi dalam
keberhasilan bertani, beternak dll).
Perlu diperhatikan bahwa analisis perbandingan
perbandingan yang dilakukan disini adalah
perbandingan antar suku-bangsa
bangsa yang berbeda, sehingga dalam perbandingan selalu akan dicari
untuk disampaikan tindakan apa yang lebih menonjol pada satu suku-bangsa
suku bangsa dan tidak pada
suku-bangsa
bangsa lain. Hal ini lain daripada jika kita mempelajari proses penguasaan cita-cita
cita umum
oleh para pemeran politik pada masyarakat yang sama. Jika hal tersebut terakhir ini yang
dilakukan maka tentu perhatian harus diberikan kepada upaya-upaya
upaya upaya para pemeran politik untuk
saling berkompetisii dalam merebut penguasaan terhadap cita-cita
cita cita umum. Perhatian dalam
analisis perbandingan ini adalah usaha mencari unsur
unsur-unsur
unsur yang sama dan yang tidak sama
antara tiga suku-bangsa
bangsa itu dan selanjutnya berusaha memberikan jawaban terhadap pertanyaan,
faktor-faktor
faktor apakah yang mendasari persamaan atau perbedaan itu. Jadi kompetisi antar
individu-individu pada suku-bangsa
bangsa yang sama untuk merebut kekuasaan secara eksplesit tidak
akan di kemukakan dalam analisis perbandingan ini.
Data etnografi tentang tiga suku-bangsa
suk bangsa itu, seperti yang termuat dalam kajian ini,
menunjukkan bahwa cita-cita
cita umum yang dikejar oleh pria dewasa dan yang menjadi idaman
warga masyarakat adalah kekayaan. Bagi ketiga suku-bangsa
suku bangsa itu, gagasan atau ide kekayaan
memang sangat dinilai tinggii sebab melalui kekayaan seorang dapat membangun kekuasaannya.
Atau dengan pengertian lain kekayaan mendatangkan kekuasaan. Jadi bagi mereka, konsep
kekayaan adalah identik dengan konsep kekuasaan.
Jika kita membandingkan wujud kekayaan yang menjadi landasan
landasan kekuasaan dalam tiga
suku-bangsa
bangsa itu, maka akan nampak hal-hal
hal hal sebagai berikut; seorang kaya pada orang Maybrat
adalah orang yang memiliki banyak kain timur,, sedangkan orang Me dan orang Muyu yang
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 265
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 266
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Sebaliknya
aliknya peranan poligami sebagai alat penada produktif dalam perladangan dan
khususnya peternakan babi, sangat memainkan peranan penting pada orang Me dan orang Muyu
bila dibandingkan dengan orang Maybrat.
Selanjutnya dibawah ini akan diperbandingkan beberapa hal yang dijadikan sebagai
syarat bagi seorang pemimpin pria berwibawa pada ketiga suku-bangsa
suku bangsa tersebut. Tata urut syarat
seperti yang dimuat di bawah ini tidak didasarkan atas pertimbangan prioritas, sebab hal itu
sangat sulit untuk menentukan syarat
syarat mana yang menduduki urutan pertama dan yang mana
kemudian. Semua syarat itu berkaitan erat satu sama lain.
Walaupun seorang itu kaya-memiliki
kaya banyak kain timur atau kulit kerang, banyak babi
dan banyak isteri, namun ia belum dapat menjadi pemimpin jika
jika tidah memenuhi syarat
bermurah hati. Sikap bermurah hati selanjutnya bermanifestasi dalam kehidupan orang Maybrat
saat ini. Sikap bermurah hati disini mengandung dua makna; pada satu pihak mengandung
makna politik, dan pada pihak yang lain mengandung makna
makna moral. Sikap bermurah hati dalam
bentuk memberikan bantuan secara material maupun imaterial bermakna politik, sebab melalui
pemberian atau bantuan terciptalah suatu kesepakatan secara nyata atau tidak nyata antara pihak
pemberi dengan pihak penerima, ddimana
imana pihak penerima secata moral tunduk dan taat kepada
pihak pemberi. Atau dengan perkataan lain, melalui pemberian seseorang itu terikat untuk
menjadi pendukung bagi pihak pemberi.
Kedua, sikap bermurah hati bermakna moral, sebab dalam banyak masyarakat
masyaraka di dunia
ini, seperti misalnya orang Me, seorang kaya berkewajiban untuk memberi bantuan kepada orang
lain yang membutuhkan bantuan. Kekayaan tidak boleh digunakan untuk memperkaya diri
sendiri. Penilaian terhadap kewajiban moral tersebut begitu tinggi ddijunjung
ijunjung sehingga orang kaya
yang bermurah hati sajalah yang dapat diakui sebagai pemimpin.
Jika kita membandingkan syarat bermurah hati yang bermakna politik antara tiga suku-
suku
bangsa yang dibandingkan dalam bagian penulisan buku ini, maka nampak bahwa makna
mak
tersebut hadir secara positif pada ketiga-tiganya.
ketiga tiganya. Sebaliknya makna moral dari syarat tersebut
jauh lebih berperan pada orang Maybrat dan Orang Me, bila dibandingkan dengan orang Muyu.
Secara keseluruhan, syarat bermurah hati dalam pengertian berganda diatas digunakan
baik oleh orang Maybrat, orang Me maupun orang Muyu, sebagai alat untuk merekrut pengikut
(pendukung). Bedanya ialah, bahwa pengikut seorang bobot di orang Maybrat dan seorang
tonowi di orang Me, melembaga, masing
masing-masing disebut kesema-raã
raã bobot (untuk orang
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 267
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Maybrat), dan ani yokaani (untuk orang Me), sedangkan para pengikut seorang kayepak pada
orang Muyu tidak melembaga. Kedudukan serta prestise seorang bobot atau tonowi menjadi
mantap karena dukungan dari sistem pendukung yang melembaga, sebaliknya kedudukan dan
prestise seorang kayepak menjadi mantap terutama bukan karena dukungan dari suatu sistem
pendukung yang melembaga melainkan oleh dukungan dari kaum kerabat. Itulah sebabnya faktor
demografi dalam pengertian banyak atau sedikit jumlah
jumlah warga kerabat turut menentukan besar
kecilnya kekuasaan dan pengaruh seorang kayepak.
Selain syarat bermurah hati yang telah dibicarakan diatas, syarat-
syarat-syarat lain yang harus
dipenuhi pula oleh seseorang agar menjadi pemimpin adalah memiliki kecakapan
kecakapan-kecakapan
tertentu seperti kepandaian bertani, kepandaian berburu, kemahiran berpidato dan berdiplomasi,
kepandaian berdagang dan kesanggupan menyelenggarakan upacara intensifikasi.
Membandingkan kecakapan-kecakapan
kecakapan kecakapan yang merupakan syarat tersebut di atas antara
tiga suku-bangsa
bangsa itu, maka nampak hal
hal-hal
hal berikut; pertama, bahwa seluruh kecakapan itu tidak
merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin. Data etnografi
menunjukkan bahwa pengutamaan kecakapan-kecakapan
kecakapan kecakapan tertentu bebeda dari satu
s masyarakat
dengan masyarakat lainnya. Demikianlah dapat dilihat misalnya, kecakapan berdagang dan
berdiplomasi merupakan syarat utama yang dituntut dari seorang bobot atau pemimpin pada
orang Maybrat, sedangkan kecakapan bertani dan berburu hanya merupakan
merupakan syarat pelengkap
saja. Bagi orang Me, kecakapan bertani dan memelihara babi merupakan syarat utama, sebab
suatu pesta babi yang merupakan arena perdagangan atau pasar tempat jual beli daging babi
dengan kulit kerang, hanya dapat dilakukan apabila tersedia
tersedia banyak babi. Memelihara banyak
babi membutuhkan banyak makanan yang terdiri dari hasil kebun (ubi manis). Oleh karena itu,
mereka yang berhasil dalam kebun sajalah yang dapat memelihara banyak babi.
Seperti halnya orang Me, kecakapan bertani dan memelihara
memelihara babi, bagi orang Muyu
adalah syarat yang penting untuk seorang pemimpin. Sebabnya ialah bahwa keberhasilan
memelihara babi sangat penting bagi terselenggaranya suatu pesta babi yang merupakan hasil
penting dalam kehidupan orng Muyu. Untuk kepentingan
kepentingan penyelenggaraan pesta babi pada orang
Muyu selalu dipotong sejumlah besar ekor babi. Kecakapan lain yang dituntut dari seorang
pemimpin adalah kemampuannya menyelenggarakan suatu upacara intensifikasi. Kemampuan
tersebut meliputi keberhasilan ekonomi, banyak babi dan banyak hasil kebun, juga meliputi
pengetahuan seseorang dalam hal mengatur pelaksanaan upacara intesifikasi.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 268
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Bagi orang Muyu, kecakapan penyelenggaraan pesta babi atau atatbon, bukan suatu hal
yang gampang, sebab menuntut pengetahuan berorganisasi
berorganisasi dan pengetahuan religius.
Pengetahuan berorganisasi dalam pesta babi penting sebab menyangkut pengaturan macam
macam-
macam aktivitas menjelang pada waktu berlangsungnya dan pada waktu penutupan pesta babi.
Pada waktu menjelang pesta babi, harus ditentu
ditentukan
kan tempat (lokasi) dan menyiapkan bangunan-
bangunan
bangunan (pondok-pondok)
pondok) bagi para peserta pesta, membangun rumah pesta (atatbon),
( dan
mengumpulkan makanan dan minuman yang cukup serta menyiapkan babi yang cukup banyak
untuk dipotong dalam pesta. Selain itu, harus
harus disiapkan juga sejumlah babi suci yang
diperuntukkan bagi kekuatan--kekuatan
kekuatan alam agar pesta yang akan diselenggarakan dapat berjalan
dengan baik dan membawa hasil yang banyak bagi pemerkarsa pesta. Demikian pula pada waktu
pesta sedang berlangsung dip
diperlukan
erlukan pengetahuan untuk mengatur konsumsi bagi para peserta
pesta yang terdiri dari dua sampai tiga ribu orang. Selain itu, diperlukan pula pengetahuan untuk
mengatur keamanan antara peserta yang berasal dari kelompok-kelompok
kelompok kelompok yang biasanya
bermusuhan. Juga pengetahuan tentang aturan-aturan
aturan aturan yang menyangkut cara pemotongan babi
dan penjualan daging babi yang merupakan acara puncak pesta tersebut harus dikuasai oleh
pemerkarsa upacara. Pengetahuan religius juga sangat diperlukan oleh seorang pemimpin,
terutama
utama pengetahuan tentang penyelenggaraan suatu pesta babi. Berbagai upacara religius harus
dilakukan demi suksesnya pesta, misalnya upacara yawarawon yang dilaksanakan pada waktu
persiapan pesta. Pada upacara ini, ditanami pohon sakral yang merupakan pusat
pusa dari tempat pesta
babi; juga upacara yawarawon menyangkut pembuatan kandang-kandang
kandang untuk menampung
babi-babi
babi yang akan dipotong dalam pesta. Pantangan
Pantangan-pantangan
pantangan tertentu seperti misalnya,
seorang yang berperan sebagai orang yang memotong babi pertama pada
pada waktu pesta, selama
masa persiapan tidak boleh makan makanan yang di masak oleh perempuan. Tujuan utama dari
upacara-upacara
upacara religius dan pantangan
pantangan-pantang
pantang itu adalah agar penyelenggaraan pesta mendapat
bantuan dari kekuatan-kekuatan
kekuatan alam atas untuk memperoleh
memperoleh banyak kulit kerang, ot, dalam
pesta babi yang memang berfungsi sebagai tempat jual beli daging babi dengan kulit kerang.
Seperti halnya orang Muyu, orang Maybrat juga menuntut kepandaian berorganisasi dari
seorang pemimpin atau bobot.
bobot Kepandaian atau kemampuan berorganisasi itu dapat dilihat
terutama pada penyelenggaraan suatu pesta bobot. Kepandaian berorganisasi pada seorang
pemimpin Maybrat bukan saja menuntut pengetahuan yang bersifat profan saja tetapi juga
pengetahuan religius (sakral). Pengetahuan
Pengetahuan profan terwujud dalam keberhasilan seorang bobot
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 269
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 270
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
ekspedisi-ekspedisi
ekspedisi penukaran kain timur dengan rekanan dagangannya yang tersebar hampir
diseluruh daerah pedalaman kepala burung.
Bagi orang Me, kepandaian berorganisasi seperti yang tereapat pada orang Muyu dan
orang Maybrat, juga penting, sebab penyelenggaraan
penyelenggaraan suatu pesta babi yang biasanya menelan
biaya konsumsi yang besar dan yang melibatkan banyak pihak, tentu menuntut pengetahuan
berorganisasi dari seorang guna mengatur terselenggaranya pesta babi. Perbedaan antara orang
Me di satu pihak dengan oran
orangg Maybrat dan orang Muyu pada pihak yang lain dalam hal
pengetahuan berorganisasi ialah bahwa orang Me tidak menggunakan kekuatan magis dalam
acara-acara
acara sekitar suatu pesta babi utnk mencapai keberhasilannya seperti halnya orang Maybrat
dan orang Muyu. Orang
ang Me percaya bahwa keberhasilan untuk menyelenggarakan suatu pesta
babi semata-mata
mata tergantung dari kemampuan berorganisasi penyelenggara, bukan campur
tangan alam gaib (pospisil 1978:92). Nuansa dapat ditangkap dari penjelasan diatas ialah bahwa
pada orang
ang Muyu dan orang Maybrat syarat memiliki kekuatan magis bagi seorang pemimpin
dianggap penting, sedangkan bagi orang Me kurang penting.
Syarat-syarat
syarat lain yang dituntut pula dari seorang pemimpin pada tiga suku
suku-bangsa
tersebut adalah kemahiran berpidato dan kepandaian berdiplomasi. Data etnografi menunjukkan
bahwa syarat-syarat
syarat tersebut secara positif terdapat pada tiga suku-bangsa
suku bangsa tersebut, namun bukan
merupakan syarat mutlak melainkan syarat pelengkap.
Dengan demikian disimpulkan bahwa kekuasaan konsensus merupakan unsur paling
penting yang digunakan dalam sistem politik pria berwibawa pada orang Maybrat, orang Me dan
orang Muyu, sedangkan kekuasaan coesif atau koersif hanya merupakan unsur pelengkap saja.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 271
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 272
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 273
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Sistem kepemimpinan pria berwibawa suku Maybrat, Imian, Sawiat, Big Man yang mana
cenderung menampilkan kemampuan atau pengaruh interpersonal seorang bobot yang
mampu menyebabkan seseorang atau kelompok untuk melakukan apa yang seorang bobot
inginkan, atau juga kita bisa menyebut para bobot sebagai Leadership.
2. Operational Type Big Man Leadership
Tipe kerja kepemimpinan pria berwibawa suku Maybrat
Maybrat, Imian, Sawiat, adalah mereka
sangat antusias dan serius dalam melaksanakan segala sesuatu yang mereka kerjakan. Nilai-
Nilai
nilai yang terbangun dalam sistem kepemimpinan operational bobot – Big Man Leadership
orang Maybrat adalah sebagai berikut :
• Rajin - samioh
• Produktif – mes bobot
• Orientasi kerja yang jelas (Action
( Oriented) – krek aam ase
• Transparansi (tidak
tidak melakukan sesuatu dibelakang
dibelakang-belakang) -
• Berani dan Aktif berdiplomasi
• Fleksibel
• Realistik
• Ekspresif
• Inisiatif Tinggi
• Tegas
• Cepat
• Spontan
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 274
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 275
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 276
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar:
tipe kepemimpinan yang selalu berkonsentrasi terhadap rakyat dan penghasilan
Tipe kepemimpinan bobot pada grid 1.1. adalah kepemimpinan bobot yang sangat buruk,
tidak memiliki kepedulian kepada produktifitas/hasil permainan kain timur dan juga tidak
berorientasi pada rakyatnya (raã kinyah). Pada pemimpin bobot dengan grid 9.1 adalah tipe
pemimpin big Man – bobot “country – club” yang berorientasi/mementingkan rakyatnya lebih
daripada memperhatikan hasil bisnis kain timur. Sebaliknya pemimpin Big Man - Bobot pada
grid 1.9 adalah pemimpin bobot – Big Man yang terlalu berorientasi pada hasil permainan kain
timur tetapi melanggar prinsip
prinsip-pronsip kekerabatan klen (human relation). Orientasi pada sistem
permainan kain timur dan hasil permainan kain timur yang tinggi, tetapi keprihatinan pada rakyat
rendah. Sedangkan
angkan yang ideal, dimana pemimpin Big man – bobot dapat memobilisasi
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 277
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
pengikutnya dengan hasil yang optimal adalah 9.9 yaitu organisasi sangat produktif dan relasi
interpersonal pemimpin dengan yang dipimpin sangat solid.
Gaya kepemimpinan big man – bobot ini cenderung berdasarkan pada tingkat kedewasaan
(maturity) dan kesiapan (readynes) orang yang dipimpinnya/rakyatnya. Kedewasaan dan
kesiapan adalah tingkat kemampuan (willingnes) rakyat yang dipimpinnya dalam
menjalankan tugas tersebut. Lihat diagram be
berikut;
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 278
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
8. Transactional Leadership
eadership – Gaya Kepemimpinan Bobot yang Transaksional
ransaksional.
9. Transformational Leadership
eadership – Gaya Kepemimpinan Bobot yang Bertransformasi.
B
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 279
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Bobot adalah seorang pemimpin atau seorang pria berwibawa yang sangat dihormati di suku
Maybrat yang mana bobot merupakan pemimpin yang selain memiliki banyak harta
kekayaan kain timur juga ada bobot yang memiliki karisma, mereka adalah pemimpin-
pemimpin
pemimpin berkarisma. Bobot yang berkarisma memiliki dimensi-dimensi
dimensi kepemimpinan
yang memberikan visi dan misi serta menanamkan rasa bangga, respek dan kepercayaan
dalam diri kerabat klen yang mengikutinya. Selain
Se itu, bobot juga memiliki kemampuan
menginspirasikan kerabat
kerabat-kerabat
kerabat klen pengikutnya, yaitu ia berkemampuan
mengkomunikasikan harapan
harapan-harapan
harapan yang agung, penggunaan simbol-simbol,
simbol
mengekspresikan tujuan yang penting dan cara yang dapat dilaksanakan un
untuk mencapai
tujuan (inspirationalized).
). Selain itu, bobot juga memiliki kemampuan yang mana mampu
memimpin dan mengembangkan rasionalitas, intelegensi, maupun pemecahan masalah secara
kreatif (intelectual
intelectual stimulation
stimulation). Bobot memiliki kemampuan tersendiri dalam memberikan
perhatian dan perlakuan personal kepada setiap kerabat klen pengikutnya secara pribadi
sehingga mereka juga mampu bertumbuh untuk menjadi orang-orang
orang orang yang berwibawa.
Berikut ini adalah tabel penilaian diri bobot-big man yang diklasifikasikan menurut
karakteristik yang paling sesuai menyatakan diri seorang bobot.. Poin 1 menyatakan pribadi
seorang bobot yang paling tidak sesuai dan 5 menyatakan pribadi seorang bobot yang paling
sesuai.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 280
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 281
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 282
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Skor O P N C
100
90
80
70
60 54 59
50 49 45
40
30
20
10
Gambar: skors keterangan diagram penilaian
TYPE PROMOTIONAL P
TYPE OPERATIONAL O
KETERANGAN TIPE PEMIMPIN BOBOT
TYPE NEGOSIATION N
TYPE CONCEPTIONAL C
Orientasi pada tugas, respon
Orientasi pada ketepatan, irama
terhadap feeling rendah, mendengar,
rendah menjaga jarak, komunikasi
menyimak, taat terhadap peraturan,
faktual, analistis, terukur, pandai
tenang, terukur, tak langsung
menahan diri, berwibawa, disiplin,
mendahulukan orang lain tenggang
taat pada agenda
rasa, halus diplomaatis, hati-hati,
hati
senag berpikir
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 283
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Kecenderungan ini merupakan gaya kepemimpinan politik bobot – big man yang
mengarahkan tentang apa dan bagaimana melaksanakan tugas atau sistem bermain kain timur
itu berjalan dengan lancar.
Merupakan gaya kepemimpinan politik bobot – big man yang berfokus pada kebutuhan
dan kenyamanan rakyatnya dan menciptakan sistem kekerabatan ya ng nyaman.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 284
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 285
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar: Piramida makna pekerjaan dan sistem politik seorang Bobot – Big man
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 286
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
alamiah. Ini disebut sebagai kehidupan pada masa prapolitik, yang mana orang Maybrat,
Imian, Sawiat, merasa bebas, sederajat, dan merdeka.
b. Setiap orang Maybrat, Imian, Sawiat, mula-mula
mula mula merasa bahwa mereka memiliki
kemerdekaan alamiah untuk beb
bebas
as dari setiap kekuasaan superior di dalam kehidupan
mereka dan tidak berada di bawah kehendak atau otoritas legislatif tertentu.
c. Meskipun keadaan alamiah adalah keadaan kemerdekaan, orang Maybrat, Imian, Sawiat,
namun mereka bukan berada pada keadaan keb
kebebasan
ebasan penuh. Merekka pun juga bukan
masyarakat yang tidak beradab, tetapi mereka adalah masyarakat anarki yang beradab
dan rasional. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, tidak memiliki kemerdekaan
kemer untuk
menghancurkan diri mereka atau apa yang menjadi milik mereka.
mereka. Tetapi pada akhirnya
prinsip ego yang membuatnya merasa dirinya gengsi sehingga mengakibatkan pemikiran
bersaing yang pada akhirnya menjadikannya timbul konflik.
d. Untuk menanggulangi kelemahan dalam hukum alam, terdapat kebutuhan hukum yang
mapan yang diketahui, diterima, dan disetujui oleh kesepakatan bersama untuk menjadi
standar benar dan salah. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, telah menetapkan aturan
aturan-aturan
pada Teologia Wiyon--wofle sebagai penyeleksi dosa (iro)) yang biasanya akan diadakan
setiap saat untuk pengakuan dosa. Ini disebut dengan (tgif
( iro)) atau upacara pengakuan
dosa. Dan salah satu aturan lainnya adalah hokum isti, yang sangat begitu keras dengan
aturan-aturannya.
e. Setiap orang Maybrat, Imian, Sawiat, tidak menyerahkan kepada komunitas lain tentang
hak-hak
hak alamiahnya yang substansial, tetapi mereka akan tetap dengan menjalankan hak-
hak
hak untuk melaksanakan hukum alam.
f. Hak yang diserahkan oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat, secara individu kadang kala
diberikan kepada orang sebagai individu, adajuga
adajuga yang diberikan kepada kelompok
tertentu, bahkan kepada seluruh komunitas.
g. Perdagangan kain timur dan Perkawinan keluar adalah jalinan untuk membentuk suatu
masyarakat politik. Ketika masyarakat itu telah terbentuk, kemudian harus membentuk
system kekerabatan
rabatan patrilineal yang dilanjutkan dengan membentuk suatu sistem strata
sosial yang tepercaya sehingga sosok yang begitu terlihat berwibawa dan terkaya
diantara mereka akan diangkat secara otomatis sebagai seorang bobot ((big man) sesuai
dengan criteria yang telah dilihat untuk memimpin kelompok sosial masyarakat tertentu
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 287
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Secara teoritis, semua manusia dianggap sederajat, tidak ada yang lebih tinggi antara satu
dengan yang lainnya. Akan tetapi dalam kehidupan dan kenyataannya sehari
sehari-hari kita sering
menjumpai adanya ketidak samaan. Selalu adanya pembedaan status masyarakat berdasarkan
status yang di miliki oleh setiap orang, atau pembedaan penduduk atau masyarakat
masyaraka kedalam
kelas-kelas
kelas secara bertingkat (strata).
1) Terjadinya stratifikasi sosial di dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat
Stratifikasi yang terjadi didalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, dapat
terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan mereka, dan selanjutnya disusun
secara sistem kekerabatan keluarga untuk mengejar prestise tertinggi dalam tujuan
mereka. Stratifikasi
tratifikasi yang muncul dengan sendirinya pada orang Maybrat, Imian, Sawiat,
adalah pada tingkat kepandaian, kewibawaan, keturunan, kepandaian memimpin,
kepandaian berdiplomasi, kepandaian bermain kain timur dan ukuran harta benda
(ekonomi). Sedangkan stra
stratifikasi
tifikasi yang disusun secara sistem kekerabatan keluarga
sebagai stratifikasi yang disusun berdasarkan garis struktur keturunan dalam sistem
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 288
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
perkawinan yang mana sengaja dimunculkan untuk tujuan bersama oleh kerabat, dan
sistem ini biasanya terjadi dalam sistem
sistem kekerabatan orang Maybrat, Imian, Sawiat,
secara formal dan menyeluruh pada setiap keluarga yang telah kawin mengawin.
Pembentukan stratifikasi ini akan muncul didalamnya sosok penggerak utama yang mulai
melakukan peminjaman kain (feah bo) kepada kerabatnya
kerabatnya yang lain. Proses ini serta
merta dengan sendirinya membuat adanya stratifikasi dalam sistem kekerabatan mereka,
dimana pemberi akan dianggap sebagai orang yang terhormat (bobot-
(bobot big man) oleh
kerabat penerima. Selanjutnya kerabat penerima akan dipandang
dipandang sebagai orang terhormat
(bobot – big man)) juga oleh sesama kerabatnya yang lain ketika ia memberikan
peminjaman kain (feah bo) kepada mereka, walaupun dia juga telah meminjam kain dari
kerabatnya yang lain. Sistem ini saya sebut sebagai sistem “pembaharuan”.
“pemb Karena
melalui orang yang punya, sehingga membaharui mereka yang tidak punya, dan
seterusnya.
2) Sifat stratifikasi Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat.
Sifat stratifikasi masyarakt Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, terdiri atas dua sifat
stratifikasi, yaitu; pertama; sifat yang tertutup, dan kedua; sifat yang terbuka.
Pertama;; stratifikasi yang tertutup, tidak memungkinkan berpindahnya seseorang dari
satu lapisan ke lapisan yang lain, baik yang merupakan gerak ke atas maupun gerak ke
bawah. Yang tergolong
tergolon dalam stratifikasi ini adalah keturunan Raja dan bobot,
bobot namun
bobot tidak begitu bertahan lama jika tidak ada usaha untuk mempertahankannya. Satu
Satu-
satunya jalan untuk menjadi anggota pada stratifikasi tertentu dalam kehidupan
masyarakat Maybrat, Imian, Sa
Sawiat,
wiat, menurut sifat ini adalah ditentukan oleh garis
keturunan keluarga, yaitu keturunannya akan berada pada stratifikasi atas jikalau berasal
dari garis keturunan Bobot atau Raja,
Raja, namun sebaliknya keturunannya akan berada pada
stratifikasi bawah jikalau berasal
berasal dari garis keturunan rayat biasa. Berbeda dengan Sifat
bobot, yang mana bisa berubah atau sebut saja bahwa stratifikasi ini tidak selamanya
baku seperti sifat keturunan dari Raja,, karena jikalau tidak ada usaha yang dilakukan oleh
seorang individu untuk
ntuk mempertahankannya maka akan mengubah stratifikasinya. Bisa
saja yang teratas bisa turun ke bawah jika tidak adanya usaha untuk mempertahankannya,
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 289
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
begitupula yang terbawah akan menjadi teratas jikalau ia selalu berusaha untuk berubah
menjadi seorang bobot.
bot.
Sistem stratifikasi kasta yang tertutup di dalam Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat,
Papua, ini dapat dilihat dari ciri
ciri-cirinya sebagai beriktu;
1. Keanggotaan pada kasta diperoleh karena warisan atau keturunan ((bobot dan raja).
2. Keanggotaan yang diwariska
diwariskann tersebut berlaku untuk seumur hidup (khusus untuk
bobot jikalau tetap dipertahankan).
3. Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta yang tertentu, terutama nyata dari nama
klen/keret/marga/famili, dan identifikasi anggota kerabat, bahkan adanya penyesuaian
diri yang terlihat ketat terhadap norma
norma-norma
norma kastanya yang mana selalu dijaga oleh
masyarakat sekitar.
4. Kasta bobot terkait oleh kedudukan yang secara tradisional dan kewibawaan seorang
individu yang ditetapkan sebagai tolok ukur.
5. Sangat memperhatikan prestise
prestise.
Kedua;; sifat yang terbuka. Sifat ini memungkinkan setiap anggota masyarakat memiliki
kesempatan yang sama untuk pindah ke lapisan teratas. Misalnya karena kecakapan, prestasi,
kemampuan dan kepandaian yang diperoleh sehingga setiap individu yang selalu berusaha
b akan
memiliki kesempatan untuk beralih ke lapisan atas. Dalam kehidupan masyarakat Maybrat,
Imian, Sawiat, dengan sifat yang terbuka ini, terlihat dengan jelas pula dengan konsep mobilitas
pendidikan sebagai pengubah utama yang begitu vertikal sehingga
sehingga membawa suatu perpindahan
status, baik ke atas maupun ke bawah melalui stratifikasi pendidikan dan pencapaian dunia
kerjanya.
Dalam stratifikasi masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, kedua sistem stratifikasi ini
terlihat begitu menonjol. Akan tet
tetapi
api menurut analisa kami, bahwa kecenderungan masyarakat
Maybrat, Imian, Sawiat, mulai dari abad ke-20
ke ― abad ke-21
21 dan seterusnya, cenderung
menggunakan sifat kedua. Walaupun kelihatannya sifat pertama masih digunakan sebagai resep
pencapaian prestise.
Sistem
stem stratifikasi tertutup pada masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, telah terlihat jelas
karena masih adanya setiap anggota masyarakat yang tetap berada pada status yang sama dari
orang tuanya, yaitu status dari keturunan bobot dan raja dan sistem stratifik
stratifikasi terbuka juga
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 290
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
terdapat pada masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, karena adanya mobilitas persaingan yang
diperlihatkan oleh setiap individu dalam mengejar prestise tertentu untuk mencapai stratifikasi
teratas. Hal ini terlihat melalui status masyarakatnya yang berbeda latarbelakang dari status
orang tuanya (mereka dapat lebih tinggi maupun lebih rendah karena ditentukan dari garis
keturunan orang tuanya). Namun dalam kenyataannya sekarang bahwa, masih adanya kolaborasi
antara sifat tertutup dan sifat terbuka.
terbuka. Sifat tertutup sangat jelas terlihat melalui tatapan budaya
lokal (seperti ketika membicarakan kain timur – bo bahkan perkawinan pun selalu dipertanyakan
tentang garis keturunan oleh klen wanita). Sedangkan sifat terbuka, akan terlihat jelas melalui
sistem
stem pemerintahan. Kedua sifat ini selalu digunakan sebagai suatu pola kolaborasi dalam
pencapaian prestise.
3) Dasar-dasar
dasar stratifikasi dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 291
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
oleh ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan yang tradisional (inisiasi wiyon
wiyon-wofle)
dan pendidikan moderen (pendidikan sekolah).
4) Unsur-unsur
unsur stratifikasi di dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat.
Hal-hal
hal yang menjadi unsur-unsur
un unsur stratifikasi dalam masyarakat Maybrat, Imian,
Sawiat, adalah: kedudukan (status) dan peranan (role).
1. Status
Status atau kedudukan bagi masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, merujuk pada tempat
seseorang dalam pola tertentu. Dengan demikian bahwa seo
seorang
rang bobot atau raja dapat
menduduki beberapa kedudukan sekaligus, dikarenakan seorang bobot atau raja biasanya ikut
serta dalam berbagai pola kehidupan. Pada umumnya masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat,
mengembangkan tiga macam status, yaitu; Big Man status (bobot), Ascribe Man status (Raja)
dan Achieved status. Big man status adalah kedudukan dalam masyarakat yang diperoleh karena;
keturunan, kewibawaan, dan kepandaian, yang mana suatu waktu bisa hilang ketika tidak bisa
dipertahankan. Sebaliknya status big man juga bisa diperoleh oleh individu yang bukan berasal
dari keturunan orang tua yang memiliki status big man,, karena atas usaha dan kerja kerasnya
dengan didukung oleh kemampuan dan kewibawaannya. Sedangkan acribe man status adalah
kedudukan dalam masyarakat
rakat Maybrat, Imian, Sawiat, yang diperoleh melalui keturunan (raja).
Sedangkan Achieved status adalah kedudukan seseorang yang diperoleh dengan usaha-usaha
usaha
yang dilakukannya. Melalui achieved status inilah status bigman (bobot) dapat tercapai. Ketiga
status
tus tersebut masih begitu menonjol dan memiliki peranan penting, serta masih digunakan oleh
masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, walaupun terlihat dengan jelas adanya perbedaan antara
ketiga status ini dalam pola stratifikasi di dalam masyarakat mereka. Terlihat
Terl bahwa masing-
masing penganut ketiga status ini selalu mengembangkannya sendiri-sendiri
sendiri sendiri pada status yang
ada, sesuai dengan kedudukan yang dikenal dengan assingned status, yang merupakan
kedudukan yang diberikan. Dalam ketiga status ini, yang merupakan
merupaka status yang tidak
terubahkan adalah ascribe man status (status raja).
2. Peranan (role)
Peranan pada masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, memiliki makna sebagai aspek dinamis
dari status atau kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak-hak
hak hak dan kewajiban-kewajiban
kewajiban
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 292
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
sesuai dengan kedudukannya, maka dia selalu menjalankan suatu peranan yang tujuannya untuk
memperoleh prestise. Suatu peranan ini terdiri atas tiga hal, yaitu;
a. Peranan meliputi norma
norma-norma
norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seorang bobot atau
ata raja di dalam masyarakat.
b. Peranan adalah suatu konsep tentang perihal apa yang dapat dengan mampu
dilakukan oleh seorang bobot atau raja ditengah masyarakat.
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perikelakuan seorang bobot atau raja yang
sangat penting bagi struktur sosial guna mempertahankan prestisenya.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 293
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Dari lokasi perletakan hunian suku Maybrat, Imian, Sawiat, diatas, maka dapat dikatakan
bahwa rumah dengan garis gelombang merupakan rumah
ru ah yang berada diatas perairan air laut,
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 294
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan angin kencang. Air laut merupakan
penyumbang
ang besar terhadap kelembaban yang terjadi. Disamping itu, angin yang bertiup dari
arah laut membawa kadar garam yang sangat tinggi, sehingga bahan-bahan
bahan bahan dari logam mudah
berkarat/korosi. Begitu pula dengan rumah dengan garis datar yang menunjukkan bahwa
perletakannya
erletakannya berada di peralihan daratan dan perairan air laut, juga masih dipengaruhi oleh
pasang-surut
surut air laut dan angin kencang. Kelembaban dan korosi/kerusakan bahan logam akibat
tingginya kadar garam merupakan konsekwensi yang harus diperhatikan untuk
untu mendirikan
bangunan diatas perairan air laut maupun di peralihan antara daratan dan perairan laut.
Sedangkan untuk rumah yang perletakannya di wilayah daratan, aman dari pengaruh pasang
surut air laut. Namun kondisi kelembaban masih tinggi sekitar 61% - 95%. Begitu pula dengan
kadar garam yang mendatangkan korosi, masih perlu diperhatikan jika lokasinya masih berada di
wilayah pesisir pantai dan masih dijangkaui oleh angin laut. Sedangkan yang berada di wilayah
pegunungan dan jauh dari air laut dan angin laut telah diubahkan. Korosi akibat kadar garam di
abaikan.
2. Orientasi
Orientasi bangunan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan
kenyamanan thermal dalam bangunan. Pengaruh sinar matahari dan angin merupakan dua hal
yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan orientasi bangunan yang akan direncanakan.
Namun untuk kasus rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, orientasi bangun huniannya
tidak merupakan pengejawantahan dari hal
hal-hal
hal yang cenderung bersifat mistis. Namun secara
etika sosial yang terjadi, bagi suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, mengatakan bahwa secara
terhormat bangunan harus menghadap ke jalan. Dilarang atau tidak terhormat membelakangi
jalan karena dianggap sombong dan kurang ajar. Untuk itu, jalan yang berfungsi
ber sebagai sarana
penghubung (kontak sosial) secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap orientasi bangunan.
Begitu pula dengan bangunan yang berhubungan langsung dengan air laut, memiliki larangan
mistis, bahwa bangunan harus menghadap ke laut, ka
karena
rena laut dipercaya sebagai tempat yang
memberi penyelamatan. Sebagaimana kepercayaan mereka bahwa daratan keras/jahat, dan laut
lembut/baik.
Dari uraian diatas bahwa ternyata unsur iklim tidak menjadi pertimbangan dalam
penentuan orientasi arah angin dan posisi lintasan matahari bukan merupakan hal yang penting.
Jadi rumah-rumah
rumah yang sisi panjang bangunannya tegak lurus dengan arah angin, dan sisi pendek
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 295
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
ditempatkan pada arah timur dan barat yang diketahui sebagai sisi yang secara tidak disadari
turut mewujudkan
ujudkan kenyamanan thermal yang diperlukan.
Lintasan matahari
Rumah Menghadap
ke jalan sebagai tanda penghormatan
dan kesopanan
Arah Angin
Gambar: Posisi Pertapakan Rumah terhadap Orientasi Matahari dan arah angin
(sumber, hasil analisis peneliti)
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 296
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
siku. Jengkal adalah panjang dari ujung jari ke ujung tengah ujung ibu jari jika tangan
dilebarkan.
Ukuran-ukuran
ukuran tiap rumah halit-mbol
halit chalit adalah sebagai berikut:
a. Jumlah tiang ke arah memanjang 6 buah, ke arah lebar 4 buah
buah pada bagian teras dan
badan rumah. Jarak antara tiang
tiang-tiang
tiang menurut pengukuran 2,6 m ke arah memanjang dan
2 m ke arah melebar. Sulit menentukan berapa ukuran depan, hasta, siku atau jengkalnya
secara pasti setiap orang mempunyai ukuran yang berbeda
berbeda-beda
da sesuai jengkalan jari
tangannya, lagipula tukan yang membangunnya sudah tidak ada lagi. Untuk ukuran arah
vertikal, tinggi kaki 5-6
5 6 m untuk tupuan kolom pada tanah, sedangkan 99-10 m untuk
tumpuan di atas pohon, tinggi badan rumah berfariasi dari 1,70 m, 3,50 m, 2 m, tinggi
kepala 1,90 m.
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa bentuk denah yang tercipta dari hasil ukuran
ukuran-
ukuran tersebut adalah suatu bentuk denah yang pipih, sehingga memungkinkan untuk
diterapkan sistem cross ventilation dan pemanfaatan cahaya matahari kedalam bangunan. Bentuk
seperti ini sangat cocok diterapkan pada daerah tropis lembab, khususnya di wilayah pesisir
pantai sekitar teminabuan, inanwatan, werisar dan sekitar perkampungan dipesisir pantai lainnya
yang kondisi
si kelembabannya sangat tinggi, seperti di perairan pantai sekitar Sorong Selatan.
Bentuk rumah bagi suku Maybrat, Imian, Sawiat, harus memiliki tiga syarat, baik bentuk ke
arah vertikal maupun bentuk ke arah horizontal sesuai dengan aturan budaya appabol
appabolang. Arah
vertikal ditandai dengan hafot/sur (kaki), kriras (badan), dan timanaf (kepala). Arah horizontal
ditandai dengan isit (teras), samu tkah (badan rumah), dan ohat (tungku api/dapur). Syarat ini
masing-masing
masing mempunyai arti dan fungsi tersendiri, yaitu
yaitu hafot/sur (kaki) merupakan bagian
kotor yang dikelilingi oleh makhluk-makhluk
makhluk makhluk jahat sehingga harus di tinggikan. Hal ini tentunya
bermanfaat untuk mengatasi kelembaban yang terjadi dibawah kolong rumah dan juga
bermanfaat untuk mengantisipasi luapan pasang
pasang surut air laut. Sumanaf (kepala) yang
dilambangkan sebagai yang maha tinggi, suci, serta dipercaya sebagai tempat makhluk halus.
Tentunya keadaan seperti ini sangat baik untuk mengusir panas yang ada didalam ruang. Samu
tkah tkah (badan rumah) yang posisinya
posisinya ditengah diapit oleh isit (teras), dari arah horizontal,
hafot/sur (kaki) dan timanaf (atap) dari arah vertikal. Hal ini tentunya baik untuk melindungi
ruang aktivitas keluarga dari sinar matahari langsung, hujan, dan pasang surut air laut.
Disamping
ng inti pengetahuan tentang kisaran pasang surut tercermin dari ketinggian lantai dengan
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 297
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
menentukan sekisar 1,5 – 2 m. Lantai yang ditinggikan dapat memberikan jalan untuk
pergerakan udara bahwa lantai hal ini merupakan solusi yang baik untuk mengatasi kel
kelembaban.
Bentuk rumah halit-mbol
mbol chalit dan kaitannya dengan kenyamanan thermal, dapat diuraikan
sebagai berikut:
Rumah halit-mbol
mbol chalit merupakan rumah yang berbentuk panggung yang memiliki kaki,
badan dan kepala sebagai konsekwensi dari aturan budaya Ap
Appabolong.
pabolong. Tinggi kaki/kolong
berukuran tinggi sekitar 1,70 m keatas dari permukaan tanah. Kondisi ini memungkinkan untuk
mengatasi kelembaban yang terjadi dibawah lantai. Untuk lebih jelasnya dapt dilihat pada
gambar berikut:
Dapur Kepala
Badan
Badan
Rumah Kaki
Teras
Tangga
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 298
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
4. Bukaan-Bukaan
Bukaan (sistem Penghawaan)
Bukaan-bukaan
bukaan sangat penting peranannya untuk mendapat penghawaan dalam
da bangunan.
Sistem penghawaan perlu diperhatikan untuk menciptakan kenyamanan dalam bangunan,
terutama pada bangunan rumah tinggal yang menggunakan sistem pendinginan pasif.
Sistem penghawaan untuk pendingin positif perlu diperhatikan: orientasi jendela, dimensi
jendela, disain sistem daun jendela, dan waktu pembukaan jendela. Untuk kasus penghawaan
rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, dapat dilihat contoh rumah halit-mbol
halit chalit berikut:
a. Sistem penghawaan pada rumah halit-mbol
halit chalit yang berada di sisi timur dan barat
barat, terdiri
dari jendela, bukaan keluar yang terbuat dari krepyak kayu dan kaca bening, ventilasi dan
kisi-kisi
kisi kayu, bukaan pintu dan kisi-kisi
kisi kayu pada batasan atas kearah atap dan kebawah.
kebawah
Ini tidak searah dengan jalur angin, padahal arah angin dari utara. Jadi posisi bukaan sejajar
arah angin. Hal ini tentunya kurang menguntungkan apabila tidak ditangani dengan
sempurna. Pengontrolan dan pembelokan arah angin ke bangunan sangat diperlukan supaya
ventilasi silang atap tetap
etap terjadi. Yang menguntungkan pada rumah ini adalah ventilasi atap,
yaitu kisi-kisi
kisi sisa kayu diantara dinding dan atap yang tidak ditutup dan bukaan sekitar
50,20% dari luas dinding pada sisi utara atau tegak lurus arah datangnya angin. Namun
kondisi ini
ni belum mampu menghapus panas untuk menurunkan temperatur dalam, khususnya
sekitar jam 10.00 siang sampai jam 16.00 sore, sehingga kondisi dalam ruang masih berada
dalam kondisi hangat yaitu sekitar 28°C – 30,2°C.
b. Sistem penghawaan pada rumah yang berdiri pada sisi utara dan selatan terdiri dari jendela,
ventilasi dari kisi-kisi
kisi kayu. Orientasi bukaan terbesar berada disisi utara dan selatan. Hal ini
tentunya sangat menguntungkan karena arah angin terbesar pada daerah ini adalah dari utara,
jadi memungkinkan
nkan adanya ventilasi silang. Disamping itu, didukung dengan bukaan sekitar
40,80% dari luas dinding. Namun kondisinya seperti halnya dengan rumah yang posisi timur
dan barat, belum mampu menghapus panas untuk menurunkan temperatur dalam kasusnya
sekitar jam 10.00 siang sampai jam 16.00 sore. Sehingga kondisi dalam ruang masih berada
dalam kondisi hangat, yaitu sekitar 28°C – 29,5°C.
5. Atap dan Dinding
Atap dan dinding adalah unsur yang harus diperhatikan untuk melindungi bangunan dari
alam luar. Atap merupakan
pakan elemen yang paling banyak menerima radiasi matahari secara
langsung. Untuk itu perlu adanya usaha penyekatan untuk mengurangi pengaruh matahari
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 299
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
terhadap ruang bawanya. Atap bangunan selain berfungsi sebagai pelindung terhadap
kebasahan/kelembaban dan hempasan.
Untuk kasus rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, atap selain berfungsi untuk
melindungi bangunan dan panas matahari dan kebasahan hujan, atap juga berpengaruh terhadap
kebiasaan mereka, terutama bagi yang berada disekitar laut selalu meman
memanfaatkan atap untuk
menampung air hujan untuk keperluan minum sehari
sehari-hari.
hari. Untuk itu kemiringan atap pada
rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, rata
rata-rata 30° - 45°. Kemiringan ini tentu saja dapat
merupakan solusi yang baik untuk mempercepat turunnya air
air hujan dari atap, sehingga dapat
mengurangi kebocoran dan pembusukan pada bahan atap, disamping dapat mengurangi
kelembaban yang datang dari atap. Kemiringan atap juga berpengaruh terhadap besarnya panas
yang diterima. Sebagaimana yang dikatakan Zokolay (1981) bahwa atap dasar lebih besar 50%
menerima panas matahari daripada atap miring.
Disamping atap bangunan, dinding juga perlu mendapat perhatian untuk menciptakan kondisi
nyaman dalam bangunan. Dinding yang baik harus senantiasa menjadi pelindung terhadap
terha
radiasi matahari, pelindung terhadap hempasan hujan dan kelembaban dan pelindung terhadap
arus angin luar, serta harus senantiasa memelihara suhu yang diminta di dalam ruang.
Untuk mengurangi besarnya pengaruh radiasi pada bangunan maka dinding harus dibayangi
d
dan dihindari dari sinar matahari dan dihindari dari sinar matahari langsung. Disamping itu,
bahan dinding sebaiknya mempunyai time lag yang besar namun kerapatan dinding harus diatur
agar tetap memiliki bagian-bagian
bagian yang berlubang sebagai ventilasi alami.
Untuk khusus rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, bahan dinding terdiri atas
beberapa bahan utama, yaitu Kulit kayu, Papan kayu,
kayu gaba-gaba/pelepah
gaba/pelepah sago, dedaunan. Namun
yang masih digunakan hingga sekarang adalah papan kayu yang mempunyai time lag yang kecil,
sehingga panas yang ada langsung diterima dan dipancarkan.
Temperatur ruang luar dan ruang dalam tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Untuk
itu, dinding dan bukaan-bukaan
bukaan baru senantiasa dilindungi dari sinar matahari.
6. Overstek
Overstek atau pelindung seperti yang diuraikan didepan sangat besar peranannya untuk
menciptakan kenyamanan dalam bangunan. Overstek-overstek
Overstek yang
ang lebar dan sudut jatur atap
yang begitu memanjang hingga badan bangunan sangat dibutuhkan untuk menghambat sinar
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 300
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
matahari yang masuk kedalam ruang secara langsung, memberi bayangan peneduh dan
melindungi hujan.
Untuk kasus rumah tingga Maybrat, Imian, S
Sawiat,
awiat, overstek atau pelindung sangat
dibutuhkan seperti sisi bangunan. Hal ini tentunya untuk melindungai dinding terutama dari sinar
matahari langsung, mengingat bahan dinding yang digunakan dari papan dan kayu dengan time
lag yang kecil. Namun kenyataan penggunaan overstek/pelindung pada rumah halit-mbol
halit chalit
yang diteliti hanya bagian depan dan belakang yang mendapat perlindungan overstek, sedangkan
bagian sisi kiri dan kanan tidak, atau hanya menggunakan panjangnya ukuran jatuh atap yang
hingga menutup
up paruh dinding bagian atas. Ukurannya sekitar 80
80-100 cm.
7. Materi dan Warna
Materi dan warna yang digunakan pada bangunan juga perlu mendapat perhatian, karena
kedua unsur ini sangat berpengaruh terhadap penambahan panas di dalam bangunan. Color can
influence
nce of heat absorbed by the building surface that affect internal temperature. Jika
pendinginan fakor utama pada perencanaan bangunan, maka kombinasi bidang dengan warna-
warna
warna muda dan dinding yang mampu melawan panas perlu diperhatikan.
Untuk kasus rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, penggunaan material dan warna
pada atap, dinding dan lantanya dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Atap
Roof design id the result of geographical condition, climate is the reason for the “slope”,
while the local soil conditions
conditions explain the choise of certain “materials”. Pengertian ini
sangat relevan bila melihat kondisi tanah yang sangat lemah daya dukungnya, berupa
tanah lempung dan tanah lumpur sehingga pemilihan material atap bangunan sangat
dipengaruhi oleh daya dukung tanah. Penggunaan material atap dipermukiman kampung
Maybrat, Imian, Sawiat, hanya dijumpai dua jenis, yaitu atap daun dan atap seng.
Penggunaan atap daun bagi suku Maybrat, Imian, Sawiat, didasarkan pada faktor
ekonomi dalam ukuran sekarang ini, namun me
merupakan
rupakan bahan utama pada zaman lampau
(prasejarah). Namun perlu diketahui bahwa penggunaan atap daun sangat baik untuk
meredam pengaruh radiasi matahari karena tidak menyerap panas, pengudaraan baik, dan
warnanyapun merupakan warna alami. Atap daun ini dap
dapat
at merefleksi panas antara 20% -
23%. Kekurangan/kendala penggunaan atap daun yaitu, atap ini berongga sehingga
mudah mengundang cendawan, lumut, serangga, dan hama lain yang tidak menyedapkan,
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 301
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 302
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
hunian suku Maybrat, Imian, Sawiat, hampir menggunakan jenis kayu yang sama, yaitu
kayu besi (ataf), Matoa, dan kayu ulin yang dianggap berkualitas baik. Materi kayu
mempunyai kemampuan pemantulan sekitar 60% - 40% tahan terhadap angin, hujan dan
mempunyai kemampuan pengisolasian panas sedang, serta tingkat penyerapan sekitar
40% - 60% apabila dengan perawatan yang baik dan konstruksi yang tepat.
Penggunaan warna bagi suku Maybrat, Imian, Sawiat, didasarkan
didasark pada
pengetahuan tentang tingginya kelembaban dilingkungan dengan mengikuti pola yang
dilakukan oleh orang Hindia Belanda terdahulu dan juga tentunya untuk memberi nilai
estetika. Menurut pengalaman mereka bahwa dengan memberi warna atau cat pada
dinding,
g, lebih dapat bertahan terhadap basah/lembab daripada tidak sama sekali.
Pemakaian cat pada dinding tiap rumah halit-mbol
halit mbol chalit, semuanya memakai warna yang
memiliki daya serap sekitar 20% - 60% atau daya daya pantul 80% - 35%. Hal ini
tentunya dapat membantu
bantu untuk mengurangi perolehan panas dalam bangunan.
c. Lantai
Penggunaan material lantai sama dengan dinding, yaitu yang memilih material kayu yang
permukaannya licin. Terhadap pertimbangan pengaruh iklim, pemakaian lantai kayu
sangat mereduksi panas, lagi pula lantai kayu hangat untuk malam hari yang begitu
dingin. Sedangkan kelembaban yang timbul akibat penguapan air dikolong lantai disiasati
dengan konstruksi penggung tampa penutup kolong, sehingga dapat mengalir dengan
baik.
8. Pola Penataan Hunian
Pola penataan Hunian permukiman ini bileh dikatakan masih serawut dan tidak teratur.
Hanya barisan depan menghadap jalan yang berbaris rapi, sedangkan hunian lainnya bersebaran
ke arah laut dan hutan tanpa keteraturan. Pola penataan hunian dikampung agaknya menyimpang
dari teori bahwa untuk daerah panas lembab, pola penataan
penataan bangunan yang teratur dalam bentuk
grid dan dengan pola jalan yang saling memotong tegak lurus dengan bangunan sebagai pebatas
tepi akan sangat sesuai, dengan pola yang dimanfaatkan untuk ventilasi dalam bangunan dan
diharapkan menjadi lancar (Gideon S G
Golony, 1995).
B. Faktor – faktor iklim tropis yang mempengaruhi kenyamanan thermal dalam ruang.
Penelitian mengenai kenyamanan thermal baik dari Szokolay (1980), Egan (1975), maupun
dari Santoso (1986), tidak disepakati suatu besaran kenyamanan yang sama. Kenyamanan
Ke
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 303
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
thermal tidak dapat diartikan sebagai suatu besaran tetap, tetapi merupakan ambang batas relativ
yang menunjukkan bahwa kondisi iklim tertentu, lingkungan sekitar, jenis kelamin, kelompok
usia, aktifitas dan lain sebagainya. Hal ini diperjelas dengan
dengan memperhatikan faktor – faktor yang
mendukung kenyamanan thermal adalah sebagaimana pada tabel berikut :
Kehilangan panas pada manusia disebabkan oleh konveksi kondisi, evaporasi dan radiasi.
Konveksi sekitar 40%, evaporasi 20%, radiasi matahari sekitar 40% dan konduksi biasanya
memberi kontribusi sangat kecil. Jumlah kehilangan panas ini akan menentukan respon
seseorang terhadap
adap lingkungan sekitarnya, sehingga ia akan mampu merasakan kenyamanan
thermal yang mana didukung oleh : temperatur udara, radiasi penggerakan udara, dan
kelembaban relatif. Kombinasi dan faktor – faktor ini akan menghasilkan suatu nilai
kenyamanan thermall tertentu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut:
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 304
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 305
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
seperti disebutkan di atas. Kombinasi temperature udara, kelembaban, dan kecepatan angin
yang membentuk temperature nyaman pada saat tersebut di katakan sebagai temperatur
efektif. Lihat tabel beikut:
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 306
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Kelembaban udara yang nikmat untuk tubuh berkisar 40 – 70%. Padahal tempat – tempat
seperti ditepi pantai, berkisar 80%
80%-98%.
98%. Untuk itu diperlukan pengembangan lain demi rasa
comfort tubuh. Dengan kata lain pr
proses
oses penguapan harus dipercepat. Jika kelembaban udara
sudah jenuh, maka tubuh kita tidak bisa menguapkan keringat lagi. Khusus yang tinggal di
daerah pantai harus diingat bahwa angin laut selain membawa kelembaban, jug membawa
kadar garam yang tinggi, yang
yan menyusup dan merusak bahan – bahan logam di mana –
mana.
Pengaturan kelembaban dalam ruang juga sangat penting karena kelembaban ruangan
yang tinggi dapat menyebabkan penggemburan permukaan kaca pada musim dingin dan
kelembaban rendah dapat mengakibatkan masalah listrik statis. Di daerah iklim tropis yang
bercurah hujan tinggi, faktor kelembaban harus mendapat perhatian. Kelembaban dapat
membawa bahaya dan kerugian – kerugian. Mengakibatkan dinding – dinding menjadi basah
yang mana bisa mengurangi daya isolasi
isolasi kalor, sedangkan penguapan kebasahan dinding juga
membuat ruang menjadi dingin, menambah kadar uap air didalamnya. Itu semua mendorong
uap air dalam ruangan untuk berkondensasi. Kelembaban yang tidak ditiup pergi oleh angin
dapat menjadi penyebab ketidaknyamanan
ket di dalam ruang.
Pada kenyataannya orang dipantai tidak terlalu merasa kesal terhadap suhu. Yang paling
dirasakan sebagai penyebab ketidak enakan bukan pertama suhu udara, melainkan
kelembaban. Selain itu kelembaban dapat menimbulkan pembusukan pada kayu, pengkaratan
logam – logam.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 307
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 308
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Tabel: Perbandingan untuk Kecepatan Angin, dan Akibat serta Pengaruh yang
ditimbulkan pada Manusia di Lingkungannya
Beufort Indikasi / Gejala Kecepatan (kmph)
No
0 Asap berhembus vertical Kurang dari 1.5
1 Arah angin tampak dari serabut lepas dari asap,
belum dari kepulan
2 Asap yang condong menuju arah angin.
Angin terasa diwajah, menimbulkan desiran, kepulan
3 asap condong
Menuju arah angin.
4 Ranting – ranting kecil dan dedaunan bergerak terus,
angin bisa meningkatkan kibaran bendera
5 Angin menghamburkan debu dab kertas,
menggerakkan
gerakkan gerakan dahan-
dahan dahan kecil
6 Angin menggoyangkan pepohonan kecil, terjadi riak
– riak kecil ombak / gelombang
7 Bergoyangnya dahan besar, timbulnya bunyi kabel
telegraph bersinggungan akibat tertiup angin, paying
8 terbuka sulit dikuasai
9 Seluruh pepoho
pepohonan bergoyang, gangguan melawan
angin dirasakan oleh pejalan kaki
10 Ranting pohon patah, kepayahan pejalan kaki di jalan
Pepohonan bertumbangan, timbulnya kerusakan kecil
11 pada bangunan, genteng – genteng bangunan mulai
12 beterbangan.
Terjadinya kerusakan lebih parah pada konstruksi
bangunan, pohon – pohon ambruk
Terjadinya kerusakan/malapetaka yang lebih luas
Angin ribut / badai tofan
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 309
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Untuk bangunan di daratan yang berdataran tinggi, harus memperhatikan sifat angin yang
kadang – kadang kencang dan hal ini perlu dihindari. Jadi kecuali mempelajari cepat dan
lembabnya gerakan angin di suatu daerah, dan sangat perlu juga diketahui arah angin
setempat.
Untuk daerah panas lembab, pola penataan bangunan teratur dalam bentuk grid dengan
pola jalan yangg saling memotong tegak lurus, namun di wilayah Maybrat Imian Sawiat
menggunakan pola linear, yang mana penataan bangunan mengikuti alor gunung, sungai dan
pantai.
e. Mendefinisikan Kembali Arsitektur Tropis di Indonesia
Salah satu alasan mengapa manusia membuat bangunan adalah karena kondisi alam iklim
tempat manusia berada tidak selalu baik menunjang aktivitas yang dilakukannya. Aktivitas
manusia yang bervariasi memerlukan kondisi iklim sekitar tertentu yang bervariasi pula.
Untuk melangsungkan aktivitas kantor, misalnya, diperlukan ruang dengan kondisi visual
yang baik dengan intensitas cahaya yang cukup; kondisi termis yang mendukung dengan suhu
udara pada rentang-nyaman
nyaman tertentu; dan kondisi audial dengan intensitas gangguan bunyi
rendah yang tidak mengganggu
gganggu pengguna bangunan.
Karena cukup banyak aktivitas manusia yang tidak dapat diselenggarakan akibat
ketidaksesuaian kondisi iklim luar, manusia membuat bangunan. Dengan bangunan,
diharapkan iklim luar yang tidak menunjang aktivitas manusia dapat dimodifikasidiubah
menjadi iklim dalam (bangunan) yang lebih sesuai.
Usaha manusia untuk mengubah kondisi iklim luar yang tidak sesuai menjadi iklim
dalam (bangunan) yang sesuai seringkali tidak seluruhnya tercapai. Dalam banyak kasus,
manusia di daerah tropis
opis seringkali gagal menciptakan kondisi termis yang nyaman di dalam
bangunan. Ketika berada di dalam bangunan, pengguna bangunan justru seringkali merasakan
udara ruang yang panas, sehingga kerap mereka lebih memilihberada di luar bangunan.
Pada saat arsitek
sitek melakukan tindakan untuk menanggulangi persoalan iklim dalam
bangunan yang dirancangnya, ia secara benar mengartikan bahwa bangunan adalah alat untuk
memodifikasi iklim. Iklim luar yang tidak sesuai dengan tuntutan penyelenggaraan aktivitas
manusia dicoba
icoba untuk diubah menjadi iklim dalam (bangunan) yang sesuai. Para arsitek yang
kebetulan hidup, belajar dan berprofesi di negara beriklim sub
sub-tropis,
tropis, secara sadar atau
tidakatau karena aturan membangun setempatkerap melakukan tindakan yang benar. Karya
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 310
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
arsitektur
rsitektur yang mereka rancang selalu didasari pertimbangan untuk memecahkan
permasalahan iklim setempat yang bersuhu rendah. Bangunan dibuat dengan dinding rangkap
yang tebal, dengan penambahan bahan isolasi panas di antara kedua lapisan dinding sehingga
panas
anas di dalam bangunan tidak mudah dirambatkan ke udara luar.
Meskipun mereka melakukan tindakan perancangan guna mengatasi iklim sub-tropis
sub
setempat, karya mereka tidak pernah disebut sebagai karya arsitektur sub
sub-tropis, melainkan
sebagai arsitektur Victorian,
orian, Georgian dan Tudor; sementara sebagian karya yang lain
diklasifikasikan sebagai arsitektur modern (modern architecture), arsitektur pasca-modern
pasca
(post-modern
modern architecture), arsitektur modern baru (new modern architecture), arsitektur
teknologi tinggi (high-tech
tech architecture), dan arsitektur dekon.
Di sini terlihat bahwa arsitektur yang dirancang guna mengatasi masalah iklim
setempat tidak selalu diberi sebutan arsitektur iklim tersebut, karena pemecahan problematik
iklim merupakan suatu tuntutan mendasar yang 'wajib' dipenuhi oleh suatu
suat karya arsitektur di
manapun dia dibangun. Sebutan tertentu pada suatu karya arsitektur hanya diberikan terhadap
ciri tertentu karya tersebut yang kehadirannya 'tidak wajib', serta yang kemudian memberi
warna atau corak pada arsitektur tersebut. Sebut saj
sajaa arsitektur yang 'bersih' tanpa embel-
embel
embel dekorasi, yang bentuknya tercipta akibat fungsi (form follows function) disebut
arsitektur modern. Arsitektur dengan penyelesaian estetika tertentuyang antara lain
menyangkut bentuk, ritme dan aksentuasidiklasif
aksentuasidiklasifikasikan
ikasikan (terutama oleh Charles Jencks) ke
dalam berbagai nama, seperti halnya arsitektur pasca
pasca-modern,
modern, modern baru dan dekonstruksi.
Semua karya arsitektur tersebut tidak pernah diberi julukan 'arsitektur sub
sub-tropis' meskipun
karya tersebut dirancang di daerah
d iklim sub-tropis
tropis guna mengantisipasi masalah iklim
tersebut.
Kemudian mengapa muncul sebutan arsitektur tropis? Seolah-olah
Seolah olah jenis arsitektur ini
sepadan dengan julukan bagi arsitektur modern, modern baru dan dekonstruksi. Jenis yang
disebut belakangan
n lebih mengarah pada pemecahan estetika seperti bentuk, ritme dan hirarki
ruang. Sementara arsitektur tropis, sebagaimana arsitektur sub-tropis,
sub tropis, adalah karya arsitektur
yang mencoba memecahkan problematik iklim setempat.
Bagaimana problematik iklim tropi
tropiss tersebut dipecahkan secara desain atau rancangan
arsitektur? Jawabannya dapat seribu satu macam. Seperti halnya yang terjadi pada arsitektur
sub-tropis,
tropis, arsitek dapat menjawab dengan warna pasca-modern,
pasca modern, dekonstruksi ataupun High
High-
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 311
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Tech, sehingga pemahaman tentang arsitektur tropis yang selalu beratap lebar ataupun
berteras menjadi tidak mutlak lagi. Yang penting apakah rancangan tersebut sanggup
mengatasi problematik iklim tropishujan deras, terik radiasi matahari, suhu udara yang relatif
tinggi, kelembapan yang tinggi (untuk tropis basah) ataupun kecepatan angin yang relatif
rendahsehingga manusia yang semula tidak nyaman berada di alam terbuka, menjadi nyaman
ketika berada di dalam bangunan tropis itu. Bangunan dengan atap lebar mungkin hanya
mampu mencegahh air hujan untuk tidak masuk bangunan, namun belum tentu mampu
menurunkan suhu udara yang tinggi dalam bangunan tanpa disertai pemecahan rancangan lain
yang tepat.
Dengan pemahaman semacam ini, kemungkinan bentuk arsitektur tropis, sebagaimana
arsitektur sub-tropis,
tropis, menjadi sangat terbuka. Ia dapat bercorak atau berwarna apa saja
sepanjang bangunan tersebut dapat mengubah kondisi iklim luar yang tidak nyaman, menjadi
kondisi yang nyaman bagi manusia yang berada di dalam bangunan itu. Dengan pemahaman
semacam
am ini pula, kriteria arsitektur tropis tidak perlu lagi hanya dilihat dari sekedar 'bentuk'
atau estetika bangunan beserta elemen-elemennya,
elemen elemennya, namun lebih kepada kualitas fisik ruang
yang ada di dalamnya: suhu ruang rendah, kelembapan relatif tidak terlalu tinggi,
pencahayaan alam cukup, pergerakan udara (angin) memadai, terhindar dari hujan, dan
terhindar dari terik matahari. Penilaian terhadap baik atau buruknya sebuah karya arsitektur
tropis harus diukur secara kuantitatif menurut kriteria
kriteria-kriteria fluktuasi
asi suhu ruang (dalam
unit derajat Celcius); fluktuasi kelembapan (dalam unit persen); intensitas cahaya (dalam unit
lux); aliran atau kecepatan udara (dalam unit meter per detik); adakah air hujan masuk
bangunan; serta adakah terik matahari mengganggu pen
penghuni
ghuni dalam bangunan. Dalam
bangunan yang dirancang menurut kriteria seperti ini, pengguna bangunan dapat merasakan
kondisi yang lebih nyaman dibanding ketika mereka berada di alam luar.
Penulis menganggap bahwa definisi atau pemahaman tentang arsitektur tropis
t di
Indonesia hingga saat ini cenderung keliru. Arsitektur tropis sering sekali dibicarakan,
didiskusikan, diseminarkan dan diperdebatkan oleh mereka yang memiliki keahlian dalam
bidang sejarah atau teori arsitektur. Arsitektur tropis seringkali dilihat
dilihat dari konteks 'budaya'.
Padahal kata 'tropis' tidak ada kaitannya dengan budaya atau kebudayaan, melainkan
berkaitan dengan 'iklim'. Pembahasan arsitektur tropis harus didekati dari aspek iklim. Mereka
yang mendalami persoalan iklim dalam arsitekturpersoalan
arsitekturpersoalan yang cenderung dipelajari oleh
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 312
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
disiplin ilmu sains bangunan (fisika bangunan)akan dapat memberikan jawaban yang lebih
tepat dan terukur secara kuantitatif. Mereka yang dianggap ahli dalam bidang arsitektur
tropisKoenigsberger, Givoni, Kukreja, Sodha, Lippsmeier dan Nick Bakermemiliki
spesialisasi keilmuan yang berkaitan dengan sains bangunan, bukan ilmu sejarah atau teori
arsitektur.
Kekeliruan pemahaman mengenai arsitektur tropis di Indonesia nampaknya dapat
dipahami, karena pengertian arsitektur tropis
tropis sering dicampuradukkan dengan pengertian
'arsitektur tradisional' di Indonesia, yang memang secara menonjol selalu dipecahkan secara
tropis. Pada masyarakat tradisional, iklim sebagai bagian dari alam begitu dihormati bahkan
dikeramatkan, sehingga pertimbangan
pertimbangan iklim amat menonjol pada karya arsitektur tersebut.
Manusia Indonesia cenderung akan membayangkan bentuk-bentuk
bentuk bentuk arsitektur tradisional
Indonesia ketika mendengar istilah arsitektur tropis. Dengan bayangan iniyang sebetulnya
tidak seluruhnya benarpembicaraan
mbicaraan mengenai arsitektur tropis akan selalu diawali. Dari sini
pula pemahaman mengenai arsitektur tropis lalu memiliki konteks dengan budaya, yakni
kebudayaan tradisional Indonesia. Hanya mereka yang mendalami ilmu sejarah dan teori
arsitektur yang mampu
mpu berbicara banyak mengenai budaya dalam kaitannya dengan
arsitektur, sementara arsitektur tropis (basah) tidak hanya terdapat di Indonesia, akan tetapi di
seluruh negara yang beriklim tropis (basah) dengan budaya yang berbeda-beda,
berbeda sehingga
pendekatan arsitektur
rsitektur tropis dari aspek budaya menjadi tidak relevan.
Dari uraian di atas, perlu ditekankan kembali bahwa pemecahan rancangan arsitektur
tropis (basah) pada akhirnya sangatlah terbuka. Arsitektur tropis dapat berbentuk apa
sajatidak harus serupa dengan bentuk-bentuk
bentuk arsitektur tradisional yang banyak dijumpai di
wilayah Indonesia, sepanjang rancangan bangunan tersebut mengarah pada pemecahan
persoalan yang ditimbulkan oleh iklim tropis seperti terik matahari, suhu tinggi, hujan dan
kelembapan tinggi.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 313
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang tercipta dari hasil budaya Appabolang mampu mengantisipasi
iklim untuk mencapai kenyamanan thermal dalam bangunannya, sebagai berikut:
beri
1. Pengaruh Sinar Matahari
Secara umum, sinar matahari dapat memberikan pengaruh baik, karena cahaya matahari
dapat digunakan sebagai pencahayaan alami. Namun, sinar matahari terutama sinar matahari
langsung, mengandung panas yang dapat mempengaruhi kenyamanan, untuk itu masuknya panas
kedalam bangunan perlu dihindari.
Letak georafis Kabupaten Sorong Selatan pada daerah khatulistiwa berada pada posisi 131°
42¹ 0”BT - 132° 58¹ 12”BT dan 0° 55¹ 22” LS - 2° 17¹ 24” LS. Kabupaten Sorong Selatan yang
luasnya sekitar 1.321.189,39
21.189,39 ha (berdasarkan peta)
peta).. Berdasarkan diagram posisi matahari (sun-
(
path diagram),
), waktu riil Kabupaten Sorong Selatan pada pukul 12.00 (waktu matahari) adalah
pukul 12.6. jadi jumlah panas maksimum yang diterima apabila matahari mencap
mencapai titik
kulminasi yaitu pukul 12.6 siang.
Untuk rumah tinggal,, sinar matahari langsung yang dirasakan mengganggu adalah pukul
10.00 – 15.00. berdasarkan sun-path
sun diagram sudut pembayangan untuk setiap rumah sampel
dapat ditentukan. Berdasarkan diagram matahari
matahari yang sesuai untuk lokasi penelitian ini dipilih 6°
selatan. Kedalaman pembayangan setiap fasade bangunan pada jam 10.00 jam 13.00 dan jam
15.00 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel sudut jatuh matahari pada fasade bangunan rumah halit – mbol chalit
Tampak Jam 10.00 Jam 13.00 Jam 15.00
Tgl/bln Bangunan SV AH AZ TM SV SH AZ TM SV SH AZ TM
Utara 59¹ 62¹ 24¹ 55¹ 56¹
Selatan - - - - -
22 Juni Timur 58¹ 49¹ 49¹ - - 338¹ 60¹ - - 316¹ 40¹
Barat - 78¹ 67¹ 45¹ 34¹
Utara - - - - -
Selatan 72¹ 75¹ 37¹ 70¹ 56¹
22 Des Timur 60¹ 119¹ 56¹ - - 217¹ 70¹ - - 245¹ 46¹
Barat - 78¹ 53¹ 48¹ 25¹
Sumber: Hasil analisis Peneliti
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 314
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Berdasarkan sudut matahari pada tabel diatas, maka kedalaman pembayangan matahari pada
fasade dapat diketahui dengan menggunakan formula dari persamaan (1) seperti terlihat dalam
tabel berikut:
Tabel: Kedalaman Pembayangan Matahari Pada Fasade Bangunan rumah Halit - mbol Chalit
PEMBAYANGAN MATAHARI (M)
Tpk
Tgl/ Jam 10.00 Jam 13.00 Jam 15.00
Bgn
bln
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Ut 7.2 1.6 1.4 1.8 5.2 1.8 6.3 1.4 1.2 1.5 4.9 1.5 7.3 1.6 1.4 1.8 5.3 1.8
22 Sel Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max
Juni
Tim 0.78 6.3 1.3 6.4 1.48 6.27 Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max
Bar Max Max Max Max Max Max 5.6 5 4.48 5.6 0.99 0.89 0.79 0.99 0.79 0.99 0.89 0.99
Ut Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max
22 Sel 3.69 3.3 13.7 3.69 3.3 3.69 2.88 2.59 10.7 2.88 2.59 2.88 3.85 3.47 14.2 3.85 3.47 3.85
Des
Tim 1.51 5.78 1.2 5.9 1.37 5.78 Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max
Bar Max Max Max Max Max Max 4 3.7 3.3 4 3.7 4 1 0.9 0.8 1 0.9 1
Dari Tabel hasil analisis tersebut, maka dapat dikatakan bahwa untuk rumah halit
halit-mbol chalit
pada bulan Juni dan desember Jam 10.00, dinding dengan bukaan kaca disisi timur masih terkena
sianr matahari langsung. Untuk itu masih membutuhkan pematah sinar matahari
ma sepanjang 1,4 –
1,7 m. Begitu pula pada sisi barat Jam 13.00 dan 15.00 masih membutuhkan pematah sinar
matahari sepanjang 1,2 – 1,5 m. Sedangkan yang lainnya pada bulan Desember disisi timur jam
10.00, sisi barat Jam 13.00 dan jam 15.00, serta sisi selatan pada bulan Desember Jam 13.00 dan
jam 15.00 masih membutuhkan pematah sinar matahari sepanjang masing-masing
masing 1,4 – 1,8 m,
1,5 -2 m dan 1,2 – 1,5 m. Sedangkan pada bagian rumah yang lain, pada bulan Juni jam 15.00
sisi utara dan pada bulan Juni dan Desember sisi barat Jam 13.00 dan 15.00, masing
masing-masing
membutuhkan pematah sinar matahari sepanjang 1,3 – 1,5 m dan 1,5 – 2 m. Bagian rumah yang
lain, pada bulan Juni dan Desember sisi selatan jam 10.00, 13.00, dan 15.00 masing-masing
masing
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 315
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
membutuhkan pematah sinar matahari sepanjang 1,5 – 1,7 m, 1,5 – 1,8 m, dan 1,3 – 1,5 m.
Sedangkan untuk sisi rumah yang lain, pada bulan Desember sisi selatan jam 10.00, bulan Juni
sisi utara jam 10.00 dan bulan Juni dan Desember sisi barat Jam 13.00, jam 15.00, masing-
masing
masing membutuhkan pematah sinar matahari sepanjang 1,2 – 1,5 m, 1,2 – 1,4 m, dan 1,5 – 1,7
m. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Pnjng pemathn
Rumah Fasade Jam Bulan Sinar matahari
bangunan Yg dibutuhkan
Bpk, Timur 10.00 1.4m – 1.7m
Moses Barat 13.00 , 15.00 Juni & Des 1.4m – 1.8m
St. Utara 10.00 , 13.00 Juni 1.2m – 1.5m
Bilbroun Selatan 15.00 Des 1.2m – 1.3m
Ibu Timur 10.00 Juni & Des 1.4m – 1.8m
Balandina Barat 13.00 , 15.00 1.5m – 2m
Utara Des 1.2m – 1.5m
Bpk, Utara 15.00 Juni 1.3m – 1.5m
Harun Barat 13.00 , 15.00 Juni & Des 1.5m – 2m
Timur 10.00 1.5m – 1.7m
1.5m – 1.8m
Bpk, Barat 13.00 , 15.00 Des 1.3m – 1.5m
Yafet Selatan 10.00 , 13.00, 15.00 1.2m – 1.5m
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 316
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 317
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
2) Bukaan
Tidak dapat disangkal lagi didalam usaha untuk menghasilkan suatu perencanaan yang
baik, bukan saja luas dan sisi dari ruangan yang harus mendapat perhatian, tetapi juga
penempatan serta
ta ukuran yang tepat dari bukaan – bukaan (Pintu, Jendela dan lubang
ventilasi) perlu mendapat kajian yang teliti, demi tercapainya kenyamanan.
Ukuran dari bukaan lebih tergantung pada pertimbangan keampuan menerima sinar
matahari, dan kemudian memeriksa daripada
daripada pertimbangan temperature. Dari sisi menerima
sinar matahari paling sedikitnya bukaan. Penempatan bukaan juga dibuat pada sisi paling
mudah untuk memeriksa. Untuk ventilasi dari penerangan alami, dalam banyak kasus, suatu
jendela berupa 20% luasan dinding
d telah mencukupi.
Jika kelebihan panas terjadi, ventilasi silang perlu diberikan, tetapi pada beberapa
bagian waktu, hal itu turut menyumbang pada perasaan dinding yang tak nyaman sehingga
perlu disiapkan penutup bukaan – bukaan, jendela dan pintu. Disisi
isisi lain, jika tida ada angin
yang kuat yang perlu dihindari, maka orientasi bukaan tidak memperhatikan perlunya angin
langsung, sehingga perolehan panas matahari menjadi satu – satunya factor dalam pengaturan
orientasi jendela.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 318
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
isolasi/penghalang kalor dari luar, pelindung terhadap hempasan hujan dan kelembaban dari
luar, serta pelindung terhadap arus angin luar. Terhadap ruang dalam, dinding harus
senangtiasa memelihara suhu yang diminta
diminta dalam ruang, pengatur derajat kelembaban dalam
ruangan, dan mengatur ventilasi didalam ruangan.
Terhadap kenyamanan bangunan yang berkesinambungan/menerus ada beberapa cara
yang dilakukan untuk mengurangi besarnya pengaruh radiasi terhadap bangunan, yaitu
dengan cara pembayangan atap dan didalam ruangan, kerapatan dinding harus diatur agar
tetap memiliki bagian – bagian yang berhubungan sebagai ventilasi alami.
4) Overstek / Pelindung
Pada daerah dengan iklim panas – lembab, overstek – overstek yang leb
lebar dan serambi
yang luas sangat dibutuhkan untuk menahan silau langit, melindungi dari hujan dan juga
memberi bayangan peneduh. Penahan matahari dan kisi – kisi digunakan untuk melindungi
bukan – bukan selama periode kemarau, dan juga memberi keuntungan pada
pa musim hujan,
yaitu dapat melindungi dari hempasan air hujan.
System pemayungan atau penyaringan merupakan cara yang cukup bermanfaat untuk
mencapai kenikmatan terhadap sengatan dan silau matahari. Pemayungan atau penyaringan
sinar matahari selain bermaksud
bermaksud mengurangi atau memperlunak sengatan dan silau, sekaligus
juga mengurangi kalor yang terpantul dari benda atau bidang – bidang halaman.
Penggunaan overstek atau elemen – elemen pematah sinar matahari harus deperhitungkan
terhadap arus ventilasi. Jika sesuatu bangunan akan memanfaatkan semaksimal mungkin
maka potensi alami elemen fisiknya harus dipilih sedemikian rupa sehingga cocok sebagai
alat pelindung matahari tetapi sekaligus tetap untuk system ventilasinya.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 319
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
bangunan yang dihuni sepanjang siang hari. Dalam kasus bangunan digunakan
digunaka sepanjang
hari, akan lebih baik kalau panas matahari bisa disimpang untuk malam hari. Namun hal ini
kurang tepat untuk daerah tropis di dataran rendah. Pada malam hari temperature menjadi
rendah tetapi kelembabannya tinggi. Karena itu bahan terang yang lebih
lebih memantulkan panas
bisa lebih cocok.
Nilai – nilai pemantulan dan penyerapan cahaya untuk berbagai bahan dan jenis
permukaan tidak hanya penting berhubungan dengan kesilauan, tetapi juga merupakan data –
data yang sangat penting untuk penggunaan bahan bangunan yang tepat. Berikut lihat tabl
nilai – nilai pemantulan dan penyerapan berbagai bahan jenis permukaan sebagai berikut :
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 320
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Tabel
Nilai – nilai Pemantulan dan Penyerapan Berbagai Bahan Jenis Permukaan
Kaleng Baru 25 – 30 73 – 70
Tembaga Pudar 65 35
Putih 40 – 50 60 – 50
Marmer 40 60
Pasir putih Perak 70 – 90 30 – 10
75 – 90 25 – 10
Slate abu – abu 80 – 85 20 – 15
Batu–batu 90 – 95 10 – 5
karang Danau atau Laut 90 – 95 10 – 5
Pudar 60 – 75 40 – 25
Air
Bata merah
Sumber: Hasil Analisa Bahan Teknik Arsitektur
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 321
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 322
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
• Iklim,, (aspek panas dan terang matahari, aspek keberadaan dan kecepatan angin dan aspek
curah hujan)
• Kondisi dalam ruang, yang sesuai untuk aktivitas pemakai.
• Bangunan, yang berlaku sebagai filter sekaligus modife.
Dalam skala lingkungan yang lebih besar, lingkungan luar membentuk kondisi makro yang bisa
berupa kondisi geometi, kepadatan bangunan, serta kondisi permukaan pada lokasi bersangkutan.
Kondisi alam/makro
iklim
Akhir dalam perancangan thermal ini adalah kondisi dalam ruang yang langsung
berhubungan dengan manusia. Akhirnya bahwa bangunan harus berubah system lingkungan
diluar menjadi suatu lingkungn didalam yang sesuai untuk habitasi manusia.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 323
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Dari sisii temperature, bidang daratan menjadi panas duakali lebih cepat daripada bidang air
dengan luas yang sama. Bidang air kehilangan sebagaian energi panasnya karena penguapan,
temperature udara sebagian besar ditentukan oleh sentuhan udara dengan permukaan tanah,
ta maka
temperature yang tinggi selalu berhubungan dengan permukaan tanah, maka temperature yang
tinggi selalu berhubungan dengan kelembaban udara yang rendah, dan temperature yang sedang
dengan kelembaban yang tinggi. Akhirnya menjadi suatu gejala bahwa pada garislintang yang
sama dan waktu musim panas yang sama, temperature terrendah terjadi diatas permukaan air dan
temperature tertinggi diatas bentuk didalam musim dingin terjadi kebalikan.
2. Kepadatan Bangunan
Kepadatan bangunan adalah jarak antara bang
bangunan
unan disuatu area yang akan membentuk
temperature lingkungan. Area dengan kepadatan tinggi secara umum akan memiliki temperature
lebih tinggi daripada area yang kurang padat. Meskipun hal ini juga harus memperhatikan
kondisi lainnya seperti ; kecepatan angin,
angin, jenis dan kerapatan vegetasi, ketinggian dan laut serta
posisinya terhadap garis edar matahari.
3. Geometri Tatanan
Bentuk dan keteraturan tatanan lingkungan akan banyak berpengaruh pada kecepatan angin.
Dengan semakin banyak belokan – belokan maka kecepatan
atan ini dapat dipertimbangkan apakah
angin diperlukan untuk menghembus lebih kuat ataukah sebaliknya angina harus dikurangi
kecepatannya.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 324
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Tabel :
Sudut Jatuh Matahari Pada Fasade Rumah tradisional Maybrat Imian Sawiat
(sumber, data analisis peneliti)
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 325
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 326
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 327
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Nilai – nilai yang termuat dalam bangunan rumah tradisional suku Maybrat Imian dan
Sawiat sangat berfariasi, yang mana di bedakan atas dua jenis utama yaitu nilai – nilai yang
terkandung dalam bangunan rumah hunian prolog dan nilai – nilai sacral yang termuat dalam
bangunan sekolah tradisional / bangunan gereja tradisional (kwin – bol wofle) yang mana
merupakan pembanding.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 328
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
akan tetap dianggap sebagai saudara/i. hal itu akan terasa dan tetap terbawa dalam
keberlangsungan pergaulan mereka, karena misalnya ketika seorang sahabat yang dikenal
dalam kesulitan dan hendak meminta pertolongan ataupun perlindungan
perlindungan pasti akan diberi
perlindungan dan pertolongan sesuai dengan kemampuan mereka.
Hingga kini masyarakat Suku Maybrat Imian Sawiat sangat menjujung tinggi
persaudaraan tersebut, baik yang di bangun dari turun temurun (old
(old familiars)
familiars bahkan
pergaulan baru (new
new familiars
familiars). Untuk ikatan turun temurun old familiars diperhitungkan
dari keturunan keluarga, yaitu diperhitungkan dari keturunan ayah kandung dan ibu kandung,
misalkan keturunan dari ayah: Ibu dari ayah (marga karet) mempunyai berapa saudara/i,
saudar
berapa anak yang di lahirkan oleh masing – masing saudara/I ibu dari ayah tersebut, siapa
saja suami/istri mereka dan apa marga dari masing – masing suami/istri mereka, berapa
saudara/I mereka, dan marga apa, siapa nama ayah dan ibu dari suami/istri mereka, apa
marga mereka dan seterusnya, begitupula dari silsilah seorang ibu kandung.
Bukan hanya ikatan tersebut sebatas mengenal sebagai saudara atau family, namun
sebagai ikatan emosional yang mana mampu menghimpun pergaulan mereka dalam
menanggulangii segala persoalan yang dihadapi dalam ikatan keluarga mereka. Misalkan
anak dari marga Sagrim bertunangan dengan anak dari Marga Nauw, maka mereka yang ikut
serta dalam pembayaran harta adalah mereka yang memiliki struktur keturunan dari ayah ibu
dari anak laki – laki (sagrim) yang diperhitungkan mulai dari turun temurun seorang ayah
dan ibu kandung hingga moyang mereka akan ikut serta mengambil bagian dalam
pembayaran harta/minang tersebut. Begitupula dari pihak perempuan yang dipinangi.
Tidak hanya sebatas
tas pergaulan familiar internal di wilayah maybrat imian sawiat saja,
namun pergaulan tersebut dijadikan sebagai salah satu system pergaulan moderen yang mana
kini diterapkan dalam system birokrasi dan relasi kerja mereka. Hal tersebut terlihat begitu
kental
al dalam system birokrasi dan relasi kerja, bisa dikatakan system keluarga, kerabat dan
teman.
2. Sederhana
Dilihat dari bentuknya, maka arsitektur rumah hunian suku Maybrat Imian Sawiat
merupakan bangunan arsitektur hunian yang sederhana, namun memiliki nilai
nil dan norma
yang sangat tinggi.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 329
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur hunian Suku Maybrat Imian Sawiat merupakan bangunan sederhana yang
mana terlihat tidak begitu rumit dalam proses membangun. Suatu bangunan dikatakan rumit
karena memiliki ukiran dan motif yang berfariatif, yang mana menjadi sorotan dalam
pembentukkan
ukkan estetika bangunan.
Disadari bahwa arsitektur rumah hunian suku Maybrat Imian sawiat tidak begitu memuat
ukiran atau ornament – ornament tertentu, namun memiliki fungsi dan nilai tersendiri. Hal
inilah yang membedakan antara arsitektur hunian maybrat
maybrat imian sawiat dengan arsitektur
lainnya.
Kesederhanaan arsitektur rumah hunian suku Maybrat Imian Sawiat tidak hanya dilihat
pada wajahnya saja, namun dari pembagian ruangnya yang mana terdiri dari teras dan ruang
serbaguna, tidak seperti bangunan hunian moderen yang memiliki ruang tamu, ruang tidur,
dapur serta teras. Walau begitu sederhana, namun dalam ungkapan pemiliknya bahwa rumah
hinian tersebut memberikan kenyamanan kepada mereka dalam mempertahankan hidup
mereka hingga turun – temurun saat ini.
Disimpulkan
isimpulkan bahwa arsitektur hunian Suku Maybrat Imian Sawiat dibangun hanya
memperhatikan fungsinya tanpa memperhatikan ke-Estetikaan,
ke Estetikaan, sehingga terlihat begitu
sederhana dalam meramu nilai – nilai arsitektural yang dikandungnya.
3. Terbuka
Untuk bangunan rumah hunian orang maybrat imian sawiat umumnya tidak tersembunyi
seperti rumah persembunyian (benteng pertahanan
pertahanan-- snek) dan rumah sekolah/rumah gereja
(kwin – bol wofle). Secara dekat, bangunan rumah hunian orang maybrat imian sawiat
memberikan kesan akrab
ab dan terbuka. Hal ini terlihat pada penataan bentuk bangunan yang
terlihat polos dengan pembagian ruang yang multifungsi sehingga terkesan akan segala
sesuatu yang dilakukan tidak tersembunyi (transparan) atau terbuka untuk dilihat orang
sekitar dalam rumah.
B. Nilai
ilai rumah suci / rumah sekolah k’wiyon-bol wofle
Pada umumnya bangunan rumah hunian orang Maybrat Imian Sawiat tampak sederhana,
terbuka, dan memiliki satu ruang yang multi fungsi serta teras, namun untuk bangunan sekolah
tradisional/bangunan rumahh suci atau gereja tradisional ((kwiyonn – bol wofle), memiliki
perbedaan yang sangat mencolok yaitu :
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 330
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
1. Sakral
Bangunan rumah suci / rumah sekolah, merupakan salah satu bangunan khas orang
Maybrat Imian Sawiat yang mana dipercaya sebagai bangunan suci (rumah
(rum pamali), yang
mana hanya diperbolehkan bagi orang – orang tertentu (raa wiyon-na
na woflw) yang dapat
menapakan kakinya didalam ruangan–
ruangan ruanganya.
Rumah suci dianggap sebagai bangunan yang sakral, karena didalamnya memuat
berbagai macam makna, merupakan areal pendidikan atau tempat pelatihan dan tempat
dimana Allah bertahta serta tempat pertemuan antara manusia dan Allah. Tidak
diperkenangkan kepada orang – orang yang belum dibaptis atau tidak pernah disekolahkan
untuk masuk dan kaum perempuan dilarang melintas
me disekitarnya.
2. Tersembunyi
Untuk rumah hunian orang Maybrat Imian Sawiat berada pada areal terbuka, namun
untuk bangunan rumah suci/rumah sekolah sangat bertentangan. Dalam mendirikan
bangunan rumah sekolah ada beberapa aturan – aturan tertentu yang
ng harus diikuti dalam
membangun rumah suci / rumah sekolah antara lain adalah; waktu pelaksanaan, jumlah orang
dengan criteria – criteria yang dapat mendukung agar boleh untuk membangunnya, bahan –
bahan yang digunakan dalam membangun, jenis kayu yang dip
dipakai
akai dalam membangunnya,
jenis rotan yang digunakan, upacara dan persembahan – persemabahan.
3. Tertutup dan Khusus
Rumah suci / rumah sekolah selain dianggap sebagai bangunan yang sakral, tersembunyi,
juga tertutup atau merupakan bangunan yang dipagari sedemikian rapih hingga tak bercela,
dengan tujuan agar tidak kelihatan aktifitas pendidikan dan pengajaran dalam ruma
rumah suci
tersebut.
Dalam pembagian ruang dan fungsinya, rumah suci / rumah sekolah memiliki aturan –
aturan yang sangat mengikat dan sangat tegas, yaitu antara lain : ruang luar merupakan ruang
dimana bisa dilintasi oleh orang awam (raa iin), untuk ruang ssuci
uci tidak bisa di lintasi oleh
orang awam (raa iin), yang berhak masuk adalah mereka yang sudah terdidik dalam
pendidikan itu (raa win), namun untuk ruang maha suci, tidak diperbolehkan kepada seorang
guru biasa dan murid untuk memasukinya namun yang berha
berhakk memasuki ruang tersebut
adalah guru besar (raa bam), karena pada ruang tersebut dianggap sebagai tempat bertahtanya
Allah yang maha kuasa yang mana dianggap sebagai ruang maha suci dan sangat sacral.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 331
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
A. Tradisional to Moderen
Gambar:
Denah bangunan bentuk moderen
Dengan konsep dasar tradisional
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 332
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambra:
Tampak depan bentuk Moderen redesign gaya arsitektur Maybrat, Imian, Sawait
dengan konsep dasar dari Rumah tradisional rumah gantung “Halit-bol
“Halit bol halit”
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 333
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar:
Tampak Samping Kiri Rumah Moderen redesign gaya arsitektur Maybrat, Imian,
Sawait dengan konsep dasar dari rumah gantung “Halit
“Halit-bol
bol halit”
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 334
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar:
Tampak Samping Kiri redesign gaya arsitektur Maybrat, Imian, Sawait dengan
konsep dasar dari rumah gantung “Halit-bol halit”
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 335
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar:
Tampak Belakang redesign gaya arsitektur Maybrat, Imian, Sawait dengan
konsep dasar dari rumah gantung “Halit
“Halit-bol halit”
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 336
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
TRADISIONAL MODEREN
Gambar:
Gambar: Redesign Denah Dari bentuk Tradisional ke-
ke
Denah Tradisional bentuk moderen
Gambar: Gambar:
Tampak Depan bentuk tradisional Redesign Tampak Depan dari bentuk
tradisional ke- bentuk moderen
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 337
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar: Gambar:
Tampak samping kiri bentuk Redesign Tampak samping kanan dari
tradisional bentu tradisional ke-bentuk
bentuk moderen
Gambar: Gambar:
Tampak samping kiri bentuk Redesign Tampak samping kiri dari
Tradisional tradisional ke- bentuk Moderen
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 338
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar: Gambar:
Tampak Belakang bentuk Redesign Tampak Belakang dari
Tradisional tradisional ke-bentuk
bentuk moderen
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 339
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
pertimbangan estetika maka dibentukkannya sedemikian rupa. Nilai yang terkandung pada
ornament ini adalah kebesaran seseorang. Lebih jelas lihat uraian ornament.
Bentuk pengadopsian sisa kayu yang diambil dari kepala burung kakatua putih yang diadopsikan
menjadi ornament pada bangunan arsitektur Maybrat, Imian, Sawiat.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 340
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Garis anak panah diatas yang dihubungkan antara rumah tradisional ke rumah moderen
menunjukkan bentuk-bentuk
bentuk bangunan dan aliran yang di-redesign
di redesign menjadi bentuk moderen
dengan gayanya yang tetap khas.
Gambar listplank yang
diadopsikan dari bekas
kaki kepiting yang
dikembangkan menjadi
aliran arsitektur Maybrat,
Imian, Sawiat.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 341
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Part 02
B.
Gambar:
Denah
Gambar:
Tampak Depan
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 342
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 343
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar:
Tampak Belakang
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 344
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar:
Detail Koloum
Skala 1:30
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 345
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar:
Detail Koloum
Skala 1:30
1:
Gambar:
Detail kolum
Skala 1:20
1:
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 346
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar:
Detail Kepala koloum
Skala 1:10
1:
Gambar:
Detail Kepala Koloum
Skala 1:10
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 347
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Keterangan gambar
1. Kepala yang di adopsi dari perahu nelayan tradisional
2. Bagian sayap yang diadopsi dari kulit keong/kulit bia
3. Relief berbentuk gelombang yang diadopsi dari gelombang laut
4. Relief bentuk Rautan yang di adopsi dari bentuk rautan gelang pegangan tombak,
parang, dan pisau (botah)
(
5. Arist yang di adopsi dari potongan koba – koba.
6. Relief berbentuk gergaji yang diadopsi dari kepala koba – koba
7. Dinding koloum
8. Relief bentuk jahitan tali pegangan pada
pad noken (yu masir)
9. Badan Koloum
2. Pondasi /Koloum
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 348
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Pada bangunan tradisional maybrat imian sawiat dikenal dengan rumah gantung, dengan
demikian jenis pondasi yang telah di pakai adalah pondasi setempat. Karena kebanyakan orang
maybrat imian sawiat mendirikan bangunannya dengan menggunakan kayu buah yang
merupakan
erupakan hasil kumpulan dari alam. Bentuk suatu bangunan tradisional maybrat imian sawiat
tidak dibangun dengan menggunakan sautu rancangan moderen namun dengan cara
memperkirakan.
Dari bentuk panah A – A yang menunjukkan pada koloum dari rumah tradisional (harit)
ke brntuk moderen dan panah B
B-B
B juga merupakan suatu pengadopsian koloum dari tradisional
menjadi moderen. Yaitu walau dalam bentuk moderen adanya pondasi
pondasi menerus, namun di setiap
ujung teras dibuat semacam bentuk tiang/koloum kecil sehingga terlihat
terliha pilar dari koloum
tradisional.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 349
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 350
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar :
indah. Dikatakan indah karena menghibur, enak
Detail ukiran dan ornament pada koloum yang dipandang, bermakna, bernilai, dan menarik.
di adopsi dari aliran anyaman noken.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 351
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Keterangan detil aliran pada gambar disertai gambar aliran yang diadopsikan: A. Panah ‘A’
tersebut diatas menunjukkan ukiran yang membentuk
relief yang tapak pada bagian bawah koloum
merupakan hasil pengadopsian dari bentuk anyaman
noken yang disebut yu kom. Bila mana itu dipandang
dari segi keuletan dan Kepandaian, maka
ma ada
kaitannya dengan kehidupan Sehari – hari orang
maybrat imian sawiat yang mana Mengatakan bahwa,
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 352
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
suatu kekuatan tersendiri dimana noken tersebut digunakan dalam memikul beban yang beratnya
5kg, 25kg, 50kg hingga 100kg, namun tidak terputus antara satu urat dengan urat yang lainnya.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 353
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar:
Bentuk tersebut merupakan pengadopsian dari
Kepala koloum dengan bentuk
perahu tradisional para nelayan lokal yang di gunakan pengadopsian dari perahu
Gambar: Gambar:
jenis Perahu para nelayan didanau Pengadopsian ornament pada kepala koloum dari aliran
ayamaru dan aitinyo bentuk dasar
Keterangan perahu
gambar:
Menunjukkan perahu
Menunjukkan gelombang air
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 354
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 355
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Situasi seperti
eperti ini cenderung ditiup dengan cara cepat atau tergesa – gesa dengan tujuan
memanggil dengan segera setiap penduduk kampong yang telah keluar ke kebun meninggalkan
kampong bahwa ada sesuatu yang berbagaya telah terjadi di kampong. Dalam bentuk tiupan dan
panggilan ini, cenderung membuat orang tergesa – gesa dan bisa meninggalkan kerjanya dengan
keadaan terpaksa.
4. kepala ornament
Bentuk kepala ornament terdiri dari dua
bagian, yang mana rahang babi atau rahang
rusa di bagian tengah, dan kepala kakatua
putih – yakop di bagian luar ujung. Bentuk
pertama pada gambar di samping adalah
Gambar:
rahang Babi atau rusa pada rumah tradsional Rahang babi yag diadopsi
menjadi ornament pada
yang merupakan hasil buruan yang
bagian kepala bangunan.
selanjutnya dikembangkan pada bentuk Sebagai simbol kebesaran
orang Maybrat, Imian, Sawiat
moderen sebagai ornament.
Bentuk ornament yang berupa ukiran tersebut diukir sedemikian rupa dengan rahang babi
atau rusa yang merupakan hasil buruan sehingga tidak meninggalkan nilai – nilainya. Dalam
kehidupan sehari – hari orang maybrat imian sawiat, siapa yang memiliki banyak gantungan
rahang babi dan rusa yang merupakan hasil buruannya, menunjukkan suatu kehebatan tersendiri
bagi keluarga tersebut. Keluarga atau kepala rumah tangga tersebut selalu merupakan orang yang
terpandang sebaga pemburu terhebat diantara orang – orang sekitar, dan oran
orang tersebut
dikategorikan sebagai orang yang sangat mampu dalam menghidupkan keluarganya. Rahang
babi dikonsepsikan sebagai lambang kebesaran.
Pada bagian terakhir merupakan bentuk
kelipatan yang menyerupai kepala kakatua putih /
yakop (awet). Kakatua putih-yakop
p (awet),
dalam kehidupan mula – mula merupakan burung
yang memberikan kabar.
Hal ini berkaitan dengan kehidupan orang
maybrat imian sawiat yang berperang.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 356
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
B. Bentuk
entuk pengadopsian dari model jahitan koba – koba (payung tradisional) Dan noken
(tas) yang diadopsi kedalam estetika
Dalam membentuk estetika pada aliran arsitektur tradisional suku maybrat, suku imian, suku
sawiat ini, banyak merupakan hasil pengadopsian dari estetika dari hasil ciptaan orang maybrat,
orang imian, orang sawiat, yang mana banyak tersirat makna yang luarbiasa.
luarbiasa. Berikut jenis atau
permodelan aliran yang diadopsi sebagaimana berikut:
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 357
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
didengar dan dilihat oleh mereka yang sudah terdidik dalam pendidikan inisiasi (raa wiyon – na
wofle). Bentuk
entuk atau warna daripada mata air/sumur/sungai yang biasanya melambangkan adanya
penghuni, adalah warna biru, cokelat, hijau, merah, kuning, hitam, dan bentuk – bentuk hewan
/plankton juga memiliki jenis yang berbeda dan menakutkan, batu – batua dalam sungai
sun juga
menunjukkan wajah yang menseramkan dan suasana sekitar sungai begitu hening dengan gejala
yang berdengting menyeramkan, di sebagian sungai kadang memberi perlawanan kepada setiap
orang yang ketika pada saat itu datang dengan membawa sesuatu/magic yang mana
menimbulkan adanya perlawanan antara alam sekitar dengan alam ghaib/magic tersebut, atau air
akan menunjukan murkanya kepada orang yang sebentarlagi akan meninggal, atau orang yang
telah diracun atau di santet oleh suanggi. Kejadian tersebut dapa
dapatt dilihat dapat dilihat dengan
kasat mata normal oleh setiap orang dan kejadian semacam ini bukan suatu kejadian yang biasa –
biasa saja untuk disaksikan, tetapi bagi orang maybrat, orang imian, orang sawiat, menyaksikan
kejadian semacam itu sebagai sesuatu
sesuatu yang mistik dan merupakan kejadian yang melampaui akal
pikiran sehat.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 358
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
manusia dan alam. Alih – alih daripada kekhususan burung – burung ini bagi kehidupan sehari –
hari orang maybrat, imian, sawiat, memiliki predikat masing – masing yang tak kalah
menariknya yaitu:
a. burung houf, dan kawya (burung maleo), bagi orang
orang maybrat imian sawiat, burung maleo
yang telurnya berwarna merah dan putih dengan ukuran telur yang besar ukuran 3x ayam,
dan jenis burung yang besar melebihi ukuran tubuh ayam. Telur maleo biasanya bagi
orang maybrat imian sawiat dihargai sebagai suatu nilai tersendiri. Nilai yang ada pada
telur maleo ini terlihat ketika diberikan sebagai persentase atau rasa terimakasih yang
ditunjukan oleh seorang pemberi kepada penerima atas budi baiknya mungkin karena
penerima membantunya dalam berladang, atau membantu
membantu mendirikan sebuat rumah, atau
menolong pemberi dari kecaman musuh. Bentuk daripada rasa syukur ini sering terjadi
hingga saat ini terlihat di perkampungan maybrat imian sawiat, dan kejadian ini dalam
bahasa maybrat disebut boren.
b. Wer (burung nuri), sebagai
sebagai burung yang dianggap magic oleh orang maybrat, imian,
sawiat, terutama kepada mereka yang bermarg/keret klen Safkaur. Dalam ceritera
legenda marga Safkaur, mengatakan bahwa burung nuri – wer-
wer merupakan burung
penyelamat, dan lambang kekuatan mereka. Ha
Hall ini berkaitan dengan kehidupan mula –
mula orang maybrat imian sawiat terutama dikhususkan kepada marga Safkaur, bahwa
burung ini ketika zaman perang suku, seseorang yang bernama Fneen Safkaur yang mana
adalah ahli perang khususnya dalam maraga Safkaur, ia sedang bersiap – siap
menghadapi musuh – musuhnya yang berdatangn, ketika pada saat itu juga burung nuri –
wer – yang berjumlah 3 ekor beterbangan mendahului musuh – musuh tersebut menuju
kepada Fneen Safkaur dengan mengeluarkan suara aneh merupakan eks
ekspresi yang
mengatakan bahwa ia (fneen) sedang didatangi oleh musuh. Ketika fneen mendengar
suara aneh yang diekspresikan oleh burng nuri, ia langsung menebak berapa jumlah
musuh yang datang, ketika itu ia lalu berkata “wah, banyak sekali musuh yang datang,
melawan saya seorang diri” atau dalam ucapan bahasa asli maybratnya “wo, bioh fo
magin mama oh mefo, refo jyio tesait oh mefo”. Pemikiran tersebut tidak lalu serta merta
menutupi akal daripada seorang Fneen, tetapi ketika itu juga, Fneen lalu mengangkat
tombaknya
ombaknya dan menombaki ketiga burung tersebut dengan satu tombak, dan ketika itu
juga ketiga burung tersebut tertikam sekaligus oleh tombak tersebut. Ketika Fneen
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 359
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
berhasil menikam ketiga burung tersebut, ia lalua mengirimnya bersama dengan tombak
kepada para
ra musuh yang berdatangan, ketika musuh – musuh itu melihat apa yang
dilakukan oleh Fneen, maka timbullah pemikiran oleh ketua perang dan ia berkata “wah,
ini burung yang kecil dengan kecepatan terban diudara saja dia sudah membidiknya dan
hanya dengan satuu tombak dia membidik ketiga burung ini bersamaan? Berarti jikalau
kita kesana kita pasti terbunuh semua” dalam bahasa asli maybrat “wo, wer ro m'fru foh
mam ayoh u refo ait yame tuuf yie mkah sawia sou a? Tanike anu wefo bmo kbe yame
anu skak”. Analisa inii kemudian menjadi pertimbangan yang harus diputuskan pada saat
itu, dan akhirnya pemimpin perang memutuskan untuk mereka pulang, karena mereka
tidak mungkin mengalahkan Fneen yang menurut mereka dia seorang ahli perang tanpa
tandingan.
ggi), merupakan burung yang dalam legenda orang maybrat, imian,
c. Kekaya (burung suanggi),
sawiat, sebagai burung yang menyampaikan pesan atau informasi atau kode kepada
manusia bahwa mereka harus berhati – hati, karena disekelilingnya ada setan/suanggi
(kabes).
d. Tam (burung kampret)
kampret),, biasanya mengeluarkan suara di rumah oknum atau orang yang
menjadi target untuk diserang oleh setan/suanggi (kabesfane), sehingga orang tersebut
menjadi was – was dan berjaga – jaga dalam melakukan segala aktivitas atau berhati –
hati mengawasi keluarga yang pada saat itu sedang mengalami kesakitan atau menderita
penyakit yang berat.
e. Tekum (burung walet). Dalam mitologi kepercayaan orang maybrat imian sawiat, tekum
merupakan burung sorga atau burung yang membawa berkat. Misalnya ketika petani
sedang berkebun
bun dan ketika itu juga tekum beterbangan dan mengeluarkan suaranya,
maka ketika itu juga petani tersebut berkata “berkat besar telah datang dan ladang ini
akan berlimpahruah hasilnya” dalam bahasa maybrat “hanyah mase mefo”.
Mbas dan Swet (burung cuit). Keseharian
Keseharian orang maybrat imian sawiat, ketika di tengah
semak belukar yang dikelilingi oleh pepohonan besar jika terdengar suara burung cuit
(mbas) yang serempak dalam jumlah perkumpulan yang banyak, berarti pada tempat
tersebut ada seekor kusu pohon, atau ular yang besar, atau burung yang besar atau
kanguru atau hewan – hewan besar lainnya. Yang mana bisa kita temui serta ditangkap.
Sedangkan Swet (burung cuit) jenis ini, biasanya membawa pesan atau berita, yaitu dia
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 360
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
4. Ara Ra Tebok – Chadach – Bekas kulit kayu yang dikupas dengan parang atau
pisau sebagai kode/morse penyelamatan dan kemenangan.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 361
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
bentuk
entuk estetika dalam jahitan tas atau koba – koba /payung tradisional yang dipakai oleh orang
maybrat, imian, sawiat.
5. Ii Safe – Larfu Durmus – Barisan Semut Hitam
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 362
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Dinegara berkembang,
ng, sejak dahulu masyarakatnya mempunyai apresiasi tinggi terhadap
arsitektur. herbage tulisan, biku hasil kajian ilmiah, penelitian tentang arsitektur banyak sekali
ditulis, diterbitkan, dibaca, dan aliran
aliran-alirannya
alirannya diwujudkan dalam gaya bangunan sebagai
kebesaran identitas mereka, tidak hanya oleh para arsitek, tetapi oleh kalangan luas dan herbage
lapisan masyarakat. Disbanding dengan daerah lain, propinsi papua yang juga memiliki gaya
arsitektur cukup khas yang mana bisa diangkat sebagai kebesaran dan kejayaan bagi orang papua
sangat dilupakan.
Pada bagian ini saya coba mengkaji keberhasilan, kesalahan dan kekurangan yang
dilakukan guna mengangkat arsitektur tradisional papua dalam perkembangan pembangunan.
Menjadi pelajaran saat ini dan waktu akan dating bahwa pembangunan yang telah dikembangkan
sekarnag tidak mengerti kebudayaan dan tidak mencerminkan kepribadian budaya setempat serta
tidak begitu mempertahankan identitas arsitektur setiap daerah di papua. Salah satu tolok ukur
kemajuan budaya sebuah daerah dilihat dari aliran aristektur yang mana
mana tampil dalam wajah dan
fisik bangunan. Kecenderungan masyarakat dan pemerintah dalam mengadopsi gaya – gaya
arsitektur luar seperti gaya arsitektur colonial, gaya arsitektur romawi, gaya arsitektur joglo, gaya
arsitektur minang, dan.y.l. hal ini membuat arsitektur tradisional setiap suku bangsa di papua
terlupakan. Ini merupakan suatu penjajahan kultur yang menindas budaya papua. Dengan
semakin dilupakannya aliran – aliran arsitektur tradisional papua, maka ikut pula menghilang
kebesaran citra, karsa, dann karya orang papua, karena sebagaimana dalam ungkapan bahasa
semboyang arsitektur mengatakan bahwa; “arsitektur adalah gambaran jiwa raga dan roh
seseorang”, inilah kebesaran yang terlupakan.
Dengan demikian, ditekankan bahwa dalam mendisain pembangunan papua yang hormat
budaya, maka diharuskan untuk mengangkat dan mengikutsertakan aliran arsitektur tradisional
dalam mendirikan sebuah bangunan, kalaupun masyarakat tidak mengembangkannya,
sebisamungkin gedung-gedung
gedung pemerintah tiap daerah wajib mengambil gaya dan corak
arsitektur tradisional daerah setempat.
Beberapa bentuk arsitektur tradisional papua yang cukup unik dan menggambarkan
kebesaran orang papua seperti; bentuk bangunan rumah Honai, rumah tradisional Enjros tobati,
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 363
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
rumah tradisional arfak, dan rumah tradisional harit di maybrat imian sawiat kabupaten sorong
selatan. Suatu ungkapan kekesalan kini adalah bahwa daerah
daerah-daerah
daerah propinsi papua yang
memiliki gaya arsitekturnya sendiri ini begitu didominasi oleh bangunan – bangunan dari daerah
lain. Hal ini disebabkan karena pemerintah Hindia Belanda lebih awal membangun papua
dengan menerapkan aliran arsitektur colonial, sebagaimana hingga saat ini difungsikan sebagai
gedung atau perkantoran-perkantoran
perkantoran pemerintah daerah bahkan ada yang dijadikan sebagai
sebaga
rumah hunian masyarakat. Suatu pembunuhan karakter budaya arsitektur papua yang telah
dilakukan oleh pemerintahan Hindia Belanda di daerah propinsi papua. Dikabupaten Sorong
Selatan, pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1950, secara brutal membongkar rum
rumah-rumah
tradisional yang dibangun oleh orang maybrt imian sawiat sebagai bangunan terhormat seperti
rumah sekolah dan gereja (samu
samu k’wiyon-bol
k’wiyon wofle),
), dengan menerapkan larangan
larangan-larangan
untuk tidak mengembangkan atau membangu bangunan-banguan
bangunan banguan tersebut kembali.
ke Hal ini
membuat orang maybrat imian sawiat kini kehilangan gaya dan aliran arsitektural mereka.
Disisilain, pada tahun 1962, pemerintahan indoneisa telah masuk kewilayah papua, yang mana
pada waktu itu disebut Irian Jaya dan menetap hingga sekarang dengan penerapan bangunan
yang juga tidak mempedulikan aliran arsitektur lokal. Kini aliran arsitektur dari daerah lain yang
mendominasi wajah perkotaan di seluruh papua. Persoalannya bukanlah terletak pada kurangnya
tenaga-tenaga
tenaga arsitektur papua, tetapi keinginan daripada pemilik yang mana cenderung
menginginkan gaya arsitektur lain ketimbang tidak menyadari akan gaya arsitekturnya yang
tampak sederhana, berbobot, bergaya sendiri, dengan segala macam nilai yang terkandung
didalamnya.
Tampak jelas ketika kita berada diberbagai daerah; kabupaten sorong contohnya, gaya
arsitektur yang mendominasi diwilayah pesisir sungai remu adalah gaya arsitektur bajo suku
bugis, begitupun yang terdapat di pesisir pantai tehit, gaya arsitektur yang tampak mendominasi
adalahh arsitektur tradisional Bajo, orang bugis. Di jayapura, kini didominasi oleh arsitektur Asia,
colonial, dan disisipi dengan gaya arsitektur minang. Dimanokwari, arsitektur arfak juga
terlupakan dan kini wajah kota manokwari didominasi oleh aliran arsitekt
arsitektur colonial, asia dan
disisipi oleh aliran arsitektur minang. Didaerah wamena yang gaya arsitektur tradisionalnya
yang begitu terkenal di dunia (honai), masih juga tidak begitu diperhatikan, wajah kotanyapu
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 364
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur tradisional setiap daerah di propinsi papua merupakan kebesaran setiap suku
bangsa tersebut, karena merupakan hasil ciptaan mereka yang sebenarnya. Proses akulturasi
terhadap gaya arsitektur
tur ini membuat orang papua semakin ditelanjangi dengan cara yang
dipergunakan oleh penjajah. Dalam refleksi arsitektur tradisional papua yang telah kami analisis,
merupakan suatu cara penjajahan terhadap budaya. Selain budaya-budaya
budaya budaya lain dibuang, disisi
yang
ang lain kekayaan budaya dicuri serta diperdagangkan seperti ukiran, tarian dan corank budaya
unik lainnya. Suatu kesimpulan daripada refleksi budaya papua “bahwa orang papua dulu
sebelum penjajahan, disini diibaratkan seperti seorang gadis manis yang sedang
seda direbut oleh
beberapa orang, setelah ia berhasil direbut, bukan karena cantiknya saja yang menjadi rebutan,
tetapi segala perhiasan yang dikenakan disekujur tubuhnya diambil oleh orang yang merebutnya
setelah itu itu busana yang dikenakannyapun dilepaskan
dilepaskan satupersatu dan dibuang, kini seorang
nona cantik menjadi kehilangan harga dirinya karena semua yang ada padanya sebagai kebesaran
telah hilang dan kini dia telanjang sampai-sampai
sampai sampai mahkotanya turut diambil, tetapi bersyukur
karena ia masih hidup. Walau
Walaupun
pun ia masih hidup, dan ia mampu menciptakan busana yang baru,
tetapi tidak semuanya dari bahan yang ia miliki tetapi dari bahan
bahan-bahan
bahan punya orang yang
diambil dalam membuat busananya, karena semuanya serba palsu maka nilai dirinya kini
berkurang”.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 365
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
yang mampu menciptakan planet bumi yang lain menyaingi atau melampaui yang diciptakan
dici
oleh Tuhan, begitupun ciptaan setiap suku bangsa tidak mungkin sama dan tidak seorang
sukubangsapun yang berhak untuk menghilangkanm ciptaan orang lain. Sejarah perkembangan
arsitektur suku bangsa di propinsi papua mencakup dimensi ruang dan waktu yyang tidak dapat
ditentukan batasnya. Olehkarena itu dalam konsep pembangunan di propinsi papua, seharusnya
dikonsepsikan sesuai dengan aliran arsitektur lokal yang ada disetiap daerah yang mendasar pada
jenis bangunan dan terkait dengan fungsinya. Dikatakan
Dikatakan demikian karena daerah-daerah
daerah di
propinsi papua dengan konsep dan gaya aliran arsitekturnya selalu mempunyai aturan, makna
dan fungsi yaitu; rumah suci, Rumah berkumpul, Rumah hunian, Rumah pendidikan. Sebenarnya
Tidak begitu sulit dalam mengembangkan ko
konsep
nsep pembangunan sekarang dengan menggunakan
aliran arsitektur lokal.
Suatu keberhasilan konsep arsitektur tradisional papua yang menonjol kerapkali hanya terlihat
pada Gapura, ukiran-ukiran
ukiran dan lukisan dinding. Untuk konsep arsitektur dalam gaya bangunan
tidak begitu ditonjolkan atau samasekali tidak dipake dalam konsep pembangunan, walaupun
beberapa daerah mampu manampilkan gaya arsitektur mereka seperti gaya arsitektur Enjros
sentani
ntani yang dikembangkan di kota jayapura, dan honai wamena yang juga dikembangkan di
kabupaten wamena, namun tetapi belum sepenuhnya mencapai 100%. Sedangkan didaerah
kabupaten lain seperti kabupaten sorong selatan tidak pernah menampilkan gaya arsitektur harit,
dan kabupaten manokwari dengan gaya arsitektur arfaknya tidak terlihat wajahnya di dalam
konsep pembangunan.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 366
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Bilamana kita berbicara mengenai konsep, maka kita berbicara tentang aarah, kebijakan, cara,
metode, yang ditampilkan dalam mengembangkan sesuatu ide yang dikonsepsikan. Berkaitan
dengan konsep pembangunan, setiap manusia atau kelompok dan sukubangsa mempunyai
metode atau konsepnya masing-masing
masing masing dan berbeda, hal ini disesuaik
disesuaikan dengan kebutuhan
pembangunan yang ada. Suatu kesalahan dalam konsepsi pembangunan yang serign ditemukan
saat ini adalah, konsep pembangunan tanpa arsitektur lokal. Setiap suku bangsa di papua
mempunyai aliran atau gaya bangunan arsitekturalnya yang unik
unik,, akan tetapi seringkali ketika
dalam konsep pembangunan, aliran arsitektur tradisional ini tidak diingat (terlupakan) atau tidak
dimunculkan dalam proses pembangunan. Padahal ketika kita berbicara mengenai arsitektur
tradisional, kita telah berbicara tentang
tentang suatu jatidiri, idealisme, citra, rasa, karya, karsa suatu
bangsa karena arsitektur tradisional adalah bagian dari kebudayaan manusia, berkaitan dengan
herbage segi kehidupan seperti; seni, teknik, ruang/tata ruang.
Faktor-faktor
faktor yang mempengaruhi sehingga arsitektur tradiaionl menjadi
me terlupakan
adalah:
1. pengaruh aliran arsitektur luar dengan gaya, estetika dan bentuk yang moderen.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 367
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 368
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 369
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
b. Orientasi
Orientasi bangunan hunian di wilayah permukiman suku Maybrat Imian S
Sawiat
merupakan penjewantahan dan hal – hal yang mendorong bersifat ancaman dan mistis.
Fasade rumah harus menghadap jalan (sarana penghubung/kontrak sosial) sebagai tanda
kehormatan dan kesopanan, begitu pula pada rumah yang berhubungan dengan laut, fasade
fasa
harus menghadap ke laut sebagai keselamatan.
Unsur iklim seperti arah angin dan posisi lintasan matahari tidak menjadi pertimbangan.
Dari hasil analisis, Rumah Tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat yang berada pada orientasi
timur – barat, sangat menguntun
menguntungkan
gkan karena sisi yang paling banyak kena sinar matahari
adalah sisi pendek bangunan. Pergerakan angin dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin
karena sisi tinggi bangunan tegak lurus dengan arah angin. Orientasi ini secara tidak disadari
turut mewujudkan kenyamanan
yamanan thermal yang diperlukan. Sedangkan untuk rumah tinggal
Suku Maybrat Imian Sawiat yang berorientasi utara – selatan, sisi yang paling banyak
terkena sinar matahari adalah sisi panjang. Hal ini tentunya kurang menguntungkan karena
dapat menjadi sumbangan
ngan panas dalam bangunan.
c. Bentuk dan Denah
Suku Maybrat Imian Sawiat dalam menentukan ukuran / dimensi bangunan,
menggunakan teori kira – kira, kadang menggunakan ukuran tubuh manusia (jengkal),
namun untuk ukuran tinggi bangunan biasanya disesuaikan den
dengan ukuran panjang
pendeknya bahan konstruksi.
Bentuk denah yang tercipta dari ukuran – ukuran tersebut adalah suatu bentuk dengan
yang bersegi empat pipih, sehingga memungkinkan untuk diterapkan system cross ventilase
dan pemanfaatan cahaya matahari seb
sebagai
agai pencahayaan alami, serta pembuangan kepulan
asap. Rumah dengan bentuk denah seperti ini cocok untuk daerah yang beriklim lembab.
Rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat berbentuk rumah panggung yang memiliki
kaki, badan dan kepala sebagai konsekwensi dari aturan budaya Appabolang. Kaki harus
ditinggikan dari permukaan tanah karena kondisi memungkinkan untuk mengantisipasi
pengaruh eksternal yang terjadi. Kaki/tiang dilengkapi dengan palang /penyangga ((katar)
supaya tiang tidak cepat rusak/lapuk apabila
apabila bersentuhan dengan tanah. Badan rumah sebagai
penghidupan sejati yang harus dilindungi dari alam luar yang jahat, sehingga ditempatkan di
posisi tengah. Hal ini tentu saja untuk melindungi ruang – ruang aktivitas keluarga dari
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 370
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 371
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 372
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 373
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 374
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
B. REKOMENDASI
1. Budaya Appabolang sebagai pedoman uuntuk
uk medirikan rumah halit, bukan suatu aturan
yang kaku, tetapi tetap berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Untuk itu, bentuk dan tampilan rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat,
sebagai hasil budaya Appabolang dapat diadaptasikan dengan menambahkan aspek-aspek
aspek
perancangan yang merespon terhadap lingkungan alam tropis. Dengan demikian, selain
aspek teknis dan aspek kesehatan dapat lebih eenuhi persyaratan dan aspek sosial budaya
masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, dapat sesuai dan diterima.
2. Terhadap iklim, disarankan:
a. Untuk mengurangi radiasi matahari terhadap atap bangunan dan mengurangi efek
silau, penggunaan atap seng sebaiknya dilapisi dengan cat warna kemerahan (dapat
merefleksi panas 35%). Atau dengan menggunakan genteng asbe
asbes untuk
manggantikan seng. Karena genteng asbes selain tidak mudah berkarat, konstruksinya
ringan, mudah dipasang, cukup murah, dan tidak perlu khawatir terhadap proses
pembusukan seperti atap daun. Untuk mengurangi silau akibat pantulan air laut dan
terangg langit, dapat diatasi dengan pembuatan pematah matahari, selain itu digunakan
untuk perlindungan dan pengaruh hujan. Panjang pematah sinar matahari disarankan
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 375
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
adalah sepanjang 1,2 m – 2 m dengan bentuk yang sesuai dengan jendela dan
kemiringan atap.
b. Perluu ada pemberian jarak pada bangunan untuk mendapatkan keteraturan tata letak
bangunan, hal ini dimaksudkan untuk memberikan efek pengaliran udara yang baik
pada lorong-lorong
lorong antar rumah, serta untuk menurunkan kondisi kelembaban yang
sangat tinggi. Pola tata
tata letak bangunan yang disarankan adalah berbaris membentuk
grid, supaya angin dapat dengan leluasa mencapai bangunan. Angin yang bertiup
sangat kencang tentu saja akan menjadi masalah. Jadi perlu ada usaha untuk
mengendalikannya. Misalnya dengan penahan
penahan-penahan
penahan angin seperti defletor-defletor
defletor
yang membelokkan arah angin menurut yang kita kehendaki dan bahkan dapat
dimanfaatkan terutama untuk mengusir kelembaban yang sangat tinggi. Solusi tepat
untuk menjembatani antara tiupan angin kencang yang sering te
terjadi di pantai dan di
lain pihak kebutuhan akan gerakan udara untuk mengusir tingkat kelembaban yang
sangat tinggi. Perlu juga diperhatikan mengenai pemanfaatan vegetasi yang dapat
tumbuh di wilayah pesisir pantai seperti pohon bakau, pohon palm, dan lain-lain
lain
sebagai climatologi contro, juga dapat memberi nilai estetika.
c. Pada prinsipnya pembangunan rumah diatas tiang-tiang
tiang tiang (rumah panggung) adalah
suatu keputusan yang cukup bijaksana, apalagi bila bediri diwilayah pesisir pantai
dengan kondisi alam yang sangat keras. Disamping itu, pemakaian konstruksi ini
telah terbukti dapat
pat mencapai suatu nilai kenyamanan yang diinginkan apabila
ditangani dengan cerdas. Untuk itu pada penelitian selanjutnya perlu dipikirkan suatu
aspek penanganan baik dan segi perencanaan maupun perancangan. Sesuai dengan
perkembangan pengetahuan dan tek
teknologi.
nologi. Tentunya untuk mendapatkan manfaat
semaksimal mungkin sehingga warisan budaya yang telah diwariskan oleh nenek
moyang kita tidak punah, bahkan akan menampilkan jati diri bagi perkembangan
arsitektur di Indonesia.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 376
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 377
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar:
Tampak samping kiri bentuk redesain/rekomendasi
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 378
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar:
Tampak samping kanan bentuk redesain/rekomendasi
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 379
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar:
Tampak belakang bentuk redesain/rekomendasi
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 380
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
TRADISIONAL MODEREN
Gambar:
Gambar: Redesign Denah Dari bentuk Tradisional ke-
ke
Denah Tradisional bentuk moderen
Gambar: Gambar:
Tampak Depan bentuk tradisional Redesign Tampak Depandar bentuk
tradisional ke- bentuk moderen
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 381
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar: Gambar:
Tampak samping kiri bentuk Redesign Tampak samping kanan dari
tradisional bentu tradisional ke--bentuk moderen
Gambar: Gambar:
Tampak samping kiri bentuk Redesign Tampak samping kiri dari
Tradisional tradisional ke- bentuk Moderen
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 382
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Gambar: Gambar:
Tampak Belakang bentuk Redesign Tampak Belakang dari
Tradisional tradisional ke-bentuk
bentuk moderen
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 383
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Struktur bentuk redesign kepala ornament dari tradisional menjadi bentuk moderen. Jenis
ornament tersebut adalah rahang Babi dan Rahang Rusa, yang selanjutnya dikembangkan
menjadi bentuk moderen dengan mempertahankan bentuknya sebagai dasar aliran. Untuk bentuk
moderen telah dimodifikasikan sedemikian sehingga ttampaklah
ampaklah suatu nilai estetika, dan karena
pertimbangan estetika maka dibentukkan sedemikian. Nilai yang terkandung pada ornament ini
adalah kebesaran seseorang.
Bentuk pengadopsian sisa kayu yang diambil dari kepala burung kakatua putih yang diadopsikan
menjadi ornament pada bangunan arsitektur Maybrat, Imian, Sawiat.
Bentuk dan redesain tidak harus kaku dengan menggunakan bahan kayu, tetapi dapat di kembangkan
menjadi rumah moderen dengan bahan konstruksi beton ttanpa
anpa meninggalkan gaya dan bentuk serta nilai-
nilai
nilai aslinya.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 384
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Garis anak panah diatas yang dihubungkan antara rumah tradisional ke rumah moderen
menunjukkan bentuk-bentuk
bentuk bangunan dan aliran yang di-redesign
di redesign menjadi bentuk moderen
dengan gayanya yang tetap khas.
Gambar listplank yang
diadopsikan dari bekas
kaki kepiting yang
dikembangkan menjadi
aliran arsitektur Maybrat,
Imian, Sawiat.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 385
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Kisi-kisi kayu
pengontrol
angin
Lantai Papan
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 386
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
LAMPIRAN I :
GAMBAR
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 387
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 388
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
GAMBAR
RUMAH BERSALIN DAN RUMAH SEMI MODEREN/LAMPIRAN
MODEREN
GAMBAR
RUMAH NELAYAN/LAMPIRAN
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 389
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
GAMBAR
BENTENG PERTAHANAN SNEK DAN ASRAMA WANITA
WANITA/LAMPIRAN
GAMBAR
KEMAH TABERNAKEL K’WIYON-MBOL WOFLE/LAMPIRAN
LAMPIRAN
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 390
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
GAMBAR
KOLOUM OMPAK HAFOT/LAMPIRAN
GAMBAR
PERAHU NELAYAN
NELAYAN/LAMPIRAN
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 391
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
GAMBAR
PERLENGKAPAN BUSANA DAN PERLENGKAPAN UPACARA ADAT
ADAT/LAMPIRAN
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 392
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
KAMUS
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 393
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
melakukan perjalanan jauh, atau menetap sementara dalam renggang waktu cukup lama guna
menyelesaikan pekerjaan seperti berkebun, tempat singgahan dalam perjalanan jauh.
Hrambra : sebutan parang pusaka yang terbuat dari bahan perunggu dalam bahasa suku maybrat
Tagio : bahasa suku maybrat menyebutnya; penunggu (dewa) dalam air yang dipercaya
merupakan manusia dari dunia lain yang mampu menghalusinasi, tuan/nyonya dalam air, raja
air, ratu air.
Safah : dalam bahasa suku maybrat artinya Taring Naga yang ukurannya panjang dan berwarna
merah tua diabadikan sebagai pusaka.
Way : dalam bahasa suku Maybrat; Taring atau Gigi Raja yang dimiliki oleh Babi yang di ambil
dan diabadikan sebagai pusaka, perhiasan dan kelengkapan busana.
Farokh : dalam bahasa suku maybrat; selokhi, tempayan, gelas, terbuat dari bahan kayu.
Biasanya digunakan hanya
nya untuk menuan sagiro/air enau yang di olah dengan menggunakan
bahan alami menjadi minuman beralkohol.
Hawereh : dalam bahasa suku maybrat; selokhi, tempayan, gelas, terbuat dari bahan bambu.
Biasanya digunakan hanya untuk menuan sagiro/air enau yang di olah dengan menggunakan
bahan alami menjadi minuman beralkohol.
Haban : sebutan kalung dalm bahasa suku maybrat. Terbuat
T dari manik-manik,
manik, batang rumput/
bungah yang di anyam.
Tin : sebutan Antin-antin
antin dalam bahasa suku maybrat. Terbuat dari bahan besi putih, yang
diperkenalkan oleh VOC.
Raã : dalam bahasa suku maybrat artinya; orang, manusia.
Raã Bam : sebutan kepada seorang guru besar, kepala sekolah, kepala biara, imam besar,
seorang pimpinan, dalm bahasa maybrat. Kebiasaan dalam budaya inisiasi orang maybrat imian
sawiat, menyebut guru kepala/kepala sekolah dengan sebutan ini.
Na : dalam bahasa Sawiat artinya; orang,
oran manusia.
Na Tmah : sebutan gur besar, maha guru, pemimpin, kepala sekolah, kepala biara, imam,
seseorang yang menjabat pada jabatan tertinggi, orang nomor satu. Kebiasaa inisiasi, orang
sawiat menyebut guru kepala/kepala sekolah dengan sebutan ini.
Raã Wiyon : sebutan guru, guru pembantu, rasul, majelis, hamba tuhan, bawahan dalam bahasa
suku maybrat.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 394
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
Na wiyon : sebutan guru, guru Bantu, bawahan, majelis, biarawan, rasul, majelis, hamba tuhan,
bawahan dalam bahasa sawiat.
Wiyon Tna : sebutan murid baru
bar dalam bahasa maybrat.
Tna : baru, sesuatu yang baru terjadi, atau berkaitan dengan segala sesuatu yang sifatnya baru.
Dalam sebutan bahasa maybrat.
Trial : dalam bahasa inggris berarti mencoba, menguji.
Error : dalam bahasa inggris yang berarti salah, meleset,
meleset, tidak tepat, keliru.
Trial and error : dalam bahasa inggris yang berarti proses mencoba, yang mana seorang
pencoba sudah siap untuk menerima kesalahan dan siap untuk mengulangnya kembali.
Growing : dalam bahasa inggris artinya ; tumbuh, bertumbuh, ppertumbuhan,
ertumbuhan, yang berkaitan
dengan kemajuan.
Design : dalam bahasa inggris; desain, rancangan, rancang, rencana, tujuan, arah, maksud.
Growing design : dalam bahasa inggris berarti; rancangan yang tumbuh, ide berkelanjutan, arah
yang terus maju, pengembangan
pengembang yang terus meningkat.
Wave of life : dalam sebutan bahasa inggris; cermin akan tingkat teknologi, cermin akan gaya
hidup.
Isit : dalam sebutan bahasa suku maybrat; teras.
Samu mato: dalam bahasa maybrat; interior, dalam rumah, ruang dalam.
Samu : sebutan rumah dalam bahasa maybrat.
K’wiyon : Sebutan Rumah suci/kemah/tabernakel/gereja/sekolah tradisional dalam bahasa suku
bangsa Maybrat.
Mbol Wofle: sebutan rumah suci/kemah/tabernakel/gereja/sekolah tradisional dalam bahasa sub
suku Imian, Sawiat.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 395
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA
DAFTAR PUSTAKA
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua| LAPORAN KKL II Teknik Arsitektur 396