Anda di halaman 1dari 8

BAB I

KONSEP MEDIK

A. PENGERTIAN
Angina pektoris adalah suatu sindroma klinis tang ditandai dengan episode
atau paroksisma nyeri atau perasaan tertekan pada dada depan. Angina dibedakan
menjadi 3 yaitu angina pektoris stabil, angina tak stabil dan angina varian.
Angina pektoris tak stabil(ATS) adalah suatu spektrum dari sindroma iskemik
miokard akut yang berada di antara angina pektoris stabil dan infark miokard akut.
Yang dimaksud dengan angina pektoris tak stabil adalah:
1. Pasien dengan angina yang masih baru dalam 2 bulan, di mana angina cukup berat
dan frekuensi cukup sering, lebih dari 3 kali per hari,
2. Pasien dengan angina yang makin bertambah berat, sebelum angina stabil lalu
serangan angina timbul lebih sering dan lebih berat sakit dadanya, sedangkan
faktor presipitasinya semakin ringan,
3. Pasien dengan serangan angina pada waktu istirahat.
B. INSIDEN
Dengan pengobatan farmakologis, berbagai penelitian menunjukkan bahwa dalam
1 tahun pertama, variasi prosentase penderita ATS yang mengalami IMA berkisar antara
6-60% dengan tingkat kematian 1-40%. Penelitian Heng dkk melaporkan bahwa selama
perawatan di rumah sakit terdapat 26% penderita ATS dengan angina berulang mengalami
IMA. Sedangkan tanpa angina berulang hanya 10%.
Demikian juga Julian melaporkan dalam 1 tahun, 8% penderita ATS mengalami
IMA dengan tingkat kematian 12%. Yetty (1985-1987) di RS Jantung Harapan Kita
meneliti 12 faktor risiko tinggi untuk terjadinya IMA pada ATS antara lain umur 60 tahun,
stres, riwayat angina, riwayat infark, hipertensi, DM, riwayat keluarga, kebiasaan
merokok, rasio torak jantung (CIR) 60% dan angina berulang. Ternyata didapatkan
kebiasaan merokok. CIR 60% dan angina berulang mempunyai hubungan bermakna
terhadap terjadinya IMA pada ATS dan kombinasi dari ketiga faktor tersebut
meningkatkan kejadian IMA. Juga dilaporkan kejadian IMA pada fase perawatan dari
rumah sakit adalah 6,25% dengan tingkat kematian 2,08% sedangkan pada fase
pemeriksaan tindak lanjut 20,45% dengan tingkat kematian 0%.

C. ETIOLOGI
Penyebab angina pektoris diperkirakan akibat berkurangnya aliran darah koroner,
menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat, atau denga kata lain, suplai
kebutuhan oksigen jantung meningkat. Kekurangan oksigen pada koroner dapat
disebabkan oleh adanya penyakit seperti:
1. Ateriosklerosis

2. Ruptur plak
3. Trombosis dan agregasi trombosit
4. Vasospasme arteri koroner
5. Erosi pada plak tanpa ruptur
6. Aorta Insufisiensi
D. FAKTOR PENCETUS SERANGAN
Faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan antara lain :
1. Emosi
2. Stress
3. Kerja fisik terlalu berat
4. Hawa terlalu panas dan lembab
5. Terlalu kenyang
6. Banyak merokok

C. ETIOLOGI
Penyebab angina pektoris diperkirakan akibat berkurangnya aliran darah koroner,
menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat, atau denga kata lain, suplai
kebutuhan oksigen jantung meningkat. Kekurangan oksigen pada koroner dapat
disebabkan oleh adanya penyakit seperti:
1. Ateriosklerosis
2. Ruptur plak
3. Trombosis dan agregasi trombosit
4. Vasospasme arteri koroner
5. Erosi pada plak tanpa ruptur
6. Aorta Insufisiensi

D. FAKTOR PENCETUS SERANGAN


Faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan antara lain :
1. Emosi
2. Stress
3. Kerja fisik terlalu berat
4. Hawa terlalu panas dan lembab
5. Terlalu kenyang
6. Banyak merokok

E. GAMBARAN KLINIS
1. Nyeri dada substernal ataru retrosternal menjalar ke leher,
tenggorokan daerah inter skapula atau lengan kiri.
2. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa
panas, kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).
3. Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit, tidak lebih daari 30
menit.
4. Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.
5. Gejala penyerta : sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat
dingin, palpitasi, dizzines.
6. Gambaran EKG : depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.
7.Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.
F. PATOFISIOLOGI
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suply
oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan
penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara
pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang
bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis. Ateriosklerosis merupakan
penyakir arteri koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu
jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan
meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner berdilatasi dan mengalirkan
lebih banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Namun apabila arteri koroner
mengalami kekakuan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi
sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik
(kekurangan suplai darah) miokardium.
Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat
Oksida yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif). Dengan tidak
adanya fungsi ini dapat menyebabkan otot polos berkontraksi dan timbul spasme
koroner yang memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard
berkurang. Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak
bila belum mencapai 75 %. Bila penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan
aktifitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium
menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.
Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium dan
menimbulkan nyeri. Apabila kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai
oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk
membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya
asam laktat nyeri akan reda.

G. PENGOBATAN
Pada dasarnya bertujuan untuk memperpanjang hidup dan memperbaiki
kualitas hidup dengan mencegah serangan angina baik secara medikal atau
pembedahan.

A. Pengobatan medikal
Bertujuan untuk mencegah dan menghilangkan serangan angina. Ada 3 jenis
obat yaitu :
1. Golongan nitrat
Nitrogliserin merupakan obat pilihan utama pada serangan angina akut.
Mekanisme kerjanya sebagai dilatasi vena perifer dan pembuluh darah koroner.
Efeknya langsung terhadap relaksasi otot polos vaskuler. Nitrogliserin juga dapat
meningkatkan toleransi exercise padapenderita angina sebelum terjadi hipoktesia
miokard. Bila di berikan sebelum exercise dapat mencegah serangan angina
2. Ca- Antagonis
Dipakai pada pengobatan jangka panjang untuk mengurangi frekwensi
serangan pada beberapa bentuk angina.
Cara kerjanya :
- Memperbaiki spasme koroner dengan menghambat tonus vasometer pembuluh darah
arteri koroner (terutama pada angina Prinzmetal).
- Dilatasi arteri koroner sehingga meningkatkan suplai darah ke miokard
- Dilatasi arteri perifer sehingga mengurangi resistensi perifer dan menurunkan
afterload.
- Efek langsung terhadap jantung yaitu dengan mengurangi denyut, jantung dan
kontraktilitis sehingga mengurangi kebutuhan O2.

3. Beta Bloker
Cara kerjanya menghambat sistem adrenergenik terhadap miokard yang
menyebabkan kronotropik dan inotropik positif, sehingga denyut jantung dan curah
jantung dikurangi. Karena efeknya yang kadiorotektif, obat ini sering digunakan
sebagai pilihan pertama untuk mencegah serangan angina pektoris pada sebagian besar
penderita.

B. Pembedahan
Prinsipnya bertujuan untuk :
- memberi darah yang lebih banyak kepada otot jantung
- memperbaiki obstruksi arteri koroner.
Ada 4 dasar jenis pembedahan :
• Ventricular aneurysmectomy : Rekonstruksi terhadap kerusakan ventrikel kiri
• Coronary arteriotomy : Memperbaiki langsung terhadap obstruksi arteri
koroner
• Internal thoracic mammary : Revaskularisasi terhadap miokard.
• Coronary artery baypass grafting (CABG) : Hasilnya cukup memuaskan dan
aman yaitu 80%-90% dapat menyembuhkan angina dan mortabilitas hanya 1 %
pada kasus tanpa kompilasi.
Metode terbaru lain di samping pembedahan adalah :
1. Percutanecus transluminal coronary angioplasty (PCTA)
2. Percutaneous ratational coronary angioplasty (PCRA)
3. Laser angioplasty
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas:
Gejala: pola hidup monoton, kelemahan, kelelahan, perasaan tidak berdaya selama
latihan, nyeri dada bila kerja, menjadi terbangun jika nyeri dada.
Tanda: dispnea saat kerja.
2. Sirkulasi:
Gejala: riwayat penyakit jantung, hipertensi, kegemukan,.
Tanda: takikardia, disritmia, tekanan darah normal, meningkat atau menurun, bunyi
jantung: mungkin normal; S4 lambat atau murmur sistolik transien lambat,
mungkin saat nyeri dada.
3. Makanan/cairan:
Gejala: mua, nyeri ulu hati saat makan, diet tinggi kolesterol, garam,kafein,
minuman keras.
Tanda: ikat pinggang sesak, distensi gaster.
4. Integritas ego
Gejala: stresor kerja, keluarga, lain-lain.
Tanda: ketakutan, mudah marah.
5. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: nyeri dada substrenal, anterior yang menyebar ke rahang, leher, bahu, dan
ekstremitas atas. Kualitas: macam; ringan sampai sedang, tekanan berat, tertekan,
terjepit, terbakar. Durasi: biasanya kuran gdari 15 menit, kadang lebih dari 30
menit. Faktor pencetus: nyeri sehubungan dengan kerja fisik atau emosi berat.
Faktor penghilang: nyeri mungkin responsif terhadap mekanisme penghilang
tertentu.
Nyeri dada baru atau terus menerus yang telah berubah frekuensi, durasinya ,
karakter atau dapat diperkirakan.
Tanda: wajah berkerut, meletakkan pergelangan tangan pada mediastrenum,
memijit tanga kiri, tegangan otot, gelisah. Respon otomatis, takikardia perubahan
TD.
6. Pernapasan:
Gejala: dispnea saat kerja, riwayat merokok.
Tanda; meningkat pada frekuensi/irama dan gangguan kedalaman.
7. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: riwayat keluarga sakit jantung, hipertensi, stroke, diabetes. Penggunaaan
obat jantung, hipertensi atau obat yang dijual bebas.penggunaan alkohol teratur,
obat narkotik.
Rencana pulang: peruahan pada pengunaaan obat, bantuan/pemeliharaan tugas
dengan perawat rumah sakit. Perubahan pada susunan fisik rumah.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan berkurangnya curah
jantung.
3. Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan ancaman kematian
yang tiba-tiba.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kodisi, kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

C. FOKUS INTERVENSI
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard, meningkatnya
beban kerja jantung.
Tujuan: Klien mengungkapkan perasaan nyaman atau bebas dari nyeri atau klien
melaporkan serangan nyeri dada menurun.
Intervensi dan rasional
a) Anjurkan pasien untuk memberitahu perawat dengan cepat bila terjadi nyeri
dada.
Rasional: Nyeri dan penurunan curah jantung yang merangsang system saraf
simpatis untuk mengeluarkan sejumlah besar norefinefrin, yang meningkatkan
agregasi trombosit dan mengeluarkan tromboxane poten pada yang
menyebabkan spasme arteri koroner yang dapat mencetus, mengakplikasi atau
memperlama serangan angina memanjang. Nyeri tak bisa ditahan
menyebabkan respon vaso vegal, menurunkan tekanan darah dan frekuensi
jantung.
b) Kaji dan catat respon pasien dan efek obat.
Rasional: memberikan informasi tentang kemajuan penyakit. Alat dan dalam
evaluasi keefektifan intervensi dan dapat menunjukkan kebutuhan perubahan
program pengobatan.
c) Identifikasi terjadinya pencetus; bila ada, frekuensi, durasinya, intensitas, dan
lokasinya nyeri.
Rasional: membantu membedakan nyeri dada dini dan angina tidak stabil.
d) Observasi gejala yang berhubungan, contoh dispnea, mual/muntah, pusing,
palpitasi, keinginan berkemih.
Rasional: penurunan curah jantung merangsaang sistem saraf simpatis/
parasimpatis menyababkan berbagai sensasi dimana pasien tidak dapat
mengindentifiaksi apakah berhubungan dengan episode angina.
e) Evaluasi laporang nyeri pada rahang, leher, bahu, tangan atau lengan.
Rasional: nyeri jantung dapat menyebar.
f) Letakkan klien pada istirahat total selama episode angina.
Rasional: menurunkan kebutuhan oksigen miokard untuk menurunkan resiko
cedera jaringan.
g) Pantau kecepatan/irama jantung.
Rasional: pasien angina tidak stabillmengalami peningkatan distritmia yang
mengancam hidup secara akut, yang terjadi pada respon terhadap iskemia
dan/atau stres.
h) Pantau tanda vital 5 menit selama serangan angina.
Rasional: TD meningkat secara dini sehubungan dengan rangsangan simpatis,
kemudian turun bila curah jantung dipengaruhi.
i) Tinggikan kepala tempat tidur bila klien napas pendek.
Rasional: memudahkan pertukaran gas untuk menurunkan hipoksia dan napas
pendek berulang.
j) Pertahankan tenang, lingkungan nyaman, batasi pengunjung bila perlu.
Rasional: stres meningkatkan kerja miokard.
k) Berikan makana lembut. Biarkan klien istirahat 1 jam setelah makan.
Rasional: menurunkan kerja miokard sehubungan dengan kerja pencernaan,
menurunkan resiko serangan angina.
l) Kolaborasi : berikan antiangina sesuai indikasi
Rasional: mengurangi nyeri.
2. Menurunnya curah jantung (CO) berhubungan dengan iskemik
miokard.
Tujuan : melaporkan penurunan episode dispnea, angina dan disritmia
menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas.
Intervensi :
a) Pantau TTV.
Rasional: takikardia dapat terjadi karena yeri, cemas, hipoksemia dan menurunya
curah jantung. Perubahan terjadi pada TD.
b) Evaluasi status mental, catat terjadinya bingung, disorientasi.
Rasional: menurunkan perfusi otak dapat menghasilkan perubahan sensorium.
c) Catat warna kulit dan adanya/kualitas nadi.
Rasional: sirkulasi perifer menurun bila curah jantung turun, membuat kulit pucat
atau abu-abu dan menurunkan kekuatan nadi perifer.
d) Auskultasi bunyi napas dan bunyi jantung. Dengarkan murmur.
Rasional: S3, S4 atau krekels terjadi dengan dekompensasi jantung atau beberapa
obat. Terjadinya murmur dapat menunjukkan katup karena nyeri dada.
e) Mempertahankan tirah baring pada posisinyaman selama episode akut.
Rasional: memurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan menurunkan kerja miokard
dan resiko dekompensasi.
f) Berikan episode istirahat adekuat. Bantu dalam melakukan aktivitas perawatan
diri.
Rasional: penghematan energi, menurunkan kerja jantung.

4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kodisi, kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan: menyatakan pemahaman kondisi penyakit dan pengobatan.
Intervensi :
a) Kaji ulang patofisiologi kondisi. Tekankan perlunya mencegah serangan
angina.
Rasional: pasien perlu belajar mengapa itu terjdi dan apakah dapat
dikontrol. Ini adalah faktor manajemen terapeutik supaya menurunkan
infark miokard.
b) Dorong untuk menghindari faktor pencetus.
Rasional: dapat menurunkan insiden/beratnya episode iskemik.
c) Bantu pasien/orang terdekat untukk mengindentifikasi sumber fisik dan
stres emosi dan diskusikan cara yang dapat menerka hindari.
Rasional: langkah penting pencegahan serangan angina.
d) Kaji ulang obat yang diresepkan untuk mengontrol serangan mencegah
serangan angina. Rasional: Angina adalah kondisi yang sering memerlukan
penggunaan banyak obat untuk menurunkan kerja jantung, memperbaiki
sirkulasi koroner, dan mengontrol terjadinya serangan.
e) Tekankan pentingnya mengecek dengan dokter kapan menggunakan obat
yang dijual bebas.
Rasional: Obat yang dijual bebas mempunyai potensi penyimpanan.
f) Kaji ulang gejala yang dilaporkan pada dokter.
Rasional: Pengetahuan apa yang akan terjadi dapat menghindari masalah
yang tak perlu terjadi untuk alasan yang tidak penting.
g) Diskusikan pentingnya mengikuti perjanjian.
Rasional: Angina adalah gejala penyakit arteri koroner progresif yang harus
dipantau dan memerlukan keputusan program pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth. (2000). Buku Saku Patofisiologi. EGC; Jakarta.
Chung, E. K. (1996).Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler. EGC; Jakarta.
Doenges, Marylinn E. (1998).Rencana Asuhan Keperawatan. EGC; Jakarta 1998
Engram, Barbara. (1998).Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah volume 2, EGC;
Jakarta.
Long, C, Barbara. (1996).Perawatan Medikal Bedah 2. IAPK; Bandung .
Noer, Sjaifoellah. (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FKUI; Jakarta.
Price, Sylvia Anderson. (2004).Patofisiologi Buku I . EGC; Jakarta.
Tucker, Susan Martin. (1998). Standar Perawatan Pasien Volume I. EGC; Jakarta.
Underwood, J C E, (2000). Pathologi Volume 1. EGC; Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai