Anda di halaman 1dari 8

1.

Kondisi masyarakat pada abad ke-7:


MATERI TARIKH DAN KEBUDAYAAN ISLAM KELAS XII
MEMAHAMI PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
Sebelum islam masuk, di Indonesia sudah berkembang agama-agama seperti Hindu, Budha, dan
lain sebagainya. Umat beragama tersebut hidup tenram dan damai, bahkan hingga saat ini Islam
masuk ke Indonesia yang dibawa pedagang dari Persia, Arab and Gujarat. Islam diperkenalkan
kepada mereka sebagai sebuah tatanan kehidupan, seperti saling menghormati dan tolong
menolong serta merupakan kesempurnaan dari peradaban yang telah ada. Akan tetapi, fakta
sejarah mengatakan bahwa ketika bangsa penjajah dari Eropa hadir, kehidupan bangsa Indonesia
secara umum dan umat Islam secara khusus, porak-poranda serta menjadi korban kebengisan
dan kebencian akibat niat menguasai kekayaan alam dan keserakahan para penjajah.
A . PERKEMBANGAN AGAMA, POLITIK DAN EKONOMI
Cikal bakal keberadaan Islam di Nusantara telah dirintis pada abad ke-1 hingga ke-2 H atau
ke-7 hingga ke8 M. Pada periode ini, para pedagang dan mubaligh muslim membentuk
komunitas Islam. Para mubaligh mengajarkan dan memperkenalkan Islam kepada penduduk
setempat antara lain sebagai berikut :
1. Islam mengajarkan sesama manusia untuk saling menghormati dan tolong-menolong
2. Islam mengajarkan bahwa derajat manusia di hadapan Allah adalah sama, kecuali
taqwanya
3. Islam mengajarkan bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan
Penyayang. Dan melarang manusia saling berselisih, bermusuhan, merusak dan saling
dengki.
4 . Islam mengajarkan agar manusia menyembah hanya kepada Allah SWT dan tidak
menyekutukan-Nya serta senantiasa berbuat baik terhadap sesame manusia tanpa pilih
kasih.
Penyebarab Islam di Samudra Pasai, Aceh terjadi pada pertengahan abad ke-13 M sehingga
perkembangan masyarakt muslim di Malaka semakin pesat. Ibnu BAtutah menceritakan
bahwa Sultan Kerajaan Samudra Pasai, Sultan Al Malik Az Zahir dikelilingi oleh ulama’ dan
mubaligh .

B. PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI


Perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan dapat dilihat dari beberapa sisi
antara lain
Perjuangan umat Islam oleh para ulama’ dan masyarakat tidak pernah berhenti
sejka
kehadirannya hingga pada masa penjajahan dan masa kemerdekaan dalam berbagai
aspek.
Sekurangnya ada dua cara yang dilakukan para ulama’ dalam
menumbuhkambangkan
ajarannya yaitu :
1. Membentuk kader-kader ulama’ yang akan bertugas sebagai mubaligh. Cara in
dilakukan
di dalam lembaga-lembaga pendidikan Islam, seperti pesantren di Jawa, dayah di
Aceh,
dan Saru di Minangkabau.
2. Melalui karya-karya tulisan yang tersebar dan dibaca kaum muslim di
Nusantara. Karya-
karya itu mencerminkan perkembangan ilmu pengetahuan, baik berupa pemikiran
dan
ilmu-ilmu agama di Indonesia pada masa tertentu
C. PERKEMBANGAN SENI DAN BUDAYA
1. Arsitek Bangunan
Dengan latar belakang Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau dan kebudayaan
serta
penduduknya tersiri dari bermacam-macam suku, maka arsitektur bangunan-
bangunan
Islam di Indonesia tidak sama antara satu dengan yang lain. Hasil-hasil seni
bangunan
pada zaman tersebut antara lain sebagai berikut.
a . Masjid-masjid seoerti masjid Demak, Sandang Duwur Agung Kasepuhan
Cirebon,
Masjid Agung Banten, dan Masjid Agung BAiturrahman di Aceh menunjukkan
keistimewaan dalam bentuknya yang persegi empat dengan bagian kaki yang tinggi
dan pejal, atapnya bertumpangng dua, tiga, lima atau lebih dikelilingi parit atau
kolam, mihrabnya lengkung berpola kalamakara, dan mimbar yang mengingatkan
akan ukiran dan ukiran pola teratai mastaka atua memolo.
b. Beberapa masjid masih terdapat seni bangunan yang menyerupai bangunan meru pada
zaman Hindu di Indonesia. Ukuran-ukuran pada mimbar, hiasan lengkung pola
kalamakara, mihrab berbentuk beberapa mastaka memolo yang menunjukkan
hubungan erat antara meru, kekayaan, gunungan atua gunung tempat dewa. Sebagai
contoh di Maulitang, Sendang Dhuwur.

B. Tradisi Sejarah Masyarakat Pada Masa Aksara

Berbeda dengan masyarakat pra-aksara, masyarakat masa aksara mewariskan masa lalunya
dalam berbagai bentuk peninggalan yang lebih beragam, baik itu melalui tutur, tulisan
maupun benda budaya.

1.Cara Masyarakat Masa Aksara Mewariskan Masa Lalunya Melalui Tutur/Lisan

Salah satu cara yang lazim dipakai oleh masyarakat yang memiliki tradisi lisan dalam
mewariskan masa lalu mereka adalah melalui dongeng. Dongeng itu sendiri disampaikan
dalam beragam bentuk cara, antara lain adalah sebagai berikut:

a.Pertunjukan
Wayang beber
Merupakan bentuk seni pertunjukan tradisional wayang, dimana wayangnya sendiri dilukis
pada gulungan kulit kayu, yang diantaranya menggambarkan ksatria mitis pada jaman
dahulu. Dengan media gulungan kulit kayu itulah dalang menggambarkan kisahnya.
Adegan-adegan yang tergambar pada gulungan itu diuangkapkan dalam penceritaan yang
berkesinambungan.
Wayang beber sebagai seni pertunjukan pertama kali didokumentasikan oleh dua orang
Cina yang bernama Ma Huan dan Fei Xin yang sedang mengunjungi Jawa pada tahun
1416. pada waktu itu keduanya menyaksikan banyak orang yang berjongkok di depan
pencerita sambil mendengarkan apa yang sang pencerita ucapkan. Pada abad ke-19,
Raffles menulis hal yang sama dalam bukunya, History of Java.
• Wayang kulit
Berbeda dengan wayang beber, wayang kulit dalam menggambarkan suatu kisah atau
peristiwa dengan menggunakan tokoh-tokoh tertentu yang disimbulkan. Dalang menggelar
pertunjukan di depan layar lebar dan menghidupkan wayang-wayangnya dengan
menirukan berbagai suara dan bunyi-bunyian. Cerita dalam wayang ini banyak bersumber
dari legenda dan kisah lisan sastra tulis dari India dan Jawa sendiri. Miisalnya cerita
tentang Baratayuda, Ramayana, cerita Karna gugur dan sebagainya.

b. Pertunjukan Mak Yong


Mak Yong merupakan seni pertunjukan. Tradisi ini berasal dari Pattani, Thailand bagian
Selatan pada abad ke-16. Di Indonesia, tradisi lisan dalam bentuk pertunjukan Mak Yong
ini berkembang di daerh pesisir barat Sumatra. Pada awalnya fungsi utama Mak Yong ini
adalah sebagai bentuk penghormatan kepada Yang Maha Kuasa. Tetapi dalam
perkembangannya lebih sarat akan hiburan. Banyak dimainkan oleh para nelayan dan
pedagang. Kisah-kisah dalam Mak Yong banyakmengkisahkan tentang realitas hidup
masyarakat jaman dulu. Ceritanya dipertunjukkan dalam bentuk prosa, tanpa naskah. Para
pemainnya dapat bebicara tanpa persiapan khusus, bahkan dapat memperpanjang
pertunjukan.

c. Pertunjukan Didong
Didong merupakan bentuk kesenian tradisional orang Gayo di daerah Aceh. Pertunjukan
didong sering berbentuk pertandingan antara dua kelompok yang saling berkelakar sambil
membuat sajak improvisasi yang disebut syair. Syair-syairnya biasanya berisikan tentang
legenda kisah-kisah tertentu dan asal-usul suatu wilayah atau tempat. Pada awalnya
Didong diadakan sebagai bagian dari keramaian untuk merayakan perkawinan, hari-hari
libur penting, dan upacara tradisional lainnya. Dalam perkembangannya kemudian
mengalami pergeseran sebagai cara untuk menghormati dan menghibur tamu.

d. Pertunjukan Tanggomo
Tanggomo merupakan bentuk puitis sastra lisan yang berasal dari Gorontalo, Sulawesi
Utara. Berisikan syair-syair yang didalamnya mengkisahkan tentang hal-hal yang sedang
hangat atau peristiwa menarik setempat. Selain menghibur, Tanggomo juga juga memberi
banyak informasi berupa peristiwa sejarah, mitos, legenda, kisah keagamaan, dan
pendidikan.

e. Nyanyian-nyanyian yang berisi kisah-kisah


Melalui nyanyian inilah masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman Kalimantan bagian
Tengah mewariskan sejarah kehidupan masyarakat masa lalu. Misalnya dalam pertunjukan
Takna Lawe.

2. Cara Masyarakat Masa Aksara Mewariskan Masa Lalunya Melalui Tulisan


Salah satu hasil budaya manusia adalah berupa tulisan. Tradisi tulis di Indonesia memiliki
sejarah yang panjang. Dimulai oleh prasasti yang menggunakan aksara Palllawa dari India,
yang kemudian diikuti oleh aksara baru yang telah dikembangkan untuk menulis pada
berbagai media yang telah dipersiapakan.
Tulisan asli yang berkembang pada masyarakat kepulauan Indonesia pada periode klasik
Indonesia menurut J. L.. A. Brandes (1887) merupakan hasil dari proses interaksi bangsa
Indonesia dengan budaya India. Dikenalnya tulisan oleh masyarakat kepulauan Indonesia
menurut Brandes merupakan barang baru yang dikenal oleh masyarakat, dan tidak masuk
dalam 10 kepandaian asli bangsa Indonesia, sebelum pengaruh India masuk (1887).
Adapun tulisan yang pertama kali dikenal adalah tulisan yang menggunakan aksara
Pallawa.
Dengan dikenalnya aksara Pallawa, atau sering juga disebut dengan huruf Pascapallawa,
nenek moyang bangsa Indonesia mampu mendokumentasikan pengalaman dalam
kehidupannya. Terbitnya prasasti-prasasti dari kerajaan-karajaan kuna, penggubahan karya
sastra dengan berbagai judul, serta dokumentasi tertulis lainnya melalui media lontar, kulit
binatang atau kulit katu adalah berkat dikenalnya aksara Pallawa. Bahkan di masa
kemudian aksara Pallava itu kemudian “dinasionalisasikan” oleh berbagai etnis Indonesia,
maka muncullah antara lain aksara Jawa Kuna, Bali Kuna, Sunda Kuna, Lampung, Batak,
dan Bugis.

a. Melalui Prasasti
Prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama,
umumnya adalah batu. Disamping batu media penulisan lainnya adalah kayu, dan logam.
Istilah lain dari prasasti adalah inskripsi (bahasa Latin) atau batu tertulis.
Wilayah kepulauan Indonesia segera memasuki zaman sejarahnya ketika sumber tertulis
yang berupa prasasti awal telah dijumpai di wilayah ini. Prasasti-prasasti pertama itu
terdapat di wilayah Jawa bagian Barat dan Kalimantan Timur. Di Jawa bagian Barat
berkembang kerajaan yang bercorak kebudayaan India pertama kali, yaitu Tarumanagara
yang salah satu rajanya bernama Purnavarman. Sementara itu di Kalimantan Timur juga
berkembang sistem kerajaan yang sama, berkat peninggalan-peninggalan prasasti Yupa
yang masih bertahan hingga kini, diketahui adanya kerajaan kuno di wilayah Kutai, rajanya
yang dikenal dalam prasasti bernama Aswawarmman.
Dari Yupa ketiga peninggalan Kerajaan Kutai misalnya kita mendapat informasi tentang
kondisi kerajaan masa pemerintahan Mulawarman.
“...biarlah mereka mendengar tentang hadiahnya (raja Mulawarman) yang luar biasa,
ternak, pohon, keajaiban dan tanah. Karena banyaknya perbuatan baik, tiang pengorbanan
ini didirikan oleh para pendeta”

Walaupun di kedua lokasi tersebut prasasti-prasastinya belum mencantumkan kronologi


yang pasti, tetapi dapat diduga bahwa kerajaan-kerajaan pertama di bumi Nusantara itu
berkembang pada sekitar abad ke-4 M.
Prasasti yang berangka tahun pertama dijumpai di wilayah Jawa bagian tengah, disebut
prasasti Canggal yang berangka tahun 652 Saka atau 732 M. Prasasti itulah yang
merupakan bukti awal bahwa nenek moyang bangsa Indonesia telah menghitung tahun,
dan sistem penghitungan yang dipakai mereka adalah penghitungan tahun Saka dari
kebudayaan India. Sejak saat itu masyarakat Jawa Kuno seterusnya mencantumkan data
kronologi untuk mencatat peristiwa-peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupannya.
Dengan demikian keberadaan prasasti sebagai salah satu peninggalan sejarah memberi
sumbangan penting dalam penelitian kesejarahan, yang memberi banyak informasi pada
orang-orang yang hidup sekarang tentang peristiwa, prestasi dan berbagai hal yang terjadi
di masa lalu yang berguna bagi pengembangan pengetahuan.

b. Melalui Lontar
Disamping media batu dan logam, dikenal juga media tulis yang disebut lontar yang
terbuat dari bambu, daun palem atau daun tal. Lontar adalah daun palem tal atau borassus
flabellifer yang telah dikeringkan yang banyak digunakan selama berabad-abad lamanya
sebagai alas tulis di Jawa, Bali, Lombok. Bahkan di Bali pemanfaatan lontar sebagai alas
tulis masih banyak dipakai oleh masyarakat tradisional. Tulisan ditoreh di kedua sisi daun
dengan menggunakan pisau tajam, lalu hurufnya dihitamkan dengan memakai jelaga.
Halaman-halamannya, yaitu antara lontar yang satu dengan yang lainnya dirangkaikan
dengan tali memalui lubang di tengah dengan dua papan kayu sebagai penutup. Tradisi ini
berkembang di hampir semua wilayah kepulauan Indonesia, utamanya adalah Jawa.

c. Melalui Kulit Kayu atau Pohon dan Kulit Binatang


Disamping menggunakan media batu, logam atau lontar masyarakat masa sejarah
Indonesia membuat catatan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan mereka
dengan menggunakan media kulit kayu atau kulit pohon. Bagian kulit yang dipakai adalah
kulit pohon bagian dalam. Tradisi menulis dengan media kulit pohon ini di kepulauan
Indonesia diantaranya banyak dijumpai di daerah yang sekarang dikenal dengan Batak.
Kulit pohon ini banyak dipakai oleh para peramal Batak untuk menuliskan mantra-mantra
tentang sihir atau ramalan dan pengobatan. Tulisan yang berisi bacaan mantra atau sihir
dan pengobatan yang dimuat dalam kulit pohon itu kemudian mereka susun dalam satu
rangkaian naskah buku lipat yang disebut dengan pustaha.

d.Media tulis lain sebagai sumber pewarisan sejarah


• Emas, tembaga dan perak
Emas, tembaga dan perak juga dipakai sebagai alas tulis untuk urusan yang memiliki
makna penting, yang bersifat khusus. Salah satu contohnya adalah penemuan kipas yang
terbuat dari emas masa kebesaran Kerajaan Johor, Riau. Dalam kipas emas tersebut
termuat tulisan yang memberikan informasi tentang prasasti Melayu yang menyatakan asal
usul sultan dari Bukit Siguntang serta keturunanannya dari Iskandar Agung.
• Daun nipah
Hampir sama dengan daun palem tetapi lebih tipis. Tulisan ditorehan dengan menggunakan
tinta atau kuas. Jadi tidak menggunakan pisau. Diantara naskah Jawa kuno yang
merupakan peninggalan tradisi tulis abad ke-14, adalah naskah kuno yang tertulis dalam
daun nipah yang sekarang tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden, Belanda.
• Bambu
Bambu dipakai sebagai alas tulis setelah sebelumnya dioles dan dikeringkan. Penggunaan
bambu sebagai alas tulis banyak ditemukan di Sumatra diantara orang-orang Batak,
Lampung dan Rejang. Bambu dibelah menjadi lembaran-lembaran lalu dikeringkan dan
dirangkaian seperti daun palem atau dibiarkan dalam bentuk tabung dan teks atau
tulisannya ditoreh dengan pisau tajam.
• Dluwang
Merupakan alas tulis halus dengan penampilan seperti kayu dan terbuat dari kulit pohon
murbei yang dipukuli. Meskipun dekenal sebagai kertas Jawa, sebanarnya dluwang
bukanlah kertas, karena tidak terbuat dari endapan encer. Dluwang kebanyakan digunakan
di Jawa untuk menulis naskah-naskah berbahasa Arab dan Jawa seperti pawukon atau
primbon.
Hampir semua pustaka Jawa kuno baik yang ditulis di lontar, maupun media tulis lainnya
ditulis dalam bentuk puisi. Berbagai naskah kuno semakin bekembang pada masyarakat
kepulauan Indonesia, terutama setelah dikenalnya media kertas. Muncul kemudian naskah
kuno dalam bentuk primbon yang ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu dan Jawi
kuno. Perkembangan terbesar terjadi setelah kedatangan pengaruh agama dan kebudayaan
Islam di nusantara, sekitar abad ke-13.

A. Awal Masuknya Islam di Indonesia

Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti


animisme, dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa
Indonesia bahkan dibeberapa wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaan-
kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha. Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan
Timur, kerajaan Taruma Negara di Jawa Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan
sebagainya. Namun Islam datang ke wilayah-wilayah tersebut dapat diterima
dengan baik, karena Islam datang dengan membawa prinsip-prinsip perdamaian,
persamaan antara manusia (tidak ada kasta), menghilangkan perbudakan dan yang
paling penting juga adalah masuk kedalam Islam sangat mudah hanya dengan
membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada paksaan.
Tentang kapan Islam datang masuk ke Indonesia, menurut kesimpulan seminar “
masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam
masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi.
Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke
Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq,
Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung
dari Madinah.

B. Cara Masuknya Islam di Indonesia

Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam


berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif
berkat kegigihan para ulama. Karena memang para ulama berpegang teguh pada
prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 :

Artinya :
Tidak ada paksaan dalam agama (Q.S. al-Baqarah ayat 256)
Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain ;
1. Perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak
dagang dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti
kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah
para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia). Disamping
mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan
menyiarkan Islam. Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
2. Kultural
Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media
kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa.
Misalnya Sunan Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang. Ia
mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema Hindu dengan ajaran
Islam. Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya. Kedua kesenian tersebut
masih digunakan dan digemari masyarakat Indonesia khususnya jawa sampai
sekarang. Sedang Sunan Giri menciptakan banyak sekali mainan anak-anak, seperti
jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng dan lain-lain.
3. Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam
pengembangan Islam di Indonesia. Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam
diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang
yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran
pesantren Sunan Giri. Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti
Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan
sampai sekarang pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali
penyebaran Islam di seluruh Indonesia.
4. Kekuasaan politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari
para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah
dan menjadi pelindung perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di
seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama
sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh
Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam
melindungi dakwah Islam di Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal
tumbuhnya negara nasional Indonesia dimasa mendatang.
C. Manfaat SejarahIslam pada masa Pembauran

1. Sejarah dalam Al-Qur’an sebagai peristiwa yang dialami


umat di masa lalu orang yang tidak mau mengambil
hikmah dari sejarah mendapatkan kencaman karena
mereka mereka teidak mendapatkan pelajaran apapun dari
kisah Al-Qur’an
2. Pelajaran yang dapat diambil dari sejarah dapat menjadi
pilihan ketika mengambil sikap
3. Pembauran akan membetrikan manfaat berupa inspirasi
untuk mengadakan perubahan-perubahan menjadi lebih
efektif dan efesien
4. Sejarah dikemukakan pula masalah sosial dan politik yang
terdapat dikalangan bangsa-bangsa terdahulu
5. Pembauran mempunyai pengaruh yang besar apada setiap
pemerintahan contoh: pada zamn Sultan Mahmud ke-2.Ia
sadar bahwa pendidikan dasar Madrasah tradional tidak
sesuai lagi dengan tuntunan zaman abad ke-19
6. Bentuk negara dianggap kalangan tertentu bukan
persoalan agama tetapi persoalan duniawi sehingga hal
tersebut diserahkan kepada manusia untuk
menuntukannya.

Anda mungkin juga menyukai