Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
dapat diharapkan sustainabilitas produksi dapat terjamin dan nilai tambah
industri hilir pengolahan sawit dapat dinikmati oleh bangsa Indonesia.
Namun ada gangguan yang mungin dapat menyebabkan produksi
pertanian kita dalam hal ini kelapa sawit menjadi turun. Itu di sebabkan
oleh penyakit pada tanaman. Gangguan tersebut akan masih terasa jika
digunakan kultivar tanaman tertentu secara luas dengan teknologi maju.
Banyak diantara kultivar tanaman yang dapat berproduksi tinggi tidak
tahan terhadap penyakit-penyakit penting. Atau walaupun dapat
diketemukan kultivar yang tahan hanya terbatas terhadap satu atau
beberapa macam penyakit saja sedangkan sering terjadi, satu macam
tanaman dapat terganggu pertumbuhannya oleh berbagai macam
penyakit. Gangguan penyakit tidak. saja terbatas di pertanaman, tetapi
terdapat pula diternpat penyimpanan, ditempat pemasaran dan
sebagainya. Jadi akan sangat berbahaya sekali usaha peningkatan
produksi pertanian, jika tidak memperhatikan terhadap kemungkinan
adanya gangguan oleh penyakit tumbuhan.
I.II Tujuan
3
2. Apa itu kelapa sawit ?
3. Apa penyakit yang biasa menyerang kelapa sawit ?
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
Penyekait tumbuhan biotik antara lain adalah jamur (fungi), bakteri,
fitoplasma, virus, viroid, nematoda dan tumbuhan parasitik.
Di Indonesia, kegiatan penelitian penyakit tumbuhan telah
berlangsung sejak era penjajahan Belanda (Hindia Belanda). Penelitian
banyak ditujukan pada penyakit tanaman perkebunan yang diusahakan
oleh Belanda, antara lain tebu, tembakau, karet, kopi, kakao dan lain-lain.
Peneliti dalam bidang ilmu ini kebanyakan adalah orang-orang
Belanda, sehingga saat awal kemerdekaan terjadi kekurangan tenaga
peneliti. Salah satu ahli ilmu penyakit tumbuhan pada awal kemerdekaan
adalah Prof. Dr. Ir. Toyib Hadiwijaya, seorang Guru Besar pada Fakultas
Pertanian Universitas Indonesia di Bogor yang sekarang menjadi Institut
Pertanian Bogor. Selanjutnya jumlah ahli ilmu penyakit tumbuhan makin
bertambah banyak, dan pada tanggal 3 - 5 Agustus 1970 mengadakan
pertemuan di Perkebunan Teh Pagilaran (milik UGM, dan membentuk
organisasi profesi bernama Perhimpunan Fitopatologi Indonesia (PFI).
Setiap dua tahun PFI menyelenggarakan Kongres dan Seminar
Ilmiah; kongres terakhir pada tahun 2003 diselenggarakan di Purwokerto,
Jawa Tengah. Pendiri organisasi yang saat ini masih ada kebanyakan
telah purna tugas, mereka antara lain adalah Prof. Dr. Ir. Haryono
Semangun (Guru Besar Emeritus Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Ir.
Sutrino Hadi (Guru Besar Emeritus Institut Pertanian Bogor) dan Prof. Dr.
Mien Achmad Rifai (Guru Besar Universitas Indonesia).
6
BAB III
Pembahasan
7
Indonesia. Perkebunan kelapa sawit itu pertama dibangun di Tanahitam,
Hulu Sumatera Utara oleh Schadt seorang Jerman pada tahun 1911.
Walaupun perkebunan kelapa sawit ditanam pertama kali di pulau
Sumatra, namun sentra penanaman ini berkembang ke Jawa Barat (Garut
selatan, Banten Selatan), Kalimantan Barat, dan Timur, Riau, Jambi, Irian
Jaya.
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan
dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda
adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt.
Pada tahun 1911 perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai
Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123
ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat
(terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala
Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama
dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor
menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri
penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1911.
Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan
pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang,
produksi merosot hingga tinggal seperlima dari angka tahun 1940. Usaha
peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil
(buruh-militer) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok
utama kemudian diambil alih Malaya (lalu Malaysia).
Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman
digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal
perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga
minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi
alternatif.
Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor
hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan
merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika.
8
Pada tahun 1995 luas perkebunan kelapa sawit adalah 2.025 juta, dan
diperkirakan pada tahun 2005 luas perkebunan menjadi 2.7 juta hektar
dengan produksi minyak sebesar 9.9 ton/tahun.
9
warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang
digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap
pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah
sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan
asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan
rontok dengan sendirinya.
10
Berikut disajikan beberapa gejala serangan hama dan penyakit penting
yang biasa menyerang tanaman kelapa sawit :
11
Penyebab :
Jamur <I>Fomex noxius</I>.
Cara pengendalian :
-Melakukan pembongkaran tanaman yang terserang dan
membuang bagian tanaman yang terserang
- Bekas luka selanjutnya ditutupi dengan obat penutup luka
12
Bakteri Erwinia.
Cara pengendalian :
-Belum ada cara efektif untuk memberantas penyakit ini.
13
9. Penyakit Tajuk (Crown disease)
Gejala serangan :
-Helai daun bagian tengah pelepah berukuran kecil-kecil dan
sobek.
Penyebab:
-Sifat genetik yang diturunkan dari tanaman induk.
Cara pengendalian :
-Melakukan seleksi terhadap tanaman induk yang bersifat
karier penyakit ini.
14
III.IV Penjelasan Singkat
15
BAB IV
PENUTUP
IV.I KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
Ditulis pada April 21, 2008 oleh poltekcwe, Artikel Penyakit Penting
Pada Tanaman Kelapa Sawit ,diakses pada tanggal 26
Desember 2008, pukul 21.04.
“http://politeknikcitrawidyaedukasi.wordpress.com/2008/04/21/ha
ma-dan-penyakit-kelapa-sawit/”.
17
Masyarakat Perkelapa-sawitan Indonesia. . Artikel Pengendalian
Hama dan Penyakit Tanaman diakses pada tanggal 26
Desember 2008, pukul 20.40.
“http://seafast.ipb.ac.id/maksi/index.php?
option=com_content&task=view&id=40&Itemid=25&limit=1&limits
tart=0”.
18
Wales, Jimmy. diakses pada 3 Januari 2009, pukul 20.56.
“http://id.wikipedia.org/wiki/Fitopatologi” .
19