Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara


perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk
memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.

Jumlah penderita demensia di dunia akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini
diakibatkan karena tingkat harapan hidup manusia yang cenderung meningkat. Jumlah
penderita demensia yang terus meningkat akan berdampak buruk terhadap keadaan sosial
ekonomi suatu negara. Hal ini disebabkan oleh biaya yang dibutuhkan untuk pelayanan
bagi penderita demensia yang tidak rendah. Bagi ke-15 anggota ADI(Alzheimer disease
International) di kawasan Asia Pasifik, Wimo dkk (2006) telah memperkirakan bahwa
biaya demensia adalah sebesar $60,4 miliar (dalam dolar AS tahun 2003).

Dari semua penderita demensia, 50%-60% menderita demensia tipe Alzheimer. Faktor
resiko untuk demensia tipe Alzheimer adalah wanita, memiliki sanak saudara tingkat
pertama yang menderita gangguan jenis ini, dan riwayat cedera kepala. Sindrom down
juga secara karakteristik berhubungan dengan demensia tipe Alzheimer.

Tipe demensia yang paling sering kedua adalah demensia vaskular, yaitu demensia yang
secara kausatif berhubungan dengan penyakit serebrovaskular. Demensia vaskular
berjumlah 15%-30% dari seluruh kasus demensia. Demensia vaskular paling sering terjadi
pada kelompok usia 60-70 tahun dan lebih sering pada laki-laki daripada perempuan.
Faktor resiko dari demensia tipe ini adalah hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia,
maupun konsumsi alkohol dan rokok. Demensia tipe Alzheimer dapat terjadi bersama
dengan demensia tipe vaskular ini disebut sebagai tipe gabungan,dan jumlahnya kurang
lebih sekitar 10-15%.

1.2 Tujuan

Tujuan Umum

Tujuan Khusus

- Mengetahui Faktor resiko yang paling mempengaruhi demensia


1.3 Manfaat

1
2
BAB II

TIN JAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Penyakit Alzheimer adalah suatu keadaan penurunan kognitif, yang ditandai dengan penurunan
daya ingat, perubahan perilaku, dan fungsi lainnya yang menunjang aktivitas hidupnya sehari-
hari sehingga menimbulkan gangguan sosial dan pekerjaan. Jadi demensia merupakan suatu
sindrom klinis akibat gangguan otak yang berifat kronik dan progresif, dimana terdapat
gangguan fungsi luhur kortikal yang multipel ( multiple higher cortical function) 2. Demensia
ditandai dengan berbagai gangguan fungsi kognitif, tanpa disertai gangguan kesadaran.
Gangguan fungsi kognitif tersebut adalah : Gangguan intelegensi umum, gangguan perhatian dan
konsentrasi /Atensi ( 3 M = memusatkan,pertahankan, mengalihkan}, orientasi (Orang, tempat,
waktu, situasi), memori (panjang, pendek, segera), gangguan daya belajar (berhitung), gangguan
bahasa, gangguan persepsi, gangguan daya nilai dan pertimbangan (judgment), gangguan
kepribadian dan kehidupan sosial (gangguan pengendalian emosi, perilaku sosial, dan motivasi
hidup)

Demensia adalah sekumpulan kelainan dimana kemampuan memori dan proses berpikir
mengalami gangguan sekurang-kurangnya selama enam bulan. Gangguan memori merupakan
gejala yang menonjol dan merupakan gejala yang pertama kali terdeteksi pada demensia.
Awalnya pasien akan lupa dimana meletakkan dompet atau benda-benda lain, lupa alamat
rumah, dan yang berat akan lupa keadaan sekelilingnya, pekerjaan, bahkan keluarganya. Selain
itu pasien mengalami gangguan dalam mempelajari kemampuan dan pengetahuan baru, secara
bersamaan kemampuan dan pengetahuan lama juga ikut hilang. Pasien demensia akan kesulitan
menamai obyek atau orang (anomia), kesulitan melakukan beberapa aktivitas (apraxia), dan
kesulitan mengenali obyek (agnosia).

Apabila gangguan fungsi kognitif juga disertai dengan gangguan kesadaran maka pasien telah
memenuhi kriteria diagnostik delirium. Demensia menyebabkan gangguan yang bersifat
progresif ataupun statis, selain itu juga dapat bersifat permanen ataupun reversibel. Oleh karena
itu, demensia dibagi menjadi dua, yaitu demensia reversibel, dimana daya kognitif global dan
fungsi luhur lainnya terganggu oleh karena metabolisme neuron-neuron di kedua hemisfer
tertekan oleh berbagai sebab. Apabila penyebab ini dapat dihilangkan maka fungsi kognitifnya
juga akan kembali seperti dulu lagi. Akan tetapi, apabila telah terjadi kerusakan infrastruktur
neuron-neuron, tentu kelainan fungsi kognitif juga akan menetap, ini yang disebut demensia
irreversibel3 .Diperkirakan sekitar 15 % orang dengan demensia didasari oleh penyakit-penyakit
yang bersifat reversibel jika dokter memulai pengobatan tepat pada waktunya, sebelum terjadi
kerusakan yang irreversibel.

Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat, penyakit atau zat-zat
racun (misalnya karbon monoksida) menyebabkan hancurnya sel-sel otak. Tetapi demensia

3
biasanya timbul secara perlahan dan menyerang usia diatas 60 tahun. Namun demensia bukan
merupakan bagian dari proses penuaan yang normal. Sejalan dengan bertambahnya umur, maka
perubahan di dalam otak bisa menyebabkan hilangnya beberapa ingatan (terutama ingatan jangka
pendek) dan penurunan beberapa kemampuan belajar. Perubahan normal ini tidak mempengaruhi
fungsi.

Lupa pada usia lanjut bukan merupakan pertanda dari demensia maupun penyakit Alzheimer
stadium awal. Demensia merupakan penurunan kemampuan mental yang lebih serius, yang
makin lama makin parah. Pada penuaan normal, seseorang bisa lupa akan hal-hal yang detil;
tetapi penderita demensia bisa lupa akan keseluruhan peristiwa yang baru saja terjadi.

ETIOLOGI
Dementia pada dasarnya adalah suatu penyakit degeneratif yang berhubungan dengan berbagai
faktor etiologi, sehingga membutuhkan pemeriksaan klinis yang cermat untuk menegakkan
penyebab dementia pada seorang pasien. Seperti yang telah diutarakan pada bagian
epidemiologi, penyebab dementia tersering adalah penyakit Alzheimer dan tipe vaskular.
Dimana kedua tipe ini secara bersama-sama berjumlah sekitar 75% dari seluruh penderita
dementia. Penyakit dementia lainnya yang disebutkan dalam DSM IV adalah penyakit Pick,
penyakit Huntington, penyakit parkinson, human immunodeficiency virus, dan trauma kepala.

Yang paling sering menyebabkan demensia adalah penyakit Alzheimer. Penyebab penyakit
Alzheimer tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik, karena penyakit ini
tampaknya ditemukan dalam beberapa keluarga dan disebabkan atau dipengaruhi oleh beberapa
kelainan gen tertentu. Pada penyakit Alzheimer, beberapa bagian otak mengalami kemunduran,
sehingga terjadi kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan
sinyal di dalam otak. Di dalam otak ditemukan jaringan abnormal (disebut plak senilis dan
serabut saraf yang semrawut) dan protein abnormal, yang bisa terlihat pada otopsi.

Penyebab ke-2 tersering dari demensia adalah serangan stroke yang berturut-turut. Stroke
tunggal ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau kelemahan yang timbul
secara perlahan. Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah
otak yang mengalami kerusakan akibat tersumbatnya aliran darah disebut infark. Demensia yang
berasal dari beberapa stroke kecil disebut demensia multi-infark. Sebagian besar penderitanya
memiliki tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan
pembuluh darah di otak.

Demensia juga bisa terjadi setelah seseorang mengalami cedera otak atau cardiac arrest.

Usia lanjut yang menderita depresi juga mengalami pseudodemensia. Mereka jarang makan dan
tidur serta sering mengeluh tentang ingatannya yang berkurang; sedangkan pada demensia sejati,

4
penderita sering memungkiri hilangnya ingatan mereka.

1. DEMENTIA TIPE ALZHEIMER

Diagnosis dementia tipe Alzheimer ditegakkan dengan pemeriksaan neuropatologi otak.


Namun pada umumnya penderita dementia tipe Alzheimer didiagnosis dalam lingkungan
klinis setelah penyebab dementia lainnya telah disingkirkan.

Pada dasarnya dementia tipe Alzheimer disebabkan karena deposit amilod yang menyebabkan
terjadinya perubahan neuropatologi di otak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sekitar
40% pasien memiliki riwayat keluarga menderita dementia tipe Alzheimer. Hal ini
menunjukkan bahwa faktor genetik ikut berperan dalam perkembangan penyakit Alzheimer.
Dukungan tambahan terhadap faktor genetik adalah bahwa penderita penyakit Alzheimer pada
kembar monozygot lebih tinggi daripada kembar dizygot4.

1.1. Patofisiologi

Secara makroskopis perubahan neuropatologi yang terjadi di otak tampak sebagai atrofi
yang difus, pendataran sulkus kortikal, dan pembesaran ventrikel serebral. Sedangkan
gambaran klasik dari penyakit Alzheimer dapat dilihat secara mikroskopis sebagai
gambaran:

 Bercak-bercak senilis, juga dikenal sebagai plak amilod, merupakan tanda utama
penyakit Alzheimer, walaupun pada sebagian kecil juga ditemukan pada sindroma
Down. Plak senilis terdiri dari protein beta/A4 dan astrosit, prosesus neuronal
distrofik, dan mikroglia. Jumlah dan kepadatan plak senilis ini menunjukkan berat
ringannya penyakit tersebut. Protein prekursor pembentuk plak senilis berasal dari
lengan panjang kromosom 21. Protein prekursor itu adalah beta/A4, yang merupakan
kandungan utama dari plak senilis.

 Kekusutan neurofibriler, Gambaran kekusutan neurofibriler sebenarnya tidak khas


pada penyakit Alzheimer, karena gambaran ini juga ditemukan pada penyakit lain
seperti, sindroma Down, dementia pugilistik (punch-drunk syndrom), komplek
dementia Parkinon dari Guam, penyakit Hallervorden Spatz, dan otak orang lanjut usia
yang normal. Kekusutan neurofibriler ini biasanya ditemukan di korteks, hipokampus,
substansia nigra, dan lokus sereleus.

 Gambaran lainnya adalah hilangnya neuronal (kurang lebih sebanyak 50% di


korteks), dan degenerasi granulovaskular pada neuron.

Pada dementia tipe Alzheimer juga terjadi kelainan neurotransmiter. Neurotransmiter


yang paling berperan adalah asetilkoloin dan noreepinefrin, keduanya menjadi
hipoaktif pada penyakit Alzheimer. Pada penyakit Alzheimer terjadi degenerasi pada

5
neuron adrenergik di nukleus basalis dan penurunan konsentrasi enzim kolin
asetiltransferase yang dibutuhkan untuk sintesa neurotransmiter asetilkolin4.

Penyebab potensial lainnya adalah gangguan metabolisme fosfolipid pada membran


sel, sehingga terjadi membran sel menjadi kering dan kaku. Hal ini disebabkan oleh
toksisitas dari aluminium.

Faktor genetik juga berpengaruh terhadap penyakit Alzheimer, hal ini ditunjukkan
dengan adanya gen apolipoprotein E4 (ApoE4) yang tiga kali lebih tinggi pada
penderita Alzheimer dibanding pada orang normal. Apo E4 selain menjadi fakto resiko
penyakit Alzheimer, juga ikut mempengaruhi terjadinya dementia tipe vaskular7.

2. DEMENTIA VASKULAR

Penyebab paling sering kedua adalah dementia vaskular. Demensia vaskular berjumlah 15%-
30% dari seluruh kasus dementia. Dementia vaskular paling sering terjadi pada kelompok
usia 60-70 tahun dan lebih sering pada laki-laki daripada perempuan. Faktor resiko dari
dementia tipe ini adalah hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, maupun konsumsi alkohol
dan rokok. Dementia tipe Alzheimer dapat terjadi bersama dengan dementia tipe vaskular ini
disebut sebagai tipe gabungan,dan jumlahnya kurang lebih sekitar 10-15%.

Dementia vaskular disebabkan karena penyakit serebrovaskular oleh karena itu pada DSM III
dikenal sebagai dementia multi infark. Dementia tipe ini lebih banyak ditemukan pada laki-
laki, khususnya pada orang yang memiliki faktor resiko seperti hipertensi atau penyakit
kardiovaskular lain. Gangguan terutama terjadi pada pembuluh darah serebal yang kecil
sedang , dan besar (arteri serebri anterior dan arteri basilaris).sehingga mengakibatkan
terjadinya atrofi pada otak (multipel lakunar stroke, dilatasi ruang perivaskular), atrofi korteks
otak (atrofi granular dan nekrosis laminar), atrofi substansia alba (penyakit Binswanger), dan
perivaskular gliosis. Hal ini disebabkan karena oklusi pada pembuluh darah akibat
aterosklerosis maupun tromboemboli dari tempat yang jauh (misalnya, katup jantung).

Manifestasi klinis dari dementia tipe vaskular tidak berbeda dengan dementia lainnya.
Gangguan fungsi kognitif ini sesuai dengan area otak yang terkena dibagi menjadi dua bagian
besar:

 Otak posterior, ditandai dengan gangguan memori, kemampuan untuk bahasa, mengenali
benda, maupun intrepetasi visual

 Otak anterior, ditandai dengan perubahan mental, gangguan fungsi eksekutif


(merencanakan, memulai, dan melaksanakan), dan gangguan kepribadian.

2.1. PATOFISIOLOGI

6
Akibat gangguan pada pembuluh darah otak baik yang disebabkan karena atheroskerosis,
amyloid angiopati, tromboemboli, maka akan terjadi gangguan neuropatologi di jaringan
otak. Gangguan neuropatologi itu berupa gambaran degenerativ dan perubahan vaskular.
Pada substantia alba akan terjadi destruksi dari jaringan mielin dan ekspansi ke
perivaskular sebagai akibat dari lesi vaskular 7. Keadaan ini akhirnya akan berkembang
menjadi keadaan dementia.

Tromboemboli

Kerusakan dinding pembuluh darah

 Atherosklerosis

 Hyalinosis

 Amyloid angiopati

Insufisiensi serebrovaskular

 Gangguan sirkulasi sistemik (misal, shock)

 Gangguan anatomi vaskular otak

 Gangguan regulasi dari aliran darah serebral

Hiperviskositas

Perdarahan

Mekanisme vaskular pada dementia tipe vaskular7

GAMBARAN ALZHEIMER VASKULAR

Onset Kronis - progresif Akut – Step Wise

Risiko Ggn - ++++


Cerebrovaskuler

Tanda & Gejala Neurologi - ++++

Dijumpai lebih banyak ♀ ♂


pada
Perbedaan dementia tipe Alzheimer dengan tipe Vaskular

7
Demensia biasanya dimulai secara perlahan dan makin lama makin parah, sehingga keadaan ini
pada mulanya tidak disadari. Terjadi penurunan dalam ingatan, kemampuan untuk mengingat
waktu dan kemampuan untuk mengenali orang, tempat dan benda. Penderita memiliki kesulitan
dalam menemukan dan menggunakan kata yang tepat dan dalam pemikiran abstrak (misalnya
dalam pemakaian angka). Sering terjadi perubahan kepribadian.

Demensia karena penyakit Alzheimer biasanya dimulai secara samar. Gejala awal biasanya
adalah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi; tetapi bisa juga bermula sebagai depresi,
ketakutan, kecemasan, penurunan emosi atau perubahan kepribadian lainnya. Terjadi perubahan
ringan dalam pola berbicara; penderita menggunakan kata-kata yang lebih sederhana,
menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata-kata yang tepat.
Ketidakmampuan mengartikan tanda-tanda bisa menimbulkan kesulitan dalam mengemudikan
kendaraan. Pada akhirnya penderita tidak dapat menjalankan fungsi sosialnya.

Beberapa penderita bisa menyembunyikan kekurangan mereka dengan baik. Mereka


menghindari aktivitas yang rumit (misalnya membaca atau bekerja). Penderita yang tidak
berhasil merubah hidupnya bisa mengalami frustasi karena ketidakmampuannya melakukan
tugas sehari-hari. Penderita lupa untuk melakukan tugasnya yang penting atau salah dalam
melakukan tugasnya.

Diagnosis demensia ditegakkan berdasarkan penilaian menyeluruh, dengan memperhatikan usia


penderita, riwayat keluarga, awal dan perkembangan gejala serta adanya penyakit lain (misalnya
tekanan darah tinggi atau kencing manis).

Dilakukan pemeriksaan kimia darah standar, pemeriksaan CT scan dan MRI dimaksudkan untuk
menentukan adanya tumor, hidrosefalus atau stroke.

Jika pada seorang lanjut usia terjadi kemunduran ingatan yang terjadi secara bertahap, maka
diduga penyebabnya adalah penyakit Alzheimer. Diagnosis penyakit Alzheimer terbukti hanya
jika dilakukan otopsi terhadap otak, yang menunjukkan banyaknya sel saraf yang hilang. Sel
yang tersisa tampak semrawut dan di seluruh jaringan otak tersebar plak yang terdiri dari amiloid
(sejenis protein abnormal). Metode diagnostik yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit ini
adalah pemeriksaan pungsi lumbal dan PET (positron emission tomography), yang merupakan
pemerisaan skening otak khusus.

8
BAB III
RINGKASAN MASALAH
3.1 Ringkasan Masalah

9
BAB IV
HIPOTESIS

10
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

11
BAB VI
KESIMPULAN

12

Anda mungkin juga menyukai