Rancang Bangun Sistem Pengendali Peralatan Listrik

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

RANCANG BANGUN SISTEM PENGENDALI

PERALATAN LISTRIK MELALUI MEDIA TELEPON


BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89C51
TEKNIK ELEKTRO, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS NASIONAL
Jl. Sawo Manila No. 61 Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520

ABSTRAK

Dengan Karya Ilmiah ini dibahas mengenai perancangan dan pembuatan alat/model
Sistem Pengendali Peralatan Listrik Melalui Media Telepon yang dibuat berbasis
Mikrokontroler AT89C51 yang berfungsi sebagai pemroses paling utama, mikrokontroler ini
dipilih dikarenakan di dalamnya terdapat CPU, RAM, ROM/EFROM, Port I/O, Counter/Timer
dan lainnya, sehingga perangkat kerasnya menjadi sangat sederhana. DTMF (Dual Tone
Multiple Frequency) sebagai peterjemah sinyal line telepon, sedangkan perangkat lunaknya
berupa program asembler.
Sistem pengendali peralatan listrik ini dapat mengaktif/menonaktifkan peralatan listrik
dari jarak jauh dengan mempergunakan media telepon.

I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kemajuan di bidang teknologi pada era millennium dapat dirasakan
masyarakat saat ini, terutama dibidang elektronik yang mendorong manusia
mengerjakan sesuatu dengan cara yang praktis. Dengan tingkat kecerdasan manusia
yang makin hari makin tinggi dan rasa ketidakpuasan manusia yang merasakan kurang
dengan apa yang telah dicapainya. contohnya adalah mengaktif/nonaktifkan suatu
peralatan listrik, ada pemamfaatan membuat suatu alat yang dapat mendukung dan
membantu pekerjaan manusia dengan cara yang lebih praktis dan dapat menjadi suatu
bantuan yang sangat efesien.
Guna memenuhi perkerjaan yang efisien tersebut di atas, maka diperlukan suatu
sistem yang dapat megendalikan peralalatan listrik dengan mempergunakan media
telepon.

I.2 Perumusan Masalah


Dalam Karya Ilmiah ini dibahas pembuatan model sistem pengendali
peralatan listrik melalui media telepon berbasis mikrokontroler AT89C51. kemampuan
dari alat yang dirancang ini dibatasi dengan kondisi peralatan listrik harus dalam
keadaan baik.

II. DASAR TEORI


II.1 Dasar Sistem Telepon
Sistem telepon modern adalah pengembangan dari rangkaian analog yang
ditemukan Alexander Graham Bell pada tahun 1876. rangkaian yang ditunjukkan pada
gambar 2.1 yang merupakan dasar sistem telepon, dimana dua telepon handset
terhubung bersama-sama dalam twisted kabel pada jaringan telepon dan dayanya
didapat dari baterai yang terdapat di CO (Central Office). Arus dc akan timbul pada
saluran telepon, karena baterai terpasang secara seri pada kedua telepon handshet
seolah-olah membentuk rangkaian tertutup. Kedua telepon- terpasang carbon mokropon
dari headphone, pada saat carbon mokropon menerima gelombang suara, tahanananya
akan berubah-ubah yang menyebabkan arus dc termodulasi, sehingga menghasilkan
sinyal ac (audio). Arus ac ini menyebabkan diagframa headphone bergetar dan
mengelurkan suara. Pada table 2.1 menunjukkan standar telepon yang dipergunakan
pada umumnya, salah satunya adalah impedansi onhook atau pun offhook agar telepon
dikenali kondisinya oleh kantor sentral serta aturan-aturan lainnya yang harus dipenuhi
oleh telepon set,

Gambar 2.1 Dasar Sistem Telepon

Tabel 2.1 Spesifikasi Sistem Telepon

Item Standar
On-hook (idle status) Line open circuit, min dc resistance 30 kΩ
Off-hook (busy status) Line closed circuit, max dc resistance 200 Ω
Batterey voltage 48 volt
Operating current 20-80 mA typical
Subribe-loop resistace 0-1300 Ω, 3600 Ω (max)
Loop Loss 8 dB (tipycal), 17 dB (max)
Ringing voltage 90 Vrms (mik), 5.0 REN (max)
Ringer equivalence
0.2 REN (min), 5.0 REN (max)
number (REN)
Pulse dialing Momentary open – circuit loop
Pulsing rate 10 pulse/sec ± 10%
Dutecycle 58-64% break (open)
Time between digit 600 ms min
Pulse code 1 pulse = 1,2 pulse = 2,… 10 pulse = 0
Use two tones, a low- frequency and higth frequency
Toych tone dialing
tone, to specify each digit
Level each tone - 6 DB s/d -4 DB
Max diff in levels 4 DB
Max level (pair) ± 1.5 %
Frequency tolerancy 50 ms
Pulse width 45 ms min
Time between digit 350 plus 440 Hz
Dial tone 350 plus 440 Hz
Busy tone 480 plus 620 Hz, with 60 interuption per menit
Ringing signal tone 440 Hz plus 480 Hz, 2 s, 4 s off
1.2 kbit/s FSK signal between firt and second ring (bell
Caller ID
202 modem standar)

II.2 DTMF (Dual Tone Multi Frequency)


Setelah beralih ke teknologi digital, cara meminta nomor sambungan telepon
tidak lagi dengan cara memutar piringan angka, tetapi dengan cara menekan tombol-
tombol angka. Cara ini dikenal sebagai touch tone dialing sering juga disebut sebagai
DTMF (Dual Tone Multi Frequency). DTMF adalah teknik mengirimkan angka
membentuk nomor telepon yang dikodekan dengan dua nada yang dipilih dari delapan
buah frekuensi yang sudah ditentukan.frekuensi tersebut adalah : 697 Hz, 770 Hz, 852
Hz, 941 Hz, 1209 Hz, 1336 Hz, 1477 Hz, dan 1633 Hz, seperti yang terlihat dalam tabel
2.2 simbol angka 1 dikodekan dengan 697 Hz dan 1209 Hz, simbol angka 9 dikodekan
dengan 852 Hz dan 1477 Hz dan seterusnya. Kombinasi dari 8 frekuensi tersebut bisa
dipakai untuk mengkodekan 16 tanda, tetapi pada pesawat telepon biasanya simbol ‘A’,
’B’, ‘C’, dan ‘D’ tidak dipakai. Sedangkan simbol “*” biasanya disebut star atau
asterisk dan simbol “#” disebut pagar. Walaupun banyak pemakai telepon tidak
mempergunakan digit ini, tetapi biasanya dalam dialing nomor telepon kedua simbol
tersebut digunakan untuk keperluan control seperti pada mesin penjawab telepon,
control repeater, elektronik banking dan lain-lain. Standar dial DTMF adalah saat
dimana nada selama tombol telepon ditekan, tak perduli berapa lamanya, nada
dikodekan sebagai satu digit. Pengiriman digit dalam durasi yang pendek ± 100 ms
dapat juga dilakukan, tapi tidak oleh tangan manusia karena hal tersbut tidak mungkin,
dan hanya dilakukan dengan cara otomatis.
Teknik DTMF mempunyai banyak keuntungan dibanding dengan memutar
piringan angka, tetapi secara teknis lebih sulit. Alat pengirim kode DTMF merupakan 8
rangkaian oscilator yang masing-masing membangkitkan frekuensi diatas, ditambah
dengan rangkaian pencampur frekuensi untuk mengirimkan 2 nada yang terpilih.
Sedangkan penerima kode lebih rumit lagi, dibentuk dari 8 filter yang tidak sederhana
dan rangkaian tambahan lainnya.
Gambar 2.2 kombinasi nada DTMF

II.3 Sensor Optocoupler


Optocoupler disebut juga optoisolator yang tergandeng optik yang merupakan
penggabungan dioda LED (sumber cahaya infra merah) dan phototransistor (detektor
cahaya) dalam satu kemasan. Sensor ini terdiri dioda LED pada sisi masukan dan
phototransistor pada sisi keluaran.
Anoda Collector Output

Katoda Emiter

Gambar 2.3 Rangkaian Optocoupler

1. Dioda pemancar infra merah (LED)


Pada dioda berprategangan maju elektron bebas melintasi persambungan dan
jatuh ke dalam lubang (hole). Pada saat elektron ini jatuh dari tingkat energi yang tinggi
ketingkat energi yang lebih rendah, ia memancarkan energi. Pada dioda LED energi
yang dipancarkan adalah cahaya.
LED mempunyai penurunan tegangan lazimnya dari 1,5 V sampai dengan 2,5
V untuk arus diantaranya 10 mA sampai dengan 150 mA, penurunan tegangan yang
tepat tergantung dari arus LED.

2. Phototransistor (Detektor Cahaya)


Phototransistor dengan basis terbuka akan menghasilkan panas. Panas yang
dihasilkan pembawa muatan ini sebagai sumber arus ideal yang dipasang paralel
dengan sambungan (junction)-kolektor-basis dari sebuah transistor yang ideal.
Karena kawat penghubung basis terbuka semua arus balik akan diperkuat kedalam basis
dalam transistor.
Dikatakan bahwa arus kolektor lebih tinggi dari pada arus balik semula pada
faktor βDC. Pada phototransistor melewatkan cahaya melalui sebuah jendela yang
bertemu pada sambungan kolektor-basis.
II.4 DTMF TRANSCEIVER
Rangkaian DTMF transceiver ini berfungsi sebagai penerima sinyal input dari saluran
telepon yang masih berupa sinyal DTMF dan kemudian mengubah sinyal DTMF
tersebut ke dalam bentuk kombinasi 4 digit biner sebagai sinyal output, dan dapat juga
mengirimkan kembali sinyal DTMF output melalui saluran telepon ke telepon
pengontrol.
D0

DTMF D1
SINYAL DTMF TRANSCEIVER
D2

D3

Gambar 2.4 DTMF Transceiver

Teknik pendeteksian DTMF ada berbagai macam, sesuai dengan


perkembangan teknologi elektronika. Pada saat ini komponen pendeteksian sinyal
DTMF sudah bisa direalisasikan dalam bentuk sebuah kemasan terpadu IC. Cara
pendeteksian dilakukan dengan memisahkan sinyal DTMF atas frekuensi rendah dan
frekuensi tinggi, kemudian sinyal ini akan diproses secara terpisah dengan
membandingkan fekuensi masukan dengan clock referensi.
Dalam pendeteksian sinyal DTMF yang perlu diperhatikan adalah toleransi
kecacatan sinyal karena noise. Dalam perancangan alat sistem pengendali peralatan
listrik melalui media telepon berbasis mikrokontroler AT89C51 ini akan digunakan IC
MT-88888 sebagai transceiver. IC MT-8888 mempunyai 20 pin yang dapat dilihat pada
gambar.2.5

Gambar 2.5 Blok Arsitektur DTMF Transceiver

Untuk lebih jelas cara kerja DTMF transceiver dapat dilihat pada diagram blok
seperti pada gambar 2.5, dimana sinyal input DTMF transceiver dapat dipisahkan atas
kelompok frekuensi low dan kelompok frekuensi high oleh band pass filter. dua sixth-
order menswitch kapasitor filter band pass, bandwith yang sesuai dengan frekuensi
rendah dan frekwensi tinggi ( lihat Tabel 2.2). Filter menyertakan bentuk frekuensi
350 Hz dan 440 Hz untuk penolakan call tone telepon pengecualian. masing-masing
keluaran dari filter diikuti oleh order tunggal menswitch bagian kapasitor filter, untuk
memperlancar sinyal itu sebelum pembatasan. Pembatasan dilakukan oleh high-gain
pembanding yang dilengkapi dengan histeresis untuk mencegah pendeteksian sinyal
low-level yang tidak diinginkan. Logika real disediakan untuk membandingkan sinyal
DTMF keluaran berikutnya.

Tabel 2.2 Pemetaan Sinyal DTMF ke Biner 4 bit

Flow Fhigh Digit D3 D2 D1 D0

697 1209 1 0 0 0 1

697 1336 2 0 0 1 0

697 1477 3 0 0 1 1

770 1209 4 0 1 0 0

770 1336 5 0 1 0 1

770 1477 6 0 1 1 0

852 1209 7 0 1 1 1

852 1336 8 1 0 0 0

852 1477 9 1 0 0 1

941 1336 0 1 0 1 0

941 1209 * 1 0 1 1

941 1477 # 1 1 0 0

697 1633 A 1 1 0 1

770 1633 B 1 1 1 0

852 1633 C 1 1 1 1

941 1633 D 0 0 0 0

Frekuensi tersebut akan diikuti dengan memanfaatkan digital counter


untuk menentukan nada frekuensi yang datang yang sesuai dengan standar
frekuensi DTMF. Detektor sinyal akan mengetahui dua nada sah (kondisi
sinyal), untuk output kedua nada sah maka early steering (EST) dalam keadaan
aktif jika sinyal tersebut hilang maka Est akan non-aktif. Catu daya DTMF
diambil dari Power Supply yang outputnya adalah 5 volt DC. Untuk internal
clock digunakan crystal 3,579545 MHz yang dihubungkan ke masing-masing
input osilator.
Sinyal DTMF dapat diterima dengan baik oleh DTMF receiver yang
mempunyai level daya –29 dBm hingga 1 dBm atau level tegangan 27,5 mVolt
hingga 869 mVolt.

2.4.1 Pin Description Encoder/decoder DTMF Transceiver

Gambar 2.6 Konfigurasi Pin DTMF Transceiver IC MT-8888

II.5 Mikrokontroler ATMEL 89C51


Mikrokontroler ini merupakan bagian sangat penting dalam suatu alat
karena fungsi dari Mikrokontroler disini mengatur seluruh proses dan kerja dari
suatu alat. Mikrokontroler ini dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian LSI
(large scale integration) yang didisain untuk melaksanakan fungsi-fungsi suatu unit
pemrograman sentral suatu komputer digit dan suatu sistem logika universal yang
dapat diprogram dan dimanufaktur pada sebuah chip silicon. Mikrokontroler ini
dirancang untuk menyederhanakan fungsi dari komponen komponen elektronika
yang cukup banyak seperti pengoperasian OR, AND, ADD, NOT, Comparator,
Shift register, dan beberapa fungsi lain dari beberapa IC logika. Dengan
Mikrokontroler ini memudahkan desainer untuk merancang suatu fungsi tertentu,
karena kerja dari microkontroler dapat diprogram sesuai dengan yang diinginan.
Mikrokontroler ini merupakan suatu device yang merupakan pengabungan
beberapa jenis device yaitu Mikroprosesor (sebagai otak dari chip), Internal
Random Access Memory, internal Electrical Erasable Programmable Read Only
Memory (EEPROM) sebagai program memory dan I/O port, sehingga tidak
diperlukan I/O lagi untuk pengambilan/pengeluaran data dan juga tidak diperlukan
memory untuk penyimpanan data, karena semua media tersebut telah ada didalam
chip microkontroler tersebut. Hanya bila diperlukan fasilitas yang lebih besar maka
dapat ditambah diluar chip. Mikrokontroler memiliki banyak jenis, Jenis yang
dipaparkan kali ini adalah salah satu jenis Mikrokontroler keluarga MCS-51 yaitu
89C51.
P0.1 - P0.7 P2.1 - P2.7

Vcc

PORT 0 DRIVERS PORT 2 DRIVERS


GND

RAM ADDR. PORT 0 PORT 2


RAM FLASH
REGISTER LACTH LACTH

B STACK
ACC
REGISTER POINTER

PROGRAM
ADDRESS
REGISTER

TMP2 TMP1

BUFFER

ALU PC
INCREMENTER
INTERRUPT, SERIAL PORT,
AND TIMER BLOCKS
PROGRAM
PSW
COUNTER

PSEN TIMING
INSTRUCTION
ALE/PROG AND DPTR
EA / Vpp REGISTER
CONTROL
RST

PORT 1 PORT 3
LACTH LACTH

OSC
PORT 0 DRIVERS PORT 0 DRIVERS

P1.0 - P1.7 P3.0 - P3.7

Gambar 2. 5 Diagram blok mikrokontroler 89C51

III. PERANCANGAN DAN CARA KERJA ALAT


III.1 Tujuan Perancangan
Perancangan pelu dilakukan untuk mempermudah proses pembuatan perangkat.
Dalam proses perancangan, ditentukan komponen-komponen yang akan dipakai untuk
memenuhi spesifikasi perangkat. Pemilihan komponen yang digunakan selain
didasarkan atas kebutuhan spesifikasi juga perlu dilihat dari segi tersediannya dipasaran
dan juga tentang harga komponen tersebut sehingga biaya pembuatan perangkat dapat
ditekan dengan tidak meninggalkan kualitas perangkat yang dibuat.

III.2 Diagram Blok dan Cara Kerja Alat


Untuk mempermudah dalam perakitan dan pemahaman cara kerja dari
rangkaian, maka perancangan dibuat berdasarkan perblok, setiap blok mempunyai
fungsi dan kerja tertentu. Dimana blok yang satu dengan yang lain saling berhubungan
dan saling mendukung hingga terbentuk suatu rangkaian yang mempunyai satu fungsi
dan kerja yang khusus yang dinamakan sistem pengendali peralatan listrik rumah
melalui media telepon berbasis mikrokontroler AT89C51.
Diagram blok selengkapnya ditampilkan pada gambar berikut :
Gambar 3.1Diagram blok kinerja sistem pengendali peralatan listrik melalui media
telepon berbasis mikrokontroler AT89C51
Dari gambar diagram blok diatas dapat dilihat tiap blok memiliki fungsi dan
prinsip kerja masing-masing seperti keterangan dibawah ini :
1. Catu daya, sebagai suplay tegangan untuk rangkaian keseluruhan
2. Media Telepon, sebagai sarana untuk transfer data.
3. Ring Detector, mendeteksi sinyal dering dan merubah sinyal dering yang berupa
sinus menjadi sinyal persegi, agar dapat dideteksi oleh mikrokontroler.
4. DTMF (Dual Tone Multiple Frequency) sebagai modulasi dari dua frekuensi tertentu
untuk menunjukkan nomor telepon yang diputar dan merubah kode pada dua
frekuensi tersebut menjadi analog.
5. Mokrokontroler AT89C51, merupakan bagian utama dari sistem yang berfungsi
sebagai pengontrol keseluruhan kerja alat.
6. Driver, sebagai penggerak peralatan listrik.

III.3. Perancangan Rangkaian


III.3.1 Perancangan pendeteksi sinyal ring.
Rangkaian ini merupakan sensor untuk mendeteksi adanya panggilan (sinyal
ring) yang masuk, agar mikrokontroler dapat mengenal sinyal yang datang
Prinsip kerja dari sensor ini adalah sistem pancaran sinar yang diarahkan pada
photo transistor di dalam opto coupler. Pada saat celah sensor melewati lingkaran yang
bercelah maka phototransistor menjadi aktif karena tersinari oleh cahaya LED.
Akibatnya pada kolektor yang semula berlogika high menjadi low karena dengan
menggunakan IC 74LS14 sebagai inverter. Dengan demikian untuk setiap 1 perioda,
mikrokontroller akan menerima 1 kali pulsa low. Adapun rangkaian sensor yang
ditunjukkan pada gambar 3.3. +5V

C1
R11 1k
IN4002
OPTO

IN4002
Line telepon IN4002
D1 470nF
IN4002
IN4002
R1 D2

PC817
10k
III.3.2 Perancangan Decoder/Encoder DTMF Transeiver
Detektor DTMF (Dual Tone Multi Frequency) disini bertindak sebagai perubah
sinyal DTMF menjadi sinyal digital. Dalam tugas akhir ini digunakan IC CM8888 yang
dikeluarkan oleh perusahaan Mitel.
IC CM8888 ini terdiri dari 20 pin, satu digunakan sebagai input (DTMF IN)
yaitu pin ke-2, keluaran digitalnya berjumlah 4 buah (4 bit data) yang terdapat pada pin
ke-14 sampai pin ke-17. Rangkaian lengkap decoder/encoder DTMF diperlihatkan pada
gambar 3.3 C M 8888
VDD C3

C1 IN + VDD
R1 C2
DTMF 100nF 100nF
IN - S t/G T R4
IN P U T
100K R2 R3 3K
100nF ESt
GS
100K 374K
VR ef D3

VSS D2

OSC1 D1
X1 KE
M IK R O K O N T R O L E R
DTM F OSC2 D0
AT89C 51
OUTPUT 3 .5 7 9 5 4 5 M H z IR Q /C P
TO NE
WR RD
RL 1O K CS RSO

III.3.3 Rangkaian Mikrokontroler AT89C51.


Mikrokontroler yang dipergunakan pada alat ini adalah mikrokontroler
AT89C51, dimana mikrokontroler ini berfungsi sebagai pengendali dan menggunakan
“active high” dengan menggunakan rangkaian RC. Pin 31 (EA/VPP) dihubungkan ke
VCC karena mikrokontroler menggunakan ROM internal mikrokontroler juga
membutuhkan clock yang dibangkitkan oleh kristal untuk pengoperasiannya.
IC AT89C51
D T M F

1 39 AD0
D0

8 2 P1.0 P0.0 38 AD1


Ke

7 3 P1.1 P0.1 37 AD2


Driver

6 P1.2 P0.2
- D3
relay

4 36 AD3
5 5 P1.3 P0.3 35 AD4
4 6 P1.4 P0.4 34 AD5
3 7 P1.5 P0.5 33 AD6
2 8 P1.6 P0.6 32 AD7
1 P1.7 P0.7
IRQ
J3 21
12 P2.0 22
VCC 13 INT0 P2.1 23
UMPAN BALIK

14 INT1 P2.2
(STATUS)

24
15 T0 P2.3 25
C1 T1 P2.4 26
RST
10 uF 9 P2.5 27
RESET P2.6 28
P2.7
R1 31 17
100K EA/VP RD RD
16
19 WR 29 WR
X1 PSEN 30
X'TAL ALE/P 11 TXD
18 TXD 10 RXD
12MHz X2 RXD

C2 C3
33pF 33pF
Gambar 3.4. Rangkaian Mikrokontroler AT89C51
III.3.4 Catu Daya
Rangkaian yang pada catu daya adalah : sebuah trafo CT sebesar 350 mA,
kondensator elektrolit sebesar 1000 µF dua buah dioda yang bernilai 1N40001 dan
sebuah IC regulator tegangan positif 3 terminal LM 7805.
Dalam pembuatan catu daya ini digunakan IC regulator karena IC tersebut
dapat mengeluarkan tegangan tetap, namun dapat juga diperoleh tegangan dan arus
yang dapat diatur dengen tambahan eksternal.
Dalam tugas akhir ini dipergunakan catu daya 5 volt DC untuk mensuplay
seluruh rangkaian mikrokontroler, DTMF Transceiver, driver relay.
VCC 5VDC
IC1
D1
1 3

IN OUT
AC IN

3
1N4001 7805
2
1 D2

GND
1000uF 1000uF
J2 2

1N4001

Gambar 3.5 Rangkaian catu daya


III.3.5 Driver Relay
Dalam Karya Ilmiah ini dipakai 8 buah relay DPDT. Rangkaian driver relay
yang dipergunakan adalah transistor sebagai saklar. Relay dikendalikan melali
mikrokontroler. Rangkaian ditunjukkan pada gambar 3.6.
Tahanan basis 230 ohm berfungsi untuk membatasi arus yang mengalir kebasis,
sedangkan arus yang mengalir pada kolektor tergantung tahanan dalam (RL) dari relay.
Fungsi dioda yang dipasang paralel dengan relay adalah untuk membuang tegangan sisa
(ggl). Pada kumparan relay yang dapat merusak transistor. Jika basis transistor diberi
tegangan dalam hal ini diberikan logika high, maka transistor akan aktif sehingga
colektor terhubung ke ground dan arus akan mengalir pada relay sehingga relay bekerja.
Perlu diperhatikan penggunaan relay dimana saklar atau switch pada relay harus
disesuikan dengan beban yang dikendalikan relay tersebut. Terutama kemampuan arus
yang mengalir pada saklar relay. DC
+5V
IN4002

220V AC
P e ra la ta n listrik

P 1 .0
R1

1k

P 2 .0

Gambar 3.5. Rangkaian Driver Relay


IV. PENGUJIAN DTMF
IV.1 Pengujian Encoder DTMF
VDD C3
CM8888
IN+ VDD
C1
R1 C2
Input DTMF
IN-
100nF 100nF
St/GT R4
100K R2 R3 3K
100nF
GS ESt

100K 374K

VRef D3 D3

VCC
+5V VSS D2 D2

OSC1 D1 D1
X1
BUZZER
OSC2 D0 D0

R1 3.579545 MHz
IRQ/CP
TONE
1K
WR RD
RL
CS RSO
1O K
+5V

Gambar 4.1 Rangkaian Pengujian Encoder DTMF (Dual Tone Multi Frequency)

Menghubungkan tegangan +5V pada rangkaian DTMF, maka kondisi buzzer


dalam keadaan tidak bunyi. Ketika kita memberikan tegangan + 5V pada D0 maka
DTMF akan menconversikan digital menjadi tone DTMF, akan dikirim melalui output
DTMF (tone), dimana nada tone DTMF adalah pengiriman frekuensi low dengan high
akan dikirim secara serentak sehingga buzzer akan bunyi, karena DTMF MT-8888 ini
dapat mengirimkan ring. Demikian seterusnya, kebalikan dari decoder DTMF diatas.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian pada sistem pengenndali peralatan listrik dengan
pemamfaatan saluran telepon, dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain:
1. Sistem pengendali ini dapat mengaktif/nonaktifkan peralatan listrik melalui media
telepon sesaui dengan kode yang ditentukan.
2. Dapat mengontrol 8 buah relay yang berfungsi sebagai sakelar.
VI. DAFTAR PUSTAKA
1. Paulus Andi Nalwan. “Teknik antarmuka dan Pemrograman Mikrokontroler
AT89C51” Alex Media Kompotindo, Jakarta 2003.
2. Agfianto Eko Putra. “Belajar mikkrokontroler AT89C51/52/55 Teori dan Aplikasi”
Gava Media, Yogyakarta 2002
3. WWW. Zarlink. Com. “Datasheet Integrate DTMF Tranceiver With Intel Micro
Interface”.Mitel.
4. Hendra Dwianto “de KITS Phone Interfrace” Universitas Kristen Petra, Jakarta,
2003.

Anda mungkin juga menyukai