MAKALAH
MAKALAH
Disusun oleh:
Mustaqim J2C006037
Alfi Nurlaela J2C606002
Arthias Cita F J2C007010
Ayu Sri Rahayu J2C007011
Nurlita Khasanah J2C607011
Zahroul J2C607013
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2010
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam makalah ini akan di bahas penentuan berat molekul polimer pada
polieugenol dan Polieugenol Asetil Tiopen Metanolat (PEATM). Polieugenol dan
PEATM merupakan jenis polimer yang bermanfaat sebagai carrier dalam
recovery ion logam berat Cr3+, Cd2+, dan Cu2+. Pengukuran berat molekul ini
dilakukan untuk mengetahui polieugenol dan PEATM hasil sintesis telah menjadi
polimer. Suatu senyawa dapat disebut polimer jika mempunyai derajat
pengulangan (n) minimal adalah 60. Penentuan berat molekul relatif polimer
ditentukan dengan metode viscometer Ubbelohde.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berat molekul dari polimer pada dasarnya adalah penjumlahan dari berat
molekul-molekul monomermer-nya. Jadi semakin tinggi berat molekul dari suatu
polimer tertentu, semakin besar panjang rata-rata dari rantai polimernya.
Mengingat polimerasasi adalah peristiwa yang terjadi secara acak, maka berat
molekul biasanya ditentukan secara statistik dalam bentuk rata-rata berat molekul
atau distribusi berat molekulnya.
Berat molekular polimer merupakan salah satu sifat yang khas bagi
polimer yang penting untuk ditentukan. Nilai berat molekul yang diperoleh
bergantung pada besarnya ukuran dalam metode pengukurannya. Sampel suatu
polimer sesungguhnya terdiri atas sebaran ukuran molekul dan sebaran massa
molekul. Oleh karena itu setiap penentuan massa molekul akan menghasilkan
harga rata – rata. Berat molekular (BM) polimer merupakan harga rata-rata dan
jenisnya beragam yang akan dijelaskan kemudian. Dengan mengetahui BM kita
dapat memetik beberapa manfaat.
Manfaat penentuan berat molekul polimer adalah sebagai berikut:
Menentukan aplikasi polimer tersebut
Sebagai indikator dalam sintesa dan proses pembuatan produk polimer
Studi kinetika reaksi polimerisasi
Studi ketahanan produk polimer dan efek cuaca terhadap kualitas produk
M̄ n = DPn . M 0
∞
∑i = 1 mi N i
m̄i = ∞
∑i = 1 N i
dan perkalian dengan bilangan bilangan Avogadro memberikan berat molekul
rata-rata jumlah (berat mol) :
∞
∑i = 1 M i N i
M̄ n = ∞
∑i = 1 N i
∞
∑i = 1 N i M 2i
M̄ w = ∞
∑i = 1 N i M i
∞
∑i = 1 c i Mi ∞
M̄ w = = ∑ wi M i
c i=1
Nilai
M̄ w lebih besar dari pada
M̄ n . Hal ini terjadi karena dalam
pengukuran sifat koligatif, setiap molekul mempunyai kontribusi yang sama
berapapun beratnya sedangkan dengan metode hamburan cahaya, molekul besar
mempunyai kontribusi yangbesar pula karena menghamburkan cahaya lebih
efektif. Jika molekul – molekul polimer terdispersi dalam ruang luas, maka
masing – masing molekul dalam satu rantai polimer memiliki bobot yang berbeda
sama, maka
M̄ w = M̄ n , disebut sistim monodispersi.
M̄ w
I=
Besaran indeks dispersitas, M̄ n adalah ukuran yang bermanfaat dari
lebarnya kurva distribusi berat molekular dan merupakan parameter yang sering
digunakan untuk menggambarkan situasi (lebar kurva distribusi) ini. Kisaran
M̄ w
I=
harga M̄ n dalam polimer sintetik sungguh besar, sebagaimana
diilustrasikan dalam tabel 1.5.
Polimer Kisaran I
Polimer monodispers hipotetik 1,00
Polimer “living” monodispers nyata 1,01 – 1,05
Polimer adisi, terminasi secara coupling 1,5
Polimer adisi, terminasi secara disproporsionasi, atau polimer 2,0
kondensasi
Polimer vinil konversi tinggi 2–5
Polimer yang dibuat dengan autoakselerasi 5 – 10
Polimer adisi yang dibuat melalui polimerisasi koordinasi 8 – 30
Polimer bercabang 20 - 50
Pada umumnya berlaku hal berikut :
M̄ n ¿ ¿
M̄ w
I=
M̄ n
Gambar-1. Osmometri
2.4.5 Viskositas
η−ηo
ηSP =
ηo
η SP
Secara matematis ditulis: lim ¿ =¿ ¿[η]
c−o C
Karena massa jenis berbagai larutan yang dipakai hampir sama dengan massa
jenis pelarut maka dapat diandaikan viskositas tiap larutan hasil pengenceran
berbanding lurus dengan waktu alirnya dan pesamaannya adalah:
t 2−t 1
ηSP =
t1
[η ] = KMa
Komponen utama:
A. Pompa Pelarut
B. Katub berisi
C. Kolom berisi gel berpori/permeasi
D. Detektor UV atau RI
Keterangan:
K = Tetapan 11.10-3
a = Tetapan 0,725
M = Massa Molekul Relatif
to = waktu alir pelarut (detik)
C = konsentrasi polimer (gram/ml)
t = waktu alir polimer (detik)
η = viskositas larutan
η0 = viskositas pelarut
ηsp = viskositas spesifik
BA IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Selanjutnya dengan cara membuat grafik, maka akan diketahui nilai viskositas
intrinsik [η] polimer yang terbentuk.
[η] = kMva
Nilai k dan a merupakan ketetapan dengan k = 11. 10-3 dan a = 0,725
KESIMPULAN
Brandrup, J., and Immergut, 1975, Polymer Handbook, Second Edition, John
Willey & Sons, New York.
Cahyono, H., 2007, Polieugenol Bergugus Aktif N Sebagai Carrier Selektif dan
Efektif Bagi Recovery Logam Berat Dengan Teknik Membran Cair, Skrips
Jurusan Kimia FMIPA UNDIP, Hal 39-43.
Cotton, and Wilkinson, 1989, Basic Inorganic Chemistry, John Willey & Sons,
Texas and University College Station, Texas, USA.
Fessenden, R. H., dan Fessenden J. S., 1997, Kimia Organik Jilid 2; a.b.:
Underwood, A.L. dan R. A. Day, Jr., 2002, Analisis Kimia Kuantitatif, a.b.:
Vogel., 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Makro dan Semimikro Jilid I, a.b.:
Pudjaatmaka, A.H., Edisi Kelima, PT. Kalman Media Pusaka, Jakarta, Hal. 229-
235 dan 270.