BAB I
PENDAHULUAN
Terlebih lagi setelah, pasukan Mughal yang dipimpin oleh Hulagu Khan
berhasil membumihanguskan Baghdad yang merupakan pusat kebudayaan
dan peradaban Islam yang kaya dengan ilmu pengetahuan, hal ini terjadi
pada tahun 1258 M. Saat itu kekhalifahannya dipimpin oleh khalifah Al
Mu’tashim, penguasa terakhir Bani Abbas di Baghdad.
BAB II
Kerajaan Utsmani didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang
mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina yang bernama
Usmani atau Usmani I dan memproklamirkan diri sebagai Padisyah al Usman
atau raja besar keluarga Usman tahun 1300 M (699 H). Kerajaan yang
didirikan oleh Usmani ini selanjutnya memperluas wilayahnya ke bagian
Benua Eropa. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukkan
kota Broessa tahun 1317 M sehingga tahun 1326 M dijadikan sebagai
Ibukota Negara. Kemudian mereka pindah ke Turkistan, Persia dan Iraq.
Mereka masuk Islam pada abad ke-9/10 ketika menetap di Asia Tengah.
Pada abad ke-13 M, mereka mendapat serangan dan tekanan dari Mongol,
akhirnya mereka melarikan diri ke Barat dan mencari perlindungan di antara
saudara-saudaranya yaitu orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia
kecil. Dibawah pimpinan Ertoghrul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan
Alaudin II yang sedang berperang melawan Bizantium. Karena bantuan
mereka inilah, Bizantium dapat dikalahkan. Kemudian Sultan Alauddin
memberi imbalan tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium.
Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud
sebagai ibukota. Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289. Kepemimpinan
dilanjutkan oleh puteranya, Usman. Putera Ertoghrul inilah yang dianggap
sebagai pendiri kerajaan Usmani (1290-1326 M). Tahun 1300 M, bangsa
Mongol kembali menyerang Kerajaan Seljuk, dan dalam pertempuran
tersebut Sultan Alaudin terbunuh. Setelah wafatnya Sultan Alaudin tersebut,
Usman (dikenal dengan Usman I) memproklamasikan kemerdekaannya dan
berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya.
3. Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat turki mempunyai peranan besar
dalam lapangan sosial dan politik masyarakat digolongkan berdasarkan
agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa
ulama menjadi hukum yang berlaku.
Pada masa turki usmani tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang
paling berkembang adalah bektasyi dan maulawi yang banyak dianut oleh
kalangan sipil dan militer. Namun disisi lain, Kajian ilmu keagamaan pun
seperti Fiqh, Ilmu kalam, Tafsir, dan hadis boleh dikatakan tidak mengalami
perkembangan karena para penguasa lebih cenderung untuk menegakkan
satu faham (madzhab) keagamaan dan menekakan madzhab lainnya.
1. Isma'il I (1501-1524 M)
2. Tahmasp I (1524-1576 M)
3. Isma'il II (1576-1577 M)
5. Abbas I (1587-1628 M)
7. Abbas II (1642-1667 M)
8. Sulaiman (1667-1694 M)
9. Husein I (1694-1722 M)
1. Bidang Ekonomi
Stabilitas politik kerajaan Safawi masa Abbas memacu perkembangan
ekonomi safawi,terutama setelah kepulangan Hurmuz dan pelabuhan
Gumrun yang diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan demikian Safawiyah
menguasai jalur perdagangan antara Barat dan Timur. Di samping sektor
perdagangan, Safawiyah juga mengalami kemajuan bidang pertanian,
terutama hasil pertanian dari daerah Bulan Sabit yang sangat subur
(Fertille Crescent).
Pada tahun 1530 M, Babur meninggal Dunia dalam Usia 48 tahun setelah
memerintah Mughol selama 30 tahun dengan mewarisi kejayaan-kejayaan
yang cemerlang. Pemerintahan selanjutnya di pegang oleh anaknya
Humayyun.
Pada masa kejayaan tiga kerajaan besar, umat Islam kembali mengalami
kemajuan. Akan tetapi kemajuan yang dicapai berbeda dengan kemajuan
yang dicapai pada masa klasik Islam. kemajuan pada masa klasik jauh lebih
kompleks. Di bidang intelektual, kemajuan pada masa tiga kerajaan tidak
sebanding dengan kemajuan di zaman klasik. Bidang ilmu pengetahuan,
umat Islam sudah mulai taklid pada imam besar yang lahirpada masa klasik
islam. beberapa sains yang berkembang pada masa klasik ada yang tidak
berkembang lagi, bahkan ada yang dilupakan. Filsafat dianggap bid’ah.
Kalau pada masa klasik, umat Islam maju dalam bidang politik, peradaban,
dan kebudayaan, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan dan pemikiran
filsafat.
Beberapa alasan mengapa kemajuan yang dicapai itu tidak setingkat
dengan kemajuan yang dicapai pada masa klasik:
1. Metode berfikir dalam bidang teologi yang berkembang pada masa ini
adalah metode berpikir tradisional, sehingga cara berfikir ini
mempengaruhi perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan.
2. Pada masa klasik Islam, kebebasan berfikir berkembang dengan
masuknya pemikiran filsafat Yunani.
3. Al-Ghazali bukan hanya menyerang pemikiran filsafat pada masanya,
tetapi juga menghidupkan ajaran tasawuf dalam Islam.
4. Sarana-sarana untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran
yang disediakan masa klasik, seperti perpustakaan, karya-karya ilmiah
dan lain sebagainya banyak yang hancur dan hilang akibat serangan
bangsa Mongol ke beberapa pusat peradaban dan kebudayaan Islam.
5. Kekuasaan Islam pada masa tiga kerajaan besar di pegang oleh
bangsa Turki dan mongol yang lebih dikenal sebagai bangsa yang suka
perang ketimbang bangsa yang suka ilmu.
6. Pusat-pusat kekuasaan Islam pada masa ini tidak berada di wilayah
Arab dan tidak pula oleh bangsa Arab. Di safawi berkembang bahasa
Persia, di Turki bahasa Turki, dan di India bahasa Urdu. Akibatnya,
bahasa Arab yang sudah merupakan bahasa persatuan dan bahasa
Ilmiah pada masa sebelumnya tidak berkembang lagi dan bahkan
menurun.
FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG KEMAJUAN PERADABAN PADA MASA
TIGA KERAJAAN BESAR
2. Heterogenitas Penduduk
Sebagai kerajaan besar, Turki Usmani menguasai wilayah yang sangat
luas, wilayah yang luas itu didiami oleh oleh penduduk yang beragam
dan untuk mengatur penduduk yang beragam dan tersebar di wilayah
yang luas itu, diperlukan suatu organisasi pemerintahan yang teratur.
Tanpa didukung oleh administrasi yang baik, Kerajaan Usmani hanya
akan menanggung beban berat akibat Heterogenitas tersebut.
4. Budaya Pungli
Budaya pungli merupakan perbuatan yang sudah umum dalam
Kerajaan Usmani, yaitu setiap jabatan yang hendak diraih oleh
seseorang harus “dibayar” dengan sogokan kepada orang yang berhak
memberikan jabatan tersebut.
6. Merosotnya Ekonomi
Akibat perang yang tak pernah berhenti, perekonomian Negara
merosot, sementara belanja Negara sangat besar termasuk untuk
biaya perang.
Ahmad Syalabi, Sejarah dan kebudayaan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1988, hal. 2
Badri Yatim, Sejarah Peradaban islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, hal.133-138
Ibid, hal. 138-145
Ibid, hal: 145-150
Ibid
op cit, hal:49