Anda di halaman 1dari 20

BAB II

ISI

2.1 PENGERTIAN

Kata menopause berasal dari dua bahasa Yunani yang berarti “bulan” dan
“penghentian sementara”. Berdasarkan definisinya, kata menopause itu berarti masa istirahat.
Sebenarnya, secara linguitik, istilah yang lebih tepat adalah menocease yang berarti
berhentinya masa menstruasi.

Menopause merupakan pertanda berhentinya sikulus reproduksi normal atau


berhentinga siklus menstruasi dari seorang wanita dan khususnya terjadi antara usia 45 - 55
tahun karena produksi dan fungsi hormon wanita untuk mengatur menstruasi mengalami
penurunan secara alamiah.

Menopause adalah peristiwa kehidupan yang normal bukan suatu penyakit.


Menopause suatu fase alamiah yang akan di alami oleh setiap wanita yang biasanya terjadi di
atas usia 45 tahun. Lebih lanjut dikatakan oleh (Liewellyn, 2002) terjadinya menopause bila
siklus menstruasi seorang wanita telah berhenti secara permanen selama satu bulan. Kondisi
ini merupakan suatu akhir proses biologis yang menandai berakhirnya masa subur seorang
wanita. Berhentinya menstruasi tersebut akan membawa dampak perubahan sosial, fisiologis
atau psikologis (Varney, 2007)
Masa menopause seorang wanita mengalami penuaan indung telur sehingga tidak
sanggup memenuhi hormon estrogen. Sistem hormonal seluruh tubuh megalami kemunduran
dalam mengeluarkan hormonnya yang menyebabkan berbagai perubahan fisik dan psikologis
(Bagus, hal. 188, 1999).

Menopouse adalah sebuah kata yang mempunyai banyak arti. Men dan peuseis adalah
kata Yunani yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid. Menurut
kepustakaan abad 17 dan 18 menopouse dianggap sebagai suatu bencana dan malapetaka,
sedangkan wanita setelah menopouse dianggap tidak berguna dan tidak menarik lagi.Menurut
Kasdu (2002 : 54),
Webster’s Ninth New Collection mendefinisikan menopouse sebagai periode
berhentinya haid secara alamiah yang biasanya terjadi antara usia 45 dan 50. Menopouse
kadang-kadang juga dinyatakan sebagai masa berhentinya haid sama sekali.

Baziad (2000) dalam (Kasdu, 2002 : 56) menyebutkan menopouse sebagai


pendarahan rahim terakhir yang masih diatur oleh fungsi hormon indung telur. Istilah
menopouse digunakan untuk menyatakan suatu perubahan hidup dan pada saat itulah seorang
wanita mengalami periode terakhir masa haid.

Menurut Ali (2004 : 8), pada beberapa wanita, berakhirnya haid terjadi secara
mendadak, satu masa haid berakhir dan ia tidak pernah mendapat haid lagi. Bagi wanita yang
lain , jarak haidnya menjadi tidak teratur, terjadi antara selang waktu 3 (tiga) minggu sampai
beberapa bulan. Apabila satu tahun penuh telah berlalu tanpa mendapat haid, maka ia dapat
dengan yakin menyimpulkan bahwa menopouse terjadi saat terakhir kali ia mendapat haid.

Menopause menyebabkan beberapa perubahan fisik yang dapat mempengaruhi fungsi


seksual seorang wanita. Berkurangnya kadar estrogen dan progesteron saat dan setelah
menopause menyebabkan lapisan dinding vagina menjadi tipis dan lebih keras. Sebagai
tambahan, produksi cairan vagina turun, menambahkan rasa tidak nyaman saat bersetubuh.
Kondisi ini menyebabkan stres emosi yang sangat kuat (Kesrepro, 2007 : 12).

2.2 PENYEBAB MENOPOUSE

Sering kita mendengar atau membaca penjelasan tentang menopause seperti: “indung
telur rusak”, “estrogen tidak ada lagi”, atau “kekurangan hormon”. Kenyataan sebenarnya
tidak begitu. Indung telur perempuan tidak rusak pada saat menopause, ia hanya mengikuti
proses degenerasi atau penuaan secara alamaih. Begitu pula, hormon estrogen tak berhenti
diproduksi dalam tubuh, tetapi produksinya memang sudah mulai berkurang secara
berangsur-angsur bahkan sejak perempuan memasuki usia 20-an.

Untuk memahami mengapa terjadi menopause, mengapa dan bagaimana menopause


itu mempengaruhi perempuan, pertama-tama kita harus memiliki pemahaman dasar tentang
system endokrin perempuan. Sistem endokrin adalah system yang mengatur semua zat
penting di dalam tubuh perempuan yang dikenal sebagai hormon. Dua hormon penting yang
dihasilkan perempuan adalah estrogen dan progesterone. Salah satu bagian tubuh perempuan
yang menghasilkan hormon estrogen adalah indung telur.
Keduanya berfungsi dan diperlukan untuk pelepasan jaringan dinding rahim. Meskipun saling
berhubungan dan berkaitan satu sama lain, hormon-hormon ini berbeda.

Pada masa menopause, hormon diproduksi secara tidak teratur karena sedang terjadi
penyesuaian keseimbangan pada kelenjar endokrin. Dalam keadaan seimbang, hormon-
hormon tersebut akan bekerja sama secara teratur untuk membantu fungsi tubuh. Dalam
keadaan berkurangnya salah satu hormon, hormon lain pada kelenjar ini akan ikut
terpengaruh. Ketidak tetapan produksi hormon bisa terjadi bukan saja pada indung telur, tapi
juga pada payudara, pituitary, thyroid, dan hypothalamus. Hormon estrogen kemudian
mengatur persediaan dirinya hingga mencapai suatu tingkatan yang tetap. Beberapa ahli
mengatakan bahwa proses ini bisa berlangsung sampai usia 70-an.

Persediaan hormon progesterone akan menciut pada saat hormon ini tidak lagi
melakukan fungsinya. Fungsi tersebut adalah untuk menyediakan tempat di dalam rahim bagi
telur yang telah dibuahi, atau untuk menghancurkan dinding uterus sehingga menimbulkan
perdarahan pada waktu menstruasi. Jadi, jika kita tidak menstruasi, tubuh kita tidak perlu lagi
memproduksi hormon progesterone untuk menghancurkan jaringan di dalam rahim.
Pengurangan ini merupakan proses yang terjadi secara perlahan-lahan dan diimbangi dengan
kadar estrogen yang terus diproduksi meskipun dalam jumlah yang sedikit. Mengingat bahwa
hormon progesterone baru muncul pada pertengahan siklus menstruasi, sebenarnya hormon
ini tidaklah sepenting hormon estrogen.

Salah satu hal yang istimewa mengenai tubuh perempuan ialah jika salah satu organ
melemah maka organ yang lain akan membantu. Itu pula yang terjadi dengan persediaan
estrogen perempuan. Ketika indung telur, yang merupakan bagian tubuh yang berhubungan
erat dengan produksi estrogen, kehilangan sel-selnya (sama halnya dengan bagian-bagian lain
dari tubuh kita sejalan dengan bertambahnya usia) maka kelenjar-kelenjar adrenalin akan
mengambil alih sebagaian produksi.

Oleh karenanya seorang perempuan yang mengalami menopause bukan berarti


otomatis/langsung menurun gairah seksualnya.
2.3 GEJALA MENOPOUSE

Haid adalah peristiwa yang terjadi secara khas pada individu, baik dalam awal
pertama kali terjadi, dalam siklus, jumlah darah yang keluar, maupun dalam gejala-gejala
yang menyertainya. Demikian pula ketika terjadi menopause akan menimbulkan gejala-gejala
yang berbeda pada tiap orang. Meskipun demikian, dapatlah dikatakan bahwa gejala-gejala
menopause dapat berupa insomnia, rasa panas (hot flash), banyak berkeringat, depresi,
berkurangnya daya ingat, sulit menahan dorongan untuk kencing (inkontinensia), dsb. Karena
sifat gejala yang berbeda-beda pada tiap orang itu maka ada baiknya jika Anda mencatat
tanggal-tanggal haid Anda serta gejala-gejala “yang tidak biasa” yang mungkin terjadi,
setelah Anda mencapai atau melampaui usia 40 tahun.

Sebenarnya “menopause” juga terjadi pada laki-laki. Studi endokrinologi menunjukkan


bahwa sejak usia 35 tahun, produksi hormon seksual pada pria mulai menurun. Proses
penurunan ini kian meningkat dengan bertambahnya usia. Tetapi, pengaruhnya pada
perubahan mental dan kesehatan fisik kaum laki-laki belum banyak diketahui. Belum lama
ini, sebuah penelitian mengenai topik ini dilakukan oleh seorang ahli fisiologi, Prof. Anette
Degenhardt dari Universitas Frankfrut. Penelitian tersebut melibatkan 400 laki-laki berprofesi
di Jerman. Mereka ditanyai tentang gejala-gejala yang dialami berkaitan dengan menopause.
Diketahui gejala yang paling sering adalah kelelahan (69%), sakit punggung (66%),
berkurangnya daya ingat (64%), dan berkurangnya konsentrasi (63%). Penelitian ini
menyimpulkan adanya hubungan antara persepsi subyektif gejala menopause dengan
keperkasaan fisik pada laki-laki usia 45 hingga 54 tahun.

Begitu menopause mendekat, periode menstruasi akan berubah. Tapi perubahan tersebut
bisa bervariasi pada setiap perempuan. Ada yang semakin pendek atau lama, semakin banyak
atau berkurang, dengan waktu yang lebih lama atau lebih singkat di antara periode.
Perubahan seperti ini normal. Tapi jika Anda mengalami perdarahan berat atau jarak periode
terlalu dekat, ada baiknya berkonsultasi dengan dokter.

Fisik

Ketika seseorang memasuki masa menopause, fisik mengalami ketidaknyamanan seperti


rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba-tiba di sekujur tubuh, misalnya pada
kepala, leher dan dada bagian atas. Kadang-kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa
panas atau dingin, pening, kelelahan, jengkel, resah, cepat marah, dan berdebar-debar
(Hurlock, 1992). Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause
yaitu:

1. Ketidakteraturan Siklus Haid

Tanda paling umum adalah fluktuasi dalam siklus haid, kadang kala haid
muncul tepat waktu, tetapi tidak pada siklus berikutnya. Ketidakteraturan ini sering
disertai dengan jumlah darah yang sangat banyak, tidak seperti volume pendarahan
haid yang normal. Keadaan ini sering mengesalkan wanita karena ia harus beberapa
kali mengganti pembalut yang dipakainya. Normalnya haid akan berakhir setelah tiga
sampai empat hari, namun pada keadaan ini haid baru dapat berakhir setelah satu
minggu atau lebih.

2. Hot flashes (kilas panas).

Arus panas biasanya timbul pada saat darah haid mulai berkurang dan berlangsung
sampai haid benar-benar berhenti. Sheldon H.C (dalam Rosetta Reitz, 1979)
mengatakan “ kira-kira 60% wanita mengalami arus panas”. Arus panas ini disertai
oleh rasa menggelitik disekitar jari-jari, kaki maupun tangan serta pada kepala, atau
bahkan timbul secara menyeluruh. Munculnya hot flashes ini sering diawali pada
daerah dada, leher atau wajah dan menjalar ke beberapa daerah tubuh yang lain. Hal ini
berlangsung selama dua sampai tiga menit yang disertai pula oleh keringat yang
banyak. Ketika terjadi pada malam hari, keringat ini dapat menggangu tidur dan bila
hal ini sering terjadi akan menimbulkan rasa letih yang serius bahkan menjadi depresi.

Gejala ini umum dialami perempuan menopause. Hot flashes merupakan perasaan panas
yang muncul sebentar dan membuat wajah serta leher memerah. Selain itu, bisa juga
menyebakan munculnya bintik merah di dada, punggung dan lengan. Kondisi ini
kemungkinan diikuti oleh keringat dan perasaan dingin.

Intensitas kilas panas berbeda-beda dan umumnya bertahan antara 30 detik hingga 10
menit. Anda bisa mengatasi masalah ini dengan mengenakan pakaian tipis, menggunakan
kipas angin, olahraga teratur, menghindari makanan pedas dan panas, serta mengontrol
stres.
Cara Mengatasi “Hot Flash”

Rosetta, seroang pemerhati masalah menopause, menyarankan bahwa salah satu


cara yang terbaik untuk mengatasi hot flash adalah dengan membicarakannya. Tak perlu
merasa malu untuk bercerita tentang keadaan ini. Semakin sering kita membicarakannya,
semakin mudah pula kita mengatasinya. Ceritakan pengalaman kita pada orang di sekitar
kita: keluarga, teman, atau rekan sekerja. Satu hal yang perlu diperhatikan, terimalah
menopause dan rasa panas tersebut sebagai kenyataan biasa. Semua itu merupakan bagian
dari hidup kita.

Hal yang Sebaiknya Dicegah

Apa yang harus kita cegah jika mengalami hot flash. Arus yang menyebabkan rasa
panas itu merupakan fenomena normal bagi perempuan setengah baya. Duduk, diam, dan
tenangkan diri Anda. Itulah nasihat yang paling bermanfaat. Tarik napas dalam-dalam
dan hembuskan secara perlahan-lahan. Jika mungkin, lepaskan sepatu dan bukalah
pakaian dan aksesori yang menyesakkan. Selalu diingat bahwa rasa panas ini akan berlalu
dengan cepat.

Hindari penggunaan baju yang tidak dapat menyerap keringat. Sebagai upaya
untuk berjaga-jaga, selalulah membawa baju ganti karena kadang-kadang keringat
mengucur dengan deras sehingga Anda membutuhkan baju untuk ganti. Selalu tersedia
handuk kecil, saputangan atau tissu. Hindari penggunaan make up atau bahan kimia yang
justru menutup pori-pori kulit.

Perempuan yang memperhatikan gizi makanannya dan olah raga secara teratur,
lebih mudah mengatasi rasa panas ini. Sangat mungkin masih ada hubungan yang nyata
antara badan yang sehat dan pengalaman dengan menopause yang lebih ringan.

3. Kekeringan Vagina

Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir.
Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi
lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, Liang
senggama kering sehingga menimbulkan nyeri pada saat senggama, keputihan, rasa
sakit pada saat kencing. Keadaan ini membuat hubungan seksual akan terasa sakit.
Keadaan ini sering kali menimbulkan keluhan pada wanita bahwa frekuensi buang air
kecilnya meningkat dan tidak dapat menahan kencing terutama pada saat batuk, bersin,
tertawa atau orgasme.

Pengobatan

• Kurangnya pelumasan adalah masalah umum selama dan setelah


perimenopause. pelembab vagina dapat membantu wanita dengan kekeringan secara
keseluruhan, dan pelumas dapat membantu dengan kesulitan pelumasan yang
mungkin hadir selama hubungan seksual. Perlu menunjukkan bahwa pelembab dan
pelumas adalah produk yang berbeda untuk masalah yang berbeda: beberapa wanita
merasa tidak menyenangkan kering sepanjang waktu terpisah dari selama seks, dan
mereka dapat melakukannya lebih baik dengan pelembab sepanjang waktu. Mereka
yang hanya perlu pelumas baik-baik saja hanya menggunakan produk-produk
lubrikasi selama hubungan seksual.

• Dosis rendah estrogen vagina resep produk seperti krim estrogen umumnya cara yang
aman untuk menggunakan estrogen topikal, untuk membantu masalah penipisan dan
kekeringan vagina (lihat atrofi vagina), sedangkan hanya sedikit meningkatkan kadar
estrogen dalam aliran darah.

Dilansir Ehow, Sabtu (30/10/2010), berikut perawatan dan pengobatan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi vagina kering:

1. Hindari bahan kimia pada vagina


Hindari penggunaan sabun atau bahan pembersih kimia yang dapat mengganggu kondisi
alami vagina. Pastikan bahwa semua sabun dan produk higienis feminin memiliki pH
seimbang dan tidak diberi wewangian.

2. Makanan tinggi asam lemak


Makanan tinggi asam lemak dapat membantu dalam memproduksi pelumasan vagina
tambahan, seperti abu mentah, biji wijen, biji bunga matahari dan ikan (terutama salmon,
mackerel dan tuna) yang tinggi asam lemak.
Suplemen vitamin A dan B, juga betakaroten memiliki kadar tinggi asam lemak omega 3.
Vitamin E juga bisa menjadi pilihan tambahan asam lemak.

3. Isoflavon
Anda juga harus makan makanan yang mengandung isoflavon, yang dapat membantu
mengatur kadar hormon. Makanan tinggi isoflavon seperti biji rami, kedelai, ceri, kacang-
kacangan, apel dan seledri.

4. Minum air
Minum banyak air, menghindari minuman alkohol, kafein dan lain yang cenderung
memiliki efek pengeringan. Membatasi karbohidrat tepung putih dan gula juga dapat
membantu.

4. Perubahan Kulit

Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika menstruasi berhenti


maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada daerah sekitar wajah,
leher dan lengan. Kulit di bagian bawah mata menjadi mengembung seperti kantong,
dan lingkaran hitam dibagian ini menjadi lebih permanen dan jelas (Hurlock, 1992)

Pengobatan

Langkah untuk menghambat proses penuaan kulit :

• Jangan terlalu gemuk, sehingga hilangnya lemak bawah kulit tidak terlalu kentara.
• Hindari sebanyak mungkin sinar matahari, karena ultraviolet dapat merusak kulit dan
menimbulkan kanker kulit.
• Kelancaran peredaran darah kulit dengan mengurangi kulit keriput melalui aktivitas
fisik dan melakukan pengurutan (massage) diri sendiri atau ke salon kecantikan.
• Memberikan pelembab kulit, sehingga kulit tampak terpelihara (Manuaba, 1999)

Pada kenyataannya, dasar perawatan kulit untuk para wanita yang berada dalam periode
perimenopause dan menopause tidaklah berbeda, diperlukan perlindungan secara terus
menerus dari sinar matahari dan harus menggunakan produk perawatan yang sesuai
dengan jenis kulit yang Anda miliki (tidak semua wanita yang berada dalam periode
menopausal memiliki kulit yang kering), Anda juga dapat mempertimbangkan untuk
menggunakan Retin-A atau Renova, dan gunakan produk perawatan kulit yang lembut
dan banyak mengandung unsur antioksidan dan anti-pembengkakan (sekarang ini, banyak
produk yang sudah menggunakan bahan tersebut). Penggunaan produk-produk pemutih
kulit yang berbahan dasar hydroquinone atau arbutin bisa menjadi pilihan lainnya jika
terjadi skin discolorations (seperti melasma atau chloasma). Tetapi, kenyataannya tidak
ada obat oles apapun (selain dari krim estrogen yang dijual bebas atau yang berdasarkan
resep) yang dapat mengubah kondisi kulit Anda yang sesungguhnya yang disebabkan
oleh berkurangnya hormon.

Bagaimana dengan penggunaan AHA dan BHA untuk para wanita yang sedang dalam
periode menopause? Hal ini bergantung pada keadaan kulit Anda. Bagi beberapa wanita
(biasanya mereka yang berusia 70 tahun keatas—jauh setelah menopause), kulit bisa
menjadi sangat tipis sehingga kulit bisa sobek saat tergaruk atau tergosok. Penipisan ini
merupakan akibat dari berbagai faktor tetapi hal ini terutama disebabkan oleh kombinasi
dari hilangnya estrogen, penuaan gen, dan kerusakan akibat sinar matahari. Semua hal
tersebut menyebabkan sel kulit menghasilkan “kulit lebih sedikit” sehingga kulit menjadi
kurang sehat. Dalam hal penuaan gen, sel kulit tampaknya memiliki mekanisme
terprogram yang dapat memperlambat pergantian sel kulit sehingga menyebabkan
penumpukan sel kulit mati pada permukaan kulit. Tentu sangat membantu jika kita
memiliki cara untuk memberitahu sel kulit agar tidak memperlambat produksi, tetap sehat
(bemproduksi secara normal), dan tidak membuat penumpukkan sel kulit mati pada
permukaan kulit. Renova (hanya dapat dibeli berdasarkan resep) adalah satu-satunya
pilihan yang kita miliki untuk membantu kulit menghasilkan sel kulit yang lebih sehat.
Sementara itu, AHA dan BHA memang dapat membantu kulit bagian luar dengan cara
mengelupaskan sel-sel kulit mati di permukaan. Bagi beberapa wanita yang berusia 70an,
80an, dan 90an yang memiliki kulit yang sangat rapuh, mengelupaskan sel kulit mati bisa
menjadi masalah (mereka malah membutuhkan sel kulit mati tersebut untuk berada di
permukaan selama mungkin). Tetapi, bagi para wanita yang tidak memiliki kulit yang
rapuh semacam itu, manfaat dari pengelupasan sel kulit mati seperti itu sangat membantu
meningkatkan penampilan kulit karena memungkinkan sel kulit yang lebih sehat untuk
muncul ke permukaan dan memungkinkan pelembab untuk melakukan penetrasi yang
lebih baik ke dalam kulit. Selain itu, AHA dan BHA juga dapat merangsang produksi
kolagen yang bermanfaat bagi kulit.
5. Gangguan tidur

Kilas panas yang terjadi di malam hari bisa mengganggu tidur dan menyebabkan
munculnya keringat. Cobalah trik berikut:

• Gunakan kipas angin di kamar Anda


• Hindari selimut tebal
• Kenakan pakaian dari katun ringan atau material tipis lainnya di malam hari.
• Sediakan kain basah di dekat Anda. Dengan begitu, Anda bisa langsung
mendinginkan diri begitu kilas panas muncul.

6. Gangguan seks

Menurunnya produksi estrogen bisa memicu keringnya vagina. Hal ini akan membuat
hubungan intim terasa sakit. Cobalah menggunakan pelumas (lubricant) larut dalam air.
Selain itu, menopause juga bisa mengubah libido. Jika gangguan seks ini muncul, cobalah
berkonsultasi dengan dokter.

7. Kontrol gejala kronis

Jika gejala-gejala menopause Anda mengganggu aktivitas, berkonsultasilah dengan


dokter. Dokter bisa membantu Anda mempertimbangkan perlu tidaknya terapi hormon
dan obat yang diresepkan lainnya, seperti pil KB dosis rendah pada masa perimenopause,
antidepressant, obat tekanan darah, krim vagina serta terapi lainnya. Selain itu, dokter
juga bisa menganjurkan penyesuaian gaya hidup, seperti diet, olahraga, tidur dan
mengontrol stres.

8. Sembelit
Jika kita mengalami sembelit sebelum atau selama masa haid, ada kemungkinan
gangguan buang air besar itu juga akan muncul sekitar menopause. Tapi, jika sembelit
merupakan persoalan yang tidak ada hubungannya dengan siklus haid, hal itu mungkin
terjadi karena tubuh sedang menyesuaikan diri dengan aspek psikologisnya. Memang,
seluruh proses metabolisme tidak menurun pada waktu kita bertambah umur. Ketika
tubuh kita sedang mencari ambang estrogen yang baru, muncullah sembelit.
Ada perempuan yang mengalami sembelit jika menambah kalsium pada makanannya.
Jika itu perlu dilakukan untuk kepentingan tulang maka kita harus mengimbanginya
dengan kiat tertentu agar usus besar tidak harus menanggung akibatnya. Sembelit juga
bisa terjadi karena kurangnya koordinasi pada fungsi saraf, otot usus besar, dan isi perut
lainnya. Kekenduran pada gerak usus berarti otot dinding perut tidak mampu mendorong
bahan yang tidak terpakai dari tubuh.

Manusia itu individual. Jadi, apa yang bagi seseorang merupakan penyebab sembelit
belum tentu berlaku bagi orang lain. Ada perempuan yang buang air besar 3 kali sehari
dan yang lain 3 hari sekali, meskipun yang paling umum adalah buang air besar setiap
hari. Kenyamanan dan pengetahuan akan tubuh sendiri menentukan apa yang normal bagi
kita masing-masing.

Penggunaan pencahar untuk mengatasi sembelit sebaiknya menjadi pilihan penyelesaian


terakhir. Sebab, cara ini ikut menghilangkan bakteri yang berguna bagi usus dan dapat
menyebabkan sembelit menjadi kronis. Lebih baik mengunakan cara yang alamiah,
seperti bahan makanan yang mudah diserap tubuh (yang berserat). Jika merasakan
mujarabnya jenis makanan berserat, tapi kemudian mengalami rasa kembung, jangan
putus asa karena kekembungan tersebut hanya bersifat sementara. Ini merupakan masa
peralihan sampai akhirnya kita menjadi terbiasa.

9. Gangguan Tulang

Rendahnya kadar estrogen merupakan penyebab proses osteoporosis (kerapuhan


tulang). Osteoporosis merupakan penyakit kerangka yang paling umum dan merupakan
persoalan bagi yang telah berumur, paling banyak menyerang wanita yang telah
menopause. Biasanya kita kehilangan 1% tulang dalam setahun akibat proses penuaan
(mungkin ini yang menyebabkan nyeri persendian), tetapi kadang setelah menopause
kita kehilangan 2% setahunnya. John Hutton (1984:35) memperkirakan sekitar 25%
wanita kehilangan tulang lebih cepat daripada proses menua. Menurunnya kadar
estrogen akan diikuti dengan penurunan penyerapan kalsium yang terdapat dalam
makanan. Kekurangan kalsium ini oleh tubuh diatasi dengan menyerap kembali
kalsium yang terdapat dalam tulang, dan akibatnya tulang menjadi keropos dan rapuh.
Berhentinya produksi estrogen oleh kandung telur akan mempengaruhi keseimbangan
metabolisme zat kapur (kalsium) dalam tulang. Setelah menopause, akan makin banyak
kalsium yang dibuang daripada yang disimpan. Hal ini secara berangsur akan
menyebabkan tulang menjadi semakin keropos. Proses pengeroposan tulang ini disebut
osteoporosis. Tulang-tulang menjadi rapuh dan mudah retak. Osteoporosis merupakan
penyakit tulang kerangka yang paling umum dan terutama menjadi persoalan bagi mereka
yang berumur dan bagi perempuan yang telah memasuki masa menopause.

Keretakan tulang menjadi suatu yang ditakutkan oleh banyak orang karena hampir
sepermpat dari perempuan kulit putih yang berusia di atas 60 tahun mengalami keretakan
tulang punggung. Pada perempuan usia 90 tahun, kemungkinan mengalami keretakan
pinggul sekurang-kurangnya 20%. Hampir 20% perempuan meninggal karena keretakan
pinggul setelah tiga bulan terluka. Ketakutan ini tidak begitu banyak dialami oleh
perempuan berkulit gelap karena mereka ternyata tidak banyak kehilangan sel-sel
tulangnya.

Literatur kedokteran menyatakan bahwa hilangnya kalsium dalam tulang berlangsung


lebih cepat pada perempuan dibanding laki-laki. Perempuan dan laki-laki mencapai
puncak pertumbuhan tulangnya sekitar usia 35 tahun. Setelah itu, terjadi peningkatan
yang tetap atau terjadi penurunan. Osteoporosis tulang belakang empat kali lebih sering
dialami oleh perempuan daripada laki-laki, sedangkan keretakan pinggul dua kali lebih
banyak dialami perempuan.

Rasa mudah pegal yang dialami oleh perempuan yang mengalami masa menopause tidak
selalu berkaitan dengan osteoporosis ini. Rasa pegal-pegal tersebut lebih disebabkan oleh
otot-otot yang tidak lentur lagi serta adanya penggantian beberapa jaringan ikat dengan
lemak akibat dari proses metabolisme kalsium yang makin tidak seimbang.

10.Sakit Kepala

Sakit kepala sebenarnya bukanlah keunikan khas dari menopause. Sakit kepala terjadi
karena pembuluh darah yang menuju ke otak dan kepala mengembang atau mengkerut.
Begitu pun yang gerjadi pada syaraf.
Ada ahli yang menduga bahwa sakit kepala timbul karena terjadinya penimbunan air di
dalam tubuh seperti ketika haid. Akibatnya, ada cairan yang tertahan di otak dan menjadi
penyebab sakit kepala. Saluran darah yang sedang membengkak menyebabkan darah
yang mengalir melalui pembuluh darah terhambat sehingga menimbulkan denyutan yang
mengakibatkan rasa sakit pada kepala.

Satu hal yang pasti bahwa sebagian besar sakit kepala diakibatkan oleh adanya
ketegangan pada otak. Jika otot kepala dan leher terus menegang maka akan menyulitkan
kelancaran aliran darah menuju ke otak. Jadi, jika kita didera sakit kepala, bersantailah
dan istirahat.

11. Bengkak
Pembengkakan merupakan salah satu cirri menopause. Perempuan umumnya terbiasa
dengan gejala ini karena memang sering dialami pada saat menstruasi. Sama halnya
dengan arus panas, pembengkakan tidak terjadi pada semua orang. Jika pembengkakan
menjadi bagian dari pengalaman menstruasi, dan jika perempuan berkulit gelap serta
memiliki buah dada yang besar, kemungkinan untuk mengalaminya waktu menopause
sangat besar.

Para ahli memperingatkan agar perempuan tidak terlalu banyak mengkonsumsi garam
jika perempuan mempunyai kecenderungan mengalami pembengkakan selama
menopause. Dengan mengurangi pemakaian garam, dapat menghindari atau mengurangi
penumpukan air. Langkah lain yang bisa dilakukan adalah dengan banyak berjalan kaki
sehingga merangsang gerakan di seluruh tubuh dan mengurangi pembengkakan. Jika
tidak, cobalah cara berikut: berbaring dan bernapaslah dalam-dalam selama beberapa
menit, kemudian regangkan tubuh dengan bangun-berdiri dan menyentuh ujung jari kaki.

Ada juga beberapa usulan menarik. Gunakan diuretic alamiah seperti seledri, semangka,
jeruk, nanas, dan ketimun. Jauhilah karbohidrat dan gula, kecuali yang terdapat pada
buah-buahan. Ada pula yang menganjurkan penambahan vitamin C.

12.Linu dan Rasa Nyeri

Semua orang tentu pernah mengalami linu dan nyeri. Namun, tidak setiap kali muncul
rasa tidak nyaman itu kita pergi ke dokter. Dengan mengenali tubuh kita dengan baik, kita
akan lebih mampu menghargai dan mengasihinya. Walaupun tidak ke dokter, setiap
perasaan sakit perlu mendapat perhatian. Karena, kesakitan merupakan cara tubuh
memberitahukan sesuatu. Perhatikanlah karena tubuh sedang memberi peringatan. Salah
satu cara untuk mengatasinya adalah dengan memberi cukup istirahat pada tubuh,
menyesuaikan derap kehidupan kita pada tuntutan tubuh dengan penuh kesadaran bahwa
badan dan pikiran adalah dua hal yang tidak terpisahkan.

13. Perubahan Pada Mulut

Pada saat ini kemampuan mengecap pada wanita berubah menjadi kurang peka,
sementara yang lain mengalami gangguan gusi dan gigi menjadi lebih mudah tanggal.

14. Badan Menjadi Gemuk

Banyak wanita yang menjadi gemuk selama menopause. Rasa letih yang
biasanya dialami pada masa menopause, diperburuk dengan perilaku makan yang
sembarangan. Banyak wanita yang bertambah berat badannya pada masa menopause,
hal ini disebabkan oleh faktor makanan ditambah lagi karena kurang berolahraga.

15. Penyakit

Ada beberapa penyakit yang seringkali dialami oleh wanita menopause. Dari
sudut pandang medik ada 2 (dua) perubahan paling penting yang terjadi pada waktu
menopause yaitu meningkatnya kemungkinan terjadi penyakit jantung, pembuluh darah
serta hilangnya mineral dan protein di dalam tulang (osteoporosis). Penyakit jantung
dan pembuluh darah dapat menimbulkan gangguan seperti stroke atau serangan
jantung. Selain itu penyakit kanker juga lebih sering terjadi pada orang yang berusia
lanjut. Semakin lama kehidupan maka semakin besar kemungkinan penyakit itu
menyerang. Misalnya kanker payudara, kanker rahim dan kanker ovarium. Kanker
payudara lebih umum terjadi pada wanita yang telah melampaui masa menopause.

Kanker rahim adalah istilah luas untuk kanker yang terjadi di rahim, ada dua
bagian rahim yang dapat menjadi tempat bermulanya kanker. Yang pertama adalah
serviks, kanker ini terutama berjangkit pada wanita berusia diatas 30 tahun. Gejala
yang harus diperhatikan adalah pendarahan vagina setelah persetubuhan, pergetahan
vagina yang tidak biasa dan noda diantara haid. Sementara kanker indometrium (kanker
tubuh rahim) terutama menjangkiti wanita diatas usia 45 tahun, yang paling
menanggung resiko adalah yang pernah mendapat haid agak lambat, dan yang
mempunyai kombinasi antara tekanan darah tinggi, diabetes, dan berat tubuh berlebih.
Gejalanya adalah pendarahan tak normal, pendarahan antara haid, keluaran darah yang
lebih lama atau lebih kental dibandingkan biasanya, dan pendarahan haid terakhir
dalam menopause.

Psikologis

Aspek psikologis yang terjadi pada lansia atau wanita menopause amat penting peranan
dalam kehidupan sosial lansia terutama dalam menghadapi masalah-masalah yang
berkaitan dengan pensiun; hilangnya jabatan atau pekerjaan yang sebelumnya sangat
menjadi kebanggaan sang lansia tersebut. Berbicara tentang aspek psikologis lansia dalam
pendekatan eklektik holistik, sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara aspek organ-
biologis, psikologis, sosial, budaya dan spiritual dalam kehidupan lansia.

Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah mudah tersinggung,
sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang (tension), cemas dan depresi.
Ada juga lansia yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan
seksual, mereka merasa tidak dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka, serta merasa
kehilangan femininitas karena fungsi reproduksi yang hilang. Beberapa keluhan psikologis
yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:

1. Ingatan Menurun

Gelaja ini terlihat bahwa sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah,
namun sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat, bahkan
sering lupa pada hal-hal yang sederhana, padahal sebelumnya secara otomatis langsung
ingat.

2. Kecemasan

Banyak ibu-ibu yang mengeluh bahwa setelah menopause dan lansia merasa menjadi
pencemas. Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran
dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Misalnya kalau
dulu biasa pergi sendirian ke luar kota sendiri, namun sekarang merasa cemas dan
khawatir, hal itu sering juga diperkuat oleh larangan dari ana-anaknya. Kecemasan pada
Ibu-ibu lansia yang telah menopause umumnya bersifat relatif, artinya ada orang yang
cemas dan dapat tenang kembali, setelah mendapatkan semangat/dukungan dari ornag di
sekitarnya; namun ada juga yang terus-menerus cemas, meskipun orang-orang disekitarnya
telah memberi dukungan. Akan tetapi banyak juga ibu-ibu yang mengalami menopause
namun tidak mengalami perubahan yang berarti dalam kehidupannya. Menopause rupanya
mirip atau sama juga dengan masa pubertas yang dialami seorang remaja sebagai awal
berfungsinya alat-alat reproduksi, dimana ada remaja yang cemas, ada yang khawatir
namun ada juga yang biasa-biasa sehingga tidak menimbulkan gejolak.

Adapun simtom-simtom psikologis adanya kecemasan bila ditinjau dari beberapa aspek,
menurut Blackburn and Davidson (1990 :9) adalah sebagai berikut :

1) Suasana hati

Yaitu keadaan yang menunjukkan ketidaktenangan psikis, seperti: mudah


marah, perasaan sangat tegang.

2) Pikiran

Yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti: khawatir, sukar konsentrasi,
pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat
sensitif, merasa tidak berdaya.

3) Motivasi

Yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti : menghindari situasi,


ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri, lari dari kenyataan.

4) Perilaku gelisah

Yaitu keadaan diri yang tidak terkendali seperti : gugup, kewaspadaan yang
berlebihan, sangat sensitif dan agitasi.

5) Reaksi-reaksi biologis

Yang tidak terkendali, seperti : berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar,


mual, mulut kering.
Gangguan kecemasan dianggap berasal dari suatu mekanisme pertahanann diri yang dipilih
secara alamiah oleh makhluk hidup bila menghadapi sesuatu yang mengancam dan
berbahaya. Kecemasan yang dialami dalam situasi semacam itu memberi isyarat kepada
makhluk hidup agar melakukan tindakan mempertahankan diri untuk menghindari atau
mengurangi bahaya atau ancaman.

Menjadi cemas pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari respon normal
untuk mengatasi masalah sehari-hari. Bagaimana juga, bila kecemasan ini berlebihan dan
tidak sebanding dengan suatu situasi, hal itu dianggap sebagai hambatan dan dikenal
sebagai masalah klinis.

3. Mudah Tersinggug

Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih mudah tersinggung
dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak menggangu. Ini mungkin
disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses
mana yang sedang berlangsung dalam dirinya. Perasaannya menjadi sangat sensitif
terhadap sikap dan perilaku orang-orang di sekitarnya, terutama jika sikap dan perilaku
tersebut dipersepsikan sebagai menyinggung proses penerimaan yang sedang terjadi dalam
dirinya.

4. Stress

Tidak ada orang yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas, termasuk para
lansia menopause. Ketegangan perasaan atau stress selalu beredar dalam lingkungan
pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga dan bahkan menyelusup ke dalam
tidur. Kalau tidak ditanggulangi stress dapat menyita energi, mengurangi produktivitas
kerja dan menurunkan kekebalan terhadap penyakit, artinya kalau dibiarkan dapat
menggerogoti tubuh secara diam-diam.

Namun demikian stress tidak hanya memberikan dampak negatif, tapi bisa juga
memberikan dampak positif. Apakah kemudian dampak itu positif atau negatif, tergantung
pada bagaimana individu memandang dan mengendalikannya. Stress adalah suatu keadaan
atau tantangan yang kapasitasnya diluar kemampuan seseorang oleh karena itu, stress
sangat individual sifatnya.

Respon orang terhadap sumber stress sangat beragam, suatu rentang waktu bisa tiba-tiba
jadi pencetus stress yang temporer. Stress dapat juga bersifat kronis misalnya konflik
keluarga. Reaksi kita terhadap pencetus stress dapat digolongkan dalam dua kategori
psikologis dan fisiologis.

Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber stress tidak bisa diramalkan,
sebagaimana perbedaan suasana hati dan emosi kita dapat menimbulkan beragam reaksi,
mulai dari hanya ekspresi marah sampai akhirnya ke hal-hal lain yang lebih sulit untuk
dikendalikan. Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber stress ini tergantung
pada beberapa faktor, termasuk keadaan emosi pada saat itu dan sikap orang itu dalam
menanggapi stress tersebut.

5. Depresi

Dari penelitian-penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa diperkirakan 9%


s/d 26% wanita dan 5% s/d 12% pria pernah menderita penyakit depresi yang gawat di
dalam kehidupan mereka. Setiap saat, diperkirakan bahwa 4,5% s/d 9,3% wanita dan 2,3%
s/d 3,2% pria akan menderita karena gangguan ini. Dengan demikian secara kasar dapat
dikatakan bahwa wanita dua kali lebih besar kemungkinan akan menderita depresi daripada
pria.

Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena kehilangan kemampuan untuk
bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena
kehilangan daya tarik. Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai
wanita dan harus menghadapi masa tuanya.

Depresi dapat menyerang wanita untuk satu kali, kadang-kadang depresi merupakan respon
terhadap perubahan sosial dan fisik yang sering kali dialami dalam fase kehidupan tertentu,
akan tetapi beberapa wanita mungkin mengembangkan rasa depresi yang dalam yang tidak
sesuai atau proporsional dengan lingkungan pribadi mereka dan mungkin sulit dihindarkan.

Simton-simton psikologis adanya depresi bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut Marie
Blakburn dan Kate Davidson (1990:5) adalah sebagai berikut :
• Suasana hati, ditandai dengan kesedihan, kecemasan, mudah marah.

• Berpikir, ditandai dengan mudah hilang konsentrasi, lambat dan kacau dalam
berpikir, menyalahkan diri sendiri, ragu-ragu, harga diri rendah.

• Motivasi, ditandai dengan kurang minat bekerja dan menekuni hobi, menghindari
kegiatan kerja dan sosial, ingin melarikan diri, ketergantungan tinggi pada orang lain.

• Perilaku gelisah terlihat dari gerakan yang lamban, sering mondar-mandir,


menangis, mengeluh.

• Sintom biologis, ditandai dengan hilang nafsu makan atau nafsu makan bertambah,
hilang hasrat sesksual, tidur terganggu, gelisah.

Mungkin masih ada gejala-gejala fisik maupun psikologis lain yang menyertai menopause.
Gejala-gejala tersebut diatas sangat perlu dipahami supaya tidak terjadi kesalahpahaman
dalam memperlakukan para lansia. Dengan memahami gejala tersebut diharapkan lansia
dapat mengerti apa yang sedang terjadi dalam diri mereka. Selain itu pihak keluarga pun
diharapkan dapat merespon secara tepat sehingga tidak membuat lansia merasa dikucilkan
atau disia-siakan. Mari kita bantu para lansia kita dengan memahami berbagai gejala fisik
maupun psikologis sehingga tahu bagaimana cara terbaik untuk membantu mereka.

Tatalaksana Depresi Wanita Menopause

Estrogen dengan segala kontroversinya telah digunakan untuk mengatasi depresi pada wanita
menopause sejak tahun 1930an. Penelitian saat ini telah menunjukkan estrogen efektif
mengobati depresi pada transisi menopause namun tidak pada fase yang lain. Hal ini
menunjukkan bahwa pengenalan fase menopause oleh dokter menjadi sangat penting dalam
keberhasilan terapi. Fluktuasi hormon pada fase ini juga yang sering disebut memberikan
kontribusi terhadap terjadinya depresi.

Antidepresan terutama golongan SSRI juga membantu dalam tatalaksana karena sifatnya
yang membantu kerja dari estrogen. Penelitian terakhir mengatakan bahwa terapi hormon
menambah kerja dari antidepresan golongan SSRI ini dan pada suatu penelitian
meningkatkan kognisi serta mengurangi kecemasan.

Anda mungkin juga menyukai