Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
2. Krisis ekonomi
Krisis moneter yang menimpa dunia dan Asia Tenggara telah merembet ke
Indonesia, sejak Juli 1997, Indonesia mulai terkena krisis tersebut. Nilai rupiah
terhadap dollar Amerika terus menurun. Akibat krisis tersebut, banyak
perusahaan ditutup, sehingga banyak pengangguran dimana-mana, jumlah
kemiskinan bertambah. Selain itu, daya beli menjadi rendah dan sulit mencari
bahan-bahan kebutuhan pokok.
Sejalan dengan itu, pemerintah melikuidasi bank-bank yang bermasalah serta
mengeluarkan KLBI (Kredit Likuiditas Bank Indonesia) untuk menyehatkan bank-
bank yang ada di bawah pembinaan BPPN. Dalam praktiknya, terjadi manipulasi
besar-besaran dalam KLBI sehingga pemerintah harus menanggung beban
keuangan yang semakin besar. Selain itu, kepercayaan dunia internasional
semakin berkurang sejalan dengan banyaknya perusahaan swasta yang tak
mampu membayar utang luar negeri yang telah jatuh tempo. Untuk
mengatasinya, pemerintah membentuk tim ekonomi untuk membicarakan
utang-utang swasta yang telah jatuh tempo. Sementara itu, beban kehidupan
masyarakat makin berat ketika pemerintah tanggal 12 Mei 1998 mengumumkan
kenaikan BBM dan ongkos angkutan. Dengan itu, barang kebutuhan ikut naik
dan masyarakat semakin sulit memenuhi kebutuhan hidup.
3. Krisis sosial
Krisis politik dan ekonomi mendorong munculnya krisis dalam bidang sosial.
Ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah serta krisis ekonomi yang
ada mendorong munculnya perilaku yang negatif dalam masyarakat. Misalnya:
perkelahian antara pelajar, budaya menghujat, narkoba, kerusuhan sosial di
Kalimantan Barat, pembantaian dengan isu dukun santet di Banyuwangi dan
Boyolali serta kerusuhan 13-14 Mei 1998 yang terjadi di Jakarta dan Solo.
Akibat kerusuhan di Jakarta dan Solo tanggal 13, 14, dan 15 Mei 1998,
perekonomian kedua kota tersebut lumpuh untuk beberapa waktu karena
banyak swalayan, pertokoan, pabrik dibakar, dirusak dan dijarah massa. Hal
tersebut menyebabkan angka pengangguran membengkak.
Beban masyarakat semakin berat serta tidak ada kepastian tentang kapan
berakhirnya krisis tersebut sehingga menyebabkan masyarakat frustasi. Kondisi
tersebut membahayakan karena mudah diadu domba, mudah marah, dan
mudah dihasut untuk melakukan tindakan anarkis.