Anda di halaman 1dari 9

NIM : 20402110022

Jurusan : Pendidikan Matematika


Fakultas : Tarbiyah Dan Keguruan
Mendengar kata mahasiswa pasti orang-orangtua bahkan mayarakat di
sekitar kita selalu mengidentikkan mahasiswa dengan sebuah image sedikit
buruk, misalnya saja beberapa aksi unjuk rasa yang kemudian menjadi
penambah sebuah kejengkelan masyarakat dimana mahasiswa menjadi agen
perusak fasilitas umum, tawuran, aksi berutal, dan aksi-aksi yang berkaitan
anarkis. Sebenarnya jauh dari hal tersebut mahasiswa mempunyai sebuah
tanggung jawab pada masyrakat di sekitarnya.

Mahasiswa yang terdiri dari dua kata maha dan siswa. Maha dapat di artikan
besar, tinggi sedangkan siswa di artikan pelajar, seseorang yang masih belajar.
Bila kita gabung di antara keduanya banyak defenisi yang kita dapat tidak hanya
sebatas arti akademis tetapi juga arti yang berhubungan dengan masyarakat.
Mahasiswa secara harafiah adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, entah
di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di
perguruan tinggi otomatis dapat disebut sebagai mahasiswa. Tetapi pada
dasarnya makna mahasiswa tidak sesempit itu. Terdaftar sebagai pelajar di
sebuah perguruan tinggi hanyalah syarat administratif menjadi mahasiswa.
Menjadi mahasiswa mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar
masalah administratif.

Mahasiswa atau mahasiswi bukan hanya sebuah panggilan seseorang yang


sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi tetapi seseorang yang sudah
bisa menentukan arah pikiran dan tindakan sendiri. Tidak hanya itu seorang
mahasiswa menjadi cermin, seorang figur yang baik baik hubungan di kampus
maupun hubungan dengan masyarakat karena ada 4 peran yang harus di miliki
mahasiswa dengan sebuah status yaitu “mahasiswa”, 4 peran tersebut antara
lain :

1. Peran mahasiswa sebagai hamba tuhan YME


2. Peran mahasiswa sebagai anak, berbakti pada orang tua
3. Peran mahasiswa pada negeri dengan berbuat sesuatu untuk negri
tercinta
4. Peran mahasiswa pada sesama, bisa berbuat sesuatu untuk lingkungan
masyarakat sekitarnya.

Dari 4 empat peran tersebut yang paling sulit adalah peran ke empat, dan
keseringan seorang mahasiswa tersebut enggan untuk mempersiapkan dirinya
untuk benar-benar siap bermasyrakat. Mahasiwa harus menjadi agent of change,
bagi dirinya, masyarakat dan lingkungannya karena ia dia krunia pemikiran dan
pengetahuan yang lebih tinggi

selain sebagai makhluk rasional, manusia juga adalah makhluk sosial.


Seorang manusia dikatakan utuh jika ia dapat memenuhi fungsinya sebagai
makhluk rasional yang penuh refleksi serta berpengetahuan dan sekaligus aktif
memberi sumbangan yang berharga bagi masyarakatnya. Manusia harus dapat
mengaplikasikan pengetahuannya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
pengetahuan yang diperoleh lewat pendidikan pada akhirnya harus dapat
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di sini kita mencatat
pendidikan merupakan satu media penghasil manusia yang dapat berguna bagi
masyarakatnya.
Peran mahasiswa sebagai calon pembaharu berkaitan erat dengan perannya
sebagai calon cendekiawan. Sebagai calon cendekiawan, mahasiswa harus
melatih kepekaannya sedemikian rupa sehingga pada saat terjun ke masyarakat
ia siap menjalankan perannya sebagai cendekiawan. Selain sebagai calon
pembaharu dan cendekiawan, mahasiswa juga nantinya diharapkan akan
menjadi penyangga keberlangsungan hidup masyarakatnya. Selain kita di tuntut
untuk berhasil dalam pendidikan dan berhasil dalam melakukan penelitian dan
terakhir yang paling penting adalah pengabdian masyarakat atau pelayanan
masyarakat.

Pada intinya ada 2 aspek yang perlu dikembangkan dalam sikap kepedulian
sosial horizontal pada masyrakat yaitu:

1. aspek sosial (Ruang waktu)

Dlam menjalani kehidupan sosial, manusia senantiasa dibatasi dan dipengaruhi


adanya ruang dan waktu, ini juga merupakan suatu bukti nyata keterbatasan
manusia yang hakikatnya sebagai makhluk ciptaan. Berkaitan dengan ruang dan
waktu ini, maka kehidupan manusia akan dikondisikan oleh pluralisme, yaitu
adanya keberagaman ruang dalam kehidupan manusia. Dengan adanya ruang
ini, seluruh manusia tidak mungkin berada dalam dua tempat dalam waktu yang
sama, maka peran alat komunikasi dan transportasi menjadi sangat penting.

2. aspek kepedulian

Siapa saja yangmenjadi objek/sasaran kepedulian kita..? masyarakat umum


tentunya dengan tidak memandang status masyarakat tersebut. Mestinya kita
penuhi hati kita dengan pertanyaan “Apa yang dapat kita lakukan untuk
masyarakat, apa yang dapat kita lakukan Negara atau Daerah kita?” bukan “apa
yang kita dapat dari Negara atau Daerah kita?”.
Melalui peningkatan kepekaan kepeduliaan horizontal ini, seseorang
memerlukan kemampuan kepekaan sosial, kapan dan dimana kita harus
melakukan action. Kemudian kepekaan, kejadian dan kecepatan untuk
memperoleh informasi tentang adanya suatu hal yang memerlukan bantuan kita.

Melalui peningkatan kepekaan kepedulian sosial ini, dihadapkan


kesenjangan sosial atau jarak sosial dapat dipersempit, dan kita dapat
memberikan kontribusi dalam bentuk upaya perawatan dan peningkatan modal
sosial (social capital) bangsa Indonesia dalam rangka menuju kenyamanan dan
ketentaraman kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Mahasiswa ideal bukan hanya dengan menjadi kutu buku dengan ciri
kacamata minus tebal, atau yang hanya rajin mengikuti kuliah demi kuliah.
Mahasiswa ideal adalah yang juga berani bersentuhan dengan persoalan
masyarakat. Namun sentuhannya didasarkan pada cita-cita ideal keilmuan yang
bermakna, bukan lepas makna. Sehingga, ketika menjadi corong masyarakat, itu
karena memang suara di loudspeaker-nya dibutuhkan pada ruang dan waktu
yang tepat.

Ada tiga jenis mahasiswa kalau kita cermati, pertama adalah mahasiswa
yang hanya memikirkan akademiknya saja, bagaimana dia kuliah mendapatkan
IP yang besar dan lulus tepat waktu. Yang kedua adalah mahasiswa yang lebih
fokus berorganisasi saja yaitu mahasiswa yang sibuk berorganisasi dan kurang
memepedulikan akademiknya. Dan yang terakhir adalah mahasiswa yang
memperhatikan akademik tetapi juga ikut berorganisasi karena di tahu
bahwasanya kedua-duanya saling menunjang. Tinggal kembali kepada diri kita
sendiri mau memilih yang mana dari ketiga tipe mahasiswa tersebut.

Tetapi menurut pemahaman saya semuanya itu harus seimbang, artinya


tidak ekstrim kanan ataupun ekstim kiri. Di dalam Islam pun kita di ajarkan
konsep tawazun, Islam tidak mengajarkan kita untuk ibadah terus menerus dan
meninggalkan dunia, tetapi juga Islam tidak mengajarkan umatnya untuk
memikirkan dunia terus tanpa memperdulikan kehidupan akhirat.

Mahasiswa sekarangpun banyak yang apatis dengan pergerakan mahsiswa


itu sendiri dan itu bisa terlihat manakala banyak mahasiswa yang menentang
aksi yang dilakukan mahasiswa terlebih aksi demonstrasi yang menurut merekan
sudah tidak relavan dan elagan lagi untuk dilakukan di zaman sekarang. Akan
tetapi menurut pemahaman saya kembali bahwasanya semuanya saling
beriringan dan kita harus saling menghargai jalan yang di pilih mahasiswa dalam
berpartisipasi demi kemajuan bangsa ini. Aksi demonstrasi itu penting untuk
menyadarkan dan memberitahukan kepada masyarakat tentang sebuah
permasalahan ataupun sebuah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah yang
dinilai merugikan rakyat. Akan tetapi demonstarsi seperti apa? Memang tidak
dipungkiri ada sebuah kelompok yang mengindikasikan keberhasilan dalam
berdemonstrasi saat sebesar apa kerusuhan yang terjadi.
Banyak sorotan yang telah diarahkan pada perilaku mahasiswa saat ini.
Sorotan terutama pada aktivitas demonstrasi yang dilakukannya.. Jalan raya di
depan sebuah perguruan tinggi telah diketahui sebagai tempat yang empuk bagi
aksi demonstrasi mereka. Kota makassar dan dinamika kemahasiswaannya juga
sangat terkenal dengan keradikalannya bahkan terkadang sedikit anarkis, begitu
yang sering saya dengar jika bertemu dengan orang dan menanyakan saya
kuliah dimana.

Mahasiswa sebagai kaum intelektual muda, kini tengah berada di


persimpangan. Antara perjuangan idealisme dan pragmatisme. Jargon sebagai
agent of change and social control, kini mulai pudar seiring dengan berjalannya
waktu. Kita mengakui bahwa gerakan mahasiswa telah menjadi fenomen penting
dalam perubahan politik yang terjadi di Indonesia tahun 1998.
mahasiswa sebagai lapisan intelektual yang memliki tanggung jawab sosial yang
khas. mahasiswa merupakan bagian yang mendorong perubahan politik yang
disebut reformasi. Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat berpendidikan
dan sehari-harinya bergelut dengan pencarian kebenaran dalam kampus melihat
kenyataan yang berbeda dalam kehidupan nasionalnya. Kegelisahan kalangan
mahasiswa ini kemudian teraktualisasikan dalam aksi-aksi protes yang kemudian
mendorong perubahan yang reformatif dalam sistem politik di Indonesia

Mahasiswa adalah sebuah elemen dari bangsa ini yang tidak bisa di
pisahkan dari kemajuan maupun kemunduran bangsa. Kita juga menyaksikan
bagaimana mahasiswa terlibat dalam menentukan arah kebijakan bangsa ini,
mulai dari zaman perjuangan sampai sekarang mahasiswa menjadi garda
terdepan bangsa. Ya karena rasa tanggung jawab dan beban moril untuk itulah
sudah sepatutnya seorang mahasiswa tidak hanya memikirkan dirinya saja
dalam kuliah. Kalau kita kaji sebenarnya mahasiswa dalam biaya opersionalnya
mendapatkan subsidi dari pemerintah dan pemerintah sendiri mendapatkan
biaya dari rakyat, mulai dari pajak dan sebagainya. Untuk itulah secara tidak
langsung kita di biayai oleh rakyat dan sudah sepatutnya kita berkewajiban
membangun masyarakat ini menjadi lebih baik lagi.

Demonstrasi adalah ekspresi idealisme mahasiswa. Dengan demonstrasi,


mahasiswa menyalurkan pikiran, pandangan, dan kritiknya. untuk menunjukkan
protes terhadap kebijakan atau perilaku luar yang dianggapnya merugikan
masyarakat, termasuk masyarakat kampus yang mereka wakili. Demonstrasi
selama ini sepertinya menjadi parlemen jalanan bagi mahasiswa. masalahnya
mahasiswa sering terjebak pada aksi demonstrasi yang anarkis. Kecenderungan
pemahaman mahasiswa bahwa sebuah demonstrasi yang sukses bila
menimbulkan dampak karena dampak itulah yang nantinya bakal menjadi
pertimbangan pengambil kebijakan untuk menimbang ulang protes secara
terbuka yang dilakukan oleh mahasiswa.
Ketika mereka sudah berada di jalan raya, mahasiswa sangat rentan disusupi
oleh pengaruh yang membuat mereka lepas kontrol karena provokasi dari orang-
orang tertentu untuk mengarahkan mahasiswa bertindak anarkis, misalnya saat
berhadapan dengan aparat keamanan.

Ironis memang selama ini, karena mahasiwa memperjuangkan nasib rakyat,


termasuk nasib mereka yang terhalangi saat mahasiswa berdemo di jalan raya.
Sebuah ironi karena yang diperjuangkan adalah sebuah cita-cita ideal menurut
persepsi mahasiswa,
tapi terkadang cara memperjuangkannya adalah kontraproduktif dengan
idealisme tersebut. Perjuangan dengan cara meresahkan pengguna jalan,
merusak jalan raya karena membakar ban, menyebar polusi karena emisi dari
ban yang terbakar, menyandera pengendara mobil tangki atau truk, tentu
semuanya cara yang cenderung bertolak belakang dengan pencapaian
idealisme itu.
Mahasiswa yang melakukan demo secara anarkis bisa saja mereka memiliki
idealisme. Mereka digerakkan oleh idealisme yang mampu menggetarkan otak
dan otot mereka untuk beraksi.
Mahasiswa ideal sejatinya dilihat dari sudut pandang aktivisme dan
pemikiran. Dua hal yang berpadu dalam tradisi kehidupan kampus yang mereka
lakoni. Dari segi aktivisme, gerakan mahasiswa telah menoreh catatan penting
terhadap sejarah pencarian identitas bangsa ini, Mahasiswa ideal adalah yang
mampu menampilkan idealismenya dengan cara yang elegan.

Mereka mampu melihat secara jelas cara yang terbaik mengekspresikan


idenya. Mereka melihat bahwa cara-cara yang banyak dilakukan selama ini
bukanlah sesuatu yang ideal. Mereka mampu melihat indikator tidak idealnya
cara tersebut.
Misalnya, banyaknya keluhan dari masyarakat umum apakah melalui bincang-
bincang di gardu, melalui sms dan surat pembaca di media dan juga keprihatinan
dari pemerintah sendiri atas ulah tersebut.

Singkatnya, menjadi mahasiswa ideal adalah mereka yang mampu


membaca dan mengalkulasi efek dari aksi-aksi mereka, termasuk efek berupa
pandangan masyarakat luas. Mahasiswa ideal adalah mereka yang turun ke
jalan raya bila memang masyarakat secara luas menghendakinya.

Mahasiswa ideal adalah mereka ingin memecahkan masalah masyarakat


tanpa menimbulkan masalah lebih besar seperti yang sering terjadi selama ini.
mereka yang aksinya selalu mempertimbangkan tanggung jawab pencitraan.
Mereka mempertimbangkan citra yang harus dipelihara di pundaknya, apakah
sebagai harapan orang tua, pemuda harapan umat, calon intelektual negeri, dan
pelanjut generasi bangsa.
Mereka berbuat atas dasar pertimbangan pencitraan dan tanggung jawab
sosialnya tersebut. Bila aksinya mengancam beban pencitraan tersebut, maka
mereka tidak akan melakukannya. mereka yang berorientasi pada
pemberdayaan pemikiran, yaitu yang rajin melakukan pengasahan intelektual.
Mereka sadar bahwa mengasah intelektual tentunya tidak bisa dilakukan di jalan
raya atau di pintu gerbang kampus.
Saya teringat dengan kata salah satu guru saya ketika diskusi sewaktu
masih SMA yaitu hanya orang yang memiliki yang bisa membagi dan memberi,
bagaimana mungkin ketika kita ingin memberi sebuah control etika dalam negara
dan kita sendiri tidak memiliki etika.

Mengasa intelektualitas sejatinya dilakukan di meja kelas, di perpustakaan, di


pusat-pusat kajian dan pengkaderan. Pengasahan intelektualisme inilah yang
merajut mahasiswa untuk memiliki ketajaman berpikir. Ketajaman berpikir inilah
yang kelak diharapkannya sebagai modal penting setelah meninggalkan
kampus. Pikiran-pikiran mencerahkan adalah hal yang sangat berguna untuk
dibagi ke masyarakat. Singkatnya, mahasiswa ideal adalah mereka yang
tercerahkan.

Dalam kaitan dengan visi UIN Alauddin sebagai lembaga pendidikan Islam
tempat menggodok mahasiswa, mahasiswa ideal adalah mereka yang memiliki
"inner power" atau istilah Rektor UIN Alauddin adalah "inner capacity".

Inner capacity yang menjadi visi pengembangan UIN Alauddin pada masa
kepemimpinan Azhar Arsyad setidaknya memiliki empat aspek penting. Pertama,
pembelajaran mahasiswa untuk menjadikan mereka memiliki perangkat akhlak
mulia. Dengan orientasi pendidikan untuk pembenahan akhlak mulia, perilaku
mahasiswa diharapkan mampu menampilkan perilaku yang menenangkan bukan
meresahkan.

Aspek pertama ini tentunya mencegah demonstrasi yang anarkis dan tidak
produktif. Aspek berikutnya, mahasiswa yang terampil. Mahasiswa yang terampil
inilah yang mengarahkan pada kemampuannya untuk hidup secara layak di
masyarakat.

Aspek berikutnya adalah mahasiswa yang berpengetahuan luas. Mereka


memiliki wawasan yang diperlukan untuk berkontribusi pada kompleksitas
kehidupan, termasuk pengetahuan bahasa asing. Aspek yang terakhir adalah
kemampuan berpikir bebas.

Mahasiswa dengan aspek ini akan memiliki kreativitas dan kemampuan


berimajinasi serta improvisasi dalam penjelajahan ilmu. Karena memiliki akhlak
yang mulia, pemikiran bebas yang dimilikinya tidak dihawatirkan untuk
menimbulkan keresahan sosial.
Dan mahasiswa tidak sepatutnya hanya berani berkoar-koar di jalan tanpa
aksi nyata, dan aksi nyata itu bisa dilakukan manakala kita terjun lansung ke
masyarakat dalam mentransfer ilmu di bangku kuliah agar masyarakat dapat
merasakan langsung manfaatnya. Bisa juga membantu manakala ada bencana
alam di sebuah daerah, dan membuat sebuah karya ilmiah yang bisa
dimanfaatkan untuk masyarakat luas.
Jadi permasalahan mahasiswa sekarang itu lebih ke faktor internal
mahasiswa itu sendiri yang harus dibenahi dan dicarikan solusi konkretnya.
mahasiswa yang sebenarnya sebagai kelompok intelektual di masyarakat
bisa menjadi “obat” dalam persoalan-persoalan di masyarakat. Dan mungkin saja
asumsi ini berubah menjadi persepsi dan faktual pada posisi kumulatifnya
kemudian.
Dalam Al quran Allah SWT memilih manusia sebagai khalifah di muka bumi dan
dalam Quran surat Ali Imran ayat 104 Allah SWT berfirman “dan hendaklah
diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan
mereka itulah orang-orang yang beruntung” dari ayat iini memang Allah SWT
telah menyatakan hendaknya ada segolongan umat yang menajdi agen perubah
dalam masyarakat, yang tentunya hal ini menjadi sebuah potensi yang dimilki
oleh semua umat manusia, ini dapat dilihat dari akhir ayat ini yang menyatakan
itulah mereka orang yang beruntung, apakah ini dimaksud orang-orang terpelajar
dan orang-orang yang belajar?.
Seorang filsuf indonesia sekaligus tokoh sastra dan sejarah indonesia
Kuntowijoyo membahas ayat ini lebih pada adanya sebuah gerakan sosial di
kelompok yang beruntung ini, dimana dia membaginya dalam gerakan sosial
profeti yang di dalamnya dibagi menjadi gerakan liberasi, humanisasi dan
transendensi.Namun inilah pesan-pesan Al Quran yang menjadi sebuah pesan
universal yang tentunya sarat akan makna-makna kehidupan, seperti yang
pernah dikatakan oleh ilmuwan timur tengah Muhammad Ahmad Khalafalah
yang menyatakan pembacaan pesan-pesan Al Quran yang bukan saja memuat
sebuah sejarah dari para orang-orang terdahulu maupun kehidupan para salafus
saleh namun merupakan tuntutan nilai-nilai visioner, yang tentunya pembacaan
terhadap realitas al quran terhadap pemecahan masalah dalam realitas faktual
sekarang tidak membuat al quran menjadi hanya sebagai cerita sejarah masa
lalu namun sebagai kunci penyelesaian masalah-masalah umat hingga akhir
zaman nanti dan hal itu dijamin oleh Allah SWT dalam kitabNya ini.
Dari padanan kata “maha” ini yang hanya dimiliki oleh Allah SWT sebagai
tuhan alam semesta dan menambah padanan kata siswa setelah kita melewati
beberapa fase, maka dapat dilihat dari hal ini ada nilai-nilai transendensi dalam
keberfungsian mahasiswa dalam pergerakan dan dalam kontrolnya terhadap
kehidupan sosial di masyarakat. Allah SWT juga berpesan akan dinaikkannya
derajat orang-orang yang memiliki ilmu atau menuntut ilmu pengetahuan. Maka
untuk menyikapi dialektika mahasiswa ini mestinya kita merujuk pada fase-fase
yang terjadi disekitar mahasiswa yang tentunnya akan membawa pada identitas
otentik dari mahasiswa ini tentunya. Sehingga apa yang menjadi anggapan
sedikit buruk sebagian masyarakat tadi dapat terjawab dengan kesadaran
kedirian yang mestinya dimilki oleh mahasiswa dalam dialektika pergerakannya.

Anda mungkin juga menyukai