Mahasiswa yang terdiri dari dua kata maha dan siswa. Maha dapat di artikan
besar, tinggi sedangkan siswa di artikan pelajar, seseorang yang masih belajar.
Bila kita gabung di antara keduanya banyak defenisi yang kita dapat tidak hanya
sebatas arti akademis tetapi juga arti yang berhubungan dengan masyarakat.
Mahasiswa secara harafiah adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, entah
di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di
perguruan tinggi otomatis dapat disebut sebagai mahasiswa. Tetapi pada
dasarnya makna mahasiswa tidak sesempit itu. Terdaftar sebagai pelajar di
sebuah perguruan tinggi hanyalah syarat administratif menjadi mahasiswa.
Menjadi mahasiswa mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar
masalah administratif.
Dari 4 empat peran tersebut yang paling sulit adalah peran ke empat, dan
keseringan seorang mahasiswa tersebut enggan untuk mempersiapkan dirinya
untuk benar-benar siap bermasyrakat. Mahasiwa harus menjadi agent of change,
bagi dirinya, masyarakat dan lingkungannya karena ia dia krunia pemikiran dan
pengetahuan yang lebih tinggi
Pada intinya ada 2 aspek yang perlu dikembangkan dalam sikap kepedulian
sosial horizontal pada masyrakat yaitu:
2. aspek kepedulian
Mahasiswa ideal bukan hanya dengan menjadi kutu buku dengan ciri
kacamata minus tebal, atau yang hanya rajin mengikuti kuliah demi kuliah.
Mahasiswa ideal adalah yang juga berani bersentuhan dengan persoalan
masyarakat. Namun sentuhannya didasarkan pada cita-cita ideal keilmuan yang
bermakna, bukan lepas makna. Sehingga, ketika menjadi corong masyarakat, itu
karena memang suara di loudspeaker-nya dibutuhkan pada ruang dan waktu
yang tepat.
Ada tiga jenis mahasiswa kalau kita cermati, pertama adalah mahasiswa
yang hanya memikirkan akademiknya saja, bagaimana dia kuliah mendapatkan
IP yang besar dan lulus tepat waktu. Yang kedua adalah mahasiswa yang lebih
fokus berorganisasi saja yaitu mahasiswa yang sibuk berorganisasi dan kurang
memepedulikan akademiknya. Dan yang terakhir adalah mahasiswa yang
memperhatikan akademik tetapi juga ikut berorganisasi karena di tahu
bahwasanya kedua-duanya saling menunjang. Tinggal kembali kepada diri kita
sendiri mau memilih yang mana dari ketiga tipe mahasiswa tersebut.
Mahasiswa adalah sebuah elemen dari bangsa ini yang tidak bisa di
pisahkan dari kemajuan maupun kemunduran bangsa. Kita juga menyaksikan
bagaimana mahasiswa terlibat dalam menentukan arah kebijakan bangsa ini,
mulai dari zaman perjuangan sampai sekarang mahasiswa menjadi garda
terdepan bangsa. Ya karena rasa tanggung jawab dan beban moril untuk itulah
sudah sepatutnya seorang mahasiswa tidak hanya memikirkan dirinya saja
dalam kuliah. Kalau kita kaji sebenarnya mahasiswa dalam biaya opersionalnya
mendapatkan subsidi dari pemerintah dan pemerintah sendiri mendapatkan
biaya dari rakyat, mulai dari pajak dan sebagainya. Untuk itulah secara tidak
langsung kita di biayai oleh rakyat dan sudah sepatutnya kita berkewajiban
membangun masyarakat ini menjadi lebih baik lagi.
Dalam kaitan dengan visi UIN Alauddin sebagai lembaga pendidikan Islam
tempat menggodok mahasiswa, mahasiswa ideal adalah mereka yang memiliki
"inner power" atau istilah Rektor UIN Alauddin adalah "inner capacity".
Inner capacity yang menjadi visi pengembangan UIN Alauddin pada masa
kepemimpinan Azhar Arsyad setidaknya memiliki empat aspek penting. Pertama,
pembelajaran mahasiswa untuk menjadikan mereka memiliki perangkat akhlak
mulia. Dengan orientasi pendidikan untuk pembenahan akhlak mulia, perilaku
mahasiswa diharapkan mampu menampilkan perilaku yang menenangkan bukan
meresahkan.
Aspek pertama ini tentunya mencegah demonstrasi yang anarkis dan tidak
produktif. Aspek berikutnya, mahasiswa yang terampil. Mahasiswa yang terampil
inilah yang mengarahkan pada kemampuannya untuk hidup secara layak di
masyarakat.