Halaman: 1 dari 2
Apabila seseorang mengeluarkan tangannya, hampir ia tiada
dapat melihatnya. Barang siapa yang tiada diberi Allah cahaya,
maka tidak adalah cahaya untuknya.
41. Tidaklah engkau tahu, bahwa siapa yang di langit dan di bumi
dan burung terbang di udara, semuanya tasbih (tunduk)
kepada Allah. Masing-masingnya Allah mengetahui do’anya
dan tasbihnya. Allah Maha Mengetahui apa-apa yang mereka
kerjakan.
42. Kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi dan kepada Allah
tempat kembali.
Kesimpulan/ringkasan:
Orang-orang yang diridhai Allah SWT, ialah orang yang mendapat Nurun ala Nurin; hati
mereka selalu bergantung pada Rumah-Rumah Allah, dan selalu basah lidahnya dengan tasbih dan
dzikir pada Allah pagi dan petang; mereka tak dapat dilalaikan oleh urusan Duniawi, mereka selalu
taat beribadat dan pemurah hatinya, namun hidup mereka selalu dilapangkan Allah SWT, rezeki
Dunianya berlimpah (lebih dari cukup) apalagi kekayaan Rohaninya tak terbatas banyaknya
dilimpahkan Allah padanya. Orang-orang yang tidak mendapat Nurun ala Nurin dari pada Allah,
hidupnya gersang, ianya selalu keluh kesah, hatinya tertutup gelap gulita dan Ma’rifat akan Allah,
hidupnya seperti dipermainkan gelombang kehidupan, terombang-ambing seperti diatas Samudera
yang gelap-gulita dan di Akhirat mereka dikumpulkan bersama-sama dengan orang buta, sesuai
dengan Firman Allah dalam Al Quran, Surat THAHA, ayat 124:
“Barang siapa yang tidak mau dzikir akan AKU dia akan mendapat
Kehidupan sulit dan di Akhirat akan dikumpulkan sebagai orang buta
(karena semasa hayatnya tak pernah mau berusaha/berjuang memiliki
Nur Cahaya Agung: Nurun ala Nurin dan mereka tidak akan
mendapat petunjuk dari pada Allah SWT)”.
Dan sesuai dengan Firman Allah, Al Quran, Surat Al KAHFI, ayat 17:
“Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, dialah orang yang
mendapat petunjuk dan siapa yang dibiarkan-Nya sesat, maka tidak
ada seorang Waliyam Mursyida (Pemimpin Peramalan / Dzikirullah)
yang memberi petunjuk”.
Sumber: “Mutiara Al Quran dalam Capita Selecta” Oleh: Prof. Dr. SS. Hj. Kadirun Yahya MA,
Lembaga Ilmiah Metafisika Tasauf Islam (LIMTI), 1985. Halaman: 7, 8, 9, 10 dan 11.
Halaman: 2 dari 2