Anda di halaman 1dari 11

PERBANDINGAN ANTARA ALIRAN

Kuliah
Akidah Ilmu Kalam
Dosen:
Drs. MUHLISIN M.Ag
FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPELSURABAYA
BAB IPENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Ilmu kalam sebagaimana diketahui membahas ajaran-ajaran dasar dari sesuatu agama. Di
dalam ilmu kalam itu terdapat sub bahasan yang tentang perbandingan antara aliran-
aliran serta ajaran-ajarannya. Dari perbandingan antar aliran ini, kita dapat mengetahui,
menela’ah dan membandingkan antar paham aliran satu dengan aliran yang lain. sehingga
kita memahami maksud dari segala polemik yang ada.
B.Rumusan Masalah
dalam makalah ini penulis akan memaparkan pembahasan tentang perbandingan antara
aliran-aliran yang ikut berperan dalam ilmu kalam seperti pembahasan di bawah
ini.1.Apa isi dari perbandingan aliran?2.Aliran apa saja yang membahas tentang isi
makalah ini?
C.Tujuan
Dari penjelasan makalah ini penulis bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu
kalam di samping itu untuk memperdalam pemahaman mahasiswa agar mempunyai
wawasan yang luas tentang pemikiran aliran-aliran dalam ilmu kalam dan bisa
menentukan mana yang terbaik bagi mereka.
2BAB IIPERBANDINGAN ANTARA ALIRAN
A.Wahyu dan akal
kaum Mu'tazilah berpendapat semua persoalan di atas dapat diketahui oleh akal manusia
dengan perantara akal yang sehat dan cerdas seseorang dapat mencapai makrifat dan
dapat pula mengetahui yang baik dan buruk. Bahkan sebelum wahyu turun, orang sudah
wajib bersyukur kepada Tuhan. Menjauhi yang buruk dan mengerjakan yang
baik.berbeda dengan Mu'tazilah, kaum asy’ariyah berpendapat akal memang dapat
mengetahui adanya Tuhan. Tetapi akal tidak dapat mengetahui cara berterima kasih
kepada Tuhan. Untuk mengetahui hal-hal tersebut diperlukan wahyu. Melalui wahyu
manusia bisa mengetahuinya. Tanpa wahyu, manusia tidak akan tahu.Golongan
maturidiyah samarkan berpendapat, akal dapat mengetahui adanya Tuhan kewajiban dan
berterima kasih kepada Tuhan dan mengetahui baik dan buruk. Tetapi akal tidak dapat
mengetahui bagaimana kewajiban berbuat baik dan meninggalkan buruk, karena itu
wahyu sangatlah diperlukan untuk menjelaskannya.Golongan maturidiyah bukhara
sependapat dengan kaum asy’ariyah
1
B.Pelaku dosa besar
1
Drs. H. M. Yusran Asmuni.
Ilmu Tauhid.
Raja Grafindo Persada Jakarta: 1993.. hal. 154-155
31.Menurut aliran Khawarij
Ciri yang menonjol dari aliran Khawarij adalah watak ektrimitas dalam memutuskan
persoalan-persoalan kalam. Tak heran kalau aliran ini memiliki pandangan ekstrim pula
tentang status pelaku dosa besar. Mereka memandang bahwa orang-orang yang terlibat
dalam peristiwa tahkim, yakni Ali, Mu'awiyah, amr bin al-ash, Abu Musa al-asy’ari
adalah kafir, berdasarkan firman Allah pada surat al-Maidah ayat 44: :‫ةدئامل) نورفاكل مه‬
44 ‫)كئلوأف ل لزنا امب مكحي مل نمو‬Artinya:“Barang siapa yang tidak memutuskan menurut
apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.”Semua
pelaku dosa besar (murtabb al-kabiiah), menurut semua sub sekte khwarij, kecuali najdah
adalah kafir dan akan disiksa dineraka selamanya. Sub sekte yang sangat ekstrim,
azariqah, menggunakan istilah yang lebih mengerikan dari kafir, yaitu musyrik.Mereka
memandang musyrik bagi siapa saja yang tidak mau bergabung dengan barisan mereka.
Adapun pelaku dosa besar dalam pandangan mereka telah beralih status keimanannya
menjadi kafir millah (agama), dan berarti ia telah keluar dari Islam, mereka kekal
dineraka bersama orang-orang kafir lainnya.
2.Menurut aliran Murji’ah
4Pandangan aliran murji’ah tentang setatus pelaku dosa besar dapat ditelusuri dari
definisi iman yang dirumuskan oleh mereka. Secara garis besar, sebagaimana telah
dijelaskan sub sekte Khawarij dapat dikategorikan dalam dua kategori: ekstrim dan
moderat. Harun nasution berpendapat bahwa sub sekte murji’ah yang ekstrim dan mereka
yang berpandangan bahwa keimanan terletak di dalam kalbu. Adapun ucapan dan
perbuatan tidak selamanya merupakan refleksi dari apa yang ada di dalam kalbu. Oleh
karena itu, segala ucapan dan perbuatan seseorang yang menyimpang dari kaidah agama
tidak berarti telah menggeser atau merusak keimanannya. Bahkan keimanannya masih
sempurna dimata Tuhan. Adapun murji’ah moderat ialah mereka yang berpendapat
bahwa pelaku dosa besar tidaklah menjadi kafir. Meskipun disiksa dineraka, ia tidak
kekal didalamnya, bergantung pada ukuran dosar yang dilakukannya. Masih terbuka
kemungkinan bahwa Tuhan akan mengampuni dosanya sehingga ia bebas dari siksa
neraca.
3.Menurut aliran Mu'tazilah
Perbedaannya, bila khwarij mengkafirkan pelaku dosa besar dan murji’ah memelihara
keimanan pelaku dosa besar, Mu'tazilah tidak menentukan status dan predikat yang pasti
bagi pelaku dosa besar, apakah ia tetap mukmin atau kafir, kecuali dengan sebutan yang
sangat terkenal, yaitu al-manzilah baial manzilataini.
5 Setiap pelaku dosa besar, menurut Mu'tazilah, berada diposisi tengah diantara posisi
mukmin dan kafir. Jika pelakunya meninggal dunia dan belum sempat bertaubat, ia akan
dimasukkan ke dalam nerak selama-lamanya. Walaupun demikian, siksaan yang
diterimanya lebih ringan dari pada siksaan orang-orang kafir. Dalam perkembangannya,
beberapa tokoh Mu'tazilah, seperti wastul bin atha’ dan amr bin ubaid memperjelas
sebutan itu dengan istilah fasik yang bukan mukmin atau kafir.
4.Aliran Asy’ariyah
Terhadap pelaku dosa besar, agaknya al-asy’ari, sebagai wakil ahl-as-Sunah, tidak
mengkafirkan orang-orang yang sujud ke baitullah (ahl-al-qiblah) walaupun melakukan
dosa besar, seperti berzina dan mencuri. Menurutnya, mereka masih tetap sebagai orang
yang beriman dengan keimanan yang mereka miliki, sekalipun berbuat dosa besar. Akan
tetapi jika dosa besar itu dilakukannya dengan anggapan bahwa hal ini dibolehkan (halal)
dan tidak meyakini keharamannya, ia dipandang telah kafir.Adapun balasan di akhirat
kelak bagi pelaku dosa besar, apabila ia meninggal dan tidak sempat bertaubat, maka
menurut al-asy’ari, hal itu bergantung pada kebijakan Tuhan Yang Maha Esa
berkehendak mutlaq. Dari paparan singkat ini, jelaslah bahwa asy’ariyah sesungguhnya
mengambil posisi yang sama dengan murji’ah, khususnya dalam pernyataan yang tidak
mengkafirkan para pelaku dosa besar.
65.Aliran Maturidiyah
Aliran maturidiyah, baik samarkand maupun bukhara, sepakat menyatakan bahwa pelaku
dosa masih tetap sebagai mukmin karena adanya keimanan dalam dirinya. adapun
balasan yang diperolehnya kelak di akhirat bergantung pada apa yang dilakukannya di
dunia. jika ia meninggal tanpa tobat terlebih dahulu, keputusannya diserahkan
sepenuhnya kepada kehendak Allah SWT. jika menghendaki pelaku dosa besar diampuni,
ia akan memasukkan ke neraca, tetapi tidak kekal didalamnya.
6.Aliran Syi’ah Zadiyah
Penganut Syi’ah zaidiyah percaya bahwa orang yang melakukan dosa besar akan kekal di
dalam neraca, jika ia belum tobat dengan tobat yang sesungguhnya. Dalam hal ini, Syi’ah
zaidiyah memang dekat dengan Mu'tazilah. Ini bukan sesuatu yang aneh mengingat
washil bin atha’, mempunyai hubungan dengan zaid moojan momen bahkan mengatakan
bahwa zaid pernah belajar kepada washil bin atho’
2
C.Sifat-sifat Tuhan1.Menurut aliran Mu'tazilah
Pertentangan paham antara kaum Mu'tazilah dan kaum asy’ariyah dalam masalah ini
berkisar sekitar persoalan apakah Tuhan mempunyai sifat atau tidak. Jika Tuhan
mempunyai sifat-sifat itu mestilah kekal seperti halnya dengan zat Tuhan. Tegasnya,
kekalnya sifat-sifat akan membawa kepada paham
2
7banyak yang kekal (ta’addud al-qudama’ atau poltiplicity of eternals). Dan ini
selanjutnya membawa pula kepada paham syirik atau polyteisme. Suatu hal yang tak
dapat diterima dalam teologi.Sebagian telah dilihat dalam bagian 1, kaum Mu'tazilah
mencoba menyelesaikan persoalan ini dengan mengatakan bahwa Tuhan tidak
mempunyai sifat. Ini berarti bahwa Tuhan tidak mempunyai pengetahuan, tidak
mempunyai kekuatan dan sebagainya. Tuhan tetap mengetahui dan sebagainya bukanlah
sifat dalam arti kata sebenarnya. Arti “Tuhan mengetahui dengan perantara pengetahuan
dan pengetahuan itu adalah Tuhan sendiri.
2.Menurut Aliran Asy’ariyah
Kaum asy’ariyah membawa penyelesaian yang berlawanan dengan Mu'tazilah mereka
dengan tegas mengatakan bahwa Tuhan mempunyai sifat.Menurut aliran asy’ariyah
sendiri tidak dapat diingkari bahwa Tuhan mempunyai sifat, karena perbuatan-perbuatan
nya, di samping menyatakan bahwa Tuhan mengetahui dan sebagainya, juga menyatakan
bahwa ia mempunyai pengetahuan, kemauan, dan daya.
3
3.Aliran Maturidiyah
3
Harun Nasution
Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisis Pebandingan
UI Press, Jakarta: 1986 hal. 135-136
8Dapat ditemukan persamaan antara al-maturidi dan al-asy’ari, seperti di dalam pendapat
bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat seperti sama’, basher dan sebagainya. walaupun
begitu pengertian al-maturidi tentang sifat berbeda dengan al-asy’ari. Menurut al-
maturidi sifat tidak dikatakan sebagai esensinya dan bukan pula dari esensi-Nya. Sifat-
sifat Tuhan itu mulazamah (ada bersama, baca: inheren) dzat tanpa pemisah.Tampaknya
paham al-maturidi, tentang makna sifat cenderung mendekati paham Mu'tazilah.
Perbedaannya al-maturidi mengaku adanya sifat-sifat sedangkan al-Mu'tazilah menolak
adanya sifat-sifat Tuhan.
4.Aliran Syi’ah Rafidhah
Sebagian besar tokoh Syi’ah rafidhah menolak bahwa Allah senantiasa bersifat tahu,
namun adapula sebagian dari mereka berpendapat bahwa Allah tidak bersifat tahun
terhadap sesuatu sebelum ia menghendaki. Tatkala ia menghendaki sesuatu, ia pun
bersifat tahu, jika dia tidak menghendaki, dia tidak bersifat tahu, maka Allah
berkehendak menurut merek adalah bahwa Allah mengeluarkan gerakan (taharraka
harkah), ketika gerakan itu muncul, ia bersifat tahu terhadap sesuatu itu. Mereka
berpendapat pula bahwa Allah tidak bersifat tahu terhadap sesuatu yang tidak ada.
4
D.Iman dan kufur1.Aliran Khawarij
4
DR. Abdul Rozak, M.Ag. DR. Rosihon Anwar, M.Ag. Op. Cit. Hlm. 177-179
9Khawarij menetapkan dosa itu hanya satu macamnya, yaitu dosa besar agar dengan
demikian orang Islam yang tidak sejalan dengan pendiriannya dapat diperangi dan dapat
dirampas harta bendanya dengan dalih mereka berdosa dan setiap yang berdosa adalah
kafir. Mengkafirkan Ali, Utsman, 2 orang hakam, orang-orang yang terlibat dalam perang
jamal dan orang-orang yang rela terhadap tahkim dan mengkafirkan orang-orang yang
berdosa besar dan wajib berontak terhadap penguasa yang menyeleweng.
5
Dan iman menurut kwaharij, iman bukanlah tasdiq. Dan iman dalam arti mengetahui pun
belumlah cukup. Menurut Abd. Al-jabbar, orang yang tahu Tuhan tetapi melawan
kepada-nya, bukanlah orang yang mukmin, dengan demikian iman bagi mereka bukanlah
tasdiq, bukan pula ma’rifah tetapi amal yang timbul sebagai akibat dari mengetahui
Tuhan tegasnya iman bagi mereka adalah pelaksanaan perintah-perintah Tuhan
6
2.Aliran Murji’ah
Menurut sub sekte murji’ah yang ekstrim adalah mereka yang berpandangan bahwa
keimanan terletak di dalam kalbu. Oleh karena itu, segala ucapan dan perbuatan
seseorang yang menyimpang dari kaidah agama tidak berarti menggeser atau merusak
keimanannya, bahkan keimanannya masih sempurna dalam pandangan Tuhan.
5
Drs. H. Sahilun A Nasir.
Pengantar Ilmu Kalam
Raja grafindo Persada. Jakarta: 1996: hal. 98
6
Harun Nasution,
Teologi Islam Aliran-aliran sejarah Analisis Perbandingan.
Jakarta: 25006, UI press. Halm. 147
10Sementara yang dimaksud murji’ah moderat adalah mereka yang berpendapat bahwa
pelaku dosa besar tidaklah menjadi kafir. Meskipun disiksa di neraka, ia tidak kekal
didalamnya bergantung pada dosa yang dilakukannya.
7
3.
Aliran Mu'tazilah
Iman adalah tashdiq di dalam hati, iktar dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan
konsep ketiga ini mengaitkan perbuatan manusia dengan iman, karena itu, keimanan
seseorang ditentukan pula oleh amal perbuatannya. Konsep ini dianut pula olah Khawarij.
8
4.Aliran Asy’ariyah
Menurut aliran ini, dijelaskan oleh syahrastani, iman secara esensial adalah tasdiq bil al
janan (membenarkan dengan kalbu). Sedangkan qaul dengan lesan dan melakukan
berbagai kewajiban utama (amal bil arkan) hanya merupakan furu’ (cabang-cabang)
iman. Oleh sebab itu, siapa pun yang membenarkan ke-Esaan Allah dengan kalbunya dan
juga membenarkan utusan-utusan nya beserta apa yang mereka bawa dari-Nya, iman
secara ini merupakan sahih. Dan keimanan seseorang tidak akan hilang kecuali ia
mengingkari salah satu dari hal-hal tersebut.
9
5.Maturidiyah
7
DR. Abdul Rozak, M.Ag. DR. Rosihon Anwar, M. Ag,
Ilmu Kalam,
Pustaka Setia Bandung: 2006. hal. 144-145
8
Drs. H. M. Yusran Asmuni,
Ilmu Tauhid.
Raja Grafindo Persada Jakarta: 1993. hal. 157
9
DR. Abdul Rozak, M.Ag. DR. Rosihon Anwar, M. Ag,
Ilmu Kalam,
Pustaka Setia Bandung: 2006.
11Iman adalah tasdid dalam hati dan diikrarkan dengan lidah, dengan kata lain, seseorang
bisa disebut beriman jika ia mempercayai dalam hatinya akan kebenaran Allah dan
mengikrarkan kepercayaannya itu dengan lidah. Konsep ini juga tidak menghubungkan
iman dengan amal perbuatan manusia. yang penting tasdid dan ikrar.
E.Perbuatan Tuhan dan perbuatan manusia 1.Aliran Jabariyah
Menurut aliran ini, manusia tidak berkuasa atas perbuatannya yang menentukan
perbuatan manusia itu adalah Tuhan, karena itu manusia tidak berdaya sama sekali untuk
mewujudkan perbuatannya baik atau buruk.Diumpamakan manusia seperti wayang yang
tidak berdaya, bagaimana dan kemana ia bergerak terserah dalang yang memainkan
wayang itu. Dalang manusia adalah Tuhan, ini dianggap paham Jabariyah yang dianggap
moderat, perbuatan manusia tidak sepenuhnya ditentukan untuk Tuhan, tetapi manusia
punya andil juga dalam dalam mewujudkan perbuatannya.
2.Aliran Qadariyah
Manusia mempunyai iradat (kemampuan berkehendak atau memilih) dan qudrah
(kemampuan untuk berbuat). Menurut paham ini Allah SWT membekali manusia sejak
lahirnya dengan qudrat dan iradat, suatu kemampuan untuk mewujudkan perbuatan-
perbuatan tersebut.
10
3.
Aliran Mu'tazilah
10
Drs. H. M. Yusran Asmuni. Op.Cit. hal. 159-160
12Paham ini dalam masalah af’al ibadah seirama dengan paham Qadariyah untuk
perbuatan-perbuatan Tuhan, mereka berpendapat bahwa Tuhan mempunyai kewajiban-
kewajiban itu dapat disimpulkan dalam satu kewajiban yaitu kewajiban berbuat baik dan
terbaik bagi manusia seperti kewajiban Tuhan menepati janji-janji-Nya. Kewajiban
Tuhan mengirim Rasul-rasul-Nya untuk petunjuk kepada manusia dan lain-lain.
11
4.Aliran Asy’ariyah
Dalam menggambarkan hubungan perbuatan manusia dengan qodrat dan iradat Tuhan,
Abu Hasan Ali Bin Ismail al-Asy’ari menggunakan paham kasb yang dimaksud dengan
al-Kasb adalah berbarengan kekuasaan manusia dengan perbuatan Tuhan. Artinya apabila
seseorang ingin melakukan suatu perbuatan, perbuatan itu baru terlaksana jika sesuai
dengan kehendak Tuhan.
5.Aliran Maturidiyah
Menurut golongan maturidiyah, kemauan sebenarnya adalah kemauan Tuhan namun
tidak selamanya perbuatan manusia dilakukan atas kerelaan Tuhan karena Tuhan tidak
menyukai perbuatan-perbuatan buruk. Jadi di dalam aliran maturidiyah ada 2 unsur:
kehendak dan kerelaan.
F.
Kehendak muthlak dan keadilan Tuhan1.Aliran Mu'tazilah
11
Harun Nasution. Op.Cit. hal 128
13Mu'tazilah yang berperinsip keadilan Tuhan mengatakan bahwa Tuhan itu adil dan
tidak mungkin bebuat zalim dengan memaksakan kehendak kepada hamba-Nya
kemudian mengharuskan hamba-Nya untuk menanggung akibat perbuatannya, secara
lebih jelas aliran Mu'tazilah mengatakan bahwa kekuasaan sebenarnya tidak mutlak lagi.
Itulah sebabnya Mu'tazilah menggunakan ayat 62 surat Al-Ahzab (33)‫ليدبت ل ةنسل دجت نلو‬
‫لبق نم اولخ نيذل ىف ل ةنس‬
2.Aliran Asy’ariyah
Mereka percaya pada kemutlakan kekuasaan Tuhan, berpendapat bahwa perbuatan Tuhan
tidak mempunyai tujuan, yang mendorong Tuhan untuk berbuat sesuatu semata-mata
adalah kekuasan dan kehendak mutlak-Nya dan bukan karena kepentingan manusia atau
tujuan yang lain.Landasan surat al-Buruj ayat 16 ‫ديريامل لعف‬
3.Aliran Maturidiyah
Kehendak mutlak Tuhan, menurut maturidiyah samarkand, dibatasi oleh keadilan Tuhan,
Tuhan adil mengandung arti bahwa segala perbuatan-Nya adalah baik dan tidak mampu
untuk berbuat serta tidak mengabaikan kewajiban-kewajiban hanya terhadap manusia.
pendapat ini lebih dekat dengan Mu'tazilah.Adapun maturidiyah bukharak berpendapat
bahwa Tuhan mempunyai kekuasaan mutlak, Tuhan berbuat apa saja yang dikehendaki-
Nya dan menentukan segala-galanya tidak ada
14yang menentang atau memaksa Tuhan dan tidak ada larangan bagi Tuhan. Tampaknya
aliran maturidiyah bukhara lebih dekat dengan asy’ariyah.
12
BAB IIIKESIMPULAN
kaum Mu'tazilah berpendapat semua persoalan di atas dapat diketahui oleh akal manusia
dengan perantara akal yang sehat dan cerdas seseorang dapat mencapai makrifat dan
dapat pula mengetahui yang baik dan buruk. Bahkan sebelum wahyu turun, orang sudah
wajib bersyukur kepada Tuhan. Menjauhi yang buruk dan mengerjakan yang baik.Ciri
yang menonjol dari aliran Khawarij adalah watak ektrimitas dalam memutuskan
persoalan-persoalan kalam. Tak heran kalau aliran ini memiliki pandangan ekstrim pula
tentang status pelaku dosa besar.Kaum asy’ariyah membawa penyelesaian yang
berlawanan dengan Mu'tazilah mereka dengan tegas mengatakan bahwa Tuhan
mempunyai sifat.Menurut aliran asy’ariyah sendiri tidak dapat diingkari bahwa Tuhan
mempunyai sifat, karena perbuatan-perbuatan nya, di samping menyatakan bahwa Tuhan
mengetahui dan sebagainya, juga menyatakan bahwa ia mempunyai pengetahuan,
kemauan, dan daya.Menurut sub sekte murji’ah yang ekstrim adalah mereka yang
berpandangan bahwa keimanan terletak di dalam kalbu. Oleh karena itu, segala ucapan
dan perbuatan seseorang yang menyimpang dari
12
Drs. Abd. Rozak. M.Ag. Drs. Rosihon Anwar, M.Ag.
Ilmu Kalam
Op. Cit. hal. 182-187
15kaidah agama tidak berarti menggeser atau merusak keimanannya, bahkan
keimanannya masih sempurna dalam pandangan Tuhan.Kehendak mutlak Tuhan,
menurut maturidiyah samarkand, dibatasi oleh keadilan Tuhan, Tuhan adil mengandung
arti bahwa segala perbuatan-Nya adalah baik dan tidak mampu untuk berbuat serta tidak
mengabaikan kewajiban-kewajiban hanya terhadap manusia. pendapat ini lebih dekat
dengan Mu'tazilah.
DAFTAR PUSTAKA
DR. Abdul Rozak, M.Ag. DR. Rosihon Anwar, M. Ag,
Ilmu Kalam,
Pustaka Setia Bandung: 2006. Harun Nasution
Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisis Pebandingan
UI Press, Jakarta: 1986 Drs. H. Sahilun A Nasir.
Pengantar Ilmu Kalam
Raja grafindo Persada. Jakarta: 1996: Drs. H. M. Yusran Asmuni,
Ilmu Tauhid.
Raja Grafindo Persada Jakarta: 1993.
16

Menurut Maturidiyah Samarkand bahwa perbuatan Tuhan hanyalah


menyangkut hal- hal yang baik saja, dengan demikian Tuhan
mempunyai kewajiban melakukan yang baik saja. Demikian juga
pengiriman rasul dipandang Maturidiyah Samarkand sebagai
kewajiban Tuhan. Sedangkan menurut Maturidiyah Bukhara, bahwa
Tuhan tidakmempunyai kewajiban.
B. Perbuatan Manusia
Perbuatan manusia menurut aliran kalam:
1. Menurut Jabariyah
Jabariyah Ekstrim berpendapat bahwa segala perbuatan manusia bukan
merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya sendiri, tetapi
perbuatan yang dipaksakan atas dirinya, sedangkan Jabariyah Moderat
mengatakan bahwa Tuhan menciptakan perbuatan manusian, baik
perbuatan jahat maupun perbuatan baik. Dallnya yaitu: Q.S.Ash-
Shaffat: 96 .
2.Qadariyah menyatakan bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan
atas kehendaknya sendiri, baik berbuat baik maupun berbuat jahat.
Dalilnya yaitu: Q.S. Ar- Ra’d: 11
3. Mu’tazilah berpendapat bahwa manusialah yan menciptakan
perbuatan- perbuatannya, manusia sendirilah yang berbuat baik dan
buruk. Dalilnya: Q.S. As-sajadah: 7
4. Asy’ariyah berpendapat bahwa segala sesuatu terjadi dengan
perantaraan daya yang diciptakan, ssehingga menjadi perolehan bagi
muktasib yang memperoleh kasab untuk melakukan perbuatan.
Dalilnya:Q.S.Ash- Shaffat: 96.
5. Maturidiyah Samarkand satu paham dengan Mu’tazilah yaitu
kehendak dan daya manusia dalam arti kata sebenarnya, dan bukan
dalam arti kiasan. Perbedaan yaitu bahwa daya untuk berbuat tidak
diciptakan sebelumnya tetapi bersama- sama dengan perbuatannya.
Sedangkan Maturidiyah Bhukara memberikan tambahan dalam
masalah daya. Manusia tidak mempunyai daya untuk melakukan
perbuatan.
IMAN DAN KUF UR
Iman berarti tasdiq (membenarkan). Iman ialah kepercayaan dalam
hati meyakini dan membenarkan adanya Tuhan dan membenarkan semua
yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW.
Kafir adalah mengingkari ajaran yang dibawa nabi Muhammad SAW
yang telah sampai kepada kita dengan jalan yang yakin dan pasti.
Iman dan kufur menurut aliran kalam:
1. Menurut Mu’tazilah
Iman ialah pelaksanaan perintah- perintah Tuhan, menjauhi dosa-
dosa besar dan bahwa amal perbuatan merupakan salah satu unsur
terpenting dalam konsep iman.
2. Menurut Murji’ah
Menurut Murji’ah Ekstrim ialah bahwa keimanan terletak didalam
qalbu, adapun ucapan dan perbuatan tidak selamanya
menggambarkan apa yang ada didalam qalbu. Sedangkan Murji’ah
Moderat ialah bahwa pelaku dosa besar tidaklah menjadi kafir
meskipun disiksa di neraka, ia tidak kekal didalamnya, bergantung
pada dosa yang dilakukannya.
3. Menurut Asy’ariyah
Iman adalah qawl, dan amal dapat bertambah dan berkurang atau
tasdiq bi al- qalb (membenarkan dalam hati).
4. Menurut Maturidiyah
Menurut Maturidiyah Samarkand, iman adalah tasdiq bi al- qalb,
bukan semata- mata iqrar bi al- lisan. Sedangkan Maturidiyah
Bukhara bahwa iman adalah tasdiq bi al-qalb dan tasdiq bi al-
lisan. Tasdiq bi al- qalb adalah meyakini dan membenarkan dalam
hati tentang keesaan Allah dan rasul- rasulnya yang diutus besrta
risalah yang dibawanya. Tasdiq bi al- lisan adalah meyakini
kebenaran seluruh pokok ajaran islam secara verbal.
KEMAMPUAN AKAL
Pengertian Akal
Menurut M.Abdu, akal ialah suatu daya hanya dimiliki manusia yang mampu
membedakan antara manusia dari makhluk lainnya dan sebagai daya berfikir yang ada
dalam diri manusia.
Kemampuan akal menurut mu’tazilah, asy’ariyah, dan maturidiyah yaitu:
1. Menurut Mu’tazilah
Menurut mu’tazilah segala pengetahuan dapat diperoleh dengan perantaraan akal,
dan kewajiban- kewajiban dapat diketahui dengan pemikiran yang mendalam.
Dengan demikian berterima kasih kepada Tuhan sebelum turunnya wahyu adalah
wajib. Baik dan jahat wajib diketahui melalui akal dan demikian pula
mengerjakan yang baik dan menjauhi yang jahat adalah wajib.
2. Menurut Asy’ariyah
Menurut asy’ariyah segala kewajiban manusia hanya dapat diketahui melalui
wahyu. Akal tak dapat membuat sesuatu menjadi wajib dan tak dapat mengetahui
bahwa mengerjakan yang baik dan menjauhi yang buruk adalah wajib bagi
manusia, dan dengan wahyulah dapat diketahui bahwa yang patuh kepada Tuhan
akan memperoleh upah dan yang tidak patuh kepada- Nya akan mendapat
hukuman.
3. Menurut Maturidiyah
Pendapat maturidiyah bertentangan dengan pendirian asy’ariyah tetapi sepaham
dengan mu’tazilah, bahwa akal dapat mengetahui baik dan buruk. Dengan
demikian bagi al- maturidiyah akal dapat mengetahui 3 persoalan pokok,
sedangkan yang satu lagi yaitu kewajiban berbuat baik dan menjauhi yang buruk
dapat diketahui hanya melalui wahyu.
FUNGSI WAHYU
Pengertian Wahyu
Wahyu adalah pemberitahuan kepada nabi dantara nabi- nabi Nya tentang
hukum syara’ denga cara tersendiri.
Fungsi wahyu menurut kaum mu’tazilah, asy’ariyah, maturidiyah dan al-
syahrastani adalah:
1. Menurut Mu’tazilah
Menurut mu’tazilah wahyu berfungsi untuk menyempurnakan
pengetahuan akal tentang baik dan buruknya, memberikan penjelasan
tentang perincian hukuman dan upah yang akan diterima manusia di
akhirat, serta memberi konfirmasi dan informasi, memperkuat apa- apa
yang telah diketahui akal dan menerangkan apa- apa yang belum diketahui
akal dan demikian menyempurnakan pengetahuan yan telah diproleh akal.
2. Menurut Asy’ariyah
Menurut asy’ariyah, wahyu mempunyai kedudukan penting. Fungsi
wahyu menurut asy’ariyah untuk mengetahui baik dan buruk, memberi
tuntunan kepada manusia untuk mengatur kehidupannya didunia.
3. Menurut Maturidiyah
Menurut maturidiyah wahyu berfungsi untuk mengetahui kewajiban
tentang baik dan buruk dan mengetahui kewajiban- kewajiban manusia.
4. Menurut Al- Syahrastani
Menurut Al- Syahrastani fungsi wahyu adalah untuk mengingatkan
manusia akan kelalaian mereka dan memperpendek jalan untuk
mengetahui Tuhan.

Ilmu kalam II
materi ilmu
dalam
ulama terhadap
aliran jabariyah
terhadap aliran
mu tazilah
mukjizat
iman

Iman ialah pelaksanaan perintah- perintah Tuhan, menjauhi dosa-


dosa besar dan bahwa amal perbuatan merupakan salah satu unsur
terpenting dalam konsep iman.
2. Menurut Murji’ah
Menurut Murji’ah Ekstrim ialah bahwa keimanan terletak didalam
qalbu, adapun ucapan dan perbuatan tidak selamanya
menggambarkan apa yang ada didalam qalbu. Sedangkan Murji’ah
Moderat ialah bahwa pelaku dosa besar tidaklah menjadi kafir
meskipun disiksa di neraka, ia tidak kekal didalamnya, bergantung
pada dosa yang dilakukannya.
3. Menurut Asy’ariyah
Iman adalah qawl, dan amal dapat bertambah dan berkurang atau
tasdiq bi al- qalb (membenarkan dalam hati).
4. Menurut Maturidiyah
Menurut Maturidiyah Samarkand, iman adalah tasdiq bi al- qalb,
bukan semata- mata iqrar bi al- lisan. Sedangkan Maturidiyah
Bukhara bahwa iman adalah tasdiq bi al-qalb dan tasdiq bi al-
lisan. Tasdiq bi al- qalb adalah meyakini dan membenarkan dalam
hati tentang keesaan Allah dan rasul- rasulnya yang diutus besrta
risalah yang dibawanya. Tasdiq bi al- lisan adalah meyakini
kebenaran seluruh pokok ajaran islam secara verbal.
KEMAMPUAN AKAL
Pengertian Akal
Menurut M.Abdu, akal ialah suatu daya hanya dimiliki manusia yang mampu
membedakan antara manusia dari makhluk lainnya dan sebagai daya berfikir yang ada
dalam diri manusia.
Kemampuan akal menurut mu’tazilah, asy’ariyah, dan maturidiyah yaitu:
1. Menurut Mu’tazilah
Menurut mu’tazilah segala pengetahuan dapat diperoleh dengan perantaraan akal,
dan kewajiban- kewajiban dapat diketahui dengan pemikiran yang mendalam.
Dengan demikian berterima kasih kepada Tuhan sebelum turunnya wahyu adalah
wajib. Baik dan jahat wajib diketahui melalui akal dan demikian pula
mengerjakan yang baik dan menjauhi yang jahat adalah wajib.
2. Menurut Asy’ariyah
Menurut asy’ariyah segala kewajiban manusia hanya dapat diketahui melalui
wahyu. Akal tak dapat membuat sesuatu menjadi wajib dan tak dapat mengetahui
bahwa mengerjakan yang baik dan menjauhi yang buruk adalah wajib bagi
manusia, dan dengan wahyulah dapat diketahui bahwa yang patuh kepada Tuhan
akan memperoleh upah dan yang tidak patuh kepada- Nya akan mendapat
hukuman.
3. Menurut Maturidiyah
Pendapat maturidiyah bertentangan dengan pendirian asy’ariyah tetapi sepaham
dengan mu’tazilah, bahwa akal dapat mengetahui baik dan buruk. Dengan
demikian bagi al- maturidiyah akal dapat mengetahui 3 persoalan pokok,
sedangkan yang satu lagi yaitu kewajiban berbuat baik dan menjauhi yang buruk
dapat diketahui hanya melalui wahyu.
FUNGSI WAHYU
Pengertian Wahyu
Wahyu adalah pemberitahuan kepada nabi dantara nabi- nabi Nya tentang
hukum syara’ denga cara tersendiri.
Fungsi wahyu menurut kaum mu’tazilah, asy’ariyah, maturidiyah dan al-
syahrastani adalah:
1. Menurut Mu’tazilah
Menurut mu’tazilah wahyu berfungsi untuk menyempurnakan
pengetahuan akal tentang baik dan buruknya, memberikan penjelasan
tentang perincian hukuman dan upah yang akan diterima manusia di
akhirat, serta memberi konfirmasi dan informasi, memperkuat apa- apa
yang telah diketahui akal dan menerangkan apa- apa yang belum diketahui
akal dan demikian menyempurnakan pengetahuan yan telah diproleh akal.
2. Menurut Asy’ariyah
Menurut asy’ariyah, wahyu mempunyai kedudukan penting. Fungsi
wahyu menurut asy’ariyah untuk mengetahui baik dan buruk, memberi
tuntunan kepada manusia untuk mengatur kehidupannya didunia.
3. Menurut Maturidiyah
Menurut maturidiyah wahyu berfungsi untuk mengetahui kewajiban
tentang baik dan buruk dan mengetahui kewajiban- kewajiban manusia.
4. Menurut Al- Syahrastani
Menurut Al- Syahrastani fungsi wahyu adalah untuk mengingatkan
manusia akan kelalaian mereka dan memperpendek jalan untuk
mengetahui Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai