Anda di halaman 1dari 10

Sumber : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

MuhammadJoko Susilo, S.Pd., M.Pd

Rencana penilaian disusun oleh guru, bisa bekerja sama dengan MGMP sekolah
atau MGMP daerah kabupaten. Penyusunan rencana penilaian mencakup pemahaman
standar kompetensi, penetapan pola penilaian, dan penyusunan instrument penilaian.
Penetapan pola dan penyusunan instrument penilaian harus memerhatikan domain
(ranah) kompetensi yang harus dikuasai siswa/lulusan, yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik. Pola penilaian bisa berbentuk tes tertulis, tes unjuk kerja, dan atau
portofolio. Penentuan bentuk tes bisa memperhatikan masukan siswa.
Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam KTSP dan perbedaan dari
kurikulum sebelumnya adalah penerapan pendekatan pembelajaran tuntas dan mengakui
perbedaan kecepatan belajar setiap siswa. Implikasinya adalah ada layanan pembelajaran
secara klasikal dan individual, seperti pengajaran remedial bagi siswa yang belum
kompeten, pengayaan bagi siswa yang kompeten 75-85%. Namun demikian
pengorganisasian KTSP secara ndividual tersebut perlu memperhatikan beban mengajar
regular dan ketersediaan SDM dan fasilitas.
Pelaksanaan pembelajaran tuntas, kriteria pencapaian kompetensi yang ditetapkan
adalah minimal 75% oleh karena itu setiap kegiatan KBM diakhiri dengan penilaian
pencapaian kompetensi siswa dan diikuti rencana tindak lanjutnya. Hasil penilaian ada
tiga kemungkinan, yaitu kompetensi 75-85% dalam waktu terjadwal, kompetensi lebih
dari 85% dalam waktu kurang dari alokasi atau kompetensi dalam waktu terjadwal.
Berdasarkan hasil penilaian tersebut maka tindak lanjutnya ada tiga kemungkinan,
yaitu pemberian remidi, pemberian pengayaan, dan atau akselerasi. Perbedaan tindak
lanjut tersebut dilakukan berdasarkan variasi pencapaian kompetensi siswa sebagai
berikut:
a. Melanjutkan ke KBM berikutnya secara klasikal bila dalam waktu terjadwal
sebagian besar siswa mencapai kompetensi mnimal 85%.
b. Pemberian remedial secara individual/kelompok kepada siswa yang dalam wktu
terjadwal belum mencapai kompetensi minimal 75%, sehingga siswa tersebut
belum diizinkan melanjutkan ke KBM berikutnya.
c. Pemberian pengayaan kepada siswa yang sudah mencapai kompetensi antara 75-
85% sedangkan waktu terjadwal masih tersisa.
d. Pemberian izin akselerasi (percepatan) ke pembelajaran KD berikutnya secara
individual kepada siswa yang sudah kompeten lebih dari 85% sedangkan waktu
terjadwal belum habis.
Layanan pembelajaran remidial akan lebih efektif bila melalui kerja sama terpadu
antara guru mata pelajaran, wali kelas, dan konselor sekolah. Guru memberi bimbingan
akademis, sedangkan wali kelas dan konselor sekolah memberi bimbingan psikologi bagi
siswa yang mengahadapi masalah psikologi. Dengan demikian siswa yang berprestasi
bisa mengikuti program akselerasi atau percepatan studinya secara alami. Kepala sekolah
sangat berperan dalam memfasilitasi layanan belajar secara individual tersebut, antara
lain melalui dukungan penulisan modul, pembentukan Sistem Informasi Akademis
(SIAKAD) siswa, dan koordinasi yang baik antara guru mata pelajaran, tenaga
administrasi sekolah, wali kelas dan komite sekolah.
Pengelolaan SIAKAD siswa bisa memberdayakan tenaga administrasi sekolah.
Hasil penilaian yang dilakukan oleh guru mata pelajaran dilaporkan langsung kepada
wali kelas atau tenaga adminstrasi. SIAKAD sangat dipelukan bila jumlah kelas paralel
besar sehingga layanan remidi bisa secara lintas kelas. Data akademis siswa juga
diperlukan dalam menyusun rencana layanan menghitung beban guru. Koordinasi kepala
sekolah dengan komite sekolah bisa dikembangkan untuk mendukung terwujudnya
layanan individual.
Penilaian Kelas
Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum dan ujian akhir.
Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau
kompetensi tertentu. Ulangan harian terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para
peserta didik, dan tugas-tugas terstuktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang
dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan tiga kali dalam setiap semester. Ulangan
harian ini terutama ditujukan untuk memperbaiki modul dan program pembelajaran,
tetapi tidak menutup kemungkinan digunakan untuk tujuan-tujuan lain, misalnya sebagai
bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi para peseta didik.
Ulangan umum dilaksanakan setiap akhir semester, dengan bahan yang diujikan sebagai
berikut:
1) Ulangan umum semester pertama soalnya diambil dari materi semester pertama.
2) Ulangan umum semester kedua soalnya merupakan gabungan dari materi
semester pertama dan kedua, dengan penekanan pada materi semester kedua.
Ulangan umum dilaksanakan secara bersama untuk kelas-kelas paralel, dan
umumnya dilakukan ulangan umum bersama baik tingkat rayon, kecamatan,
kodya/kabupaten maupun provinsi. Hal ini dilakukan terutama dimaksudkan untuk
meningkatkan pemerataan mutu pendidikan dan untuk menjaga kakuratan soal-soal yang
diujikan. Disamping untuk menghemat tenaga dan biaya pengembangan soal bisa
dilakukan oleh bank soal, dan banyak dipergunakan.
Ujian akhir dilakukan pada akhir program pendidikan. Bahan-bahan yang diujikan
meliputi seluruh materi modul yang telah diberikan, dengan penekanan pada bahan-bahan
yang diberikan pada kelas-kelas tinggi. Hasil evaluasi ujian akhir ini terutama digunakan
untuk menentukan kelulusan bagi setiap pada tingkat di atasnya.
Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemajuan dan hasil
peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar memberikan umpan balik perbaikan proses
pembelajaran dan penentuan kenaikan kelas.
Tes kemampuan dasar
Tea kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca,
menulis, dan berhitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program
pembelajaran (program remedial). Tes kemampuan dasar dilakukan pada setiap tahun.
Penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikat
Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan kegiatan penilaian
guna mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar
peserta didik dalam satuan waktu tertentu. Untuk keperluan sertifikasi, kinerja dan hasil
belajar yang dicantumkan didasarkan atas hasil penilaian pada jenjang sekolah.
Bench marking
Bench marking merupakan suatu standar untuk mengukur kinerja yang sedang
berjalan, proses dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan yang memuaskan. Ukuran
keunggulan dapat ditentukan di tingkat sekolah, daerah, atau nasional. Penilaian
dilaksanakan secara berkesinambungan sehingga peserta didik dapat mencapai satu tahap
keunggulan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan usaha dan keuletanya.
Untuk dapat memperoleh data dan informasi tentang pencapaian bench marking
tertentu dapat dilakukan penilain secara nasional yang dilaksanakan pada akhir satuan
pendidikan. Hasil penilaian tersebut dapat dipakai untuk memberikan peringkat kelas dan
tidak untuk memberikan nilai akhir pembinaan guru dan kinerja sekolah.
Penilaian program
Peniaian program dilakukan oleh Departemen Penididikan Nasional dan Dinas
Penididikan secara kontinu dan berkesinambungan. Penilaian program dilakukan untuk
mengetahui kesesuaian kurikulum dengan dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasioanal,
serta keseuaiannya dengan tuntunan perkembangan masyarakat dan kemajuan jaman.
Sumber www.google.com

Penilaian Berbasis Kelas (PBK)

A. Pengertian Penilaian Berbasis Kelas

Penilaian Berbasis Kelas (PBK) adalah penilaian yang dilakukan oleh guru dalam
rangka proses pembelajaran. PBK merupakan proses pengumpulan dan penggunaan
informasi hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru untuk menetapkan tingkat
pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan ( standar
komptensi, komptensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar). Penilaian Berbasis
Kelas merupakan prinsip, sasaran yang akurat dan konsisten tentang kompetensi atau
hasil belajar siswa serta pernyataan yang jelas mengenai perkembangan dan kemajuan
siswa. maksudnya adalah hasil Penilaian Berbasis Kelas dapat menggambarkan
kompetensi, keterampilan dan kemajuan siswa selama di kelas.

Depdiknas (2002), menjelaskan bahwa Penilaian Berbasis Kelas (PBK)


merupakan salah satu komponen dalam kurikulum berbasis kompetensi. PBK itu sendiri
pada dasarnya merupakan kegiatan penilaian yang dilaksanakan secara terpadu dalam
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dengan mengumpulkan kerja siswa
(portofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan tes
tertulis (paper and pen). Fokus penilaian diarahkan pada penguasaan kompetensi dan
hasil belajar siswa sesuai dengan level pencapaian prestasi siswa.

B. Manfaat, Keunggulan dan Prinsip Penilaian Berbasis Kelas.

1) Hasil Penilaian Berbasis Kelas bermanfaat untuk :

1. Umpan balik bagi siswa dalam mengetahui kemampuan dan kekurangannya


sehingga menimbulkan motivasi untuk memperbaiki hasil belajarnya.
2. Memantau kemajuan dan mendiagnosis kemampuan belajar siswa sehingga
memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remidiasi untuk memenuhi
kebutuhan siswa sesuai dengan kemajuan dan kemampuannya.
3. Memberikan masukan kepada guru untuk memperbaiki program pembelajarannya
di kelas.
4. Memungkinkan siswa mencapai kompetensi yang telah ditentukan walaupun
dengan kecepatan belajar yang berbeda-beda.

2) Keunggulan Penilaian Berbasis Kelas adalah

1. Pengumpulan informasi kemajuan belajar baik formal maupun non formal


diadakan secara terpadu, dalam suasana yang menyenangkan, serta senantiasa
memungkinkan adanya kesempatan yang terbaik bagi siswa untuk menunjukkan
apa yang diketahui, dipahami dan mampu dikerjakan siswa.
2. Pencapaian hasil belajar siswa tidak dibandingkan dengan prestasi kelompok
(norm reference assessment), tetapi dibandingkan dengan kemampuan
sebelumnya kriteria pencapaian kompetensi, standar pencapaian, dan level
pencapaian nasional, dalam rangka membantu anak mencapai apa yang ingin
dicapai bukan untuk menghakiminya.
3. Pengumpulan informasi menggunakan berbagai cara, agar kemajuan belajar siswa
dapat terdeteksi secara lengkap.
4. Siswa perlu dituntut agar dapat mengeksplorasi dan memotivasi diri untuk
mengerahkan semua potensi dalam menanggapi, mengatasi semua masalah yang
dihadapi dengan caranya sendiri, bukan sekedar melatih siswa memilih jawaban
yang tersedia.
5. Untuk menentukan ada tidaknya kemajuan belajar dan perlu tidaknya bantuan
secara berencana, bertahap dan berkesinambungan, berdasarkan fakta dan bukti
yang cukup akurat.

3) Prinsip-prinsip Penilaian Berbasis Kelas

1. Valid, penilaian memberikan informasi yang akurat tentang hasil belajar siswa.
2. Mendidik, penilaian harus memberikan sumbangan positif terhadap pencapaian
belajar siswa.
3. Berorientasi pada kompetensi, penilaian harus menilai pencapaian kompetensi
yang dimaksud dalam kurikulum.
4. Adil, penilaian harus adil terhadap semua siswa dengan tidak membedakan latar
belakang sosial-ekonomi, budaya, bahasa dan gender.
5. Terbuka, kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan harus jelas dan
terbuka bagi semua pihak.
6. Berkesinambungan, penilaian dilakukan secara berencana, bertahap dan terus
menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar siswa
sebagai hasil kegiatan belajarnya. (Depdiknas, 2002).

C. Ranah Kognitif, Ranah Afektif dan Ranah Psikomotor sebagai Objek Evaluasi
Hasil Belajar.

1. Ranah Kognitif.

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut
Bloom dalam Sudijono (2003:49) segala upaya yang menyangkut aktifitas otak adalah
termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif terdapat 6 (enam) jenjang proses
berpikir, mulai dari jenjang yang terendah sampai jenjang yang paling tinggi, yaitu : (a)
Pengetahuan (Knowledge), (b) Pemahaman (Comprehension), (c) Penerapan
(Application), (d) Analisis (Analysis. (e) Sintesis (Syntesis), dan (f)
Penilaian/penghargaan (Evaluation). Keenam jenjang berpikir ranah kognitif ini bersifat
kontinum dan everlap (tumpang tindih), dimana ranah yang lebih tinggi meliputi semua
ranah yang ada di bawahnya.

2. Ranah Afektif.

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Beberapa pakar
menyatakan bhwa sukap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah
memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif ditaksonomi menjadi lebih
rinci ke dalam 5 (lima) jenjang, yaitu: (a) Menerima atau memperhatikan
(Receiving/Attending), (b) menanggapi (Responding), (c) menilai (Valuing). (d) menilai
atau menghargai, (e) mengatur (Organization),
3. Ranah Psikomotor.

Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

D. Strategi Penilaian Berbasis Kelas.

Sekalipun tidak selalu sama, namun pada umumnya para pakar dalam bidang
evaluasi/ penilaian pendidikan merinci kegiatan evaluasi hasil belajar ke dalam 6 (enam)
langkah pokok, yakni:

1. Menyusun Rencana Evaluasi Hasil Belajar.

Sebelum evaluasi hasil belajar dilaksanakan, harus disusun lebih dahulu


perencanaannya secara baik dan matang. Perencanaan evaluasi hasil belajar itu umumnya
oleh Sudijono (2003:59) mencakup enam jenis kegiatan, yakni: (a) Merumuskan tujuan
dilaksanakannya evaluasi. (b) menetapkan aspek-aspek yang akan dievaluasi, (c) memilih
dan menentukan teknik yang akan dipergunakan di dalam pelaksanaan evaluasi, (d)
Menyusun alat-alat pengukur dan penilaian hasil belajar peserta didik, (e) Menentukan
tolak ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan pegangan atau patokan dalam
memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi dan (f) Menentukan frekuensi dari
kegiatan evaluasi hasil belajar itu sendiri (kapan dan seberapa kali evaluasi hasil belajar
itu akan dilaksanakan).

2. Menghimpun Data.

Dalam evaluasi hasil belajar, wujud nyata dari kegiatan menghimpun data adalah
melaksanakan pengukuran, misalnya dengan menyelenggarakan tes hasil belajar (apabila
evaluasi hasil belajar itu menggunakan teknik tes), atau melakukan pengamatan,
wawancara, atau angket dengan menggunakan instrumen-instrumen tertentu berupa
rating scale, check list, interview guide, atau questionnaire (apabila evaluasi hasil belajar
menggunakan teknis non tes).
3. Melakukan Verifikasi Data.

Data yang telah berhasil dihimpun harus disaring lebih dahulu sebelum diolah
lebih lanjut. Proses penyaringan itu dikenal dengan istilah penelitian data atau verifikasi
data. Verifikasi data dimaksudkan untuk dapat memisahkan data yang “baik” (yaitu data
yang dapat memperjelas gambaran yang akan diperoleh mengenai diri individu atau
sekelompok individu yang sedang dievaluasi) dari data yang “kurang baik” (yaitu data
yang akan menguburkan gambaran yang akan diperoleh apabila data itu ikut serta
diolah).

4. Mengolah dan Menganalisis Data.

Mengolah dan menganalisis hasil evaluasi dilakukan dengan maksud untuk


memberikan makna terhadap data yang telah berhasil dihimpun dalam kegiatan evaluasi.
Untuk keperluan itu, maka data hasil evaluasi perlu disusun dan diatur sedemikian rupa
sehingga “dapat berbicara”. Dalam menggolah dan menganalisis data hasil evaluasi itu
dapat dipergunakan teknik statistik dan atau teknik non statistik, tergantung kepada jenis
data yang akan diolah atau dianalisis. Dengan analisis statistic misalnya, penyusunan atau
pengaturan dan penyajian data lewat tabel-tabel, grafik, atau diagram, perhitungan-
perhitungan rata-rata, standar deviasi, pengukuran korelasi, uji benda mean, atau uji
benda frekuensi dan sebagainya akan dapat menghasilkan informasi-informasi yang lebih
lengkap dan amat berharga.

5. Memberikan Interpretasi dan Menarik Kesimpulan.

Memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi belajar pada hakikatnya


adalah merupakan verbalisasi dari makna yang terkandung dalam data yang telah
mengalami pengolahan dan penganalisisan itu. Atas dasar interpretasi terhadap data hasil
evaluasi itu pada akhirnya dapat dikemukakan kesimpulan-kesimpulan tertentu.
Kesimpulan-kesimpulan hasil evaluasi itu sudah barang tentu harus mengacu kepada
tujuan dilakukannya evaluasi itu sendiri.
6. Tindak Lanjut Hasil Evaluasi.

Bertitik tolak dari hasil evaluasi yang telah disusun, diatur, diolah, dianalisis dan
disimpulkan sehingga dapat diketahui apa makna yang terkandung di dalamnya, maka
pada akhirnya evaluator akan mengambil keputusan dan merumuskan kebijakan-
kebijakan yang dipandang perlu sebagai tindak lanjut dari kegiatan hasil evaluasi
tersebut. Harus senantiasa diingat bahwa setiap kegiatan evaluasi menuntut adanya tindak
lanjut yang konkrit. Tanpa diikuti oleh tindak lanjut yang konkrit, maka pekerjaan
evaluasi itu hanya akan sampai kepada pernyataan, yang menyatakan bahwa; “saya tahu,
bahwa begini dan itu begitu”. Apabila hal seperti itu terjadi, maka kegiatan evaluasi itu
sebenarnya tidak banyak membawa manfaat bagi evaluator.

E. Pelaksanaan Penilaian Berbasis Kelas dalam Proses Pembelajaran.

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam
interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang
datang dari diri individu maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.

Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan


lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Umumnya
pelaksanaan pembelajaran mencakup 3 (tiga) tahapan yang dalam 3 (tiga) tahapan
tersebut dapat dilakukan penilaian kelas. Tiga tahapan dimaksud, antara lain: (1) Pretest
(tes awal). (2) Proses Pembelajaran. (3) Postest (tes akhir).

Nama : Apriliani Noor Indahsari


Kelas : 5G
NPM : 08430300

Anda mungkin juga menyukai