Anda di halaman 1dari 21

Filsafat

Logika
Oleh
Dr. Wahyu Sasongko, S.H.,
M.Hum.
Pokok bahasan

1. Pendahuluan
1.1 Pengertian Logika
1.2 Signifikansi Logika bagi Hukum

2. Cakupan Logika
2.1 Pengertian (Concept);
2.2 Penalaran (Reasoning);
2.3 Keputusan (Decision).

3. Penutup

Copyrights by Wahyu Sasongko, 2010


Arti Logika

 Setiap orang pd hakikatnya dapat berpikir, yaitu menggunakan pikirannya. Meski


demikian, tidak setiap orang dpt menggunakan logika berpikir yg sistematis dan
benar krn berpikir menurut logika yg benar hrs dipelajari.

 Berpikir menurut logika adalah kunci untuk membuat keputusan dan menyelesaikan
masalah yang rumit (Logic thinking is a key to making decisions and solving
complex problem).

 Aristoteles, adl orang yg pertama mempelajari logika secara sistematis ( the first
systematic study of logic) dlm bukunya Organon berarti alat. Maksudnya, alat untuk
berpikir secara benar.

 Logika: logos (Yunani) berarti kata atau pikiran yg benar. Logika: ilmu berpikir yg
benar (logic is the science of correct reasoning) atau ilmu berkata-kata yg benar;
dlm bhs Arab, disebut ilmu manthiq: ilmu bertutur kata yang benar.

Copyrights by Wahyu Sasongko, 2010


 Logika merupakan ilmu pengetahuan krn berisikan kumpulan dari norma-norma yg
mengarahkan agar berpikir secara teratur atau sistematis.
 Logika adl imu pengetahuan yg bersifat normatif, krn memberikan penilaian atau
ukuran yg benar atau salah. Oleh krn itu, logika tidak hanya memuat teori-teori yg
spekulatif tetapi jg praktis.
 Jadi, logika adl ilmu pengetahuan yg mengatur ttg hukum-hukum akal manusia agar
mampu berpikir yg benar. Obyeknya: mempelajari norma-norma dan cara berpikir
yg benar, kemudian menyampaikannya secara benar.

Naturalis: alamiah, bawaan, kodrat.

Logika Formal: mempelajari prinsip-prisip berpikir utk


mencapai kebenaran
Artifisialis: dg cara ttt.
Material: mempelajari & menilai hasil dr logika
formal dan menguji dg kenyataan
praktis yg sesungguhnya.

Copyrights by Wahyu Sasongko, 2010


 Masih ada yg meragukan peran logika dlm hukum. Padahal, hukum
sejatinya adalah logika (the law is logic) krn hukum disusun secara
sistematis atas dasar kekuatan akal (ratio) shg dpt dipahami atau
diterima oleh orang berakal.

 Selain itu, kekuatan akal jg digunakan utk membangun dan menyusun


alasan, pertimbangan, dan argumentasi hukum (legal argument).

 Menurut hemat penulis, logika diperlukan oleh hukum, krn logika adl
berpikir secara sistematis menurut norma-norma dan cara yg benar
utk mencapai kebenaran. Signifikansinya, sangat bergantung pd
kebutuhan dlm hukum, baik teori maupun praktik.

 Logika mencakup tiga bidang utama, yaitu pengertian, penalaran, dan


keputusan. Berikut ini dibahas masing-masing bidang tersebut.

Copyrights by Wahyu Sasongko, 2010


Pengertian (Concept)

 Pengertian atau konsep, dr kata conceptus (Latin) berarti tangkapan. Bhs Inggris concept adl
pengertian. Jadi, konsep adl hasil dr tangkapan akal manusia. Konsep dinyatakan dlm kata-
kata disebut term (istilah).
 Pengertian adl gambaran ttg sesuatu yg dpt diterima oleh akal sbg hasil dr pengamatan.
Prosesnya melalui pengamatan dg panca indera, dikirim ke otak di dlm otak dg menggunakan
akal atau rasio menimbulkan pengertian atau konsepsi.

obyek

 Konsep jg disebut idea (Latin), yaitu gambaran ttg suatu hal yg terdpt dlm akal manusia.
Melalui akal dpt menyaksikan suatu obyek. Akal menangkap sesuatu dan kemudian
menggambarkan atau menguraikan ke dlm pengertian atau konsep.

obyek

Copyrights by Wahyu Sasongko, 2010


 Menurut Poedjawijatna, pengertian adalah hasil pengetahuan manusia mengenai
aspek atau beberapa aspek realitas.

 Pengertian berisikan konsep yg bersifat umum, utk itu perlu dipertegas dg


membuat: 1. klasifikasi (classification): pengelompokan pengertian berdasarkan: (a)
isi; dan
(b) lingkungan.
2. definisi (definition): pengertian yg lengkap ttg suatu istilah yg mencakup semua
unsur yg menjadi ciri utama.

 Syarat membuat definisi:


a. sifat yg digambarkan jangan berlebihan atau kekurangan;
b. jangan memakai perkataan berulang-ulang yg sama artinya;
c. jangan menggunakan kata-kata negatif atau mengingkari;
d. jangan memakai kata yg terlalu umum.

Copyrights by Wahyu Sasongko, 2010


dikhotomi: pembagian scr dua
Isi kolektif: kumpulan – distributif: terpisah
konkrit: kenyataan riel – abstrak: sifat tanpa subyek
konotatif: indirectly – nonkonotatif: directly
Klasifikasi
singular: berdiri sendiri; tunggal.
lingkungan particular: khusus; sebagian.
universal: umum; seluruh.

biverbal: memberi sinonim


demonstratif: menunjuk suatu obyek
ekstentsif: memberi contoh masing-masing
Definisi deskriptif: menggambarkan sifat-sifatnya
analisis: menguraikan satu per satu
fungsi: menerangkan kegunaan
metaforis: menggunakan perumpamaan
sirkuler: menggunakan kata yg berulang
Copyrights by Wahyu Sasongko, 2010
Macam-macam definisi:
a. biverbal: menerangkan dg memberikan kata sinonim atau persamaan. Mis.
Pengguna narkoba adl pemakai.
b. demonstratif: menerangkan dg menunjukkan suatu obyek. Mis. Terpidana adl si
Polan, orang itu yg dikenakan hukuman.
c. ekstentsif: menerangkan dg contoh masing-masing. Mis. Penegak hukum adl
aparat yg melaksanakan peraturan, umpamanya satpol PP, polisi, jaksa, hakim.
d. deskriptif: menerangkan dg menggambarkan sifat-sifatnya. Mis. Barang adl setiap
benda baik berwujud maupun tak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak
e. fungsi: menerangkan kegunaan dari istilah yg didefinisikan. Mis. Senjata tajam
adl benda tajam yg dpt digunakan utk menusuk dan memotong.
g. analisis: menerangkan dg menguraikan bagian-bagian satu persatu. Mis. Negara
adl organisasi yg memiliki wilayah darat, udara, laut dg batas yg jelas dg
penduduk yg tinggal di situ dan diselenggarakan oleh pemerintah baik pusat
maupun daerah.
h. sirkuler: dg menggunakan kata-kata yg terdpt pd istilah yg akan didefinisikan.
Mis. HAM adl hak-hak asasi pd setiap manusia.

Copyrights by Wahyu Sasongko, 2010


Penalaran

 Penalaran atau pemikiran adl kegiatan akal manusia utk memahami suatu konsep yg
benar yg telah dimiliki dikaitkan dg konsep lain yg benar. Dg demikian, penalaran
adl penggunaan kekuatan akal.

 Penalaran penting bagi hukum, utk penyusunan argumentasi hukum (legal


argumentation), pembentukan atau pembuatan hukum, dan penemuan hukum
(rechtsvinding).

 Argumentasi dr kata argumentum (Latin) berarti pernyataan yg disusun scr


sistematis. Pernyataan (statement) ditinjau scr logika merupakan unsur dasar (the
basic components of logic), krn dlm pernyataan itu ada jalinan dari beberapa
premis. Dlm bhs Latin, premis disebut praemissa yg scr logika diartikan sbg
sesuatu yg dianggap benar. Premis berupa pernyataan, oleh krn itu: statements in
logic must have a clear meaning and either true of false. Mis. Penipuan adalah
perilaku buruk yang dilarang oleh hukum.

Copyrights by Wahyu Sasongko, 2010


 Bentuk-bentuk pernyataan (statements) dlm logika:
1. pernyataan memuat rumusan kata-kata dg makna yg jelas dan benar. Biasanya
menggunakan kalimat positif (positive sentences). In general, questions,
commands, or vague sentences cannot be used as statements in logic.
2. pernyataan yg menyangkal (negation), menolak.
3. pernyataan bersyarat (conditional), terdiri dari dua pernyataan yg berdiri sendiri
yg dihubungkan oleh kata “jika . . . maka . . .” (“if . . . then . . .”). Misal, jika anda
mahasiswa, maka anda harus belajar.

 Dlm bhs Inggris, premise adl a proposition on which reasoning is based (suatu
proposisi dg mana suatu pemikiran didasarkan). Sedangkan, proposition adl usulan
utk pertimbangan (proposal for consideration) dg kata lain proposisi merupakan
alasan atau pendapat utk pertimbangan. Proposisi jg diartikan sbg dalil. Dlm metode
logi ilmu sosial, teori diartikan sbg rangkaian dari konsep, definisi, dan proposisi yg
saling berkaitan dan bertujuan utk memberi gambaran scr sistematis suatu feomena.

 Argumentasi hukum dpt diartikan sbg pemberian alasan hukum. Argumentasi hukum
disusun dg menggunakan kekuatan ratio. Tanpa argumentasi, maka tidak ada
rasionalitas. Dg demikian, argumentasi hk jg berarti penalaran hk (legal reasoning).

Copyrights by Wahyu Sasongko, 2010


 Argumentasi dlm hukum, digunakan sbg alasan atau pertimbangan utk penyusunan:
1. peraturan perundang-undangan, disebut ratio legis: is the reason or purpose for
making a law; atau
2. keputusan hakim, disebut ratio decidendi: is the reason for deciding; the
principles of law on which the court reaches its decision.

 Argumentasi terdiri dr pernyataan yg didukung bukti yg kuat utk menunjukkan bahwa


keputusan yg diambil benar (An argument consist of statements of supporting
evidence organized to show that conclusion is true).

 Meski demikian, argumentasi hukum yg disusun dpt mengalami kesesatan


(misleading) atau kesalahan (fallacy). Hal ini dikarenakan ada kesesatan, kesalahan,
atau kekeliruan penalaran.

 Kesesatan atau kesalahan dlm logika ada beberapa macam a.l.:


1. kesalahan pd kalimat dlm pernyataan yg menggunakan kata-kata yg “salah
kaprah” atau “kelirumologi”.
2. kesalahan krn melakukan proses penalaran, baik secara induksi maupun deduksi.
3. kesalahan krn mengacaukan isi dan lingkungan pengertian atau pengertian yg
bersifat mutlak dan relatif atau terbatas.
Copyrights by Wahyu Sasongko, 2010
 Kesesatan atau kesalahan dlm penalaran hukum atau kesesatan hukum umum
dijumpai, a.l. yaitu:

1. Argumentum ad ignorantiam: argumentasi berdasarkan pada kebodohan dari


pihak lawan tentang pokok masalah yang dipersengketakan (an argument based
on an adversary’s ignorance of the matter in dispute).
2. Argumentum ad verecumdiam: argumentasi berdasarkan pada pendapat dari
orang-orang yang dianggap berwenang.
3. Argumentum ad hominem: menyerang pribadi dan reputasi orang yang tidak ada
hubungan dengan pokok bahasan atau perkara. Pemutarbalikkan argumentasi dg
menyerang pribadinya.
4. Argumentum ad misericordiam: penalaran yang ditujukan untuk menimbulkan
belas kasihan.
5. Argumentum ad baculum: kesesatan karena didasarkan pada ancaman sehingga
membuat atau menimbulkan rasa takut.
6. Argumentum ad populum: argumentasi yang menarik untuk sekelompok orang
atau mencari popularitas.
7. Argumentum ad invidiam: argumentasi yang diambil berdasarkan kebencian atau
prasangka dari seseorang.
Copyrights by Wahyu Sasongko, 2010
8. Argumentum ad captandum: argumentasi yang diambil untuk emosi dari
sekelompok orang.
9. Argumentum ab auctoritate: argumentasi dari pemegang wewenang (authority)
yang dapat berasal dari peraturan.
10. Argumentum ex silentio: argumentasi berdasarkan ketiadaan bukti yang
disampaikan untuk dipertentangkan (the absence of express evidence to the
contrary).
11. Qui nimium probat, nihil probat: pembuktian yg berlebihan, tak ada yg dpt
dibuktikan. Pembuktian yg berlebihan justru tidak membuktikan apapun.
12. Petitio principii: mengandaikan sesuatu yg masih disangsikan kebenarannya.
Kesimpulan berdasarkan premis yg disangsikan kebenarannya.

Copyrights by Wahyu Sasongko, 2010


Keputusan

 Keputusan dlm bhs Latin decisio. Namun, scr logika, keputusan merupakan
pendapat (opinio), pendirian, keyakinan. Dlm bhs Inggris pendapat adl opinion yg
berarti: a belief that is not based on proof; judgment, estimation, evaluation, a
formal expert judgment, professional advice. Dlm logika, opini jg berarti sangkaan
atau dugaan yg masih hrs dibuktikan.

 Sedangkan, keputusan dlm bhs Inggris adl decision berarti a judgment,


determination, yaitu suatu penilaian atau penentuan; scr logika keputusan
merupakan penentuan dari penalaran yg di dlmnya terdpt pernyataan dari konsep-
konsep.

 Dalam hukum, keputusan merupakan penentuan setelah melakukan penalaran,


mempertimbangkan, atau melakukan penilaian terhadap norma-norma hukum dan
fakta atau bukti yg sah. Dg demikian, pengambilan keputusan (reaching decision)
scr logika dilakukan dg metode penalaran hukum (methods of legal reasoning).

Copyrights by Wahyu Sasongko, 2010


 Kinds of legal reasoning method: induction, deduction, and analogy. Reasoning by
induction, deduction and analogy are all methods which are commonly employed in
a variety of contexts.

 Induction is the process of reasoning in which conclusions are based on experience


or observation. The process of inductive reasoning involves making a number of
observations and then proceeding to formulate a principle which will be of general
application. The potential weakness of inductive reasoning: many observations
support the conclusion, there remains the possibility that some other observation
may refute it. So, induction is made a conclusion about situation after observing
results.
Observed patterns: Conclusion
- case 1;
- case 2;
- case 3.

Copyrights by Wahyu Sasongko, 2010


 Deduction is the process of reasoning in which conclusion are based on accepted
premises. These premises are usually definitions, rules, laws, assumptions. The
conclusions are either explicitly or implicitly contained in the premises. The
potential weakness of deductive reasoning is that premises may be false and
reasoning may be invalid.

Accepted premises Conclusion

 The process of reasoning by analogy involves saying that, if a number of different


things are similar to each other in a number of different specific ways, they are, or
should be, similar to each other ways as well. This process may be seen operating
in the doctrine of precedent, which requires that cases with similar facts should be
treated as being similar in law. The problem with reasoning by analogy is to identify
which points need to be similar, and how similar they need to be.

 Analogi scr logika adl persesuaian dr dua macam pengertian, pd satu segi sama,
tetapi di segi yg lain tidak sama pengertiannya. Situasi tsb, di bidang hukum
berpotensi menimbulkan kontradiksi norma. Menurut Kelsen: contradiction can
exist only between two ‘ought’ propositions or two ‘is’ propositions, never between
a norm (‘ought’) and a material fact (‘is’).

Copyrights by Wahyu Sasongko, 2010


 Selain tiga metode legal reasoning di atas, masih ada metode pengambilan
keputusan dlm logika, yaitu silogisme atau syllogismus dlm bhs Latin, Syllogism
dlm bhs Inggris: a form of reasoning consisting of a major premise, a minor
premise and a conclusion. Syllogism represents the classic pattern of legal
reasoning. If A = B; and B = C; then A = C.
It is an offence to exceed the speed limit ..... (a statement of law)
Exceeding the speed limit is what the defendant has done ….. (a statement of fact)
It is an offence to do what the defendant has done ….. (a conclusion)

 Menurut logika, silogisme pengambilan kesimpulan baru dari dua keputusan yg


telah ada. Keputusan pertama disebut premis mayor, keputusan kedua disebut
premis minor. Contoh:
Premise mayor: Siapa pun yg sengaja merencanakan lebih dahulu merampas
nyawa orang lain diancam krn pembunuhan berencana.
Premise minor : Ryan adalah pelaku pembunuhan berdarah dingin yg
selalu
merencanakan setiap melakukan pembunuhan.
Conclusion : Oleh karena itu, maka Ryan harus dihukum krn pembunuhan
berencana.

Copyrights by Wahyu Sasongko, 2010


 Penalaran hukum dlm implementasinya digunakan selain utk penyusunan legal
opinion, juga utk pembentukan dan penemuan hukum.

 Legal opinion pd dasarnya adl pendapat hukum yg dibuat oleh ahli hukum (lawyer)
berkenaan dg masalah hukum ttt dg demikian, LO disusun berdasarkan kedudukan,
posisi, status hukum dari subyek hukum ttt.

 Steps: (1) collects the data and facts; (2) identified the positive law; (3) arrange the
legal reasoning.

 Systematic:
1. Position Case: describing the case of position.
2. Legal Problems: formulating the legal problems.
3. legal Analysis: study of legal sources (the rules, verdict, contract, evidence, etc.)
4. Opinions: stating the legal opinion.
5. Conclusion and Recommendation.
Copyrights by Wahyu Sasongko, 2010
 Penemuan hukum dilakukan utk mencari apa yg menjadi hukum atau norma pada
suatu masalah hukum atau utk menemukan suatu norma atau ketentuan yg tidak
jelas berkenaan dg suatu masalah hukum.

 Penemuan hukum dilakukan dg melakukan legal interpretation atau penafsiran


hukum. Metode penafsiran hukum meliputi:
1. penafsiran semantik/gramatikal;
2. penafsiran historis;
3. penafsiran sistematik;
4. penafsiran teleologis/sosiologis;
5. penafsiran ekstensif;
6. penafsiran restriktif;
7. penafsiran analogis;
8. penafsiran a contrario.

Copyrights by Wahyu Sasongko, 2010


Penutup

 Logika signifikan untuk digunakan dlm hukum.


 Logika bermanfaat dlm pengembangan ilmu hukum,
khususnya dlm melakukan penilaian thd peraturan
perundang-undangan dan keputusan hakim.
 Logika mencakup tiga tahapan, yaitu pengertian, pemikiran,
dan keputusan. Masing-masing tahap saling berkaitan secara
fungsional.
 Logika sangat membantu dalam pembuatan atau
pembentukan hukum dan penemuan hukum melalui
argumentasi hukum, opini hukum, dan penafsiran hukum.
 Metode dalam logika yg dapat digunakan dalam hukum
adalah induksi, deduksi, analogi, dan silogisme.

Copyrights by Wahyu Sasongko, 2010

Anda mungkin juga menyukai