Anda di halaman 1dari 2

Presiden Yang Tersandera

Oleh: Dinoroy Aritonang1

Kemenangan sebesar 60% lebih yang dikantongi SBY dan Boediono dalam pemilu
pilpres 2009 silam tampaknya sia-sia. Kesia-sian tersebut makin terbukti dengan tidak
berdayanya Sang Presiden mengambil keputusan yang sifatnya Sangat strategis dalam hal
penegakan hukum. Sudah banyak bukti yang terungkap akan perlunya reformasi total
terhadap institusi penegakan hukum, namun SBY belum juga mengambil kebijakan yang
radikal untuk mewujudkan hal tersebut. Kebijakan yang diambil hingga saat ini sifatnya
hanya tambal sulam dan lebih bergaya kosmetik.
Sandera Politik
Sudah lebih dari dua bulan dua nama calon ketua KPK disodorkan namun sampai detik
ini proses fit and proper belum juga dilakukan oleh DPR. Selain itu, siapa yang menjadi
Jaksa Agung defintif juga belum jelas juntrunganya.
Banyak wacana yang beredar bahwa SBY masih menunggu waktu yang tepat untuk
menentukan sikap mengenai siapa calon yang terpilih nanti. Presiden tampaknya Sangat
digantung oleh desakan-desakan politis yang muncul disekitarnya yang lebih merupakan
kontestasi dari kepentingan-kepentingan partai politik yang mengusungnya.
Jika waktu yang dipakai untuk mempertimbangkan keputusan tersebut singkat, hal
tersebut tidaklah menjadi soal. Yang mulai menjadi permasalahan dan patut dipertanyakan
secara kritis, mengapa hingga detik ini (dalam waktu yang Sangat lama) Presiden dan DPR
belum juga menunjukkan sikap tegas mengenai hal tersebut. Jelas, bahwa Sang Presiden
tampaknya menjadi sandera akibat kepentingan-kepentingan politis yang berada disekitarnya.
Hal yang amat miris sebenarnya, karena Presiden mempunyai hak dan kewajiban moral untuk
segera meminta DPR agar segera memproses fit and proper test. Apalagi kasus-kasus korupsi
yang tidak jelas ujung tanduknya semakin menggunung.
Disandera Polemik
Hal lain yang menyebabkan SBY seolah-olah tidak dapat bergerak karena kaburnya skala
prioritas SBY dalam penegakan hukum. Hal ini disebabkan oleh kelambaban dan
ketidaktegasan SBY dalam menyelesaikan persoalan-persoalan sebelumnya. Belum lagi
kasus-kasus yang lampau terselesaikan sudah muncul lagi kasus-kasus yang lain. Namun
yang mirisnya, muara kasus tersebut tetap berputar pada kenakalan institusi-institusi
penegakan hukum juga.
Oleh karena itu, wajar saja jika SBY sendiri malah menjadi bingung dengan kebijakan
yang akan diambilnya. Akibatnya, sasaran yang ingin dicapai dalam bidang penegakan
hukum menjadi tidak jelas dan terarah.
SBY semakin disandera oleh berbagai polemik yang semakin menggunung dan
berkepanjangan. Ibarat luka, jika tidak segera mendapatkan perawatan medis yang tepat maka
luka tersebut akan semakin menganga dan menjadi busuk. Sang Presiden, tidak mungkin lagi
hanya bertumpu pada solusi jangka pendek dan berwujud pencitraan saja.
Wajib Campur Tangan
Kasus Gayus Tambunan yang sudah cukup mencoreng wajah penegakan hukum di
Indonesia, kiranya harus menjadi titik tolak kesadaran Presiden. Sudah waktunya campur
tangan yang lebih aktif dan tegas dilakukan. Presiden tidak boleh hanya berdalih dengan
argumen menghormati proses penegakan hukum, karena para penegak hukum dan terdakwa
sendiri ternyata tidaklah taat hukum. Apalagi kedudukan kejaksaan dan kepolisian termasuk
dalam wilayah kewenangan Presiden. Artinya, sebagai kepala pemerintahan Presiden
1
Dosen STIA LAN Bandung, sedang menempuh studi pada Pascasarjana FH UGM.
dinoroy_aritonang@yahoo.com
mempunyai kekuasaan untuk campur tangan dan melakukan pembenahan internal terhadap
kedua lembaga tersebut. Pengabaian terhadap hal ini malah menunjukkan SBY sebagai
pemimpin yang lack of leadership.
Bukti dan kejadian apalagi yang dapat menyadarkan Presiden. Penyimpanan-
peyimpangan hukum yang dilakukan institusi penegak hukum telah menunjukkan adanya
krisis penegakan hukum yang amat parah. Jika hal ini tidak segera ditangani maka sudah
pasti, Presiden dan unsur pemerintahannya tetap akan tersandera terus menerus. Kondisi
tersebut pastinya akan mengganggu kinerja pemerintahan SBY ke depan. Apalagi, secara
moral telah mencoreng wajah pemerintahan SBY. *****

Anda mungkin juga menyukai