A. DESKRIPSI
1. Masalah
Tidak ada masalah, tidak ada ilmu. Pengetahuan ilmiah bertujuan
untuk memecahkan masalah-masalah ilmiah dan Ilmu pengetahuan ilmiah
adalah hasil dari penyelesaian masalah ilmiah. Tidak semua masalah adalah
masalah yang ilmiah. Para filosof dan ilmuwan mengajukan pendapat yang
berbeda-beda dalam menjawab apakah masalah ilmiah itu, dan sampai
sekarang belum ada satu kesepakatan. Bahm mengajukan hipotesis, bahwa
masalah dapat di katakan sebagai masalah ilmiah jika memenuhi 3 syarat,
yaitu
1) Masalah tersebut dapat dikomunikasikan
2) Masalah tersebut dapat dipecahkan dengan sikap ilmiah
3) Masalah tersebut dapat dipecahkan dengan metode ilmiah
2. Sikap Ilmiah
Bahm mengemukakan bahwa sikap ilmiah sekurang-kurangnya sikap
ilmiah harus memenuhi 6 karakteristik yaitu:
1) Rasa keingintahuan
Rasa keingintahuan ini mencakup bagaimana sesuatu ada, apa
hakikatnya, apa fungsinya, dan bagaimana mereka terkait dengan
sesuatu yang lain. Keingintahuan ini mendorong untuk mendorong
untuk menyelidiki lebih lanjut.
2) Spekulatif, untuk menjadi ilmuwan harus mencoba memecahkan
masalah dengan hipotesis-hipotesis yang mungkin akan memberikan
penyelesaian akan masalah tersebut.
3) Kesediaan untuk menjadi objektif, mencakup:
a. Kesediaan untuk mengikuti kemana arah keingintahuan ilmiah
b. Kesediaan untuk dibimbing oleh pengalaman dan pemikiran.
c. Kesediaan untuk menerima data sebagaimana adanya, dan
menghindari bias dalam interpretasi.
d. Kesediaan untuk diubah oleh obyek, penemuan-penemuan ilmiah.
e. Kesediaan untuk menerima kesalahan jika hipotesis yang diajukan
ternyata tidak sesuai. Kesediaan untuk mencari kebenaran juga
termasuk disini.
f. Kesediaan untuk bertahan dan terus mencoba menghadapi masalah
yang rumit.
4) Pikiran yang terbuka
5) Kesediaan untuk menangguhkan keputusan, jika pemahaman dan solusi
yang didapatkan belum tepat untuk masalah yang dihadapi
6) Tentativitas. Terkait dengan waktu, kesimpulan-kesimpulan lama
belum tentu layak dan sesuai untuk keadaan yang baru, maka perlu
adanya penelitian ulang mengenai kesimpulan-kesimpulan yang ada.
3. Metode Ilmiah
Suatu masalah tidak dapat dikatakan sebagai masalah ilmiah jika
tidak dapat dipahami dan dipecahkan dengan menggunakan metode ilmiah.
Bahm berpendapat bahwa hakikat metode ilmiah harus dianggap sebagai
hipotesis untuk penelitian selanjutnya. Masalah metode ilmiah sangat
kontroversial, berkenaan dengan apakah metode ilmiah itu satu atau
banyak. Menurut Bahm, kedua pihak kontroversi ada benarnya, metode
ilmiah satu dan sekaligus banyak. Bahm menjelaskan lebih lanjut:
1) Tiap ilmu mempunyai metode terbaik yang paling cocok untuk
memecahkan masalahnya. Ilmu pengetahuan yang berbeda
mengembangkan metodologi yang berbeda, karena masalah yang
berbeda membutuhkan metode pendekatan yang berbeda pula
2) Tiap masalah-masalah khusus memerlukan metode yang khusus juga
3) Para ilmuan dalam bidang yang sama di era yang berbeda
menggunakan metode yang berbeda karena perbedaan perkembangan
teoretik dan teknologi
4) Dengan perkembangan cepat ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi juga
membutuhkan perkembangan metode-metode baru yang dapat
menyelesaikan masalah yang kompleks dan dinamis
5) Tiap metode ilmiah mempunyai tingkatan, dan setiap tingkat
membutuhkan metode yang berbeda.
5. Kesimpulan Ilmiah
Kesimpulan ilmiah adalah pemahaman pencapaian sebagai hasil dari
menyelesaikan masalah, tujuan dari ilmu pengetahuan. Sebagian besar
ilmuwan mengetahui bahwa kesimpulan atau pernyataan ilmiah masih
belum pasti, jadi kesimpulan ilmiah jangan disikapi secara dogmatis. Jika
disikapi secara dogmatis hakekat ilmu akan menjadi berkurang.
Kesimpulan ilmiah terkait dengan waktu, apa yang menjadi
kesimpulan ilmiah sekarang belum tentu menjadi kesimpulan ilmiah di
masa mendatang. Kesimpulan ilmiah dapat menjadi dasar penelitian ilmiah
selanjutnya. Semakin berkembangnya ilmu-ilmu pengetahuan,
menyebabkan kesimpulan menjadi terbatas penerapannya dalam satu ilmu
tertentu saja.
6. Efek
Ilmu pengetahuan menyebabkan pengaruh-pengaruh yang beragam.
Efek paling besar dirasakan dalam teknologi dan industri, yang disebut ilmu
terapan. Efek lainnya dirasakan dalam masyarakat dan peradaban.
1) Ilmu pengetahuan terapan
Ilmu pengetahuan terapan bisa jadi lebih nyata daripada ilmu
pengetahuan murni, juga dianggap lebih bermanfat. Hal tersebut
dikarenakan:
a. Ilmu pengetahuan terapan terwujud melalui penerapan nyata.
b. Tujuan ilmu pengetahuan bukan hanya pemahaman, juga untuk
meningkatkan kesejahteraan manusia.
c. Orang-orang cenderung menghargai nilai-nilai ilmu pengetahuan
dan tertarik untuk memahaminya karena ia merasakan manfaat
dari pengetahuan tersebut.
d. Dukungan keuangan akan bertambah jika pemerintah dan
perusahaan memperoleh hasil dari penelitian ilmiah.
e. Aplikasi praktis pada ilmu pengetahuan terapan memberikan
kesimpulan yang lebih meyakinkan
2) Pengaruh terhadap masyarakat dan peradaban.
Kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan industri meleburkan
dominasi agama-agama sebagai determinan budaya yang dominan.
Sekarang dunia mengembangkan dan terus mengembangkan negaranya,
sebagai hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan tersebut meliputi sosial, ekonomi, politik, pendidikan dan
kesehatan.
Bahm berpendapat bahwa persolannya bukan pada banyaknya ilmu
dan teknologi yang kita hasilkan, melainkan produksi yang membuat
menjadi tidak seimbang. Diperlukan lebih banyak ilmu pengetahuan dan
teknologi, yang tidak hanya berkembang dalam jumlah bagian
spesialisasi-spesialisasi, tapi juga dalam aksiologi, etika, keagamaan dan
sosiologi.
B. LATAR BELAKANG
“What makes a problem ”scientific”? Are all problems scientific? No. If not,
what then characterizes a problem as scientific? Differing answers to this
question by scientists and philosophers of science are so various that
general agreement seems impossible soon.”
C. TUJUAN
E. KESIMPULAN
Ilmu pengetahuan yang datang dari luar tidak dapat diterapkan langsung
di Indonesia, karena latar belakang budaya yang berbeda. Menurut saya, ilmu
pengetahuan berkembang dipengaruhi budaya setempat, jadi perlu adanya
adaptasi dan modifikasi jika diterapkan di Indonesia. Ilmuwan juga bertugas
untuk melakukan hal tersebut. Namun jika melihat sumber daya manusia di
Indonesia, masih sangat sedikit yang memiliki sikap ilmiah yang mau
melakukan aktivitas ilmiah sampai menghasilkan kesimpulan yang ilmiah.
Oktober 2010
ashfi.raihana@yahoo.com
outshine86@yahoo.com