Anda di halaman 1dari 7

KADER

U
M
D
NA

M enghimpun potensi umat dalam satu keluarga


besar yang sudah lama bercerai berai, harus
EM dengan kerja keras. Pembinaan semestinya
BI dilakukan tahap demi tahap. Bentuk kegiatan
terus menerus. Melalui kegiatan Konservasi.
Melalui kegiatan ini diupayakan mencari, dan
meng- ajak kembali semua tokoh-tokoh dan pemimpin
umat. Terutama terhadap stok lama dari kalangan
keluarga besar seluruh tingkatan. Usaha konservasi
tidak boleh terhenti.
Harus sampai selesai. Agar tidak terjadi proses
pembusukan. Sementara,
terlihat bahwa proses pembusukan ini sering
menggejala pada sebahagian anggota keluarga yang
sempat uzlah atau terbawa hanyut bersama arus
zaman.
Kegiatan konservasi perlu diikuti dengan kegiatan
ReIntegrasi. Upaya yang semula berupa kegiatan
konservasi pasif, mestinya dilanjutkan dengan usaha
re-int egrasi ak tif.
Tujuan menghimpun kembali anggota keluarga
yang sudah berserakan. Pada periode ini akan ada yang
mengeluh. Apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur.
Sepertinya sedang menunggu gong perubahan. Padahal
gong yang dinantikan belum tentu kapan akan
berbunyi.
Belum pula terang, siapa yang akan memukul gong
itu. Karena itu upaya re-integrasi mesti jalan terus.
Usaha ini meliputi tiga bidang re-int egrasi umat,
re-
integras i p emi mpin dan re-int egrasi kad er .

Pe
sa
n-
pe
sa
n
Da
kw
ah
M
o
ha
m
ad
Na
t
sir
249
MM
EMBIN
A
EMBIN
A K
K
ADER
ADER
Re-integrasi umat. Akibat korban
politi k sering paling dirasakan umat
adalah penderitaan kehidupan rohani. Di
samping itu, beban materi kehidupan umat
bertambah berat karena krisis ekonomi
dan moneter. Umat mengalami
kelumpuhan fisik dan moral di mana-mana.
Pada hari penderitaan dan krisis
kehidupan materi pada sebagian kecil
golongan menengah ke atas tidak sangat
dirasakan. Namun, beban penderitaan
kehidupan rohani terasa semakin parah
justru di kalangan menengah ke atas itu.
Usaha untuk membangun potensi
mayoritas umat semakin berat. Ke mana
obat hendak dicari?
Salah satu obat penderitaan rohani
adalah dengan meluruskan niat. Bersedia
kembali kepada tuntunan agama.
Namun perlu diingat bahwa nawaitu
orang yang berpindah perahu, dengan
anggapan perahu yang dahulu sudah
kandas, tentu jauh berbeda dengan
nawaitu yang berpindah dengan masih
terikat memikirkan nasib umat.
Biarlah bertukar lambang asal tidak
bertukar jiwa. Tidak akan bernafas keluar
badan. Tidak pula asal bergayut pada
sembarang kenderaan untuk sampai di
tujuan.
Re-integrasi pemimpin. Pemimpin
umat masih banyak. Yang mulai
langka
adalah pemimpin panutan. Begitu pula
halnya akan ulama. Ulama tidak langka,
tapi yang langka adalah ulama yang
memiliki kharismatik.
Kharisma seorang ulama atau
pemimpin ditentukan oleh satu kata
dengan perbuatan , punya prinsip dan
pendirian hidup. Kemudiannya, selalu
berorientas i kepada kebenaran , dan
sela lu memik irkan nasib umat.
Demikian, di antara pesan Bapak
Mohamad Natsir kepada da’i di medan
dakwah.
2 0Dakwah Kompr eh
5 ensif
MAT UD U
EMBINA
D
AKWAH
EMBINA
MAT
AKWAH

Pemimpin yang diperlukan di setiap


zaman adalah yang mampu melakukan re-
integrasi umat ini. Mampu pula tampil
sebagai konseptor, organisator.
1Sebagai pemimpin, akan memikul beban

pula selaku administrator, yang menjadi


penggerak dan penyandang pikulan.
Setidak-tidaknya pengumpul dana. Dalam
situasi seperti sekarang ini, pemimpin
yang sangat diperlukan adalah pimpinan
kolektif. Bukan pimpinan yang terletak
pada satu tangan. Begitu pesan Bapak
Mohamad Natsir.
Re-integras i kader . Pada setiap
zaman ada rijalnya. Pemain bisa
berganti.
Namun, khittah tidak boleh berobah.2
Mempersiapkan kader sebagai pemain di
pentas
sejarah segera perlu dilakukan melalui
lima garapan.3 Usaha yang mestinya
ditekuni dalam kerangka ini,
adalah;
(1)Mempersiapkan jiwa kader (sejak
dini). (2)Melengkapkan pengalaman
mereka. (3)Mencetuskan cita-cita .
(4)Menggerak kan dinamika
(5)Menghidupkan self disiplin
berlandas-kan iman
dan taqwa. Sungguhpun kerja
sedemikian ini bukanlah kerja
ringan. Karenanya, tidak boleh
dicecerkan.

P
e
s
a
n
-
p
e
s
a
n
D
a
k
w
a
h
M
o
h
a
mad Nat sir251
1
3
C
a
tn
:Disampaikan sewaktu Refreshing Course Muballigh
(Du’at) di Masjid Al-Munawwarah, Kp.Bali, Tanah
Abang, Jakarta, Agustus 1967.
2
Taushiyah Al Khamsah dari Bapak Moha
mad Natsir .
Menggarap lima poin tersebut bukanlah pekerjaan
sambilan, akan tetapi harus dihadapi secara serius
dengan meneyediakan waktu yang cukup memadai.
Untuk mewujudkannya perlu diperhatikan (1). bahwa
para kader sekarang sudah mengecap dan
menguasai berbagai lapangan ilmu pengetahuan
dengan berbagai disiplin ilmu. Namun sekali-kali
tidak boleh ditolerir setiap sikap yang melecehkan
iman dan taqwa. Jangan menghalalkan segala cara.
Serahkan kepada mereka panji-panji perjuangan,
akan tetapi jangan sampai panji-panji itu terinjak oleh
kaki orang yang membawanya. (2). Para kader
sudah mampu mengurai berbagai teori sesuai
dengan disiplin ilmu yang mereka kuasai. Kita perlu
kepada teori, namun yang lebih diperlukan lagi
adalah kemampuan berkecimpung di tengah-tengah
umat, sehingga umat mengaggap bahwa yang
berkecimpung itu adalah anak kandungnya. Mereka
harus memahami denyut jantung masyarakat yang
pada gilirannya, mereka akan berurat di hati
masyarakat itu. Jangan salah memilih kader, karena
yang akan dapat mencetuskan api adalah batu api,
bukan batu apung. Maka di tengah-tengah dinamika
masyarakat tersebut lakukanlah serah terima
antara generasi yang akan pergi dengan generasi
pelanjut. Patah tumbuh hilang barganti. 

Anda mungkin juga menyukai