Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

Membran plasma merupakan batas kehidupan, batas yang memisahkan sel


hidup dengan sekelilingnya yang mati. Lapisan tipis yan luar biasa ini tebalnya kira-
kira 8 nm. Seperti semua membran biologis, membran plasma memiliki
permeabilitas selektif, yakni membran ini memungkinkan beberapa substansi dapat
melintasinya dengan lebih mudah daripada substansi lainnya. (Campbell, dkk.,
2002)
Membran plasma membatasi isi sel dengan lingkungan di sekitarnya.
Membran plasma tersusun atas dua lapisan lemak yang di bagian luarnya diselimuti
lapisan protein. Membran plasma bersifat semipermeabel (selektif permeabel)
sehingga ada zat yang dapat melalui membrane secara spontan dan ada pula yang
tidak.
Zat-zat melewati membran melalui transport pasif atau transport aktif.
Transport pasif terjadi secara spontan dan tidak menggunakan energy sel, misalnya
difusi dan osmosis. Transport aktif adalah transport zat yang terjadi dengan
menggunakan energi dari sel.
Begitu besarnya peranan membran sel terhadap kelangsungan hidup sel
membuat orang tidak pernah puas dan berhenti mempelajarinya. Banyak penemuan
di berbagai bidang yang berhubungan dengan struktur, komposisi, maupun sistem
transpor. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang struktur dan
fungsi membran, serta bagaimana membran seluler mengontrol perlintasan zat-zat,
transport membran dan aplikasinya.
BAB II
ISI

2.1 Struktur Dan Fungsi Membran Sel/ Membran Plasma


Lipid dan protein merupakan bahan penyusun utama membran, walaupun
karbohidrat juga merupakan bahan penting. Membran plasma memiliki struktur
seperti lembaran tipis, yang tersusun atas molekul lipid (lemak) dan protein.
Komponen lemaknya berupa fospolipid rangkap (bilayer fosfolipid), dan komponen
proteinnya berupa glikoprotein. Terdapat dua jenis protein membran yaitu protein
yang terbenam (protein integral), dan protein yang menempel (protein perifer).
Dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Gambar stuktur membran


Akhir-akhir ini, model yang dapat diterima untuk penyusunan molekul-
molekul tersebut dalam membran ialah model mosaik fluida yang dikemukakan
oleh S. J. Singer dan G. Nicholson pada tahun 1972. Teori ini menyatakan bahwa
membrane sel tersusun oleh lapisan protein. Protein tersusun mozaik atau tersebar
dan masing-masing tersisip atau tenggelam diantara lapisan ganda fosfolipid
(bilayer fosfolipid). Molekul protein dan lemak pada membran itu tidak statis,
melainkan senantiasa bergerak. Dapat dibayangkan molekul lemak sebagai “benda
cair” yang di atasnya dan di dalamnya terdapat molekul protein yang “berenang-
renang”. Itulah sebabnya struktur membrane yang demikian disebut sebagai
“membran mosaik cair” (fluid mosaic membrane). Untuk lebih jelasnya, perhatikan
Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Struktur membran model mosaik cair


Membran plasma berfungsi sebagai pembatas antara sel dengan
lingkungannya, mengontrol dan mengendalikan pertukaran zat kedalam dan keluar
sel, karena memiliki sifat selektif permeable, sebagai reseptor rangsang dari luar,
pelindung isi sel dan mempertahankan bentuk sel.
Membran sel merupakan bagian terluar sel dan tersusun secara berlapis-
lapis. Bahan penyusun membran sel yaitu lipoprotein yang merupakan gabungan
antara lemak dan protein. Membran sel mengandung kira-kira 50% lipid dan 50%
protein.
 Lipid
Lipid yang menyusun membran terdiri atas fosfolipid (rantai asam lemak,
gliserol, fosfat, dan alkohol) dan kolesterol. Fosfolipid merupakan lipid yang
jumlahnya paling melimpah dalam sebagian besar membran. Fosfolipid memiliki
bentuk tidak simetris dan berukuran panjang. Fosfolipid mampu membentuk
membran karena struktur molekulernya. Fosfolipid bersifat amfipatik, yaitu
memiliki daerah hidrofobik dan daerah hidrofilik.
Gambar 2.3 Lipid penyusun membran
Irving Langmuir (1917) membuat model membran buatan yang terdiri dari
selapis fosfolipid dengan ekor hidrofobik mengarah ke udara sedangkan kepala
hidrofilik tercelup air. Itu tidak menjawab bagaimana jika sel berada di lingkungan
akuatik, yang mendasari E. Gorter dan F. Grendel (1925) mengemukakan model
bilayer fosfolipid yang tebalnya dua molekul. Bilayer seperti ini dapat menjadi
suatu batas stabil antara dua ruangan aquaeous karena susunan molekulernya
melindungi bagian hidrofobik dan membiarkan bagian hidrofiliknya menyentuh
cairan. Davson dan Danielli (1935) melengkapi model tersebut dengan melapisi
kedua permukaan itu dengan protein hidrofilik. Karena protein membran memiliki
daerah hidrofobik dan hidrofilik juga, maka pada tahun 1972 J. Singer dan G.
Nicolson menunjukkan protein tersebut sebenarnya terdispersi dan secara individual
disisipkan ke daerah bilayer fosfolipid dengan daerah hidrofobik di dalam dan
daerah hidrofilik menghadap cairan.
Gambar 2.4 Fosfolipid
Membran bersifat fluid agar dapat bekerja dengan baik. Disinilah fungsi
kolesterol steroid yang terjepit di antara molekul-molekul fosfolipid dalam
membran plasma hewan membantu menstabilkan membran tersebut. Kolesterol
menghambat penyusunan-rapat fosfolipid, kolesterol juga membantu menurunkan
suhu membran jika suhu disekitar naik. Jika membran membeku permeabilitasnya
berubah, protein enzimatik di dalamnya mungkin menjadi inaktif.
 Protein
Membran merupakan suatu mozaik fluida yang terdiri atas lipid, protein, dan
karbohidrat. Protein menentukan sebagian besar fungsi spesifik membran. Ada dua
protein utama membran yaitu protein integral dan protein periferal. Protein integral
adalah protein transmembran dengan daerah hidrofobik membentang sepanjang
interior hidrofobik membran tersebut. Daerah hidrofobik protein integral terdiri atas
satu atau lebih rentangan asam amino nonpolar, yang biasanya tergulung menjadi
heliks-α. Bagian yang hidrofilik berada pada kedua sisi yang aqueous. Protein
periferal tidak tertanam dalam bilayer lipid melainkan terikat longgar pada
permukaan membran. Seperti pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Protein penyusun membran

 Karbohidrat

Gambar 2.6 Struktur karbohidrat membran

Karbohidrat membran memiliki fungsi untuk mengenali satu jenis sel


tetangga, yang menjadi dasar penolakan terhadap sel asing. Karbohidrat pada
membran biasanya berbentuk oligosakarida. Beberapa oligosakarida secara kovalen
terikat dengan lipid (membentuk glikolipid) dan sebagian besar terikat secara
kovalen dengan protein (membentuk glikoprotein). Molekul dan lokasi yang
beragam pada permukaan sel membuat oligosakarida dapat berfungsi sebagai
penanda yang membedakan sel yang satu dengan yang lainnya.
Sifat dari membran sel ini adalah selektif permiabel artinya adalah dapat
dilalui oleh air dan zat-zat tertentu yang terlarut di dalamnya. Oleh karena itu,
membran sel berfungsi untuk mengontrol dan mengendalikan pertukaran zat
kedalam dan keluar sel. Untuk menunjang fungsinya ini, membran sel memiliki
kemampuan untuk mengenali zat. Zat yang dibutuhkan akan diizinkan masuk,
sedangkan zat yang sudah tidak digunakan berupa sampah akan dibuang. Ada juga
zat tertentu yang dikeluarkan untuk diekspor ke sel lain. Masuknya zat dari luar
melalui membran sel yaitu melalui peristiwa transport pasif dan transport aktif.
2.2 Transport Melalui Membran
Membran sel adalah komponen sel yang sangat penting yaitu menjadi jalan
utama keluar masuknya molekul ataupun ion ke dalam dan ke luar sel. Organisasi
molekuler membran mengakibatkan permeabilitas selektif. Hal ini berarti membran
mengatur molekul dan ion yang bisa keluar dan masuk sel sehingga substansi-
substansi tersebut tidak dapat melintas secara sembarangan. Sel tersebut dapat
mengambil berbagai macam molekul dan ion kecil dan menolak yang lainnya.
Molekul yang dapat melintasi bilayer lipid dengan cepat adalah molekul
kecil, larut dalam lipid, hidrofobik, dan nonpolar. Molekul hidrofobik seperti
hidrokarbon, CO2, dan O2 dapat larut dalam membran dan melintasinya dengan
mudah. Molekul sangat kecil yang polar tetapi tidak bermuatan juga dapat melewati
membran dengan lebih lambat. Contohnya ialah air, urea, gliserol, dan etanol.
Bilayer lipid tidak sangat permeabel terhadap molekul polar tak bermuatan yang
lebih besar seperti glukosa dan sukrosa. Bilayer ini relatif tidak permeabel terhadap
ion, sekalipun ion-ion kecil seperti H+, K+, dan Na+.
Ada dua mekanisme transpor berdasarkan jumlah molekul yang melintasi
membran yaitu uniport (transpor satu molekul) dan co-transport (transpor dua
molekul). Co-transport berdasarkan kedua arah molekul yang ditranspor dibagi
menjadi symport (dua molekul ditranspor dengan arah yang sama), misalnya
glukosa dan Na+, dan antiport (kedua molekul ditranspor dengan arah berlawanan),
misalnya pompa Na-K.
Transpor melalui membran berdasarkan aliran gradien elektrokimia dibagi
menjadi transpor aktif dan transpor pasif. Transpor pasif artinya molekul melewati
membran tanpa melawan gradien konsentrasi dan sel tidak mengeluarkan energi,
misalnya air secara osmosis dan O2 secara difusi. Ada juga mekanisme difusi yang
dipermudah dengan menggunakan protein spesifik atau sering juga disebut transpor
terfasilitasi.  Sedangkan transpor aktif membutuhkan energi karena harus melawan
gradien konsentrasi, misalnya pompa Na dan K.
Transpor aktif dan pasif diperantarai oleh protein carrier yang berikatan
dengan sumber energi. Protein ini akan mengikat senyawa yang akan ditranspor
dengan adanya perubahan pada konformasi protein. Protein carrier membantu
molekul keluar masuk sel dengan mekanisme “ping-pong”. Transpor ini relatif
lambat karena molekul yang masuk ditahan dulu dalam protein carrier yang
memediasi difusi kemudian baru dikeluarkan ke dalam sel.
Selain protein carrier, transpor pasif juga dapat melewati protein channel.
Protein ini tidak mengikat senyawa yang akan ditranspor, berupa lubang hidrofilik
sepanjang lipid bilayer.  Transpor melalui channel lebih cepat daripada melalui
carrier.

Gambar 2.7 Transport molekul melalui membran


A. Transpor Pasif
Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul menuruni gradien
konsentrasinya. Perbedaan konsentrasi molekul yang menyebabkan perpindahan
disebut gradien konsentrasi. Transpor pasif ini bersifat spontan. Difusi, osmosis, dan
difusi terfasilitasi merupakan contoh dari transpor pasif. Difusi terjadi akibat gerak
termal yang meningkatkan entropi atau ketidakteraturan sehingga menyebabkan
campuran yang lebih acak. Difusi merupakan proses perpindahan atau pergerakan
molekul zat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah melalui membran
permeabel. Persyaratan yang harus dimiliki oleh suatu senyawa nonelektrolit agar
dapat berdifusi secara pasif melalui membran yaitu konsentrasi senyawa pada satu
sisi lebih dari sisi lain serta  membran harus permeable terhadap substansi tersebut.
Difusi akan berlanjut selama respirasi seluler yang mengkonsumsi O2 masuk.
Osmosis merupakan difusi pelarut melintasi membran selektif yang arah
perpindahannya ditentukan oleh beda konsentrasi zat terlarut total (dari hipotonis ke
hipertonis). Difusi terfasilitasi juga masih dianggap ke dalam transpor pasif karena
zat terlarut berpindah menurut gradien konsentrasinya. Contoh molekul yang
berpindah dengan transpor pasif ialah air dan glukosa. Transpor pasif air dilakukan
lipid bilayer dan transpor pasif glukosa terfasilitasi transporter. Ion polar berdifusi
dengan bantuan protein transpor.
Difusi melalui membran dapat berlangsung melalui tiga mekanisme, yaitu
difusi sederhana (simple difusion),difusi melalui saluran yang terbentuk oleh protein
transmembran (simple difusion by chanel formed), dan difusi difasilitasi (fasiliated
difusion). (Lihat Gambar 2.8)

Gambar 2.8 Difusi membran


 Difusi Sederhana
Difusi sederhana melalui membran berlangsung karena molekul-molekul
yang berpindah atau bergerak melalui membran bersifat larut dalam lemak (lipid)
sehingga dapat menembus lipid bilayer pada membran secara langsung. Membran
sel permeabel terhadap molekul larut lemak seperti hormon steroid, vitamin A, D,
E, dan K serta bahan-bahan organik yang larut dalam lemak, Selain itu, membran
sel juga sangat permeabel terhadap molekul anorganik seperti O, CO 2, HO, dan
H2O. Beberapa molekul kecil khusus yang terlarut dalam serta ion-ion tertentu,
dapat menembus membran melalui saluran atau chanel. Saluran ini terbentuk dari
protein transmembran, semacam pori dengan diameter tertentu yang memungkinkan
molekul dengan diameter lebih kecil dari diameter pori tersebut dapat melaluinya.
Sementara itu, molekul – molekul berukuran besar seperti asam amino, glukosa, dan
beberapa garam – garam mineral, tidak dapat menembus membran secara langsung,
tetapi memerlukan protein pembawa atau transporter untuk dapat menembus
membran. Proses masuknya molekul besar yang melibatkan transforter dinamakan
difusi difasilitasi.
 Difusi Terfasilitasi
Difusi terfasiltasi (facilitated diffusion) adalah pelaluan zat melalui membran
plasma yang melibatkan protein pembawa atau protein transporter. Protein
transporter tergolong protein transmembran yang memliki tempat perlekatan
terhadap ion atau molekul yang akan ditransfer ke dalam sel. Protein transport
memiliki banyak sifat enzim. Persis seperti enzim yang bersifat spesifik untuk
substratnya, protein transport dispesialisasikan untuk zat terlarut yang diangkutnya
dan bahkan mungkin memiliki tempatbpengikatan spesifik yang bertalian erat
dengan tempat aktif suatu enzim. Setiap molekul atau ion memiliki protein
transforter yang khusus, misalnya untuk pelaluan suatu molekul glukosa diperlukan
protein transporter yang khusus untuk mentransfer glukosa ke dalam sel.
Protein transporter untuk glukosa banyak ditemukan pada sel-sel rangka,
otot jantung, sel-sel lemak dan sel-sel hati, karena sel – sel tersebut selalu
membutuhkan glukosa untuk diubah menjadi energi (lihat Gambar 2.9).

Gambar 2.9 Difusi terfasilitasi


Contohnya pada Bakteri Escherichia coli jika dipindahkan ke medium
laktosa, maka metabolismenya menurun. Salah satu sebabnya ialah membrane
selnya tidak dapat menembus laktosa (impermeabel). Tetapi setelah beberapa menit
laktosa mulai masuk ke dalam sel, karena terbentuknya enzim dalam sel yang
disebut permease. Permease adalah suatu protein membrane sel yang membuatkan
jalan bagi laktosa agar dapat melintasi membrane ganda fosfolipid dan hidropobik
dari membrane sel. Difusi yang tergantung pada suatu organisme transport dari
membrane selseperti permease disebut difusi terbantu.
 Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan atau pergerakan molekul zat pelarut,
dari larutan yang konsentrasi zat pelarutnya (air) tinggi menuju larutan yang
konsentrasi zat pelarutnya rendah melalui selaput atau membran selektif permeabel
atau semi permeabel. Atau dapat diartikan juga perpindahan molekul dari larutan
yang rendah menuju larutan yang tinggi konsentrasinya.
Jika di dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel, jika
dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel ditempatkan dua
larutan glukosa yang terdiri atas air sebagai pelarut dan glukosa sebagai zat terlarut
dengan konsentrasi yang berbeda dan dipisahkan oleh selaput selektif permeabel,
maka air dari larutan yang berkonsentrasi rendah akan bergerak atau berpindah
menuju larutan glukosa yang konsentrasinya tinggi melalui selaput permeabel. Jadi,
pergerakan air berlangsung dari larutan yang konsentrasi airnya tinggi menuju
kelarutan yang konsentrasi airnya rendah melalui selaput selektif permiabel.
Larutan yang konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi dibandingkan dengan
larutan di dalam sel dikatakan sebagai larutan hipertonis sedangkan larutan yang
konsentrasinya sama dengan larutan di dalam sel disebut larutan isotonis. Jika
larutan yang terdapat di luar sel, konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah daripada di
dalam sel dikatakan sebagai larutan hipotonis.

Gambar 2.10 Perpindahan air menembus membrane selektif permeabel


Faktor yang mempengaruhi proses osmosis:
1. konsentrasi air dan zat terlarut yang ada di dalam sel dan luar sel
2. ketebalan membran
3. suhu.
 Efek Osmosis pada Sel Hewan dan Tumbuhan
Apakah yang terjadi jika sel tumbuhan atau hewan, misalnya sel darah
merah ditempatkan dalam suatu tabung yang berisi larutan dengan sifat larutan
yang berbeda-beda? Pada larutan isotonis, sel tumbuhan dan sel darah merah
akan tetap normal bentuknya. Pada larutan hipotonis, sel tumbuhan akan
mengembang dari ukuran normalnya dan mengalami peningkatan tekanan turgor
sehingga sel menjadi keras. Berbeda dengan sel tumbuhan, jika sel hewan/sel
darah merah dimasukkan dalam larutan hipotonis, sel darah merah akan
mengembang dan kemudian pecah /lisis, hal ini karena sel hewan tidak memiliki
dinding sel. Pada larutan hipertonis, sel tumbuhan akan kehilangan tekanan
turgor dan mengalami plasmolisis (lepasnya membran sel dari dinding sel),
sedangkan sel hewan/sel darah merah dalam larutan hipertonis menyebabkan sel
hewan/sel darah merah mengalami krenasi sehingga sel menjadi keriput karena
kehilangan air. (Lihat Gambar 2.11 dan Tabel 2.1).

Gambar 2.11 Osmosis pada sel hewan dan sel tumbuhan


Tabel 2.1 Efek Osmosis pada Sel Hewan dan Sel Tumbuhan
Pembeda Sel tumbuhan Sel hewan
Larutan Hipotonik Turgiditas tinggi Lisis
Larutan Hipertonik Plasmolisis Krenasi
Keterangan:
• Tekanan turgor:tekanan dari dalam vakuola kepada membran plasma dan
dinding sel karena adanya osmosis air ke dalam vakuola.
• Plasmolisis:menciutnya sitoplasma ketika sel berada pada larutan yang
hipertonis.
• Krenasi≈ plasmolisis; krenasi terjadi pada hewan

B. Transpor Aktif
Definisi transport aktif, pertama kali dicetuskan oleh Rosenberg sebagai
sebuah proses yang menyebabkan perpindahan suatu substansi dari sebuah area
yang mempunyai potensial elektrokimiawi lebih rendah menuju ke tempat dengan
potensial yang lebih tinggi. Proses tersebut dikatakan, memerlukan asupan energi
dan suatu mekanisme kopling agar asupan energi dapat digunakan demi
menjalankan proses perpindahan substansi.
Transpor aktif merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak
spontan. Arah perpindahan dari transpor ini melawan gradien konsentrasi. Transpor
aktif membutuhkan bantuan dari beberapa protein. Contoh protein yang terlibat
dalam transpor aktif ialah channel protein dan carrier protein, serta ionofor. Ionofor
merupakan antibiotik yang menginduksi transpor ion melalui membran sel maupun
membran buatan.
Transpor aktif merupakan transpor partikel-partikel melalui membran
semipermeabel yang bergerak melawan gradien konsentrasi yang memerlukan
energi dalam bentuk ATP. Transpor aktif berjalan dari larutan yang memiliki
konsentrasi rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi tinggi, sehingga dapat
tercapai keseimbangan di dalam sel. Adanya muatan listrik di dalam dan luar sel
dapat mempengaruhi proses ini, misalnya ion K+, Na+dan Cl+. Peristiwa transpor
aktif dapat Anda lihat pada peristiwa masuknya glukosa ke dalam sel melewati
membran plasma dengan menggunakan energi yang berasal dari ATP.
Contoh lain terjadi pada darah di dalam tubuh kita, yaitu pengangkutan ion
kalium (K) dan natrium (Na) yang terjadi antara sel darah merah dan cairan
ekstrasel (plasma darah). Kadar ion kalium pada sitoplasma sel darah merah tiga
puluh kali lebih besar daripada cairan plasma darah. Tetapi kadar ion natrium
plasma darah sebelas kali lebih besar daripada di dalam sel darah merah.
Adanya pengangkutan ion bertujuan agar dapat tercapai keseimbangan kadar
ion di dalam sel. Mekanisme transpor ion ini dapat terlihat pada Gambar 2.12
berikut.
Gambar 2.12 Mekanisme Transpor Aktif
Yang termasuk transpor aktif ialah coupled carriers, ATP driven pumps, dan
light driven pumps. Dalam transpor menggunakan coupled carriers dikenal dua
istilah, yaitu simporter dan antiporter. Simporter ialah suatu protein yang
mentransportasikan kedua substrat searah, sedangkan antiporter mentransfer kedua
substrat dengan arah berlawanan. ATP driven pump merupakan suatu siklus transpor
Na+/K+ ATPase. Light driven pump umumnya ditemukan pada sel bakteri.
Mekanisme ini membutuhkan energi cahaya dan contohnya terjadi pada
Bakteriorhodopsin.
1. ATP DRIVEN PUMP
Mekanisme pompa Na-K adalah sebagai berikut:
a. Pengikatan Na+ sitoplasmik dengan protein menstimulasi fosforilasi oleh ATP,
b. Fosforilasi menyebabkan perubahan konformasi protein,
c. Perubahan konformasi mengusir Na+ keluar dan K+ ekstraseluler diikat,
d. Pengikatan K+ memicu pelepasan gugus fosfat,
e. Kehilangan fosfat membentuk kembali konformasi asli,
f. K+ dilepaskan dan tempat Na+ mampu mengikat kembali; siklus berulang
kembali.

Gambar 2.13 Mekanisme pompa Na-K


Pompa proton mentranslokasikan muatan positif dalam bentuk ion hidrogen
dengan menggunakan ATP sebagai penggeraknya. Tegangan dan gradien H +
menggambarkan sumber energi ganda yang dapat digunakan sel untuk
menggerakkan proses lain, seperti penyerapan gula dan nutrien lainnya. Pompa
proton merupakan pompa elektrogenik utama tumbuhan, fungi, dan bakteri.
2. Couple Carrier
Couple carrier adalah sepasang protein yang pengangkutan ion dari suatu
larutan di luar sel ke dalam sel melewati membran. Couple carrier dibagi dua yaitu
symporter (coupled transport  yang melewatkan ion pertama dan kedua pada arah
yang sama) dan antiporters (coupled transport yang melewatkan ion kedua dari arah
berlawanan).
Couple carriers termasuk dalam transport aktif tidak langsung, pada
transport ini menggunakan energi yang dihasilkan dari pompa sodium-potasium.
Molekul-molekul yang masuk atau keluar sel dengan transport tidak langsung selalu
bergerak melewati membran  bersama-sama dengan gerakan ion, maka mekanisme
transpot aktif ini juga disebut cotransport.
Couple carriers terjadi dalam dua pola, symport dan antiport. Pada symport,
substansi yang dicotransport bergerak searah gerakan ion. Diantara metabolit
penting dan ion yang digerakkan secara aktif ke dalam sel dengan symport adalah
gula dan Na++.
Pada antiport, substansi yang di cotransport bergerak dalam arah berlawanan
dengan gerakan ion. Pola ini umumnya terbatas untuk ion.

Gambar 2.14 Couple transport


3. Light Driven Pump
Di dalam membran plasma archea halofilik ekstrem terdapat mekanisme
transpor aktif yang di induksi oleh cahaya. Transpor aktif ini difasilitasi oleh protein
bakteriorhodopsin yang tertanam di dalam membran plasma. Penelitian terakhir
menjelaskan bahwa rhodopsin yang berperan dalam transpor aktif ini juga terdapat
di dalam organisme lain. Termasuk juga pada bakteri yang hidup di permukaan air
laut.
Rhodopsin terbagi dalam dua tipe yang berbeda berdasarkan fungsinya,
rhodopsin yang berfungsi secara visual dan rhodopsin yang berfungsi sebagai
pompa proton yang diinduksi oleh cahaya (bacteriorhodopsin), pompa ion klorida
(Halorhodopsin) dan sensor cahaya (sensory rhodopsin) pada archaea.
Pada mebran sel arkhea, terdapat protein bakteriorhodopsin yang memiliki
fotosistem yang peka cahaya. Pada saat cahaya (yang juga merupakan energi dalam
bentuk elektron) terkumpul dalam fotosistem, maka fotosistem akan memiliki
kelebihan energi. Kondisi ini akan membuat protein rhodopsin akan melepaskan
elektron. Elektron yang dilepaskan ini yang menjadi energi yang dibutuhkan untuk
melakukan transpor aktif intermembran.
C. Bulk Transport
Molekul-molekul besar seperti protein ditranspor dengan eksositosis dan
endositosis. Pada eksositosis, vesikula transpor bermigrasi ke membran plasma,
bergabung dengannya, dan melepaskan kandungannya. Pada endositosis, molekul
besar memasuki sel di dalam vesikula yang dijepit ke dalam dari membran plasma.
Ketiga jenis endositosis ialah fagositosis, pinositosis, dan endositosis yang
diperantarai reseptor.

Gambarb2.15 Transport bulk pada membran

a. Endositosis
Endositosis merupakan peristiwa pembentukan kantong membran sel.
Endositosis terjadi karena ada transfer larutan atau partikel ke dalam sel. Peristiwa
endositosis dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1) Pinositosis
Pinositosis merupakan peristiwa masuknya sejumlah kecil medium kultur
dengan membentuk lekukan-lekukan membran sel. Peristiwa ini dapat terjadi bila
konsentrasi protein dan ion tertentu pada medium sekeliling sel sesuai dengan
konsentrasi di dalam sel. Proses pinositosis dapat diamati dengan mikroskop
elektron.
Sel-sel yang melakukan proses pinositosis ini antara lain sel darah putih,
epitel usus, makrofag hati, dan lain-lain. Tahapan proses pinotosis adalah sebagai
berikut.

Gambar 2.16 Proses pinositosis


Keterangan gambar:
1. Molekul-molekul medium kultur mendekati membran sitoplasma.
2. Molekul-molekul mulai melekat (menempel) pada plasma, hal ini terjadi karena
adanya konsentrasi yang sesuai antara protein dan ion tertentu pada medium
sekeliling sel dengan di dalam sel.
3. Mulai terbentuk invaginasi pada membran sitoplasma.
4. Invaginasi semakin ke dalam sitoplasma.
5. Terbentuk kantong dalam sitoplasma dan saluran pinositik.
6. Kantong mulai lepas dari membran plasma dan membentuk
gelembunggelembung kantong.
7. Gelembung-gelembung kantong mulai mempersiapkan diri untuk melakukan
fragmentasi.
8. Gelembung pecah menjadi gelembung yang lebih kecil.

2) Fagositosis
Fagositosis merupakan peristiwa yang sama seperti pada pinositosis tetapi
terjadi pada benda padat yang ukurannya lebih besar. Fagositosis dapat diamati
dengan mikroskop misalnya yang terjadi pada Amoeba. Tahap-tahap fagositosis
dapat terlihat pada Gambar 2.17.

Gambar 2.17 Proses fagositosis


Keterangan gambar:
1. Sebuah sel Amoeba mendekati sel Paramaecium.
2. Amoeba membentuk kaki semu (pseudopodia) dan semakin mendekati
Paramaecium.
3. Amoeba mengurung sel Paramaecium dengan kaki semu dan memasukkannya ke
dalam vakuola makanan.
4. Lisosom pada Amoeba mulai bergabung (fusi) dengan vakuola makanan untuk
mengeluarkan enzim pencernaan.

b. Eksositosis
Eksositosis adalah proses keluarnya suatu zat ke luar sel. Proses ini dapat
Anda lihat pada proses kimia yang terjadi dalam tubuh kita, misalnya proses
pengeluaran hormon tertentu. Semua proses sekresi dalam tubuh merupakan proses
eksositosis. Sel-sel yang mengeluarkan protein akan berkumpul di dalam badan
golgi. Kantong yang berisi protein akan bergerak ke arah permukaan sel untuk
mengosongkan isinya.
2.3 Aplikasi
Begitu besarnya peranan membran sel terhadap kelangsungan hidup sel
membuat orang tidak pernah puas dan berhenti mempelajarinya. Banyak penemuan
di berbagai bidang yang berhubungan dengan struktur, komposisi, maupun sistem
transpor.
Salah satu penelitian menunjukkan batu-batu sistein di ginjal terbentuk
karena ketidakmampuan seseorang untuk mentranspor asam-asam amino termasuk
sistein dari urin atau darah. Penyakit ini disebut cystuaria. Masih di bidang
kesehatan, kelebihan kadar kolesterol di membranlah yang membuat transpor ke
dalam sel menjadi terganggu.
Semua sistem pemupukan dan irigasi juga harus memperhatikan betul-betul
mengenai sistem transpor agar mendapatkan hasil yang maksimal.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Membran plasma atau membrane sel memiliki struktur seperti lembaran tipis, yang
tersusun atas molekul lipid (lemak) dan protein. Komponen lemaknya berupa
fospolipid rangkap (bilayer fosfolipid), dan komponen proteinnya berupa
glikoprotein.

2. Membran plasma berfungsi sebagai pembatas antara sel dengan lingkungannya,


mengontrol dan mengendalikan pertukaran zat kedalam dan keluar sel, karena
memiliki sifat selektif permeable, sebagai reseptor rangsang dari luar, pelindung isi
sel dan mempertahankan bentuk sel.
3. Transpor melalui membran dibedakan atas: transport pasif tanpa bantuan energi dari
sel dan transport aktif dengan menggunakan energi dalam bentuk ATP.
4. Difusi adalah perpindahan molekul atau zat dari larutan yang konsentrasinya tinggi
ke larutan yang konsentrasinya rendah melalui membrane permeable.
5. Faktor yang mempengaruhi laju difusi adalah permeabilitas membrane, perbedaan
konsentrasi, potensial listrik, dan perbedaan tekanan.
6. Osmosis adalah perpindahan molekul atau zat dari larutan yang rendah menuju
larutan yang tinggi konsentrasinya melalui membrane semi permeable atau
membrane selektif permeabel.
7. Faktor yang mempengaruhi laju osmosis: konsentrasi air dan zat terlarut yang ada di
dalam sel dan luar sel, ketebalan membrane, dan suhu.
8. Efek osmosis pada sel tumbuhan dan hewan adalah plasmolisis dan turgiditas tinggi
pada sel tumbuhan, serta lisis, dan krenasi pada sel hewan.
9. Transpor aktif membutuhkan energi karena harus melawan gradien konsentrasi,
misalnya pompa Na dan K. Yang termasuk transpor aktif ialah coupled carriers,
ATP driven pumps, dan light driven pumps.
10. Untuk mentranspor molekul- molekul besar ada 2 mekanisme: endositosis dan
eksositosis.
11. Contoh aplikasi dari transport membran: kelebihan kadar kolesterol di membranlah
yang membuat transpor ke dalam sel menjadi terganggu.
Daftar Pustaka

Anonim (2009) tersedia:


http://gurumuda.com/bse/transpor-molekul-melalui-membran
Anonim (2010) tersedia:
http://doctorology.net/?p=31
Campbell, N. A. (1993). Biology, fifth edition. Benjamin Cummings Publishing
Company, Inc., Red-wood City.
http://www.google.co.id/imglanding?
q=mekanisme+transpor+aktif&um=1&hl=id&client=firefox-
a&sa=X&rls=org.mozilla
http://www.wikipedia.com

Nazar (2009) teredia:


http://nazar-greenblog.blogspot.com/2009_11_01_archive.html
Pratiwi, dkk. (2004) Buku Penuntun Biologi SMA. Erlangga: Jakarta hal. 10-11.
Syamsuri, I. dkk. (2000) Biologi. Erlangga: Jakarta hal. 6-29.

Anda mungkin juga menyukai