TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Trombositopenia
Darah merupakan salah satu bagian yang terpenting dari tubuh manusia.
Darah merupakan sarana transportasi dari berbagai zat dan nutrisi yang
dibutuhkan oleh setiap organ yang berada di dalam tubuh. Darah sendiri terdiri
dari beberapa bagian, yaitu eritrosit, leukosit, dan platelets (trombositopenia) yang
termasuk bagian padat darah dan serum yang merupakan bagian cair dari darah.
Kali ini akan dibahas lebih detail mengenai keping darah atau platelets atau
trombosit yang sangat berpengaruh terhadap proses pembekuan darah.
Ketika seseorang mengalami luka, maka akan terjadi mekanisme
pembekuan darah atau hemostadid. Hemostasis sendiri merupakan proses
pencegahan hilangnya atau keluarnya darah dari tubuh. Pada mekanismenya,
hemostasis memiliki empat tahap, yaitu konstriksi pembuluh darah, pembentukan
platelets (trombosit), pembentukan gumpalan darah sebagai hasil dari pembekuan,
dang pertumbuhan secara bartahap jaringan fibrosa untuk menutup luka secara
permanen.1
gambar 2.1: Pemantauan terhadap noda perifer pada immune thrombocytopenic purpura (ITP)
seringkali menunjukkan platelets raksasa. Platelet ini menunjukkan peningkatan kumpulan
mekaryotik pada sumsusm tulang. (1)
2
Pembekuan darah termasuk proses yang penting dan termasuk pertahanan
tubuh terhadap ruptur. Meski begitu, cukup banyak kondisi yang menyebabkan
pendarahan yang cukup parah. Beberapa penyebabnya antara lain kekurangan
vitamin K, hemofilia (A dan B), dan trombositopenia (berkurangnya kadar
trombosit pada darah). Kali ini akan dijelaskan lebih detail mengenai
trombositopenia.
2.1.1. Gejala
Seperti sudah dijelaskan, trombositopenia merupakan keadaan dimana
jumlah keping darah atau trombosit sangat rendah. Kondisi normal jumlah
platelets dalam darah adalah sekitar 150 x 10 9/L sampai 450 x 109/L. Apabila
jumlah trombosit menurun dari rentang tersebut, biasanya dibawah 100 x 109/L
maka seseorang dikatakan menderita trombositopenia.
Keadaan fisik seorang penderita trombositopenia biasanya dilihat dari
warna kulitnya. Pada penderita trombositopenia akan muncul petechiae atau
purpura. Petechiae merupakan bercak-bercak kecil berwarna keunguan yang
muncul dipermukaan kulit maupun mucous. Sementara purpura adalah perubahan
warna menjadi merah atau ungu gelap didaerah kulit yang cukup luas.2
Meski begitu, tak semua penderita trombositopenia dapat merasakan
gejalanya seketika itu juga. Beberapa gejala tombositopenia lain dapat diamati
melalui beberapa perubahan kondisi tubuh. Contoh perubahan-perubahan tersebut
adalah munculnya lecet-lecet dan kulit tampak lebam, darah sukar membeku,
pendarahan dari mulut dan hidung. Pada kondisi yang sangat parah, pendarahan
dapat menyebabkan takikardia, sesak napas, kehilangan kesadaran, dan kematian.3
3
2.1.2. Faktor Penyebab
Berdasarkan penyebab terjadinya trombositopenia dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kategori besar. Tiga kategori tersebut adalah:
1. Trombositopenia akibat gangguan produksi
2. Trombositopenia akibat kerusakan trombosit
3. Trombositopenia akibat gangguan distribusi trombosit
4
melibatkan interaksi dari platelet antigen dengan obat-obatan antibodi. Reaksi
morphine melibatkan aktivasi dari complement.
Antibodi yang berasal dari autoimmune maupun isoimmune dapat
meningkatkan kerusakan platelets. Sebagai contoh dari trombositopenia
autoimmune adalah neonatal autoimmune thrombocytopenia. Kondisi ini muncul
pada anak yang baru lahir dari seorang ibu penderita immune trhombocytopenia
kronis. Sementara contoh dari isoimmune trombositopenia adalah postranfussion
purpura dan isoimmune neonatal thrombocytopenia. Postranfussion purpura
merupakan janis yang cukup jarang dari isoimmune thrombocytopenia.4