Anda di halaman 1dari 6

BAB1

PENDAHULUAN

Diera sekarang ini bisa dikatakan era globalisasi, sebagaimana dikatakan


oleh Elpin Topler, bahwa globalisasi itu penyempitan dunia. Maksudnya
dunia ini seakan-akan sempit dengan kecanggihan teknologi, sehingga tidak
ada jarak pemisah antara satu dareah dengan daerah yang lain. Akhirnya
budaya-budaya luar masuk.

Dengan saling masuknya budaya, sehingga terjadi kulturasi budaya,


memang hal seperti ini telah menjadi kebiasaan yang tidak bisa dihindari.
Tetapi, yang sangat berbahaya, ketika budaya luar sangat sifatnya buruk
bahkan dapat menghancurkan kepribadian manusia khususnya umat islam,
baik dari akhlaknya maupun kesucian dirinya yang semestinya perlu dijaga.
Suatu contoh, ketikawesternisasi. Merajarela, maka gampang sekali
pengaruhnya terhadap umat islam. Sehingga tidak sedikit umat islam yang
lupa diri, lupa tujuan hidup dan sabagainya.

Padahal, yakin setiap manusia itu memiliki cita-cita ingin mendapatkan


kebahagiaan. Yang jadi masalah, seseorang ingin bahagia tetapi jalan yang
ditempuhnya salah, sehingga yang timbul bukanlah kebahagiaan justru
kecelakaan, sebagaimana penyair berkata= ( MUhamad nawaws umar nulis
arab

“ Manusia mengharapkan keselamatan tetapi tidak menempuh jalannya,


sesungguhnya kapal tidak akan berjalan ditempat yang kering”.
Berawal dari itu, disamping untuk memenuhi tugas mata kuliah akhlak
tasauf, penyusun tertarik ingin membuat sebuah makalah dengan judul
Aliran-Aliran Tasauf.

Harapan kami semoga dengan mempelajari makalah ini menjadi subangsih


atau investasi untuk berusaha mencucikan diri sehingga bisa takorrub
kepada Allah sebagaimana tujuan pokok Tasauf. Khususnya bagi penyusun
umumnya bagi pembaca, karena didalam makalah ini, nanti akan di bahas
bagaimana paham-paham tasauf dari beberapa tokoh. Dimana mereka
berargumen sedemikian rupa untuk mencapai kebahagiaan, ketentraman
baik didunia maupun di akhirat sebagai U,,,,,,, dari ridho Allah.
BAB 11

PEMBAHASAN

ALIRAN-ALIRAN TASAUF

Benih-benih tasauf sudah ada sejak dalam kehidupan Rasululloh SAW,


kemudian para sahabat, TAbiin dan tasauf msa demi masa terus
berkembang, sehingga pada abad ke-3 mulai terpecah menjadi aliran, yaitu
Aliran Sufi Ssunmi dan aliran sufi Falsafi,,,,,

Kemudian, apabila dilihat dari aspek materi kajian dan proses


pencapaian sasaran antara Tasauf Sunni dapat dibedakan kepada tasauf
Akhlaki dan tasauf amali.,,,,,,,,,,,,,

Antara adalah terciptanya komunikasi langsung antara sufi dengan tuhan


salam posisi seakan tidak ada jarak lagi, antara kedunya). Lihat pula
Prof.H.A.Rivay siregar, Tasauf, Rajawali pers, Jakarta 2000,h 55)

Sementara itu ada yang dikatakan tasauf irfani, dimana tingkat


keikhlasannya lebih tinggi lagi, sehingga menetapkan apa yang pernah
dilakukan kalau penyusun perhatikan bahwa para ahli ilmu tasauf
mengspesifikasikan Aliran ini ada yang dari tasauf sunni dan ada yang dari
tasauf falsafi.

Begitu juga di Indonesia ada seorang ulama yang bernama Haji Abdul
malaik karim Amirulloh (HAMKA), Beliau juga merupakan seorang tokoh
tasauf, yang dikenal dengan sebutan tasauf modern. Dimana beliau
cenderung melihat dunia dan segala perangkatnya menjadi sarana yang
perlu untuk mencapai kebahagiaan.

A. TASAUF SUNNI

Aliran Sufi Sunni cenderung menyorot tasauf dari sudut moral dan amal
syariat yang didasarkan pada Al-Qur’an dan sunnah…. Dinamakan aliran ini,
barangkali karena ortodoksi dan kesederhanaan berpikir kelompok ini, maka
kehadirannya dapat diterima oleh umumnya Ulama Ahlus sunnah…

1. Tasauf Akhlaki

Tasauf Ahlaki merupakan gabungan antara ilmu tasauf dan ilmu


akhlak. Akhlak erat hubungannya dengan prilaku dan kegiatan
manusia dalam interaksi social pada lingkungan tempat
tinggalnya. Tasauf akhlaki dapat terrealisasi secara utuh jika
pengetahuan tasauf dan ibadah kepada Allah dibuktikan dalam
kehidupan social. Diantara tokoh-tokoh tasauf akhlaki yaitu
Hasan Al-Basri Almuhasibi, Al-Qusayiri, Al-Gozali, Amaniri dan Al-
palembani

a. Hasan Al-Basri

Abu Said Al-Hasan bin yasar adalah nama lengkap dari Hasan Al-
Basri. (Madinah,642 – Basra,728). Dia dibesarkan dalam asuhan
ali bin abi thalib dan banyak belajar tentang kerohanian darinya
dan dari huzaifah bin yaman.HAsan Al-basri mashur dengan
kejuhudannya yang berlandasan khauf (takut kepada kemurkaan
Allah SWT), dan raja (mengharapkan rahmat Allah SWT). Yang
dimaksud dengan khauf adalah takut terjerumus pada
kemaksiatan yang akan mendapat kemurkaan dari allah swt.
Khauf harus diiringi dengan raja, yakni senantiasa mengharap
karunia allah swt. Oleh sebab itu Al-Basri mengatakan “Jahuilah
dunia ini, karena ia sebenarnya serupa dengan ular, licin pada
perasaan tangan, tetapi racunnya mematikan (h.82) ( Lihat juga
akhlak tasauf, DR.Rosihon Anwar, pustaka setia, Bandung,
h.177_

b. Al-Muhasabi

Nama lengkapnya Abu Abdillah Al-Harits bin Asad Al-Muhasabi.


(BAshrah 165/781,w 243 H/857M), Al Muhasabi merupakan figure
sufi yang dikenal senantiasa manjaga dalam mawas diri
terhadap perbuatan dosa. Ia juga sering kalai mengintrosfeksi
diri menurut amal yang dilakukannya.

Beliau juga menjadikan posisi penting terhadap khauf dan


raja, karena hal ini berperan dalam membersihkan jiwa. Letika
disifati dengan dua sifat diatas, seseorang secara bersamaan
disifati pula dengan sifat-sifat yang lainnya. Menurutnya, pangkal
wara adalah ketakwaan. Pangkal ketakwaan adalah inofasi diri
(muhasabat an-nafs), pangkal muhasabatun an-nafs adalah
khauf dan raja pangkal khauf dan raja adalah pengetahuan
tentang janji dan ancaman allah, sedangkan pangkal
pengetahuan keduanya adalah renungan.

Menurutnya, khauf dan raja dapat dilakukan dengan


sempurna hanya dengan berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan
Assunah.
Beliau juga menjelaskan tentang tahapan ma’rifat

Anda mungkin juga menyukai