Terdapat bukti bahwa jenis diet karbohidrat yang dikonsumsi berpengaruhi pada
berbedanya de novo lipogenesis. Fruktosa misalnya, diketahui memiliki efek yang sangat tinggi
pada de novo lipogenesis daripada glukosa, pada tikus percobaan dan manusia walaupun dalam
jangka waktu yang pendek. Fruktosa lebih cepat dimanfaatkan liver, yang dapat menghindari
pembatasan 6-atau1-fosfofruktokinase pada glikolisis yang dapat membatasi metabolisme
glukosa.
Hasil percobaan menunjukkan asupan berlebih dari glukosa maupun sukrosa selama 96 jam
meningkatkan de novo lipogenesis, sama dengan perlakuan kontrol. Data sebelumnya
menunjukan subyak de novo lipogenesis (2 wanita kurus dengan 1 wanita gemuk) dengan asupan
berlebih sekitar 23% fruktosa tidak berbeda jauh dengan hasil pengukuran pada pemberian
glukosa dan sukrosa. Sebagai tambahan, tidak terdapat perbedaan keseimbangan lemak yang
diukur secara terus menerus selama 96 jam menggunakan kalorometri dari subyek dengan
asupan berlebih dengan kandungan uatama salah satu dari sukrosa, fruktosa, glukosa atau lemak.
De novo lipogenesis lebih tinggi pada wanita yang obesitas dibandingkan dengan wanita kurus.
Perbedaaan kemudian hilang setelah diberikan asupan berlebih (50%). Subyek dengan aktivitas
de novo lipogenesis tinggi pada perlakuan kontrol sama dengan subyek dengan aktivitas
lipogenesis tinggi pada perlakuan asupan berlebih, demikian pula kebalikannya. Dari data
tersebut menunjukkan bukti, bahwa beberapa subyek memiliki faktor intrinsik lebih tinggi,
mungkin faktor genetik, yang mampu melakukan de novo lipogenesis dalam keadaan diet
tertentu. De novo lipogenesis berkorelasi posistif dengan berat badan, namun tidak ada hubungan
antara de novo lipogenesis dan 2 gross indexes of body composition, BMI and %BF pada
penelitian ini. Namun pada penelitian sebelumnya, terdapat korelasi negatif antara berat lemak
bebas dengan de novo lipogenesis pada pasien yang sedang sakit.