R. Cabang
K’ = [A-][H+]/[HA]
[H+] = K’ x [HA]/[A-]
BUFFER
- Buffer atau larutan penyangga yang bersifat mempertahankan pH
dalam cairan sel.
- Buffer biologi yang penting adalah Fosfat dan Bikarbonat
• Cairan intraseluler dan ekstraseluler semua organisme mempunyai
pH dan konstanta yang khas
• Pertahanan perubahan pH diatur oleh sistem buffer
• Sistem buffer fosfat dalam cairan intraseluler, terdiri dari pasangan
asam konyugat H2PO4 (donor proton), HPO4- (aseptor proton)
• H2PO4- H+ + HPO42-
donor aseptor
proton proton
• Sistem buffer fosfat berfungsi sama buffer asetat
• Sistem buffer fosfat mempunyai efektivitas maksimum dekat pH
6,86 karena pK” H2PO4- adalah 6,86.
• Pasangan buffer fosfat H2PO4- - HPO42- cendrung menahan
perubahan pH pada kisaran antara 6,1 dan 7,7, sehingga buffer
fosfat efektif dalam cairan intraseluler yang pHnya berada dikisaran
pH 6,9 – 7,4.
• Sistem buffer bikarbonat berperan penting dalam plasma darah
dengan reaksi:
H2CO3 H+ + HCO3-
donor proton aseptor proton
• Tetapan kesetimbangannya:
• K’ = [H+][HCO3-]/[H2CO3]
• Asam bikarbonat dibentuk dari:
• CO2(d) + H2O H2CO3
• K’ = [H2CO3]/[CO2][H2O]
• CO2 adlah gas pada kondisi normal,
• CO2 terlarut adalah hasil kesetimbngan dengan CO2 dari fase
gas, seperti berikut
• CO2 (g) CO2(d)
• K’ = [CO2(d)]/[CO2(g)]
• Konsentrasi H2CO3tergantung pada [CO2] terlarut
• Sistem buffer bikarbonat adalah buffer fisiologi yang efektif
didekat pH 7,4 karena H2CO3 sebagai donor proton di dalam
plasma darah & berada dalam kesetimbangan
PENCERNAAN
• Bagian-bagian yang berperan dalam
percernaan:
• 2). Pembentukan ATP dari ADP dan fosfat, yang memerlukan input
• energi bebas:
• fofsfofruktokinase
• Dihidroksi Aseton P ADP
• Aldolase
• Triosafosfat isomerase Fruktosa 1,6 diP
• Gliseraldehida 3P
• NAD+Pi
•
•
fosfogliseratkinase
• COO- COO- COO-
• fosfogliseromutase enolase
• ADP
• piruvat kinase
• ATP
•
• COO- COO -
• C=O C—OH
• CH3 CH 2
• maltase
• Maltosa + H2O D-glukosa + D-glukosa
• sukrase
• Sukrosa + H2O D-fruktosa + D-glukosa
• 5. Fermentasi Alkohol berbeda dari Glikolisis
• Hanya Di dalam Tahap-Tahap Akhir
4x
Jumlah 3x Pening
substrat katan
yg konsen
ditransf 2x trasi
ormasi enzim
1x
waktu reaksi
• Pada gambar terlihat :
• Bahwa banyaknya substrat ditransformasikan sesuai dg
tingginya konsentrasi enzim yg digunakan
• Jika konsentrasi enzim yg digunakan tetap, sedangkan
konsentrasi substrat dinaikkan ,maka didpt adalah spt
gambar berikut
• kecepatan maksimum (V)
• Kinetik Zero-order (fase II)
•
• campuran Kinetik”zero’ dr First-order
• V/2
• Kec. Rx
•
• Km
• Konsentrasi Substrat
Kemiringan =
Km/Vmaks
• 1/v
• 1/Vmaks
•
-1/Km 1/[S]
•
• Gambar 2. Grafik Lineweaver-Burk dari 1/V versus 1/[S}
• 5. Stabilisasi Enzim
• a. Pengaruh Suhu
• Stabilitas enzim dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya adalah waktu penyimpanan, suhu, pH dan
senyawa-senyawa yang dapat menginaktifkan enzim,
misalnya protease, dan penyebab denaturasi lainnya.
• Reaksi katalisis enzim, seperti halnya reaksi kimia yang
lain dipengaruhi oleh suhu.
• Jika suhu meningkat, maka laju reaksi juga akan
meningkat,tetapi enzim adalah protein, maka semakin
tinggi suhu mengakibatkan proses inaktivasi enzim juga
semakin meningkat.
• Pada kondisi normal struktur aktif enzim dijaga oleh
keseimbangan kekuatan non-kovalen yang berlainan,
seperti ikatan hidrogen, hidrofobik, ionik dan Van der
Walls, dengan naiknya suhu, semua kekuatan tersebut
menurun dan molekul protein enzim terbuka.
• (b) denaturasi termis
suhu
optimum
(a x b)
• kec.reaksi (a) bertambahnya
• kecepatan
•
• Suhu
• Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi yang dikatalis oleh enzim
• a. bertambahnya kecepatan reaksi sebagai fungsi dari suhu
• b. berkurangnya kecepatan reaksi sebagaimana fungsi denaturasi termis enzim protein
• Daerah yang bergaris menunjukkan daerah kombinasi a x b
• b. Pengaruh pH
• Enzim mempunyai aktivitas maksimum
pada kisaran pH yang disebut pH
optimum, yang umumnya antara pH 4,5-
8,0.
• Di sekitar pH optimum enzim mempunyai
stabilitas yang tinggi. Tabel berikut
mempunyai menunjukkan pH optimum
dari beberapa enzim.
• Gambar Pengaruh pH terhadap kecepatan reaksi yang dikatalis
oleh enzim
• pH Optimum
• kec. reaksi
• pH
• Pengaruh pH terhadap kecepatan reaksi.
• Perhatikan adanya titik pH optimum
• Nilai pH optimum beberapa enzim
Enzim pH optimum
pepsin 1,5
tripsin 7,7
katalase 7,6
arginase 9,7
fumarase 7,8
ribonuklease 7,8
• Stabilitas enzim terhadap panas berhubungan erat
dengan stabilitasnya terhadap pH.
• Sering stabilitas terhadap panas tidak pada pH optimum
tetapi pada pH isoelektrik dari enzim.
• Bila pH di bawah atau di atas pH optimum,atau semakin
jauh dari pH optimum, enzim semakin tidak stabil dan
semakin tinggi suhu maka stabilitasnya semakin
menurun.
• Umumnya enzim bersifat amfolitik, yang berarti enzim
mempunyai konstanta disosiasi pada gugus asam
maupun gugus basanya terutama pada gugus residu
terminal karboksil dan gugus terminal aminonya.
• Diperkirakan perubahan keaktifan enzim akibat
perubahan pH lingkungan disebabkan oleh terjadinya
perubahan ionisasi pada gugus ionik enzim, pada sisi
aktifnya atau sisi lain yang secara tidak langsung
mempengaruhi sisi aktif.
• Gugus ionik berperan dalam menjaga
konformasi sisi aktif dalam mengikat substrat
dan dalam mengubah substrat menjadi produk.
• Stabilitas enzim terhadap pH bergantung pada
beberapa faktor, di antaranya suhu, kekuatan
ion, komposisi kimia buffer yang digunakan,
konsentrasi beberapa komponen yang
mempengaruhi
• misalnya sulfuhidril, konsentrasi ion logam
kontaminan, konsentrasi substrat atau kofaktor,
dan konsentrasi enzim.
• c. Penggunaan Aditif
• Cara untuk mempertahankan stabilitas enzim adalah
dengan melakukan penambahan aditif, di samping itu
dapat pula diterapkan teknik imobilisasi, modifikasi kimia
dan rekayasa molekuler.
• Enzim dalam bentuk kering lebih stabil dibanding dalam
bentuk larutan,
• Enzim dalam bentuk cair membutuhkan bahan penstabil
untuk mempertahankan stabilitas aktivitasnya
• Bahan penstabil juga untuk mencegah kerusakan akibat
serangan mikroba.
• Bahan penstabil yang ditambahkan dapat tunggal atau
bentuk campuran.
• Pemilihan pemakaian aditif didasarkan pada pendekatan
empiris, karena belum ada hipotesis yaang mendukung
mekanisme stabilitas enzim oleh aditif.
• Wiseman (1978) menggolongkan aditif menjadi
enam kelompok, yaitu:
• 1). Substrat atau koenzim,
• 2). ion logam,
• 3).garam dan anion,
• 4). polimer,
• 5). gula (sukroas dan laktosa) dan glikol alkohol
polihidrat atau poliol (gliserol, sorbitol), serta
• 6).aditif lainnya.
• Pelarut-pelarut organik sering mempunyai efek
stabilitas pada konsentrasi rendah tetapi pada
konsentrasi tinggi mempunyai efek denaturasi
yang sangat kuat.
• 6. Penghambatan Reaksi Enzim
• COOH CH2 CH
• Asam malonat
• COOH COOH
• asam suksinat asam fumarat
• 2. Penghambat Nonkompetitif
• Penghambatan nonkompetitif, yaitu
• a. penghambat berikatan pada sisi enzim
• tempat terikatnya substrat
• b. penghambat mengubah konformasi molekul enzim,
• sehingga mengakibatkan inaktifasi pada sisi katalitik
• enzim dapat balik.
• Penghambat nonkompetitif berikatan secara dapat balik
pada kedua molekul enzim bebas dan kompleks ES,
membentuk kompleks EI dan ESI yang tidak aktif
• E +I EI
• ES + I ESI
Metabolisme Karbohidrat
(Katabolisme Heksosa)
• Pencernan Karbohidrat
• Pencernaan karbohidrat merupakan persiapan
reaksi-reaksi yang terjadi adalah proses pencernaan
di luar sel,
• dimana senyawa-senyawa kompleks (polimer)
diubah oleh enzim ekstra sel menjadi senyawa-
senyawa yang lebih sederhana sehingga senyawa-
senyawa monomer tersebut dapat masuk ke dalam
sel melalui membran sitoplasma.
• Pada manusia reaksi-reaksi persiapan berlangsung
pada organ-organ pencernaan, yang dimulai dalam
mulut oleh enzim dari air liur (enzim endo -
amilase), memecah polisakarida secara random
pada ikatan -1,4 glikolitik dan menghasilkan
campuran
• dekstrin dan 2 monosakarida.
Polisakarida yang mempunyai ikatan
-1,4 glikosidik (selulosa) tidak dapat
dipecah oleh enzim air liur (enzim
endo -amilase).
• Selanjutnya produk enzim endo -
amilase akan disempurnakan
pemecahannya ketika memasuki
lambung (dengan asam lambung) dan
oleh -amilase dari usus halus
menjadi monomer-monomernya.
• Katabolisme Karbohidrat
• Katabbolisme adalah proses perombakan nutrisi
untuk memperoleh energi.
• Tahap reaksi berlangsung di dalam sel.
• Reaksi-reaksi yang terjadi merupakan reaksi-
reaksi konversi senyawa-senyawa monomer
menjadi senyawa-senyawa antara yang umum
(“common intermediate”) yang selanjutnya
digunakan untuk menjalan jalur-jalur pusat.
Konversi-konversi yang sering terjadi dalam
katabolisme adalah:
• 1. Triosa fosfat Piruvat
• 2. Piruvat Asetil-KoA
• 3. Oksaloasetat Aspartat
• 4. -Ketoglutarat Glutamat
• 1). Katabolisme Heksosa (Glukosa) Melalui
• Jalur Embden-Meyerhof-Parnas (EMP) (Glikolisis)
• Pada katabolisme karbohidrat jalur EMP, terjadi beberapa
tahap, yaitu:
• 1. Terjadi aktivitas glukosa dengan ATP, isomerisasi dan
• fosforilasi ke 2 dengan menghasilkan fruktosa 1,6-difosfat
• dan 2 ADP
• 2. Pemecahan fruktosa 1,6 difosfat menjadi 2 molekul triosa
• fosfat
• 3. Oksidasi 3-fosfogliseraldehida dengan reduksi NADH, dan
• 1,3-difosfogliserat.
• 4.Transfer gugus fosfat dari 1,3-difosfogliserat menghasilkan
• ATP.
• 5.Isomerase 3-fosfat gliserat, diikuti dengan dehidrasi dan
• pembentukan fosfoenol piruvat.
• 6.Transfer fosfoenol piruvat dengan menghasilkan ATP dan
• membentuk ATP.