Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Buleleng merupakan salah satu kabupaten yang terletak


di belahan utara Pulau Bali. Panjang pantainya mencapai 157,05 km, yang
merupakan garis pantai terpanjang di Pulau Bali. Sebagian besar wilayah
Kabupaten Buleleng merupakan daerah berbukit yang membentang di
bagian selatan, sedangkan di bagian utara yakni sepanjang pantai
merupakan dataran rendah dengan panjang pantai 157,05 km. Ada 56
sungai besar dan kecil dimana sebagian besar diantaranya merupakan
sungai tadah hujan. Juga di Kabupaten Buleleng terdapat dua danau yaitu
Danau Tamblingan di Kecamatan Banjar dengan luas 110 hektar dan
Danau Buyan di Kecamatan Sukasada dengan luas 360 Hektar.

Luas perairan darat secara umum mencapai 481,3 Ha yang


sebagian besar merupakan perairan danau. Sedangkan luas perairan
lautnya mencapai kurang lebih 1.51,2 km2. Perairan darat dan laut yang
cukup luas tersebut tentunya menyimpan potensi perikanan yang cukup
banyak, baik itu perikanan tangkap maupun perikanan budidaya.
Perikanan tangkap di kabupaten buleleng diperkirakan memiliki produksi
lestari sekitar 12.538 ton/tahun yang masih didominasi oleh perikanan
rakyat. Hasil tangkapan laut pada tahun 2008 mencapai 11.173,9 ton atau
baru 85,08% dari potensi lestarinya. Jenis ikan yang ditangkap antara lain
ikan Lemuru, ikan Cakalang, ikan Tongkol, Teri, Lemadang, Layang,
Terbang, dan ikan Tuna.

Sedangkan perikanan budidaya pada kenyataannya masih belum


diminati sebagai peluang usaha oleh masyarakat Kabupaten Buleleng
terutama pada budidaya ikan air tawar (Freshwater Aquaculture). Dari
total luas perairan darat yang mencapai 481,3 Ha, baru sekitar 11,6 Ha
yang dimanfaatkan untuk budidaya udang galah dengan produksi sebesar
3,2 ton pada tahun 2007. Dan kurang dari 1 Ha untuk budidaya ikan nila di
Danau Buyan dengan produksi hanya 0,4 ton per tahunnya. Jadi untuk
pemanfaatan potensi perairan tawar di kabupaten Buleleng masih sangat
kecil jika dibandingkan dengan luas perairan tawarnya yang di dominasi
oleh Danau.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran penyuluh dalam meningkatkan produksi


perikanan terutama produksi ikan air tawar di kabupaten Buleleng?
2. Kendala apa saja yang dihadapi oleh penyuluh dan pembudidaya?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui peran yang dilakukan oleh para penyuluh dalam


meningkatkan produksi ikan air tawar di kabupaten Buleleng.
2. Mengetahui kendala yang dihadapi penyuluh dan para
pembudidaya.

1.4 Manfaat

1. Mahasiswa lebih memahami bagaimana peran penyuluh dalam


meningkatkan produksi ikan air tawar di buleleng.
2. Mahasiswa mengetahui kendala apa saja yang dihadapi oleh
penyuluh dan para pembudidaya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penyuluhanan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama serta


pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan
dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya
lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,
pendapatan, dan kesejahteraanya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian
fungsi lingkungan hidup. ( UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, pasal 1 ayat 2).

Penyuluh adalah perorangan baik itu PNS, Swasta, maupun swadaya yang
melakukan kegiatan penyuluhan. ( UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, pasal 1 ayat 18).

Sistem Penyuluhan adalah seluruh rangkaian kegiatan pengembangan


kemampuan, pengetahuan, keterampilan, serta sikap pelaku utama dan pelaku
usaha melalui penyuluhan. ( UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, pasal 1 ayat 1).

Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan


dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,
produksi, pengolahan, sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam system
bisnis perikanan. ( UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan., pasal 1 ayat 1).

Budidaya ikan merupakan pemeliharaan ikan dalam ekosistem akuatik


tidak alami yang terkontrol untuk medapatkan keuntungan (Schmittou, Zhang
Jian, dan M.C, Creamer)

Pembudidaya ikan adalah orang yang kegiatannya atau mata


pencahariannya melakukan budidaya ikan (( UU No. 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan., pasal 1 ayat 1).
BAB III

PENGAMATAN LAPANG

Lokasi : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Buleleng. Jalan Kartini No. 4
Singaraja – Bali.

Waktu : Rabu, 24 November 2010, pukul 10.00 WITA

Perihal : Bertanya tentang system penyuluhan di kabupaten buleleng, komoditi


yang sedang dikembangkan untuk meningkatkan minat msyarakat
terhadap budidaya ikan air tawar, serta kendala di lapangan yang
dihadapi oleh penyuluh dan para pembudidaya.
Lokasi : Balai Benih Ikan, Desa Ringdikit, Kecamatan Seririt, Kabupaten
Buleleng.

Waktu : Kamis, 25 November 2010 pukul 09.18 WITA


Ket : Melihat kondisi salah satu tempat pembenihan ikan di kabupaten
buleleng.
Lokasi : Rumah Pak Putu Suardika, Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan “ Ulam
Bingin Sari “. Br. Dinas Bingin Banjah, Desa Temukus Kecamatan
Banjar, Kabupaten Buleleng.

Waktu : Jumat, 26 November 2010 pukul 14.20 WITA

Ket : Melihat langsung kelompok pembudidaya yang pernah mendapat


penyuluhan dan pelatihan langsung dari dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Buleleng.

BAB IV

PEMBAHASAN

Buleleng, merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Bali yang memiliki


garis pantai dan luas daratan terbesar. Sebagian wilayahnya yang berbukit
menyebabkan banyaknya daerah resapan air di sekitar wilayah pegunungan di
bagian selatan Buleleng. Garis pantainya memanjang dari utara hingga ke barat.
Tentunya dengan keadaan wilayah yang seperti itu, Kabupaten Buleleng
menyimpan potensi sumber daya alam yang melimpah, terutama untuk sektor
perikanan.

Dengan panjang pantai mencapai 157, 05 km, potensi perikanan lautnya


masih didominasi oleh perikanan tangkap yang dilakukan secara tradisional oleh
para nelayan. Pada tahun 2008, dengan potensi ikan mencapai 12.538 ton/tahun.
Baru bisa dimanfaatkan sebanyak 11. 173,9 ton, atau baru mencapai 85,08 % dari
total potensi ikan di perairan laut Buleleng. Selain itu, sektor budidayanya juga
tak kalah berkembang jika dibandingkan dengan sektor penangkapan ikan. di
wilayah bagian barat, di sekitar balai besar Gondol, Kecamatan Gerokgak, antara
lain di Desa Pejarakan, Desa Sumberkima Desa pemuteran, Desa Penyabangan
Desa patas, Desa Bukti dan Desa Pacung. Komoditas yang dibudidayakan antara
lain ikan kerapu, Rumput laur, dan kerang mutiara.

Kondisi perikanan darat terutama dalam sektor budidaya air tawar


kondisinya jauh lebih memprihatinkan dibandingkan budidaya laut. Dari total luas
perairan darat yang mencapai 481,3 Ha, baru sekitar 11,6 Ha yang dimanfaatkan
untuk budidaya udang galah dengan produksi sebesar 3,2 ton pada tahun 2007.
Dan kurang dari 1 Ha untuk budidaya ikan nila di Danau Buyan dengan produksi
hanya 0,4 ton per tahunnya.

4.1 Peran Penyuluh dalam Meningkatkan Minat Masyarakat

Kecilnya minat terhadap budidaya ikan air tawar disebabkan oleh kesulitan
dalam pemasaran dan rendahnya minat masyarakat di Kabupaten Buleleng untuk
mengkonsumsi ikan air tawar. Kedua hal ini memang saling berkaitan, kondisi
pasar di Buleleng saat ini masih didominasi oleh ikan air laut, selain karena lebih
mudah didapatkan ikan laut juga lebih bersaing harganya di pasaran. Hanya
beberapa jenis ikan air tawar saja yang beredar di pasaran, seperti ikan Nila,
udang galah, dan Ikan Lele. Khusus untuk lele, ikan ini mulai dikenal oleh
masyarakat buleleng dan dikonsumsi maupun diperdagangkan secara luas sejak
masuknya pedagang pecel lele atau penyetan dari daerah Banyuwangi.

Tingkat konsumsi ikan air tawar di Kabupaten Buleleng pun masih kalah
bersaing dengan ikan air laut. Selain ikan laut memiliki citarasa yang lebih enak,
jenisnya pun lebih bervariasi dibandingkan dengan ikan air tawar. Apalagi
sekarang di Kabupaten Buleleng, di sepanjang jalan dari Gilimanuk menuju ke
kota Singaraja banyak terdapat restaurant – restaurant yang menyediakan menu
utama berupa ikan bakar. Jadi bisa dikatakan bahwa ikan air tawar masih kalah
gengsi dibandingkan ikan air laut.

Selain dikarenakan dua hal di atas, rendahnya minat masyarakat untuk


membudidayakan ikan air tawar juga disebabkan oleh budaya masrayakat
buleleng itu sendiri. Banyak masyarakat di Kabupaten Buleleng yang turun –
temurun bekerja sebagai petani. Mereka sangat menggantungkan hidupnya
sebagai petani, terutama pada masyarakat yang hidup di daerah pedalaman.
Padahal, bertani sambil membudidayakan ikan dapat meningkatkan kesejahteraan
dan taraf hidup mereka. Disinilah peran penyuluh diperlukan untuk menyadarkan
sekaligus meningkatkan minat masyarakat terhadap budidaya ikan air tawar.

Penyuluh memperkenalkan tentang dunia perikanan serta prospek –


prospek atau nyampaikan informasi terkini serta kemajuan – kemajuan di bidang
perikanan untuk memancing minat mereka terhadap perikanan. Sebab pada
dasarnya, semua orang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap sesuatu yang
baru, walau tak jarang banyak juga yang cuek. Inovasi dalam proses penyuluhan
serta pendekatan atau proses sosialisasi yang lebih intensif akan menciptakan
sebuah hubungan yang lebih erat antara penyuluh dan masyarakat. Dengan
menerapkan metoda “ Laku “, yaitu latihan dan kunjungan, para penyuluh secara
intensif mengajak masyarakat dan memberi contoh bagaimana melakukan
budidaya ikan air tawar secara mudah, tanpa memerlukan banyak ruang dan
modal. Sehingga diharapkan nantinya mereka akan tertarik untuk berbudidaya dan
akan terjadi perubahan perilaku dari masyarakat yang semula hanya bertani,
menjadi bertani sambil membudidayakan ikan air tawar di pekarangan rumah.
Saat ini yang sedang gencar disosialisasikan oleh para penyuluh ialah
pembudidayaan ikan lele dalam kolam terpal. Selain ikan lele mudah untuk
dibudidayakan, lahan yang diperlukan juga lebih sedikit, karena bisa dilakukan di
dalam pekarangan rumah. Sebab dahulu mereka beranggapan bahwa jika ingin
membudidayakan ikan, haruslah di kolam yang luas dan memerlukan modal yang
tidak sedikit. Di satu sisi mereka juga ingin tetap bertani sebagaimana budaya
awal mereka. Maka, oleh para penyuluh diusulkanlah atau diajaklah mereka untuk
membudidayakan ikan lele dengan menggunakan metode terpal atau kolam semen
yang bisa dilakukan di pekarangan rumah mereka. Apalagi secara umum,
Masyarakat Buleleng yang tinggal agak jauh dari perkotaan rata – rata memiliki
pekarangan yang cukup lapang. Hal – hal tersebutlah yang mendasari para
penyuluh menerapkan metode budidaya menggunakan terpal kepada masyarakat
setempat. Jadi sambil bertani, mereka tetap bisa menambah penghasilan melalui
budidaya ikan lele di pekarangan. Walaupun bisa dibilang agak ketinggalan
zaman jika dibandingkan dengan kelompok pembudidaya di Jawa timur, namun
ini merupakan suatu kemajuan yang berarti bagi perikanan di Kabupaten
Buleleng. Sehingga diharapkan nantinya akan meningkatkan minat masyarakat
lainnya untuk membudidayakan ikan air tawar. Jadi penyuluh juga berperan dalam
menerapkan inovasi serta rekayasa yang sudah dikembangkan kepada masyarakat
untuk meningkatkan hasil produksi mereka. Penyuluh disini juga berusaha untuk
mengubah anggapan masyarakat bahwa untuk membudidayakan ikan memerlukan
lahan dan modal dalam jumlah yang besar, padahal dalam kenyataannya tidak
sedemikian rupa.

Salah satu buktinya ialah Kelompok Pembudidaya Ikan “ Ulam Bingin Sari
“. Yang terletak di Br. Dinas Bingin Banjah, Desa Temukus Kecamatan Banjar,
Kabupaten Buleleng. Sebelum masuknya penyuluh perikanan ke desa mereka,
sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai pedagang, pemilik kebun kelapa
serta buruh di ladang pertanian. Kini, banyak warga di Banjar Bingin Banjah yang
membudidayakan ikan lele. Umumnya mereka membudidayakan ikan lele di
dalam kolam terpal, maupun di dalam kolam permanen di pojok halaman rumah
mereka. Ketika ditanya bagaimana pendapatan yang dihasilkan, mereka menjawab
rata – rata cukup memuaskan, sekedar menambah penghasilan keluarga.
Walaupun tak jarang banyak juga keluhan yang dirasakan oleh para pembudidaya
tersebut, terutama tentang kondisi cuaca sekarang yang tidak menentu, bibit ikan,
serta kendala dalam pemasaran.

4.2 Kendala - Kendala

Bagi penyuluh, selama mereka melakukan penyuluhan mereka masih


terkendala dana dan sumber daya manusia. Gerakan Makan Ikan (Gemarikan)
yang selama ini disosialisasikan kepada para siswa SD di kabupaten Buleleng
terpaksa berhenti 2 tahun lalu dikarenakan masalah dana. Dinas Perikanan dan
Kelautan Kabupaten Buleleng saat ini juga masih kekurangan anggota penyuluh
lapangan. Saat ini baru terdapat 21 orang penyuluh lapangan dan 2 orang
penyuluh kontrak. Idealnya tiap kecamatan memiliki 3 penyuluh lapangan,
sehingga totalnya diperlukan 27 orang penyuluh lapangan untuk kabupaten
Buleleng.

Sedangkan bagi para pembudidaya, kendala utama mereka ialah


memperoleh bibit ikan dan pemasaran produk mereka. Walaupun di Buleleng
terdapat Balai Benih Ikan (BBI), namun bibit yang dikembangkan masih beruba
bibit ikan hias seperti ikan koi, ikan mas, dan ikan mas koki. Pemasaran juga
masih menjadi masalah, selama ini pasar ikan lele di Kabupaten Buleleng masih
didominasi produk dari Banyuwangi. Para pembudidaya kelihatannya belum
begitu memahami mengenai analisis usaha, sehingga tidak tahu harus menjual
produknya pada kisaran harga yang tepat. Ini jelas sangat merugikan para
pembudidaya, tanpa mengetahui kisaran harga yang tepat, mereka tidak akan
pernah tahu apakah usaha mereka ini menguntungkan atau tidak. Sebab selama
saya melakukan peninjauan ke kelompok pembudidaya tersebut, mereka
membudidayakan hanya sekedarnya saja. Tidak secara intensif, pemberian
pakannya pun tidak terlalu teratur. Jelas sekali terlihat bahwa mereka belum
begitu memahami tentang analisis usaha.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Jadi, penyuluh sangat berperan dalam mengembangkan potensi perikanan


di Kabupaten Buleleng terutama dalam sektor budidaya ikan air tawar. Para
penyuluh berperan dalam penyebar luasan informasi mengenai dunia perikanan,
serta tekhnik pembudidayaan yang sesuai dengan budaya bertani masyarakat
Buleleng. Mereka juga ikut mengubah anggapan masyarakat mengenai
pembudiayaan ikan yang memerlukan tempat yang luas dan modal yang besar.

Selama melakukan penyuluhan, para penyuluh dari Dinas Perikana dan


Kelautan Kabupaten Buleleng masih terkendala dana dan sumber daya
manusianya. Idealnya tiap kecamatan memiliki 3 orang penyuluh, sehingga total
diperlukan 27 orang penyuluh untuk 9 kecamatan yang terdapat di Kabupaten
Buleleng.

Sedangkan bagi para pembudidaya, selama mereka melakukan


pembudidayaan, mereka terkendala dalam memperoleh bibit ikan, serta terkendala
dalam pemasaran produk hasil budidaya mereka. Karena selama ini pasar masih
dikuasai oleh produk dari kabupaten Banyuwangi, jawa Timur.

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

http://diskanlabuleleng.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=118:pengkajian-teknologil-kolam-
terpal&catid=62:penyuluhan&Itemid=164 Diakses pada hari Sabtu, 20 November
2010 pada pukul 20.17 WIB.

http://diskanla.bulelengkab.go.id/ Diakses pada hari Sabtu, 20 November 2010


pada pukul 20.19 WIB.

http://diskanla.bulelengkab.go.id/?p=58 Diakses pada hari Sabtu, 20 November


2010 pada pukul 20.23 WIB.

http://diskanla.bulelengkab.go.id/?p=57 Diakses pada hari Sabtu, 20 November


2010 pada pukul 20.27 WIB.

http://diskanla.bulelengkab.go.id/?p=46 Diakses pada hari Sabtu, 20 November


2010 pada pukul 20.33 WIB.

http://www.bulelengkab.go.id/potensi-investasi/bidang-perikanan-a-kelautan
Diakses pada hari Sabtu, 20 November 2010 pada pukul 20.37 WIB.

Anda mungkin juga menyukai