Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Maksud dan tujuan

Maksud dilaksanakan fieldtrip kali ini adalah untuk menerapkan pembelajaran mata kuliah
Mikropaleontologi dengan melihat kesesuian yang ada dilapangan. Adapun tujuan
penyelenggaraan fieldtrip kali ini adalah:

1. Agar praktikan mampu menganalisis suatu singkapan dan membuat sketsa lapangan
yang proporsional

2. Agar praktikan dapat merekonstruksi dan menganalisa data fosil yang diperoleh
langsung dilapangan

I.2 Alat dan Bahan

• Palu Geologi

• Kompas

• Lup

• HCL

• Kertas sklala

• Tongkat Jacob

• Ponco

• Kolom MS

• Buku Catatan Lapangan

• Sepatu lapangan
• Alat tulis

• Pakaian lapangan

• Pensil warna

• Clip board

• Transparansi

I.3 Cara Kerja

• Pralapangan

Mengikuti acara asistensi

Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

• Lapangan

Ploting lokasi menggunakan peta topografi


Pengamatan lokasi (dalam hal ini singkapan
Wonolopo)

Sketsa singkapan (keseluruhan, section 1, section 2


dan section 3

Pengambilan gambar keseluruhan menggunakan


kamera

Pengukuran MS menggunakan tongkat jacob

Menggampil gambar singkapan menggunakan


kamera per section dan atau perlapisan

Pengambilan sampel

• Pengamatan

Ayak sampel
Memisahkan sampel mikrofosil menggunakan
mikroskop

Deskripsi sampel

• Penyusunan laporan

Konsultasi

Pembutan kolom MS

Pembuatan sketsa

Menyusun laporan dengan format dan waktu yang


sudah ditentukan
Keterangan: Konsultasi dilakukan bebas tergantung asisten masing-masing. Penyusunan
laporan (pembuatan kolom MS, sketsa, BAB I dan BAB II) dilakukan dengan
mencicil. Dikumpulkan dengan waktu yang sudah ditentukan dan juga sudah
dalam bentuk ACC.
BAB II

GEOLOGI REGIONAL

II.1 Fisiografi Regional

II.2 Stratigrafi Regional

Formasi Sentolo

Termasuk dalam formasi Sentolo. Litologi penyusun Formasi Sentolo ini di bagian
bawah, terdiri dari Aglomerat dan Napal, semakin ke atas berubah menjadi
Batugamping berlapis dengan fasies neritik. Batugamping koral dijumpai secara lokal,
menunjukkan umur yang sama dengan formasi Jonggrangan, tetapi di beberapa
tempat umur Formasi Sentolo adalah lebih muda (Harsono Pringgoprawiro, 1968,
hal.9).

Berdasarkan penelitian fosil Foraminifera yang dilakukan Darwin kadar (1975)


dijumpai beberapa spesies yang khas, seperti : Globigerina insueta CUSHMAN &
STAINFORTH, dijumpai pada bagian bawah dari Formasi Sentolo. Fosil-fosil
tersebut menurut Darwin Kadar (1975, vide Wartono Rahardjo, dkk, 1977) mewakili
zona N8 (Blow, 1969) atau berumur Miosen bawah. Menurut Harsono
Pringgoprawiro (1968) umur Formasi Sentolo ini berdasarkan penelitian terhadap
fosil Foraminifera Plantonik, adalh berkisar antara Miosen Awal sampai Pliosen (zona
N7 hingga N21). Formasi Sentolo ini mempunyai ketebalan sekitar 950 meter
( wartono rahardjo, dkk, 1977).

II.3 Struktur Geologi

Sistem miosen

Setelah pengendapan formasi andesit tua daerah ini mengalami penggenangan air laut,
sehingga formasi ini ditutupi oleh formasi yang lebih muda secara tidak selaras. Fase
pengendapan ini berkembang dengan batuan penyusunnya terdiri dari batu gamping
reef, napal, tuff breksi, batu pasir, batu gamping globirena dan lignit yang kemudian
disebut formasi jonggrangan, selain itu juga berkembang formasi sentolo yang
formasinya terdiri dari batu gamping, napal dan batu gamping konglomeratan.
Formasi Sentolo sering dijumpai kedudukannya diatas formasi Jonggrangan. Formasi
Jonggrangan dan formasi Sentolo sama – sama banyak mengandung fosil foraminifera
yang beumur burdigalian – miosen. Formasi – formasi tersebut memiliki persebaran
yang luas dan pada umumnya membentuk daerah perbukitan dengan puncak yang
relative bulat. Diakhir kala pleistosen daerah ini mengalami pengangkatan dan pada
kuarter terbentuk endapan fluviatil dan vulkanik dimana pembentukan tersebut
berlangsung terus – menerus hingga sekarang yang letaknya tidak selaras diatas
formasi yang terbentuk sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai