Ekwil Gabungan
Ekwil Gabungan
BAB 1
PENDAHULUAN
Provinsi Gorontalo merupakan salah satu wialyah di Indoensia yang memiliki potensi
lahan pertanian cukup luas. Wilayah ini terkenal dengan penghasil jagung yang cukup
besar di Indoensia. Bahkan jagung merupakan komoditas unggulan di Provinsi Gorontalo.
Namun terdapat kendala dalam pengembangan komoditas unggulan tersebut. Kendala
tersebut antara lain: keterbatasan alat pengolahan tanah (traktor), keterbatasan modal
petani, keterbatasan penyediaan benih unggul dan pupuk, masalah
1
Tugas Besar Ekonomi Wilayah
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami konsep agropolitan
2. Mengidentifikasi cirri-ciri kawasan agropoitan
3. Mengetahui implementasi penerapan konsep agropolitan pada Provinsi Gorontalo?
1.5 Metodologi
Metode pengumpulan data dalam makalah ini berupa survey sekunder dari buku-buku yang
berkaitan dengan teknik evaluasi yang dapat digunakan dalam perencanaan wilayah.
2
Tugas Besar Ekonomi Wilayah
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, ruang lingkup yang meliputi ruang lingkup substantif, metodologi
serta sistematika pembahasan
Pada bab ini akan dibahas mengenai contoh implementasi penerapan konsep
agropolitan di suatu wilayah.
BAB IVPENUTUP
3
Tugas Besar Ekonomi Wilayah
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Peran Agropolitan adalah untuk melayani kawasan produksi pertanian di sekitarnya dimana
berlangsung kegiatan agribisnis oleh para petani setempat. Fasilitas pelayanan yang
diperlukan untuk memberikan kemudahan produksi dan pemasaran berupa input sarana
produksi (pupuk, bibit, obat-obatan, peralatan), sarana penunjang produksi (lembaga
perbankan, koperasi, listrik), serta sarana pemasaran (pasar, terminal angkutan, sarana
transportasi).
Sedangkan menurut (Saefulhakim, 2004), Agro bermakna “tanah yang dikelola” atau
“budidaya tanaman”, yang digunakan untuk menunjuk berbagai aktivitas berbasis pertanian.
Sedang polis bermakna “a Central Point or Principal”. Sehingga, Agro-polis bermakna
sebagai lokasi pusat pelayanan sistim kawasan sentra-sentra aktivitas ekonomi berbasis
pertanian. Dan kawasan agropolitan merupakan kawasan terpilih dari kawasan agribisnis
4
Tugas Besar Ekonomi Wilayah
atau sentra produksi pertanian terpilih dimana pada kawasan tersebut terdapat kota
pertanian (agropolis) yang merupakan pusat pelayanan (Badan Pengembangan
Sumberdaya Manusia Pertanian, 2003).
Kawasan agropolitan yang telah berkembang memliki ciri-ciri sebagai berikut . (Deptan,
2002) :
5
Tugas Besar Ekonomi Wilayah
Kelembagaan petani (kelompok tani, koperasi dan asosiasi) yang berfungsi sebagai
Sentra Pembelajaran dan Pengembangan Agribisnis (SPPA)
Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang berfungsi sebagai Klinik Konsultasi
Agribisnis (KKA)
Pengkajian teknologi agribisnis
Prasarana transportasi, irigasi dan semua yang mendukung usaha pertanian
c. Memiliki prasarana dan sarana umum yang memadai
d. Memiliki prasarana dan sarana kesejahteraan sosial (kesehatan, pendidikan, rekreasi
dan sebagainya)
e. Kelestarian lingkungan hidup (sumber daya alam, sosial budaya dan keharmonisan
relasi kota dan desa)
Gambar 1 menunjukkan sistem kawasan agropolitan yang terdiri dari subsistem a).
sumberdaya pertanian dan komoditi unggulan, b). sarana prasarana agribisnis, c). Sarana
prasarana umum, d). prasarana kesejahteraan sosial, dan e). kelestarian lingkungan.
6
Tugas Besar Ekonomi Wilayah
Keterangan :
Sentra Produksi
7
Tugas Besar Ekonomi Wilayah
(1) melibatkan sejumlah besar petani pedesaan (ratusan s/d jutaan) bersama-sama
pengembangan kota-kota pusat pertanian untuk pembangunan pertanian secara
integreted
(2) keterlibatan setiap instansi sektoral di pedesaan untuk mengembangkan pola agribisnis
dan agroidustri harus berjalan secara simultan
(3) tercapainya keserasian, kesesuaian dan keseimbangan antara pengembangan
komoditas unggulan dengan struktur dan skala ruang yang dibutuhkan
(4) adanya kesinambungan antara pengembangan dan pembinaan sarana dan prasarana
wilayah, seperti irigasi dan transportasi antara daerah produksi pertanian dan simpul-
simpul jasa perdagangan dalam program perencanaan jangka panjang
(5) realisasi dari pengembangan otonomi daerah untuk mengelola kawasan pertanian
secara mandiri, termasuk kewenangan untuk mempertahankan keuntungan komparatif
bagi penjaminan pengembangan kawasan pertanian
(6) diperlukan adanya kemudahan-kemudahan dan proteksi terhadap jenis komoditas yang
dihasilkan baik di pasar nasional maupun luar negeri, pada saat kondisi infant-
agroindustry
(7) secara ekologis, hampir sulit untuk dihindari akan terjadinya efisiensi produksi pertanian
ke arah monokultur-agroindustri dalam skala besar yang rentan.
8
Tugas Besar Ekonomi Wilayah
memperhatikan hak, asal-usul dan adat-istiadat desa melalui pembangunan yang holistik
dan berkelanjutan.
Penerapan konsep agropolitan secara tidak langsung juga memberikan peran yang lebih
besar kepada masyarakat pedesaan serta pada pemerintahan desa itu sendiri, ini berarti
konsep ini juga menunjang kebijakan otonomi daerah, dan memberi harapan bagi daerah
yang telah memiliki komoditas pertanian unggulan untuk lebih optimal memanfaatkannya.
Konsep agropolitan juga dapat mengurangi jumlah pergerakan penduduk desa ke kota,
karena sudah didapatkannya alternatif sumber penghidupan dan terpenuhinya fasilitas
kehidupan di pedesaan dan pada kota-kota yang berfungsi sebagai agropolitan. Dan secara
tidak langsung konsep agropolitan juga dapat mengurangi permasalahan pada kota-kota
besar.
9
Tugas Besar Ekonomi Wilayah
BAB 3
PEMBAHASAN
Secara geografis Provinsi Gorontalo dengan ibu kota Gorontalo terletak antara 0,190 –
1,150 Lintang Utara dan 121,230 – 123,430 Bujur Timur dengan batas wilayah sebagai
berikut :
10
Tugas Besar Ekonomi Wilayah
Secara umum, suhu udara di Provinsi Gorontalo rata-rata pada siang hari 31,70 0 C,
sedangkan suhu udara rata-rata pada malam hari 23,60 0 C, kelembaban udara relatif tinggi
dengan rata-rata 82,8 persen. Letak geografis yang berbeda-beda yaitu dataran, pantai dan
danau serta sungai menyebabkan potensi desa/kelurahan, mata pencaharian, maupun
perilaku penduduk juga berbeda. Misalkan di desa pantai, sebagian besar mata pencaharian
penduduk adalah nelayan. Sementara itu penduduk di desa dataran maupun perbukitan
banyak yang menjadi petani, yaitu petani sawah dan berkebun.
Provinsi Gorontalo terdiri dari 5 (lima) kabupaten dan 1 (satu) kota yaitu Kabupaten
Pohuwato, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango,
Kabupaten Gorontalo Utara dan Kota Gorontalo. Sedangkan kecamatan sebanyak 66 dan
desa/kelurahan 615 yang tersebar di Provinsi Gorontalo sebagaimana terlihat dalam tabel
3.1 di bawah ini :
Tabel 3.1. Banyaknya Kecamatan dan Desa/Kelurahan
No. Kabupaten/Kota Ibukota Kecamatan Desa/Kelurahan
1 Pohuwato Marisa 13 105
2. Boalemo Tilamuta 7 84
3. Gorontalo Limboto 17 168
4. Bone Bolango Suwawa 17 153
5. Gorontalo Utara Kwandang 5 56
6. Kota Gorontalo Gorontalo 6 49
Jumlah 66 615
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo – Gorontalo Dalam Angka 2009
Jika ditinjau dari luas wilayahnya, yaitu dari total 12.215,44 Km2, Kabupaten Pohuwato
merupakan daerah terluas, yaitu 4.244,31 Km2 atau sekitar 34,75 persen, kemudian
Kabupaten Boalemo mempunyai luas 2.567,36 Km2 atau sekitar 21,02 persen, dan Kota
Gorontalo mempunyai luas hanya 64,79 Km2 atau hanya sekitar 1,00 persen.
11
Tugas Besar Ekonomi Wilayah
Sebagai daerah agraris dengan keadaan topografi datar, berbukit-bukit sampai dengan
bergunung, dimana menurut Smith & Ferguson termasuk kondisi type iklim A sampai
dengan type Iklim E, sektor pertanian Gorontalo memang sangat potensial untuk
dikembangkan. Sehingga wajar bila berbagai jenis tanaman pangan dapat tumbuh dengan
baik didaerah ini. Hal ini di dukung juga dengan mata pencaharian sebagian besar
penduduknya yang masih bertumpu pada sektor pertanian (175.374 jiwa atau 57%). Dengan
luas wilayah ± sekitar 1.221.544 Ha, dimana 463.649,09 Ha (37,95%) merupakan areal
potensial pertanian (dalam arti luas), berarti luas lahan untuk pertanian yang baru
dimanfaatkan (fungsional) seluas 148.312,78 Ha atau sekitar 32%-nya saja.
12
Tugas Besar Ekonomi Wilayah
13
Tugas Besar Ekonomi Wilayah
Kegiatan ini merupakan kegiatan short term (jangka pendek) yaitu dilaksanakan
hanya 1 tahun anggaran. Tujuannya tidak lain adalah pemberdayaan petani dengan
penyuluhan melalui proses pembelajaran. Selain itu diharapkan dari demplot
tersebut bisa meyakinkan investor bahwa pemerintah da sidukung masysakarat
sebagai pelaku mempunyai komitmen tinggi dalam peningkatan kualitas, kuantitas
dan kontinyuitas produksi. Meskipun dilaksanakan dalam jangka pendek, diharapkan
kegiatan ini berdampak positif dalam jangka panjang mendatang. Jumlah demplot
yang dilaksanakan tahun 2002 sebanyak 12 unit atau seluas 30 ha , dimana masing-
masing unit memiliki luas lahan 2,5 ha.
b. Model Pengembangan
Kegiatan yang dilakukan ini sebetulnya dengan memberikan sentuhan dan nuansa
penerapan teknologi anjuran yang spesifik lokasi (dalam hal ini daerah Gorontalo).
Adapun kegiatan yang dimaksud antara lain perluasan areal tanam (PAT),
peningkatan mutu intensifikasi (PMI) serta di sisi off-farm-nya yaitu dengan
optimalisasi pengolahan hasil, penyimpanan serta pemasarannya. Baik itu kegiatan
demplott maupun pengembangan yang didanai dekonsentrasi maupun APBD,
dilaksanakan dengan pola dana bergulir (revolving fund) dan pola bantuan langsung
masyakarat (BLM).
14
Tugas Besar Ekonomi Wilayah
Berikut ini merupakan strategi pembangunan sembilan pilar agropolitan untuk mewujudkan revitalisasi pertanian di Provinsi Gorontalo
Tugas Besar Ekonomi Wilayah
Provinsi Gorontalo terbentuk tahun 2000 dan kemudian disahkan tahun 2001 hasil pemekaran
dari Provinsi Sulut. tengah kondisi bangsa yang sedang terpuruk Provinsi Gorontalo mampu
membuat daerah lain kagum dengan berbagai prestasi yang dihasilkan. Gorontalo mampu
menekan angka kemiskinan dengan sangat signifikan. Selain itu berbagai prestasi lain seperti
ketahanan pangan, tingkat kesehatan, meningkatnya jumlah lapangan pekerjaan, kian
mengukuhkan Gorontalo sebagai salah satu Provinsi yang patut dijadikan contoh bagi daerah
lain.
Salah satu kebijakan yang cukup signifikan dalam perkembangan kehidupan bernegara
Indonesia adalah kebijakan otonomi daerah melalui Undang-Undang No 22 tahun 1999 yang
kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004. Undang-Undang tersebut
berusaha memberlakukan sistem pemerintahan yang desentralistis untuk menjalankan prinsip
demokrasi, meningkatkan peranserta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta
memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah melalui pemberian kewenangan yang
luas, nyata, bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional.
Sejak terbentuk Provinsi Gorontalo membuat berbagai inovasi yang terbukti mampu
mensejahterakan masyarakat di Provinsi Gorontalo. Salah satu inovasi yang memberikan
kontribusi yang signifikan adalah penerapan agropolitan. Agropolitan adalah kota pertanian
yang menggunakan komoditi unggulan sebagai tulang punggung untuk menggerakkan
perekonomian. Konsep agropolitan sebenarnya telah lama ditemukan. Konsep ini berusaha
memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh suatu daerah, khususnya di bidang pertanian. Agro
berarti pertanian dan polis berarti kota, sehingga agropolitan dapat diartikan sebagai kota
pertanian atau kota di daerah lahan pertanian atau pertanian didaerah kota. Jadi secara harfiah
agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem
dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan
pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya.
Pada tabel 3.3, dapat dilhat sejauh mana implementasi konsep agropolitan di Provinsi
Gorontalo sesuai dengan konsep agropolitan yang telah dikemukakan pada Tinjauan Pustaka.
Tugas Besar Ekonomi Wilayah
Tabel 3.3 Perbandingan Konsep dan Implementasi Agropolitan di Provinsi Gorontalo
No Konsep Agropolitan Implementasi
1 Mayoritas masyarakatnya memperoleh pendapat Mata pencaharian sebagian besar penduduk Provinsi Grontalo bertumpu pada sektor
dari kegiatan agribisnis pertanian (175.374 jiwa atau 57%).
2 Didominasi oleh kegiatan pertanian, termasuk di Kegiatan pertanian yang terdapati di Provinsi Gorontalo cukup dominan. Kegiatan
dalamnya usaha industri (pengolahan) pertanian, pertanian tersebut berupa tanaman bahan makanan yang terdiri dari padi dan
perdagangan hasil-hasil pertanian, perdagangan palawija. Tanaman padi dan palawija yang dibudidayakan di Provinsi Gorontalo
meliputi padi sawah, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai, kacang hijau, dan
agrobisnis hulu (sarana pertanian dan
kacang tanah. Jumlah produksi hasil pertanian pada tahun 2008 sebesar 237.873 ton.
permodalan), agrowisata dan jasa pelayanan. Produksi tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2006. Sedangkan Industri
pengolahan besar-sedang di Provinsi Gorontalo pada tahun 2008 tercatat sebanyak
36 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 2.632 orang. Total nilai output
mencapai 107,113 milyar rupiah, Sedangkan biaya input 45,612 milyar rupiah.
Sehingga nilai tambah yang diperoleh dari industri besar/sedang adalah 615,011
milyar rupiah. Juga adanya koperasi-koperasi untuk membantu permodalan
agrobisnis.
3 Relasi antara kota dan daerah-daerah Produksi pertanian didominasi oleh wilayah kabupaten, sedangkan industri
hinterlandnya bersifat interpendensi yang pengolahannya berada di Kota Gorontalo (Provinsi Gorontalo dalam Angka, 2008).
harmonis dan saling membutuhkan. Industri pengolahan tersebut mendapatkan bahan baku dari desa-desa di kabupaten
sekitarnya, sehingga dapat terlihat adanya interdependensi yang saling membutuhkan
antara kota dan daaerah hinterlandnya.
4 Pola kehidupan masyarakatnya sama dengan Pemerataan sarana dan prasarana telah digencarkan oleh pemerintah sejak tahun
kehidupan kota karena prasarana dan sarana 2008, hal ini terlihat dari Kebijakan Umum APBD tahun 2008 Provinsi Gorontalo, yaitu:
yang dimilikinya tidak berbeda dengan di kota. - Penambahan sarana dan prasarana pendidikan untuk meningkatkan daya
tampung dan daya jangkau pendidikan terutama di wilayah perdesaan.
- Pemerataan pembangunan sarana dan prasarana kesehatan agar mudah
dijangkau oleh masyarakat. Selain itu faktor ditunjang dengan pelayan
kesehatan secara optimal dan berkualitas terhadap masyarakat terutama
masyarakat miskin.
- Untuk tahun 2008 sasaran pembangunan transportasi darat adalah
meningkatnya panjang jalan dengan kondisi baik serta
Tugas Besar Ekonomi Wilayah
BAB 4
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1 Kesimpulan
Berikut ini adalah kesimpulan dari bab-bab pembahasan sebelumnya:
Propinsi Gorontalo merupakan propinsi baru yang terbentuk dari pemekaran wilayah yang
tumbuh menggunakan konsep agropolitan dengan komoditas unggulan berupa jagung.
Faktor-faktor perkembangan agropolitan adalah sebagai berikut:
- Mayoritas masyarakatnya memperoleh pendapatan dari kegiatan agribisnis
- Didominasi oleh kegiatan pertanian, termasuk di dalamnya usaha industri (pengolahan)
pertanian, perdagangan hasil-hasil pertanian, perdagangan agrobisnis hulu (sarana
pertanian dan permodalan), agrowisata dan jasa pelayanan.
- Relasi antara kota dan daerah-daerah hinterlandnya bersifat interpendensi yang
harmonis dan saling membutuhkan. Kawasan pertanian mengembangkan usaha
budidaya (on farm) dan produk olahan skala rumah tangga (off farm) dan kota
menyediakan penyediaan sarana pertanian, modal, teknologi, informasi pengolahan
hasil dan pemasaran hasil produksi pertanian.
- Pola kehidupan masyarakatnya sama dengan kehidupan kota karena prasarana dan
sarana yang dimilikinya tidak berbeda dengan di kota.
4.2 Rekomendasi
Berbagai hal yang dapat meningkatkan kegiatan agropolitan di Propinsi Gorontalo antara
lain:
a. Propinsi Gorontalo sebaiknya mengembangkan kota dan kabupaten yang potensi
pertanian dan perkebunannya meningkat dengan memprioritas produk unggulan
masing-masing wilayah.
b. Sebaiknya Propinsi Gorontalo lebih memperbanyak jumlah sarana dan prasarana yang
mendukung pengembangan system dan usaha agribisnis sperti:
1. Menambah jumlah unit pasar, ekspor, dan supply dalam negeri
2. Memperbanyak lembaga keuangan perbankan maupun non perbankan
Tugas Besar Ekonomi Wilayah