Anda di halaman 1dari 5

DEFENISI PLANET

Pendahuluan

Sebelum defenisi IAU, sebuah planet tidak pernah didefenisikan secara ilmiah. Kita
menemukan konsep yang tepat pertama kali nya tentang planet ketika Copernicu
mengajukan model tata surya heliosentris. Menurut dia semua planet termasuk bumi
bergerak mengelilingi matahari, dengan kata lain setiap benda angkasa yang bergerak
mengelilingi matahari dikategorikan sebagai planet. Konsep ini bertahan cukup lama sampai
di temukan Ceres oleh Giuseppe Piazzi pada tahun 1801 yang dikategorikan juga sebagai
planet. Tetapi kemudian jelas bukan planet tetapi anggota sabuk asteroid. Hal yang sama
juga terjadi pada pluto, ketika Tombaugh menemukan Pluto pada tahun 1930, langsung di
tempatkan ke dalam daftar planet. Pluto menikmati statusnya sebagai planet tata surya
sampai dengan 24 Agustus 2006 ketika IAU memberikan defenisi baru tentang planet.
Menurut defenisi baru itu menjadi planet kerdil. Dan pada 11 juni 2008 telah di sahkan oleh
IAU dimana semua planet kerdil yang berada diluar Neptunus disebut sebagai Plutoids[1].

KONTROVERSI

Tidak adanya defenisi yang tepat dari sebuah planet telah mengubah proses dari
pengelompokan planet menjadi masalah yang besar. Sebenarnya kontroversi ini telah
dimulai ketika pluto ditemukan. Status pluto telah menjadi pertanyaan oleh para ilmuwan
untuk beberapa tahun. Setelah penemuan Eris salah satu objek Sabuk Kuiper yang sedikit
lebih besar dari ukuran Pluto, keraguan tentang status planet Pluto menjadi topik yang
hangat baik di kalangan ilmuwan maupun media. Jika Ceres dan Eris harus digolongkan
sebagai planet maka akan mustahil untuk membatasi masuknya 42 objek lain ke dalam
daftar planet. Akibatnya akan ada 53 planet di tata surya. Ini mengilhami para ilmuwan untuk
memikirkan kembali tentang defenisi sebuah planet.
DEFENISI PLANET

Pada sidang umum XXVI yang diselenggarakan dari tanggal 14-25 Agustus 2006 di Praha,
Republik Ceko. Resolusi akhir tentang defenisi planet di sahkan yang mengelompokkan
Ceres, Eris dan Pluto sebagai planet kerdil, dan mengurangi jumlah planet tata surya
menjadi 8 planet. Planet di defenisikan dalam tiga kategori yang berbeda dengan cara
berikut:

1. Panet adalah benda angkasa yang,


- Di orbit sekitar matahari
- Mempunyai massa yang cukup bagi gravitasi diri untuk mengatasi gaya benda
tegar sehingga mampu mencapai bentuk kesetibangan hidrostatik (hampir bulat)
- Telah membersihkan lingkungan sekitar ornitnya
2. Dwarf Planet (planet kerdil) adalah benda angkasa yang,
- Terletak di orbit sekitar matahari
- Mempunyai massa yang cukup bagi gravitasi diri untuk mengatasi gaya benda
tegar sehingga mampu mencapai bentuk kesetibangan hidrostatik (hampir bulat)
- Belum mampu membersihkan lingkungan sekitar orbitnya
- Bukan satelit
3. Small Solar-System Bodies adalah semua objek lain yang mengorbit matahari
kecuali satelit.

Namun defenisi yang dikeluarkan IAU ini menimbulkan kontroversi yang lain pada beberapa
ilmuwan. Beberapa kebingungan dan keberatan tentang defenisi[2]:

A. Sebagai kriteria pertama planet, dikatakan bahawa objek harus berada disekitar
matahari. Ini berarti bahwa defenisi ini hanya berlaku dalam Tata Surya saja. Artinya
tidak berlaku universal, padahal di antara 249 sistem exoplanetary, 29 dikenal
memiliki lebih dari satu planet. Sistem ini juga memiliki orbit yang tidak saling
berpotongan.
B. Kriteria kedua menunjukkan batas bawah massa diperlukan dan bentuk objek yang
akan menjadi planet. Selain karena kestimbangan hidristatika bentuk sebuah planet
juga tergantung tingkat rotasi tubuhnya juga. Untuk emncapai bentuk bulat sebuah
objek tidak sepenuhnya tergantung kepada massa tetapi juga pada kerapatan dan
daya tekan dari material. Ukuran yang kecil juga dapat mencapai bentuk bulat
melalui peleburan atau melalui bentuk lain dari perbedaan asteroid. Jadi konsep
hampir bulat membingungkan.
C. Poin ketiga juga batas massa yang rendah. Stern dan Lavison (2002) mengatakan
bahwa beberapa benda mati di tata surya bergerak dan mampumenghapus sebagian
besar planetesimal disekitarnya sedangkan yang lebih kecil tidak mampu
melakukannya, menempai orbit yang tidak stabil.

BEBERAPA DEFENISI LAIN

Sebelum dimulainya defenisi IAU, ilmuwan menyoroti ini dari berbagai sudut. Akar
permasalahan dibalik defenisi tersebut adalah pluto.

1. Gibor Basri dari Departemen Astronpmi di University of California memberikan defenisi


dari planet yang murni didasarkan massa. Merunurutnya planet adalah:
a. Objek yang cukup besar pada sistem planet yang jelas dengan orbit tertentu
dengan massa yang sama atau lebih rendah 5 kali massa Jupiter.
b. Sistem planet matahari adalah sembilan planet ditamabah dengan benda yang
ditemukan yang lebih besar dari ukuran terkecil planet sembilan tersebut.
2. Steven Soter Departemen Astrofisika di Museum Sejarah Alam Amerika mengusulkan
defenisi planet yang merupakan kombinasi dari kosmogoni dan massa.
a. Sebuah tubuh primer merupakan bintang atau substar dibentukoleh pertambahan
inti dari awan antar bintang
b. Substar adalah benda yang kurang dari 80 massa Jupiter, batas rendah untuk fusi
hidrogen bintang.
c. Planet adalah sebuah produk akhir pertambahan sekunder dari piringan sekitar
tubuh primer.
d. Produk akhir ini mengandung lebih dari 100 kali massa benda lain yang ada pada
orbitnya.

3. Bojan Pecnik dari Kroasia dan Christopher Broeg dari Universitaas Bern
mendefenisikan planet dengan konsep inti kritis global statis mass. Menurut mereka
planet memiliki inti yang super kritis dan mereka tidak desebut sebagai planet jika tidak
mampu mempertahankan selubungnya ketika di ruang hampa.
4. Alan Stern dan Harold F. Levison Departement Study Space di Barat Daya Research
Institute mendukung defenisi yang didasarkan pada massa batas atas dan bawah.
Mereka mendefenisikan planet sebagai setiap benda dalam ruang yang memenuhi uji
batas bawah dan batas atas kriteria massa.

KESIMPULAN

Planet adalah benda langit yang memiliki ciri-ciri berikut:

 mengorbit mengelilingi bintang atau sisa-sisa bintang;


 mempunyai massa yang cukup untuk memiliki gravitasi tersendiri agar dapat
mengatasi tekanan rigid body sehingga benda angkasa tersebut mempunyai bentuk
kesetimbangan hidrostatik (bentuk hampir bulat);
 tidak terlalu besar hingga dapat menyebabkan fusi termonuklir terhadap deuterium di
intinya; dan,
 telah “membersihkan lingkungan” (clearing the neighborhood; mengosongkan orbit
agar tidak ditempati benda-benda angkasa berukuran cukup besar lainnya selain
satelitnya sendiri) di daerah sekitar orbitnya

Daftar pustaka
1. G. B. Valsecchi, ” The Definition Of Planet: A Dynamicist's Point Of View.”.
IASF-Roma, INAF, via Fosso del Cavaliere 100, 00133 Roma, Italy. Accepted: November 30,
2009.Serb. Astron. J. 179 (2009), 1 – 5

2. R. Sarma, K. Baruah, J. K. Sarma.” IAU Planet Defenition: Some Confusion

and Their Modifications”. Department of Physics, Hojai College, Hojai-782435,

Nagaon, Assam, India

Anda mungkin juga menyukai