Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Badai krisis mult idimensional masih terus berkecamuk di negeri kita Indonesia.
Dalam kondisi ini, masyarakat kecilah yang paling merasakan dampaknya. Akibatnya
sebagian besar kebutuhan mereka terabaikan yang lebih memprihatinkan jika yang
diabaikan itu masalah kesehatan. Sering muncul kasus penyakit keluarga miskin yang
menderita penyakit kronis, tapi membiarkan penyakit itu menggerogoti tubuhnya.
Terkadang mereka hanya berobat ala kadarnya. Hal ini dikarenakan tidak memiliki uang
yang cukup untuk berobat. Biaya kedokter dan obat-obatan semakin mahal. Sementara
untuk kebutuhan sehari-hari saja belum tentu terbutuhi.
Apabila fenomena ini dibiarkan secara berlarut-larut maka penyakit itu semakin
parah. Apalagi jika penyakit yang dideritanya penyakit yang berbahaya, misalnya tumor
ganas, kanker, jantung, dan lain sebagainya. Bisa jadi tersebut masuk kedalam stadium
yang tidak bisa di tolong. Dalam kondisi demikian tentu penderita yang kelabakan. Ia
dalam posisi yang sangat dilematis. Sebab jika dibiarkan Begitu saja, kita kasihan. Tapi
jika diobati tidak punya harapan sembuh. Apalagi keluarga tidak punya uang yang cukup
untuk biaya pengobatan yang sangat tinggi. Sementara penyakitnya sudah cukup akut.
Dalam kondisi ini, biasanya seorang dokter atas kesepakatan keluarga pasien, menempuh
jalan euthanasia. Yakni, menghilangkan derita si sakit dengan cara mengakhiri
kehidupannya. Secara medis, euthanasia baru dilaksanakan jika penyakit tersebut tidak
mungkin disembuhkan lagi, namun demikian factor ketidak mampuan biaya juga menjadi
pertimbangan. Usaha-usaha untuk mempercepat kematian guna mengakhiri penderitaan
karena penyakit itulah yang disebut dengan euthanasia.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan makalah ini ialah sebagai berikut:
1. Apa defenisi euthanasia?
2. Apa saja macam-macam euthanasia?
3. Bagaimana pandangan hukum islam tentang euthanasia?
C. Tujuan Pembuatan Makalah
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui defenisi euthanasia
2. Untuk mengetahui macam-macam euthanasia
3. Untuk mengetahui pandangan hukum islam tentang euthanasia.
BAB II
PEMBAHASAN

A Defenisi Euthanasia

Eutahanasia atau taisir al-maut ialah tindakan memudahkan kematian atau


mengakhiri hidup seseorng dengan sengaja tanpa merasa sakit, karena kasihan untuk
meringankan penderitaan pasien.1 Kata euthanasia juga merupakan kata yang berasal dari
kata yunani Eu artinya “baik” dan thanathos yang berarti '”kematian”. 2 Maksudnya
adalah bahwa euthanasia merupakan kematian yang tanpa merasakan sakit atau
penderitaan yang berlarut-larut. Dalam kamus inggris-Indonesia disebutkan, bahwa
euthanasia termasuk kata benda yang berarti tindakan mematikan orang untuk
meringankan penderitaan seseorang.
Dalam istilah medis, euthanasia berarti membantu mempercepat kematian agar
terbebas dari penderitaan. Pengertian “Mempercepat kematian” dalam terminology islam
tidak dikenal. Dalam agama islam, yang menentukan kematian adalah Allah.
Menurut Dr. H. Ali Akbar, Euthanasia mempunyai pengertian:
1 Kematian yang mudah dan tanpa rasa sakit
2 Usaha untuk meringankan penderitaan orang yang sekarat dan bila perlu untuk
mempercepat kematiannya
3 Keinginan untuk mati dalam arti yang baik. 3 Dari beberapa pengertian di atas
maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud euthanasia adalah usaha
dan bantuan yang dilakukan untuk mempercepat kematian. Seorang yang
menurut perkiraan sudah hamper mendekati kematian, dengan tujuan untuk
meringankan atau membebaskannya dari penderitaannya.
Dengan demikian, sebenarnya euthanasia merupakan pembunuhan, yang
mendapat persetujuan dari keluarga pasien atau si sakit.
B Macam-Macam Euthanasia
Dalam dunia medis dikenal dua macam euthanasia:
1 Eutahanasia aktif

1
Setiawan Budi Utomo, fiqh Actual: Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer, Jakarta: Gema insani
Press, 2003, h 176
2
Ibid. h. 177
3
Huzaimah Tahido Yanggo, Masaylul Fiqyah: Kajian Hukum Kontemporer. Bandung: Angkasa,
2005, h. 104
Yang dimaksud euthanasia aktif apabila seorang dokter melihat
penderitaan pasiennya dalam keadaan penderitaan yang sangat berat karena
penyakit yang dideritanya sangat sulit disembuhkan dan menurut pendapatnya
penyakit tersebut akan mengakibatkan kematian dan karena merasa kasihan
terhadap sipenderita ia lalu melakukan penyuntikan untuk mempercepat
kematiannya.4 Euthanasia aktif disebut juga dengan euthanasia positif.
2 Eutahanasia pasif
Euthanasia pasif ialah tindakan seorang dokter berupa penghentian
pengobatan kepada pasien yang menderita sakit keras, yang secara medis sudah
tidak dapat disembuhkan lagi. Penghentian pengobatan ini berakibat
mempercepat kematian pasien. Euthanasia pasif disebut juga euthanasia negatif. 5
DR. Kartono Muhammad, mengatakan bahwa pada praktik secara sadar
atau tidak sadar, euthanasia pasif bisa saja terjadi di Indonesia. Hal ini terpaksa
diakukan karena kurangnya fasilitas yang ada dirumah sakit. 6

C Pandangan Hukum Islam Tentang Euthanasia

Islam sangat memperhatkan keselamatan dan kehidupan setiap manusia. Setiap


perbuatan menghilangkan nyawa, baik oleh orang lain maupun oleh diri sendiri dilarang
dengan tegas baik oleh alqur’an maupun al hadits. Mengenai dalil atau dasar fatwa MUI
tentang pelarangan “Euthanasia” dan menjelaskan tindakannya secara umum yaitu
tindakan membunuh orang dan karena factor keputusassan yang tidak diperbolehkan
dalam hukum islam. Ketua komisi MUI mengungkapkan, dasar pelarang euthanasia
memang tidak terdapat secara spesifik dalam al qur’an maupun al hadits. “Hak untuk
mematikan seseorang ada pada Allah SWT.” Kasus euthanasia memang belum terjadi di
Indonesia, euthanasia merupakan masalah yang sering terjadi di luar negri. Tetapi MUI
telah menetapkan untuk pelanggaran euthanasia setelah melakukan diskusi dan
pembahasan tentang permasalah euthanasia yang terjadi di luar negri. Ketua komisi MUI
KH. Ma’ruf Amin Hidayatullah, Mengatakan bahwa MUI telah lama mengeluarkan fatwa
yang mengharamkan dilakukannya tindakan euthanasia (Tindakan mematikan orang
untuk meringankan penderitaan sekarat).
Euthanasia boleh dilakukan dalam kondisi pasif yang sangat khusus. Dimana
kondisi pasif tersebut dimana, seorang yang tergantung oleh alat penunjang kehidupan
4
Ibid. h. 105
5
Setiawan Budi Utomo, fiqh Actual: Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer,h. 177
6
Huzaimah Tahido Yanggo, Masaylul Fiqyah: Kajian Hukum Kontemporer, h. 105
tetapi ternyata alat tersebut lebih dibutuhkan oleh pasien yang lain memiliki tingkat
peluang hidup yang lebh besar dan pasien tersebut sangat dibutuhkan keberadaannya
dimasyarakat. Kondisi aktif yatu apabila orang yang tidak akan mati apabila hanya
dicabut alat medis perawatan, tetpi memang harus dimatikan.
Islam sangat memperhatikan keselamatan dan kehidupan manusia. Karena itulah
islam melarang orang yang melakukan bunuh diri. Sebab pada hakikatnya jiwa yang
bersemayam pada jasadnya bukalah yang memiliki sendiri. Sebaliknya, jiwa merupakan
titipan Allah SWT yang harus dipelahara dan digunakan secara benar. Maka dari itu, dia
tidak boleh membunuh dirinya sendiri maupun orang lain.
Allah SWT berfirman:
      
          
          
         
 
Artinya:29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-
suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu ; Sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu.
30. Dan Barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, Maka Kami
kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah.(Qs. An-Nisa 29-30)
Dalam komentarnya tentang ayat ini, imam fakhrurrazi menyatakan bahwa secara
fitrah, manusia beriman tidak akan melakukan tindakan bunuh diri. Akan tetapi dalam
keadaan tertentu misalnya karena frustasi, mengalami kegagalan, dan sebagainya.
Kondisi ini membuat adanya peluang yang besar bagi seseorang yang melakukan bunuh
diri. Dalam rangka itulah al-qur’an melarang keras kaum mukminin untuk melakukan
bunuh diri.7
Karena alasan itu pula, seorang pesakitan dalam islam dianjurkan untuk segera
berobat. Sebab, orang berobat pada hakikatnya dalam rangka mempertahankan
kehidupannya.
Disisi lain, seseorang juga dilarang keras membunh orang lain. Sebagai bukti
keseriusannya, islam memberikan ancaman sansi yang sangat tegas bagi pelakunya

7
Imam fahrurrazi dalam Abu Yazid, Fiqh realitas. h.213
Allah SWT Berfirman:
       
        
Artinya; 93. Dan Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka balasannya
ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya
serta menyediakan azab yang besar baginya.(Qs An-Nisa 93)

Dari penjelasan di atas, euthanasia aktif bisa masuk dalam kategori pembunuhan
sengaja. Karena, dokter melakukan hal itu secara sengaja dan jelas-jelas menggunakan
obat yang biasanya memang bisa mempercepat kematian pasien. Konsekuensinya,
sipelaku dalam hal ini dokter dikenakan sanksi qishash. Bahkan, jika ada ahli waris yang
turut mendukung praktik tersebut, dia tidak akan mendapat warisan.

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan:


 Dengan demikian, sebenarnya euthanasia merupakan pembunuhan, yang mendapat
persetujuan dari keluarga pasien atau si sakit.
 euthanasia aktif apabila seorang dokter melihat penderitaan pasiennya dalam
keadaan penderitaan yang sangat berat karena penyakit yang dideritanya sangat sulit
disembuhkan dan menurut pendapatnya penyakit tersebut akan mengakibatkan
kematian dan karena merasa kasihan terhadap sipenderita ia lalu melakukan
penyuntikan untuk mempercepat kematiannya
 Euthanasia pasif ialah tindakan seorang dokter berupa penghentian pengobatan
kepada pasien yang menderita sakit keras, yang secara medis sudah tidak dapat
disembuhkan lagi. Penghentian pengobatan ini berakibat mempercepat kematian
pasien
 Ketua komisi MUI KH. Ma’ruf Amin Hidayatullah, Mengatakan bahwa MUI telah
lama mengeluarkan fatwa yang mengharamkan dilakukannya tindakan euthanasia
(Tindakan mematikan orang untuk meringankan penderitaan sekarat).
 Euthanasia boleh dilakukan dalam kondisi pasif yang sangat khusus. Dimana kondisi
pasif tersebut dimana, seorang yang tergantung oleh alat penunjang kehidupan tetapi
ternyata alat tersebut lebih dibutuhkan oleh pasien yang lain memiliki tingkatpeluang
hidup yang lebh besar dan pasien tersebut sangat dibutuhkan keberadaannya
dimasyarakat. Kondisi aktif yatu apabila orang yang tidak akan mati apabila hanya
dicabut alat medis perawatan, tetpi memang harus dimatikan.

DAFTAR PUSTAKA

 Setiawan Budi Utomo, fiqh Actual: Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer, Jakarta:
Gema insani Press, 2003
 Huzaimah Tahido Yanggo, Masaylul Fiqyah: Kajian Hukum Kontemporer. Bandung:
Angkasa, 2005
 Imam fahrurrazi dalam Abu Yazid, Fiqh realitas

Anda mungkin juga menyukai