80%(5)80% menganggap dokumen ini bermanfaat (5 suara)
39K tayangan4 halaman
Laporan ini memberikan ringkasan tentang perjalanan dinas ke Jakarta untuk konsultasi pembentukan Kota Otonomi Maumere. Beberapa poin penting yang didiskusikan adalah syarat administrasi, teknis, dan fisik untuk pembentukan kota baru serta tata cara yang harus dilakukan. Dokumen pendukung seperti data statistik dan peta wilayah masih perlu dilengkapi.
Laporan ini memberikan ringkasan tentang perjalanan dinas ke Jakarta untuk konsultasi pembentukan Kota Otonomi Maumere. Beberapa poin penting yang didiskusikan adalah syarat administrasi, teknis, dan fisik untuk pembentukan kota baru serta tata cara yang harus dilakukan. Dokumen pendukung seperti data statistik dan peta wilayah masih perlu dilengkapi.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Laporan ini memberikan ringkasan tentang perjalanan dinas ke Jakarta untuk konsultasi pembentukan Kota Otonomi Maumere. Beberapa poin penting yang didiskusikan adalah syarat administrasi, teknis, dan fisik untuk pembentukan kota baru serta tata cara yang harus dilakukan. Dokumen pendukung seperti data statistik dan peta wilayah masih perlu dilengkapi.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
1. DASAR : Surat Tugas Nomor : 094 / 502 / BU.2009
2. MAKSUD PERJALANAN DINAS : Konsultasi Pembentukan Kota Otonomi Maumere dan Tugas Staf Ahli Bupati di Depertemen Dalam Negeri RI – Jakarta. 3. LAMA PERJALANAN DINAS : 8 ( delapan ) hari Tanggal Berangkat : 12 Oktober 2009 Tanggal Kembali : 21 Oktober 2009 4. PELAKSANAAN KEGIATAN : 1. Berkonsultasi Dengan Bapak Dr. Sodjuangan Sitomorang, M.Si Tentang Pemekaran Wilayah Khususnya Tentang Pembentukan Kota Otonomi Maumere. 2. Berkonsuktasi dengan Bapak Gelingging dan Ibu Hari, Kabag dan Kasubag Kelembagaan pada Biro Organisasi Sekretariat Jendral Departemen Dalam Negeri. 5. HASIL KONSULTASI : A. Pembentukan Kabupaten / Kota 1. Kebijakan Pemekaran Wilayah secara normatif berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah. 2. Pembentukan daerah Kababupaten/Kota berupa pemekaran Kabupaten/Kota dan penggabungan beberapa Kecamatan yang bersandingan pada wilayah Kabupaten/Kota yang berbeda harus memenuhi syarat administrasi, teknik, dan fisik kewilayahan. 3. Adapun ketiga syarat tersebut, sebagai berikut : Syarat Administratif, meliputi : a. Keputusan DPRD Kabupaten/Kota induk tentang persetujuan pembentukan calon Kabupaten/Kota ; berdasarkan aspirasi sebagian besar masyarakat setempat. b. Keputusan Bupati/Walikota induk tentang persetujuan pembentukan calon Kabupaten/Kota; c. Keputusan DPRD Provinsi tentang persetujuan pembentukn calon Kabupaten/Kota; d. Keputusan gurbenur tentang persetujuan pembentukan calon Kabupaten/Kota; dan e. Rekomendasi Menteri Dalam Negeri. Syarat Teknis meliputi faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan, kemampuan keuangan, tingkat kesejahteraan masyarakat, dan rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan daerah. Faktor tersebut dinilai berdasarkan hasil kajian daerah dan apabila total nilai seluruh indikator mencapai kategori sangat mampu atau mampu maka calon daerah otonom tersebut dapat direkomendasikan menjadi daerah otonomi baru. Syarat Fisik, meliputi : a. Cakupan wilayah yaitu untuk pembentukan kota paling sedikit 4 (empat) kecamatan dan digambarkan dalam peta wilayah kabupaten /kota. b. Lokasi calon ibukota yang ditetapkan dengan keputusan Bupati dan DPRD Kabupaten/Kota. Penetapan lokasi ibukota dilakukan melalui kajian daerah terhadap aspek tata ruang, ketersediaan fasilitas, aksesibilitas, kondisi, dan letak geografis, kependudukan, sosial ekonomi, sosial politik, dan sosial budaya. Apabila calon kota merupakan ibukota kabupaten, maka ibukota kabupaten harus dipindahkan ke lokasi lain secara bertahap paling lama 5 (lima) tahun sejak dibentuknya kota. c. Sarana dan prasarana pemerintah meliputi : Bangunan dan lahan untuk kantor Walikota Kantor DPRD Kantor perangkat daerah yang dapat digunakan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. 4. Tata cara pembentukan Kabupaten/Kota, dilaksanakan sebagai berikut : a. Aspirasi sebagian besar masyarakat setempat dalam bentuk Keputusan BPD untuk desa dan Forum Komunikasi Kelurahan atau nama lain untuk Kelurahan di wilayah yang menjadi calon cakupan wilayah Provinsi atau Kabupaten/Kota yang akan dimekarkan. b. DPRD Kabupaten/Kota dapat memutuskan untuk menyetujui atau menolak dalam bentuk keputusan DPRD. c. Bupati/Walikota memutuskan untuk menyetujui atau menolak aspirasi tersebut dalam bentuk kepustusan bupati/walikota berdasrkan hasil kajian daerah. d. Bupati/Walikota mengusulkan pembentukan Kabupaten/Kota kepada Gubernur untuk mendapatkan persetujuan dengan melampirkan : 1. Dokumen aspirasi masyarakat di calon Kabupaten/Kota; 2. Hasil kajian daerah; 3. Peta wilayah calon Kabupaten/Kota; dan 4. Keputusan DPRD Kabupaten/Kota dan kuputusan bupati/walikota. e. Gubernur memutuskan untuk menyetujui atau menolak usulan pembentukan Kabupaten/Kota berdasarkan evaluasi kajian daerah. f. Gubernur menyampaikan usulan pembentukan calon Kabupaten/Kota kepada DPRD Provinsi. g. DPRD Provinsi memutuskan untuk menyetujui atau menolak usulan tersebut. h. Dalam hal Gubernur menyetujui usulan pembentukan Kabupaten/Kota, Gubernur mengusulkan pembentukan Kabupaten/Kota kepada Presiden melalui MENDAGRI dengan melampirkan : 1. Dokumen aspirasi masyarakat di calon Kabupaten/Kota; 2. Hasil kajian daerah; 3. Peta wilayah calon Kabupaten/Kota; 4. Keputusan DPRD Kabupaten/Kota dan keputusan Bupati/Walikota; 5. Keputusan DPRD Provinsi; 5. Selanjutnya Mendagri melakukan penelitian terhadap usulan pembentukan Kabupaten/Kota tersebut oleh sebuah tim yang dibentuk oleh menteri. Rekomendasi hasil penelitian oleh menteri disampaikan kepada DPOD untuk diminta tanggapan tertulis para anggota DPOD. Apabila DPOD memandang perlu dilakukan klarifikasi dan penelitian kembali terhadap usulan pembentukan daerah; DPOD menugaskan Tim Teknis DPOD untuk melakukan klarifikasi dan penelitian. Kemudian berdasarkan hasil klarifikasi dan penelitian DPOD bersidang untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada Presiden mengenai usulan pembentukan daerah. Menteri menyampaikan usulan pembentukan suatu daerah kepada Presiden berdasarkan saran dan pertimbangan DPOD. Dalam hal Presiden menyetujui usulan pembentukan daerah, menteri menyiapkan rancangan undang – undang tentang pembentukan daerah. Setelah undang – undang pembentukan daerah diundangkan, Pemerintah melaksanakan peresmian daerah dan melantik penjabat kepala daerah. Paling lambat 6 (enam) bulan sejak diundangkannya undang – undang tentang pembentukan daerah. 6. Untuk pembentukan calon kota otonomi Maumere secara normatif sudah memenuhi persyaratan pembentukan daerah. Masih ada beberapa dokumen yang harus dilengkapi antara lain : a. Persyaratan Teknik : Buku Provinsi Dalam Rangka terbitan terakhir; Buku PDRB terbitan terakhir untuk semua kabupaten yang ada di wilayah Provinsi NTT; Buku Ringkasan APBD 3(tiga) tahun terakhir untuk semua kabupaten yang ada di wilayah Provinsi NTT; Buku kabupaten dalam angka terbitan terakhir untuk semua kabupaten yang ada di wilayah Provinsi NTT; RPJMD Kabupaten Sikka; Potensi masing – masing Kecamatan; PP/Perda Kabupaten Induk tentang pembentukan Kecamatan; Formulir isian data Kelengkapan Calon Daerah Otonom Kota Maumere yang ditandatangani oleh Bupati danK DPRD Kabupaten Sikka; b. Persyaratan Fisik Kewilayaan, perlu dilengkapi dengan : Data nama pulau; Undang – undang pembentukan Kabupaten Sikka; Peta wilayah Kabupaten/Kota yang telah dilegalisir oleh Kabupaten/Kota yang berbatasan dengan daerah lain, peta wilayah Kabupaten induk; Bukti pemilikan yang sah berupa dokumen bangunan dan lahan untuk Kantor Kepala Daerah, Kantor DPRD dan Kantor Perangkat Daerah, untuk Calon Kota Maumere; Rancangan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Induk; B. TUGAS POKOK STAF AHLI Tugas pokok staf ahli adalah menyusun telaahan terhadap bidang keahliannya untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan bupati dalam pengambilan keputusan baik diminta maupun tidak diminta. Tugas Pokok tersebut, meliputi : a. Melakukan identifikasi isu – isu strategis dalam penyelengaraan tugas keahlian masing – masing; b. Melakukan pengkajian dan analisis terhadap isu – isu strategis penyelenggaraan pemerintaan pada bidangnya; c. Melaksanakan pengkajian terhadap pemikiran / saran Bupati; d. Memberikan telaahan kepada Bupati mengenai penyelenggaraan urusan di bidangnya; e. Melaksanakan pengkajian dan analisis penyelenggaraan dibidangnya serta permasalahannya; f. Melaksanakan tugas lainnya yang dberikan Bupati baik lisan maupun tertulis; g. Melaporkan hasil kajian kepada Bupati;
6. PENUTUP Demikian laporan hasil konsultasi dan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.