DISUSUN OLEH:
NAMA : MUHAMMAD FAIZAL S
NIM : 1007135523
KELAS/PRODI : S1-B TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2010
1. Jelaskan fenomena politik yang terjadi saat ini!
2. Persepsi Anda terhadap fenomena pemerintahan yang terjadi!
3. Sebagai seorang mahasiswa, apa yang Anda lakukan dalam perbaikan bangsa?
4. Pemahaman Anda tentang pertemuan Kewarganegaraan selama ini!
Salah satu fenomena politik pasca Pilkada lainnya adalah adanya pemerintahan yang
terbelah (divided government) di daerah. Ini terjadi ketika kekuasaan pemerintahan
eksekutif (kepala daerah) dikuasai oleh satu partai sementara kekuasaan legislatif (Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah/DPRD) dikuasai oleh partai lain. Sedangkan, united
government/unified government berlangsung ketika kepala daerah atau wakil kepala daerah
berasal dari satu partai dengan mayoritas anggota DPRD. Fenomena Divided government
didominasi oleh adanya beragam keretakan, ketegangan dan konflik yang berlangsung pada
elit/aktor politik dan lembaga-lembaga birokrasi. Namun ketegangan antara elit/aktor politik
dan lembaga-lembaga birokrasi dengan massa juga bisa memperuncing derajat keretakan,
ketegangan dan konflik yang berdampak pada kinerja lembaga pemerintahan dan sistem
demokrasi di masing-masing daerah
Fenomena divided government dan united government di berbagai negara
demokrasi memiliki dampak terhadap efektifitas kinerja pemerintahan dan arah kebijakan
publik. Secara umum, divided government berdampak pada munculnya berbagai kebijakan
publik yang tidak responsif terhadap kebutuhan publik dan menimbulkan pola kebijakan
yang tidak efektif. Sebaliknya united government—baik pada level Negara maupun
pemerintahan lokal/federal—akan memberikan dampak berlangsungnya sistem
pemerintahan yang lebih efektif dan kebijakan yang mampu merespon kebutuhan, keinginan
dan tuntutan publik. Lebih lanjut tentang hal ini lihat dalam John J. Coleman, “Unified
Government, Divided Government, and Party Responsiveness”, The American Political
Science Review, Vol. 93, No. 4, Desember 1999, pp. 821-835. Bandingkan dengan William
Niskanen (2003), A Case for Divided Government.
Proses pilkada di Indonesia seringkali memiliki latar belakang dan konteks ekonomi-
politik yang beragam dan sangat kompleks. Arus kepentingan ekonomi-politik dari para aktor
politik, maupun lembaga-lembaga politik yang menjadi pelaku Pilkada berdampak besar bagi
munculnya keretakan, ketegangan dan konflik pasca Pilkada . Kuatnya warisan struktur sosial
feodal dan rejim oligarki di daerah menjadikan proses demokrasi didominasi oleh
kepentinganekonomi-politik para elit. Otonomi daerah bahkan menciptakan ruangan bagi
perjuangan kepentingan individu elit daerah. Syarif Hidayat (2006) melihat ada tiga bentuk
kepentingan individu para elit lokal. Pertama, kepentingan ekonomi (seeking economic
ends). Kedua, kepentingan untuk pengembangan karier (career advancement). Ketiga,
kepentingan untuk sponsor politik (political sponsorship). Lihat Syarif Hidayat “Mencari
Terapi Pilkada Terbaik”, Batam Pos, 26 Agustus, 2006
Janji- janji politik yang bersifat idaman atau impian rakyat akan bertaburan pada
saat pilkada ataupun pemilu, bahkan hal ini didukung oleh kontrak politik. Namun, janji
hanyalah janji pasca pemilihan dan berakhirnya pesta demokrasi. Berbagai masalah muncul,
dimana suatu kasus yang terjadi di lingkungan pemerintah yang tak kunjung usai. Mulai dari
adanya penyelewengan dana, kasus century, kasus gayus tambunan bahkan kasus
markus(mafia kasus), dan tak kalah penting sering absennya anggota dewan saat rapat.
Hingga membuat berbagai aktivis ataupun mahasiswa pun melakukan demonstrasi untuk
mengeluarkan aspirasinya. Baik yang terkendali maupun tidak.Fenomena politik yang terjadi
lainnya adalah adanya penaikan TDL dan juga konversi minyak tanah ke gas yang
menimbulkan konflik pertentangan antara pemerintah dengan masyarakat. Mayoritas
masyarakat merasa kurang puas atau tidak puas sama sekali terhadap cara penangan
pemerintah terhadap musibah ledakan tabung kompor gas. Sementara, untuk kebijakan
kenaikan tarif daftar listrik (TDL), mayoritas dari mereka terlihat mendua: Tidak mendukung
kebijakan itu dengan alasan apapun, namun ketika formulasi pertanyaan diubah “untuk
membantu mereka yang tak mampu” mereka mendukung.
3. Sebagai seorang mahasiswa, apa yang Anda lakukan dalam perbaikan bangsa?
Yang harus saya lakukan sebagai seorang mahasiswa adalah harus benar benar memami apa
itu demokrasi yang sehat sehingga mampu mensosialisasikan hal tersebut kepada
masyarakat umum dengan bahasa yang ringan sesuai dengan kondisi dan keadaan, hal ini
agar mereka juga akan mengenal idealism demokrasi. Semoga dengan memahami
fenomena politik ini dapat membangkitkan semangat juang kita agar menjadi yang lebih
baik.