Anda di halaman 1dari 3

Ciri-Ciri Pemuda Ideal

oleh Fenfen Fenda Florena (Kepala Pembinaan LDK DKM Unpad)

Dengan berat hati harus diakui, kemerosotan masyarakat saat ini paling kentara ditandai
dengan kemerosotan mentalitas pemuda-pemudinya. Kita bisa lihat pelaku seks bebas adalah
pemuda, pemadat adalah pemuda, pelaku tawuran adalah pemuda, suporter-suporter anarkis
adalah pemuda, dan kebanyakan gelandangan adalah pemuda. Simpelnya, hancurnya
masyarakat kita digawangi oleh kehancuran para pemudanya. Kebanyakan Pemuda saat ini
sudah kehilangan segala-galanya; baik Identitas, Kapasitas, Integritas, maupun Kapabilitas.
Alih-alih menjadi Bagian dari solusi malah ternyata menjadi bagian dari masalah!.

Kisah berikut semoga bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita. Kisah ini akan memberi
gambaran kepada kita Bagaimana sesunggunya karakteristik ideal dari seorang pemuda. Dari
cerita berikut setidaknya kita akan mendapat ibroh tentang Ketaatan kepada Allah Swt,
rasa Tanggung Jawab, Kepedulian, serta Persaudaraan. Berikut penggalan kisahnya;

***

Pada Zaman Khalifah Umar Bin Khattab RA, ada seorang pemuda yang berencana untuk
melakukan perjalanan jauh. Dia mempersiapkan segala perbekalannya, termasuk unta yang
akan digunakan sebagai kendaraannya.

Di tengah perjalanan, ia menemukan sebuah tempat yang ditumbuhi rumput hijau nan segar.
Dia berhenti di tempat itu untuk beristirahat sejenak. Pemuda itu kemudian duduk di bawah
pohon. Karena terlalu lelah, akhirnya ia tertidur lelap. Saat ia tidur, tali untanya lepas,
sehingga unta itu pergi ke sana ke mari. Akhirnya, unta itu masuk ke kebun yang ada di dekat
situ. Unta itu memakan tanam-tanaman dan buah-buahan di dalam kebun. Unta itu juga
merusak segala yang dilewatinya.

Penjaga kebun adalah seorang kakek tua. Sang kakek berusaha mengusir unta itu, namun ia
tidak bisa. Karena khawatir unta itu akan merusak seluruh kebunnya, sang kakek pun
membunuhnya. Ketika bangun, pemuda itu mencari untanya. Ternyata, ia menemukan unta
itu telah tergeletak mati dengan leher menganga di dalam kebun.

Pada saat itu, seorang kakek datang. Pemuda itu bertanya, “Siapa yang membunuh unta
miliku ini?” sang Kakek lalu menceritakan apa yang telah dilakukan oleh unta itu. Karena
kuatir akan merusak seluruh isi kebun, maka sang kakek terpaksa membunuhnya. Mendengar
hal itu, sang pemuda tak kuasa menahan amarahnya. Saking emosinya, Serta-merta ia
memukul kakek penjaga kebun itu. Naasnya, kakek itu meninggal seketika. Pemuda itu amat
menyesal atas apa yang diperbuatnya. Pada saat yang bersamaan, datanglah dua orang
pemuda yang merupakan anak dari sang kakek tadi. Mengetahui ayahnya telah tergeletak
tidak bernyawa dan disebelahnya berdiri pemuda itu, mereka lalu menangkapnya. Kemudian,
keduanya membawa sang pemuda menghadap Amirul Mukminin; Khalifah Umar bin
Khattab RA.

Mereka berdua menuntut dilaksanakan qishash (hukum bunuh) kepada pemuda yang telah
membunuh ayah mereka. Lalu, Umar bertanya kepada sang pemuda. Pemuda itu mengakui
perbuatannya. Ia benar-benar menyesal atas apa yang telah dilakukannya.
Umar lalu berkata, “Aku tidak punya pilihan lain kecuali melaksanakan hukum Allah
terhadapmu,” sang pemuda dengan lapang dada menerima keputusan tersebut. Ia kemudian
meminta kepada Khalifah Umar, agar diberi waktu dua hari untuk pulang ke kampungnya,
sehingga dia bisa berpamitan kepada keluarga serta bisa membayar hutang-hutangnya. Umar
kemudian berkata, “Hadirkan padaku orang yang menjamin, bahwa kau akan kembali
lagi kesini. Jika kau tidak kembali, orang itu yang akan diqishash sebagai ganti dirimu.”
Pemuda itupun menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, Aku orang asing di negeri ini, aku
tidak bisa mendatangkan seorang penjamin.”

Salah seorang sahabat mulia, ABU DZAR AL-GHIFARI RA (yang ketika itu usianya
terkatagori masih muda) secara kebetulan hadir di majlis tersebut. Beliau kemudian berkata,
“Hai Amirul Mukminin, ini kepalaku, aku berikan kepadamu jika pemuda ni tidak datang
lagi setelah dua hari.” Dengan terkejut, Umar berkata, “Apakah kau yang menjadi
penjaminnya, wahai Abu Dzar, sahabat Rasulullah?,” “Benar, ya Amirul Mukminin,”
jawab Abu Dzar lantang.

Pada hari yang telah ditetapkan untuk pelaksanaan hukuman qishah, orang-orang penasaran
menantikan datangnya pemuda itu. SANGAT MENGEJUTKAN! Dari jauh sekonyong-
konyong mereka melihat pemuda itu datang dengan memacu kudanya. Sampai akhirnya, dia
tiba di tempat pelaksanaan hukuman. Orang-orang memandangnya dengan takjub. Umar
bertanya kepada pemuda itu, “Mengapa kau kembali lagi ke sini Anak Muda, padahal kau
bisa menyelamatkan diri dari maut?” Pemuda itu menjawab, “Wahai Amirul Mukminin,
aku datang ke sini agar jangan sampai orang-orang berkata, ‘tidak ada lagi pemuda yang
menepati janji di kalangan umat Ini’. Dan agar orang-orang tidak mengatakan, ‘tidak ada
lagi Pemuda sejati nan kesatria yang berani mempertanggungjawabkan perbuatannya di
kalangan umat ini”

Lalu, Umar melangkah ke arah Abu Dzar Al-Ghiffari dan berkata, “Dan kau wahai Abu
Dzar, bagaimana kau bisa mantap menjamin pemuda ini, padahal kau tidak kenal dengan
pemuda ini?” Abu Dzar menjawab, “Aku lakukan itu agar orang-orang tidak mengatakan
bahwa tidak ada lagi Pemuda jantan yang bersedia berkorban untuk saudaranya seiman
dalam umat ini.”

Mendengar itu semua, dua orang pemuda anak kakek yang terbunuh pun ikut berkata,
“Sekarang tiba giliran kami, wahai Amirul Mukminin, kami bersaksi di hadapanmu
bahwa pemuda ini telah kami maafkan, dan kami tidak meminta apa pun darinya! Tidak
ada yang lebih utama dari memberi maaf di kala mampu. Ini kami lakukan agar orang
tidak mengatakan bahwa tidak ada lagi pemuda yang berjiwa besar, yang mau
memaafkan saudaranya di kalangan umat ini.”

***

SUBHANALLAH, Kisah di atas sangat mencengangkan dan penuh pesona. Inilah gambaran
tentang pemuda sejati, pemuda-pemuda kaya hati. Ke empat Pemuda dalam kisah di atas
menggambarkan kepada kita siapa itu Pemuda Sejati, Pemuda Impian banyak Hati.

Allahu A’lam. [sykrn fr]

?
less is better,
biasa atau istimewa,
adalah pilihan kita..

sungguh bisyaroh Rasulullah saw, akan penaklukan kota konstantinopel telah nyata,
muhammad al Fatih adalah orang pertama yang membuktikannya di tahun 1453 Masehi,
setelah lebih dari 825 tahun kaum muslimin menunggunya.

kini, masih ada satu bisyaroh lagi yang Rasulullah saw sampaikan kepada kita, yang
mengajak kita semuanya untuk merealisasikan bisyarah itu.

tsumma takunu khilafatan alaa minhaj nubuwwah”


Selanjutnya, akan ada kembali khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” (HR Ahmad)

berjuanglah kawan,
inilah Perjuangan yang belum selesai,
siapa gerangan yang akan menyelesaikan episode perjuangan demi tegaknya izzul islam wal
muslimin, jika bukan mereka yang faham akan perjuangan dengan iman??!!

http://syiar-islam.web.id/?p=172

Anda mungkin juga menyukai