Anda di halaman 1dari 6

mendidik anak lelaki

« Back to category : Balita | buat topic baru


Top of Form

Save topic 66

New Topic :
Bottom of Form
Cancel
11-06-2010 10:07:16 ke: 1
salam kenal bunda ..... mau sharing nih ...

bagaimana ya bun cara mendidik anak lelaki biar jadi anak yang pemberani dan
mandiri. anakku umur 2 tahun 3 bulan sangat aktif dan periang kalau di rumah
tapi kalau sudah di luar pasti bengong aja. apalagi kalau sudah di datangi
temannya yang bertingkah agresif pasti dia langsung lari ke arah saya. saya
kasihan bun ... kalau di ajak mandi bola dia senang tapi kalau mainannya
juli4martin(0) direbut anak lain dia langsung ketakutan dan tidak bisa membela diri.
Join Date : 31-
5-2010 anak saya lembut orangnya bun, sama adiknya sayang bgt. apa ini pengaruh
Total Posts : 2 ajaran mamanya yang selalu mengajarkan kasih sayang dan mengalah dengan
yang lebih kecil? atau pengaruh genetik juga karena saya waktu kecil jg
penakut banget.

mohon sarannya bunda ..... bagaimana caranya agar Fahriku bisa bertindak
asertif tapi bukan arogan.
terima kasih bunda .....

14-06-2010 16:54:47 ke: 2


Numpang curhat yah.....

Saya juga mengalami hal yg sama dengan bunda juliamartin..


Anakku cowok, bulan agustus besok usia 3 thn
kalau di rumah PD abis (mungkin karena paling kecil yah)
Tapi kalau lagi di palyland, dia lebih sering melihat teman2nya maen
bahkan kalau pas di papan seluncur, walaupun anakku sudah di posisi atas, jika
bundanya ada temannya yg mau naik.. anakku lebih baik memilih turun daripada meluncur
Anja(92) kebawah..
Join Date : - beberapa bulan yang lalu sempat aku masukkan PAUD dg harapan supaya lebih
Total Posts : PD,
106 tapiii.... pernah suatu hari anakku dipukul temannya.. bukannya balas atau
teriak.. eh malah senyum-senyum aja... (duh anakku ini, bundanya yg gregetan).
Trus kalau ngeliat temennya nangas, dia langsung merapat ke bundanya dan ikut
sedih juga..

mohon saran dari para bunda, bagaimana cara supaya anakku bisa
mempertahankan diri..

Salam
zilah kris
jual sprei waterproof, silahkan KLIK DISINI untuk melihat koleksi warnanya
ym : zilah.kris@yahoo.com

15-06-2010 16:02:42 ke: 3

Agar Anak Mandiri


Oleh: Ummu Nadzifah, S.Pd
Staf di Lembaga Bantuan Psikologi dan Manajemen (LBPM)
Dalam bahasa sehari-hari, istilah anak mandiri sering dikonotasikan
dengan anak yang mampu makan sendiri atau mandi sendiri. Sebaliknya,
littleholiday(163) anak yang tidak mandiri berarti anak yang segala aktivitasnya—makan,
mandi, berpakaian, dan bermain—tidak mau sendiri; semua harus
Join Date : - dilayani oleh lingkunganya.
Total Posts : 444
Dalam pandangan Islam, anak yang mandiri adalah anak yang mampu
memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan naluri (gharîzah) maupun
kebutuhan fisik (hâjah al-’udhawiyah), oleh dirinya sendiri secara
bertanggung jawab tanpa bergantung pada orang lain. Bertanggung
jawab maksudnya adalah meletakkan segala tanggung jawab dalam
kaitannya dengan orang lain sebagai bagian yang tidak terpisahkan
darinya, yakni sama-sama mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi
(Taqiyuddin An-Nabhani, Hakikat Berpikir Tentang Hidup, hlm. 86-95).

Anak yang mandiri tidak berteriak minta diambilkan makan dan tidak
rewel.
Anak mandiri akan melayani diri sendiri dengan mengambil makanan
sendiri.
Jika terdapat anggota keluarga yang belum makan, anak mandiri tidak
akan mengambil dan menghabiskan semua makanan, tetapi hanya
mengambil bagiannya saja. Demikian halnya jika anak mengetahui
bahwa ibunya sedang bekerja di dapur atau mengisi pengajian;
ia akan beraktivitas sendiri atau dengan temannya tanpa mengganggu
ibunya.
Sebenarnya, naluri setiap bayi adalah berkembang untuk mandiri.
Misalnya, mereka belajar untuk tengkurap, merangkak, berjalan, makan,
dan minum sendiri. Dalam belajar berjalan, mereka berusaha sekuat
tenaga untuk bisa walaupun sering jatuh dan menangis. Hal itu
merupakan upaya untuk menjadi manusia yang mandiri. Hanya saja,
lingkungan sering kurang tanggap dan kondusif terhadap proses
kemandirian anak sehingga anak diperlakukan secara salah. Akibatnya,
anak justru menjadi tidak mandiri.
Dampak Perkembangan Anak
Anak-anak yang berkembang dengan kemandirian secara normal akan
memiliki kecenderungan positif pada masa depan. Dalam mengarungi
kehidupan, anak mandiri cenderung berprestasi karena dalam
menyelesaikan tugas anak tersebut tidak bergantung pada orang lain.
Pada akhirnya anak merasa mampu menumbuhkan rasa percaya diri.
Anak mandiri yakin, seandainya ada risiko, ia mampu menyelesaikannya
dengan baik. Dengan begitu, kelak anak akan tumbuh menjadi orang
yang mampu berpikir serius, yakni senantiasa berusaha untuk
merealisasikan sesuatu yang ditargetkan atau yang dimaksudkan (qashd,
purpose) (An-Nabhani, Ibid., hlm. 130-137). Selanjutnya, ia akan
tumbuh menjadi anak yang prestatif.

Demikian halnya di lingkungan keluarga dan sosial, anak yang mandiri


akan mudah menyesuaikan diri (environment adjustment). Ia akan mudah
untuk diterima oleh anak-anak dan teman-teman di sekitarnya. Jika
demikian, kecerdasan anak—baik dalam bentuk kecerdasan intelektual
(intelligence quotion), kecerdasan emosional (emotion quotion), maupun
kecerdasan spiritual (spiritual quotion)—akan terus berkembang. Anak-
anak seperti inilah yang kelak akan memiliki keberanian untuk
melakukan amar makruf nahi mungkar sekaligus menjadi pemimpin di
tengah-tengah kaum yang bertakwa.

Sebaliknya, anak-anak yang tidak mandiri akan berpengaruh negatif


terhadap perkembangan kepribadiannya sendiri. Jika hal ini tidak segera
teratasi, anak akan mengalami kesulitan pada perkembangan selanjutnya.
Anak akan susah menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga ia
memiliki kepribadian kaku. Anak yang tidak mandiri juga akan
menyusahkan orang lain.

Anak-anak yang tidak mandiri cenderung tidak percaya diri dan tidak
mampu menyelesaikan tugas hidupnya dengan baik. Akibatnya, prestasi
belajarnya bisa mengkhawatirkan. Anak-anak seperti ini senantiasa
bergantung pada orang lain; misalnya mulai dari persiapan berangkat
sekolah, ketika di lingkungan sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah,
sampai dalam pola belajarnya.

Dalam persiapan berangkat sekolah, misalnya, anak selalu ingin


dimandikan orang lain, dibantu berpakaiannya, minta disuapi, buku dan
peralatan sekolah harus disiapkan orang lain, termasuk harus selalu
diantar ke sekolah. Ketika belajar di rumah, mereka mungkin mau,
asalkan semua dilayani; misalnya anak akan menyuruh orang lain untuk
mengambilkan pensil, buku, serutan dan sebagainya.
Penyebab Anak Tidak Mandiri

Ada beberapa alasan yang menyebabkan anak tidak mandiri.


Pertama: adanya kekhawatiran yang berlebihan dari orangtua terhadap
anaknya. Misalnya, orangtua melarang anaknya mandi sendiri karena
khawatir kurang bersih; melarang anak makan sendiri karena khawatir
makanan tumpah. Segala kehawatiran lingkungan yang berlebihan akan
menyebabkan anak tidak mandiri.

Kedua: orangtua sering membatasi dan melarang anaknya berbuat


sesuatu secara berlebihan. Setiap anak beraktivitas, orangtua sering
mengatakan, “jangan” tanpa diikuti argumentasi yang jelas. Pola doktrin
seperti ini membuat anak ragu-ragu untuk mengembangkan
kreativitasnya. Kondisi seperti ini akan mendidik anak untuk tidak berani
membuat keputusan (decession making) dalam kehidupannya sehari-hari.
Ketiga: kasih-sayang orangtua yang berlebihan terhadap anak. Misalnya,
karena sangat sayang, apapun keinginan anak dipenuhi. Bahkan karena
protektifnya, anak dibiarkan saja “duduk manis”, sementara orangtua
atau pembantunya sibuk melayaninya. Pendidikan dengan model
menjadikan anak sebagai raja kecil atau “the little king” dalam rumah
merupakan penyebab anak tidak mandiri.
Agar Anak Mandiri
Untuk mencegah ketidakmandirian anak, atau agar anak mandiri, ada
beberapa hal yang perlu dilakukan oleh orangtua sebagai berikut.

Pertama: memberikan pemahaman kepada anak sesuai dengan tingkat


perkembangan (kemampuan) akalnya. Rasulullah saw., sebagaimana
dituturkan Ali bin Abi Thalib ra., pernah bersabda:
Berbicaralah kepada manusia dengan sesuatu yang mereka ketahui.
Apakah engkau suka jika Allah dan Rasul-Nya didustakan? (HR al-
Bukhari).
Dengan demikian, pemberian pemahaman terhadap anak tentang arti
pentingnya mandiri harus didasarkan pada argumentasi yang bisa
dipahami anak dan berlandaskan akidah Islam. Tujuannya adalah agar
anak menyadari pentingnya memenuhi kebutuhan sendiri secara
bertanggung jawab sesuai dengan perintah Allah Swt.;
bukan melakukannya karena kebiasaan saja, takut terhadap orangtua,
atau takut gagal jika tidak mandiri. Penyadaran dengan pemahaman tidak
cukup dilakukan sekali. Orangtua harus sabar untuk terus
membimbingnya dan disertai praktik mandiri pada anak.

Kedua: berbuatlah secara bijaksana. Dalam hal tertentu, jangan memaksa


anak untuk berbuat sesuatu ataupun membiarkan anak berbuat sesuatu,
kecuali sesuatu itu tidak membahayakan dirinya dan tidak menyimpang
dari tata aturan Islam. Rasulullah saw. bersabda, sebagaimana dituturkan
Abu Hurairah ra.:
Kamu semua disuruh untuk berlaku manis dan bijaksana, bukan berlaku
kasar dan mengundang kesulitan. (HR al-Bukhari).
Dengan cara demikian, naluri anak untuk berkembang dapat tersalurkan;
pola intelektualitas, emosionalitas dan kreativitas anak juga akan
tumbuh. Berbeda halnya dengan anak yang senantiasa dibatasi
(restricted), naluri perkembangan psikologinya bisa menjadi tumpul.
Akibatnya, anak akan bergantung pada orang lain dan tidak berprestasi.

Ketiga: memberikan kasih sayang secara wajar; dalam perilaku, hadiah,


maupun pujian. Rasulullah saw., sebagaimana dituturkan Abu Musa ra.,
pernah mendengar seorang laki-laki yang memuji seorang yang lain
secara berlebihan. Lalu Beliau bersabda (yang artinya), “Kamu telah
mencelakakan orang itu!” (HR al-Bukhari).
Kasih-sayang yang kurang ataupun berlebihan sama-sama memiliki
dampak negatif bagi perkembangan anak.
Jika kasih-sayang orangtua kurang, anak bisa menjadi “extrem kiri”:
bandel, kasar, jahat, dan sebagainya. Sebaliknya, jika anak ’kelebihan’
kasih sayang, pola kepribadian anak akan menjadi “extrem kanan”:
bersikap manja sehingga malas merawat dirinya, selalu minta dituruti
kemauannya, dan sering mengendalikan orangtuanya.

Keempat: memberikan cara pendidikan secara tegas kepada anak. Tidak


dibenarkan jika orangtua bersifat “plintat-plintut” (inkonsisten) dalam
mendidik anak. Di sinilah juga pentingnya ayah dan ibu seiring dan
sejalan dalam mendidik anak.
Ketidaksejalanan ayah dan ibu dalam mendidik anak akan membuat anak
bersikap tidak konsisten sehingga sikap kemandirian anak tidak
berkembang secara baik.
Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb

salam

putri a.k.a zach mom's


17-06-2010 15:28:45 ke: 4
hi bunda2....

ternyata yang aku alami hampir sama yah dengan bunda.


anakq 21 bulan cowox, aktif banget, ngomong lancar n jelas, udah paham
hampir semua binatang, lagu2 bahkan berhitung.
dia rumah dia mendominasi.
tp begitu keluar rumah pendiam sekali.
pertiwi_t(2) diPAUD dekat rumahpun pendiam, bahkan gurunya waktu dgr dia ngomong
Join Date : 6-5- terkagum2 (dikiranya dia pendiam).
2010 gmn yah ngasih pengarahan....
Total Posts : 7 trus satu hal lagi dia posesif bgt.
siapapun anggota keluarga yg deket dengan orang lain yg dia g kenal ga boleh
deket2.
bahkan kmrn wktu ikut aq periksa calon adiknya ke DSOG. dia ampe teriak2
plus nangis "jangan mama...udah....." ampe heboh bgt....
what's wrong?
what should i do?
hehehe
to bunda zach... thx atas masukannya. tp mmg agak susah
mengaplikasikannya.

thx,
tanjung.
17-06-2010 15:48:45 ke: 5
hi bunda2....

ternyata yang aku alami hampir sama yah dengan bunda.


anakq 21 bulan cowox, aktif banget, ngomong lancar n jelas, udah paham
hampir semua binatang, lagu2 bahkan berhitung.
dia rumah dia mendominasi.
tp begitu keluar rumah pendiam sekali.
pertiwi_t(2) diPAUD dekat rumahpun pendiam, bahkan gurunya waktu dgr dia ngomong
Join Date : 6-5- terkagum2 (dikiranya dia pendiam).
2010 gmn yah ngasih pengarahan....
Total Posts : 7 trus satu hal lagi dia posesif bgt.
siapapun anggota keluarga yg deket dengan orang lain yg dia g kenal ga boleh
deket2.
bahkan kmrn wktu ikut aq periksa calon adiknya ke DSOG. dia ampe teriak2
plus nangis "jangan mama...udah....." ampe heboh bgt....
what's wrong?
what should i do?
hehehe

to bunda zach... thx atas masukannya. tp mmg agak susah


mengaplikasikannya.

thx,
tanjung.
18-06-2010 14:03:07 ke: 6
@pertiwi
jd ingat kata2 temenku,
"gag ada yang susah klo kita berusaha"
dan semua butuh proses tdk secepat membalikkan telapak tangan

salam

littleholiday(163) putri a.k.a zach mom's


Join Date : -
Total Posts : 444
page 1
Bottom of Form
All rights reserved.
Content & webtechnology ©: Dotus Indonesia Disclaimer
Interested to advertis

Anda mungkin juga menyukai