Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MATA KULIAH POLITIK DI DESA

CONTOH FENOMENA KASUS KEPIMPINAN DAN ANALISISNYA

DISUSUN OLEH :

HARYO ARDITYA A 070810473

ANITA THERESIA R 070810688

ADE PUPI P 070810489

NATO NAGARA 070810689

LULUK ROFIQOTUL I 070810157

LUCITA IZZA RAFIKA 070810690

ASRI WIJAYANTI 070810691

ENDANG SETYAWATI 070810694

SERUNI JIWO W 070810494

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2010

0
Kasus 1 : Kades Didemo Warga Karena Tilep Honor Tukang Sapu

Kades Slorok,Kec Garum,Blitar diduga menilep uang Tunjangan Pendapatan Aparatur


Desa (TPAD) peride 2008-2009 sebesar 5,7juta rupiah dan menggunakan uang sewa tanah
untuk pendirian tower selular selama sepuluh tahun sebesar 80 juta rupiah secara sepihak.
Tak heran jika Kades Slorok, Mustofa didemo warga. Dimana seharusnya dana TPAD
tersebut digunakan uang membayar upah tukang sapu dan kebersihan kantor desa sedangkan
uang sewa tower sebesar 40 juta rupiah digunakan oleh Kades Slorok selanjutnya.

Analisis Kasus 1

Tempat : Desa Slorok kec.Garum, Blitar Jawa Timur

Tokoh : Kades Slorok, Mustofa

Aksi demo warga akibat ulah kades yang melakukan tindak korupsi kerap kali terjadi.
Kasus ini hanya salah satu fenomena yang yang kerap kali muncul dalam politik desa.
Dimana pemimpin (Kades Slorok) yang memperkaya dirinya sendiri dengan memanfaatkan
kewenagan dan jabatannya. Hal ini menunjukan bahwa Kades Slorok tidak amanah
(menjalankan hak dan kewajiban secara benar). Selain itu juga menunjukkan sifat
tamak,tidak adil dan tidak bijaksana. Seharusnya Mustofa menjalankan kewajiban dan
kewenangannya dengan benar sesuai amanah warga desa Slorok. Perlunya pengendalian diri
agar rasa tamak dapat terbendung. Serta perlunya memelihara sifat dan sikap pemimpin
seperti amanah, bijaksana,adil, bertanggungjawab,dapat dipercaya, berpikir sebelum
bertindak dll. Agaknya akibat tidak berpikir sebelum bertindak, Mustofa harus menerima
akibat tindak korupsi yang dilakukan seperti didemo warga bahkan dijebloskan ke penjara.

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/04/08/kades-tilep-honor-tukang-sapu.html

Kasus 2 : Dua Kades “mutung” tinggalkan warga

Kebumen, dua Kades tinggalkan warga tanpa las an yang jelas. Kasus kepala desa
tidak bertanggung jawab dengan pergi meninggalkan desa tanpa keterangan terjadi di
Kabupaten Kebumen. Tercatat selama tahun 2009 lalu ada 2 kepala desa yang meninggalkan
kewajibannya sebagai Kepala Desa. Keduanya adalah Kades Jatimulyo Kecamatan Alian dan
Kades Banioro Kecamatan Karangsambung.

Analisis Kasus 2

Tempat : Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah

1
1. Desa Jatimulyo, Kec. Alian

2. Desa Banioro, Kec. Karangsambung

Tokoh : Kades Jatimulyo, Kec. Alian

Kades Banioro, Kec. Karangsambung

Tindakan yang sangat tidak bertanggungjawab yang ditunjukkan oleh para kedua
Kades tersebut. Mereka lari dari tanggungjawabnya sebagai Kepala Desa tersebut. Sikap
yang sangat disesali oleh para warga. Apalagi kedua Kades tersebut menghilang tanpa adanya
kabar dan untuk keperluan apa. Dampak dari tindakan ini banyak progam-progam
pembanguan desa tak jalan atau mandheg bahkan gagal total. Hal ini tentu saja sangat
berpengaruh pada hubungan aparatur desa (dalam hal ini Kades) dengan warga Desa itu
sendiri. Timbulnya rasa kecewa warga terhadap kedua Kades. Kedua Kades tersebut
dianggap tidak menjalankan tugas dan kewajibannya. Selain itu hal ini juga berdampak pada
pembangunan kedua desa tersebut. Pembangunan kedua desa tersebut tersendat. Tentunya ini
sangat menghambat proses pembangunan desa itu sendiri. Akibat ulah ini warga kedua desa
tersebut sangat dirugikan.

Sumber :
http://www.krjogja.com/news/detail/17472/.Mutung...Dua.Kades.Tinggalkan.Warganya
.html

Kasus 3 : Gara-gara Air,Kepala Desa di Gunung Kidul Ditahan

Gara-gara memperjuangkan air bagi warganya, Kepala Desa Giricahyo Kecamatan


Purwosari Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta Tukiran HS, ditahan Polres Gunung Kidul.
Ceritanya, bermula dari perjanjian yang ditandatangani Tukiran pada 19 Februari 2004 lalu.
Tukiran menandatangani Surat Perintah Kerja (SPK) kepada Anang Effendi, Direktur CV
Annur dari Probolinggo Jawa Timur. SPK itu isinya, agar CV Annur menaikkan air sungai
bawah tanah yang ada di gua Pelawan di Desa Giricahyo untuk dimanfaatkan bagi warga
Giricahyo dengan total proyek Rp 700 juta.

Analisi Kasus 3

Tempat : Desa Giricahyo, Kec. Purwosari Kab. Gunung Kidul Yogyakarta

Tokoh :

2
1. Warga Desa Giricahyo

2. Tukiran HS, Kades Giricahyo

3. Anang Effendi, Direktur CV Annur

4. Lembaga Bantuan Hukum Yogyakarta

5. Polres Gunung Kidul

Demi memperjuangkan air untuk warganya, Kades Giricahyo Tukiran HS rela ditahan
oleh Polres Gunung Kidul. Sikap yang sangat patut diteladani. Sikap ini menunjukkan bahwa
pemimpin harus membela warganya (dalam hal ini kebutuhan warga akan air). Meskipun
dirinya harus rela mendekam ditahanan Polres Guning Kidul. Tindakan Tukiran demi
warganya pun berbuah manis. Seluruh warga Desa Giricahyo melakukan pembelaan untuk
membebaskan Tukiran dari jeruji besi. Dengan bantuan dari Lembaga Bantuan Hukum
Yogyakarta dan dukungan dari Bupati Gunung Kidul, warga menuntut agar Tukiran segera
dibebaskan. Sikap rela berkorban yang ditunjukan oleh Tukiran ini sangan perlu dicontoh.
Dalam kasus ini seharusnya Polres dapat melihat siapa “yang salah” dan siapa “yang benar”.
Dengan kasus ini,masyarakat dapat meragukan Polres Gunung Kidul dan kepolisian secara
umum sebagai tempat mencari keadilan. Tentunya dapat berdampak pada kekurang percayan
warga masyarakat terhadap institusi kepolisian itu sendiri.

Sumber : http://www.tempo.co.id/hg/nusa/jawamadura/2004/11/04/brk,20041104-
50,id.html

Kasus 4 : Kades di Sukabumi Dituntut Mundur

SUKABUMI, (PRLM),-Forum Komunikasi Masyarakat Desa. (FKMD) Citepus, Kec.


Palabuhanratu, Kab. Sukabumi, menuntut mundur Kepala Desa (Kades) Citepus, Parluhutan,
karena dinilai telah melakukan penyalahggunaan alokasi dana raksa desa tahun 2008 senilai
Rp 104 juta.

Analisis Kasus 4

Tempat : Desa Citepus, Kec. Pelabuhan Ratu Kab. Sukabumi Jawa Barat

Tokoh :

1. Kades Citepus,Kec. Pelabuhan Ratu Kab. Sukabumi

2. Forum Komunikasi Masyarakat Desa (FKMD) Citepus

3
3. Badan Pengawas Desa (BPD) Citepus

Hal yang wajar jika seorang Kades dituntut mundur oleh warganya karena tidak
menjalankankan amanah yang diterimanya dengan baik. Seperti yang terjadi di Desa Citepus
ini, warga kecewa atas tindakan penyalahgunaan dana alokasi desa tahun 2008 oleh Kades
Citepus. Meskipun sang Kades telah mengakui kesalahanya dan telah mengembalikan dana
tersebut,tidak membuat warga desa puas. Akibat yang harus ditanggung oleh Kades Citepus
sangatlah mahal. Warga kehilangan kepercayaan kepada sang Kades. Keaadan ini sangat
mempengaruhi hubungan kepala desa dengan warganya. Hubungan yang buruk antara Kepala
Desa dengan warga ini juga berdampak pada pembangunan Desa Citepus sendiri. Kekurang
percayaan ini tentunya membuat pembangunan desa terhambat. Munculnya rasa kehilangan
kepercayaan warga terhadap pemimpinnya ini dapat menyebabkan warga tidak mendukung
proses pembangunan desa tersebut. Dalam kasus ini juga sangat disayangkan peran Badan
Pengawas Desa (BPD) yang kurang aktif. Mungkin jika BPD lebih aktif tindakanKades
seperti ini dapat dihindari.

Sumber : http://www.pikiran-rakyat.com/node/75275

Kasus 5 :  Sejumlah Kepala Desa (Kades) terlibat dalam dugaan tindakan


kriminal

Sejumlah Kades dilaporkan warganya sendiri ke polisi,akibat tindak pemukulan.


Kenyataan itu diakui Sekretaris Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMDes)
Kabupaten Bima, Drs Gunawan. Gunawan mengatakan saat ini ada beberapa Kades yang
sedang menjalani proses hukum “Seperti Kades Talapiti Kecamatan Ambalawi yang kini
kasih ditahan aparat kepolisian. Kejadian terakhir, Kades Tolouwi, Abdul Salam,  yang kini
dipanggil oleh pihak kepolisian, karena kasus pemukulan.

Analisis Kasus 6

Tempat : Desa Tala Piti, Kec. Ambalawi dan Desa Tolo Uwi, Kec. Monta Kab.
Bima P.Sumbawa Nusa Tenggara Barat

Tokoh :

1. Gunawan, Sekretaris Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMDes)


Kabupaten Bima
2. Abdul Salam, Kades Tolo Uwi
3. Kades Tala Piti
4. Polsek Monta
5. Irwan, Warga Desa Tolo Uwi

4
Ditahan oleh aparat yang berwajib merupakan akibat yang harus ditanggung oleh
Kedua Kades tersebut. Tindak pemukulan yang tanpa sebab yang jelas menjadi alasan
warga ,yang menjadi korban pemukulan, melaporkannya ke pihak berwajib. Arogansi yang
ditunjukan oleh kedua Kades tersebut,dapat berakibat hilang integritas Kedua Kades tersebut
dimata warganya. Tak hanya itu, secara pribadi pun tindakan tersebut harus ditanggungnya
dengan mendekam di jeruji penjara. Bahkan sangat memungkinkan bila nantinya warga
menuntut Kedua Kades tersebut mundur dari jabatannya. Dampak juga yang juga dapat
muncul adalah terhambatnya proses pembangunan Desa tersebut,akibat sang Kades ditahan
aparat kepolisisan. Tindak kekerasan tersebut juga sangat tidak dibenarkan. Jika ada
permasalahan pribadi antara warga dan Kades seharusnya dapat diselesaikan secara baik-
baik. Karena ini masalah individu,seharusnya sang Kades tidak memanfaatkan jabatan untuk
melakukan tindak pemukulan tersebut.

Sumber : http://www.sumbawanews.com/berita/daerah/sejumlah-kades-tersangkut-
kasus-kriminal.html

KESIMPULAN

Dari berbagai contoh kasus diatas, dapat dikatakan bahwa “tiada api tanpa asap”. Dari
kata-kata tersebut dapat diartikan bahwa masalah yang muncul dalam beberapa kasus diatas
memiliki sebab dan akibat yang saling berkaitan, antara tindakan-tindakan menyimpang yang
dilakukan para elit-elit pemimpin desa dan pada akhirnya mendapatkan sebuah akibat yang
timbul atas sebab atau tindakan yang ia lakukan tersebut. Dari kasus-kasus diatas dapat
dilihat bagaimana hubungan elit politik desa dengan massa sangat dipengaruh oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah faktor psikologis, otoritas, status sosial, kekayaan, atau beberapa
sumber daya pribadi lainnya. Psikologis pemimpin (dalam hal ini adalah perilaku pemimpin).
Sikap dan tindakannya menjadi faktor penentu keberhasilan pembangunan hubungan antara
elit desa seperti Kades, BPD dengan warganya. Faktor psikologis ini juga berpengaruh pada
proses pembangunan desa.

Anda mungkin juga menyukai