DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2010
0
Kasus 1 : Kades Didemo Warga Karena Tilep Honor Tukang Sapu
Analisis Kasus 1
Aksi demo warga akibat ulah kades yang melakukan tindak korupsi kerap kali terjadi.
Kasus ini hanya salah satu fenomena yang yang kerap kali muncul dalam politik desa.
Dimana pemimpin (Kades Slorok) yang memperkaya dirinya sendiri dengan memanfaatkan
kewenagan dan jabatannya. Hal ini menunjukan bahwa Kades Slorok tidak amanah
(menjalankan hak dan kewajiban secara benar). Selain itu juga menunjukkan sifat
tamak,tidak adil dan tidak bijaksana. Seharusnya Mustofa menjalankan kewajiban dan
kewenangannya dengan benar sesuai amanah warga desa Slorok. Perlunya pengendalian diri
agar rasa tamak dapat terbendung. Serta perlunya memelihara sifat dan sikap pemimpin
seperti amanah, bijaksana,adil, bertanggungjawab,dapat dipercaya, berpikir sebelum
bertindak dll. Agaknya akibat tidak berpikir sebelum bertindak, Mustofa harus menerima
akibat tindak korupsi yang dilakukan seperti didemo warga bahkan dijebloskan ke penjara.
Sumber: http://www.surya.co.id/2010/04/08/kades-tilep-honor-tukang-sapu.html
Kebumen, dua Kades tinggalkan warga tanpa las an yang jelas. Kasus kepala desa
tidak bertanggung jawab dengan pergi meninggalkan desa tanpa keterangan terjadi di
Kabupaten Kebumen. Tercatat selama tahun 2009 lalu ada 2 kepala desa yang meninggalkan
kewajibannya sebagai Kepala Desa. Keduanya adalah Kades Jatimulyo Kecamatan Alian dan
Kades Banioro Kecamatan Karangsambung.
Analisis Kasus 2
1
1. Desa Jatimulyo, Kec. Alian
Tindakan yang sangat tidak bertanggungjawab yang ditunjukkan oleh para kedua
Kades tersebut. Mereka lari dari tanggungjawabnya sebagai Kepala Desa tersebut. Sikap
yang sangat disesali oleh para warga. Apalagi kedua Kades tersebut menghilang tanpa adanya
kabar dan untuk keperluan apa. Dampak dari tindakan ini banyak progam-progam
pembanguan desa tak jalan atau mandheg bahkan gagal total. Hal ini tentu saja sangat
berpengaruh pada hubungan aparatur desa (dalam hal ini Kades) dengan warga Desa itu
sendiri. Timbulnya rasa kecewa warga terhadap kedua Kades. Kedua Kades tersebut
dianggap tidak menjalankan tugas dan kewajibannya. Selain itu hal ini juga berdampak pada
pembangunan kedua desa tersebut. Pembangunan kedua desa tersebut tersendat. Tentunya ini
sangat menghambat proses pembangunan desa itu sendiri. Akibat ulah ini warga kedua desa
tersebut sangat dirugikan.
Sumber :
http://www.krjogja.com/news/detail/17472/.Mutung...Dua.Kades.Tinggalkan.Warganya
.html
Analisi Kasus 3
Tokoh :
2
1. Warga Desa Giricahyo
Demi memperjuangkan air untuk warganya, Kades Giricahyo Tukiran HS rela ditahan
oleh Polres Gunung Kidul. Sikap yang sangat patut diteladani. Sikap ini menunjukkan bahwa
pemimpin harus membela warganya (dalam hal ini kebutuhan warga akan air). Meskipun
dirinya harus rela mendekam ditahanan Polres Guning Kidul. Tindakan Tukiran demi
warganya pun berbuah manis. Seluruh warga Desa Giricahyo melakukan pembelaan untuk
membebaskan Tukiran dari jeruji besi. Dengan bantuan dari Lembaga Bantuan Hukum
Yogyakarta dan dukungan dari Bupati Gunung Kidul, warga menuntut agar Tukiran segera
dibebaskan. Sikap rela berkorban yang ditunjukan oleh Tukiran ini sangan perlu dicontoh.
Dalam kasus ini seharusnya Polres dapat melihat siapa “yang salah” dan siapa “yang benar”.
Dengan kasus ini,masyarakat dapat meragukan Polres Gunung Kidul dan kepolisian secara
umum sebagai tempat mencari keadilan. Tentunya dapat berdampak pada kekurang percayan
warga masyarakat terhadap institusi kepolisian itu sendiri.
Sumber : http://www.tempo.co.id/hg/nusa/jawamadura/2004/11/04/brk,20041104-
50,id.html
Analisis Kasus 4
Tempat : Desa Citepus, Kec. Pelabuhan Ratu Kab. Sukabumi Jawa Barat
Tokoh :
3
3. Badan Pengawas Desa (BPD) Citepus
Hal yang wajar jika seorang Kades dituntut mundur oleh warganya karena tidak
menjalankankan amanah yang diterimanya dengan baik. Seperti yang terjadi di Desa Citepus
ini, warga kecewa atas tindakan penyalahgunaan dana alokasi desa tahun 2008 oleh Kades
Citepus. Meskipun sang Kades telah mengakui kesalahanya dan telah mengembalikan dana
tersebut,tidak membuat warga desa puas. Akibat yang harus ditanggung oleh Kades Citepus
sangatlah mahal. Warga kehilangan kepercayaan kepada sang Kades. Keaadan ini sangat
mempengaruhi hubungan kepala desa dengan warganya. Hubungan yang buruk antara Kepala
Desa dengan warga ini juga berdampak pada pembangunan Desa Citepus sendiri. Kekurang
percayaan ini tentunya membuat pembangunan desa terhambat. Munculnya rasa kehilangan
kepercayaan warga terhadap pemimpinnya ini dapat menyebabkan warga tidak mendukung
proses pembangunan desa tersebut. Dalam kasus ini juga sangat disayangkan peran Badan
Pengawas Desa (BPD) yang kurang aktif. Mungkin jika BPD lebih aktif tindakanKades
seperti ini dapat dihindari.
Sumber : http://www.pikiran-rakyat.com/node/75275
Analisis Kasus 6
Tempat : Desa Tala Piti, Kec. Ambalawi dan Desa Tolo Uwi, Kec. Monta Kab.
Bima P.Sumbawa Nusa Tenggara Barat
Tokoh :
4
Ditahan oleh aparat yang berwajib merupakan akibat yang harus ditanggung oleh
Kedua Kades tersebut. Tindak pemukulan yang tanpa sebab yang jelas menjadi alasan
warga ,yang menjadi korban pemukulan, melaporkannya ke pihak berwajib. Arogansi yang
ditunjukan oleh kedua Kades tersebut,dapat berakibat hilang integritas Kedua Kades tersebut
dimata warganya. Tak hanya itu, secara pribadi pun tindakan tersebut harus ditanggungnya
dengan mendekam di jeruji penjara. Bahkan sangat memungkinkan bila nantinya warga
menuntut Kedua Kades tersebut mundur dari jabatannya. Dampak juga yang juga dapat
muncul adalah terhambatnya proses pembangunan Desa tersebut,akibat sang Kades ditahan
aparat kepolisisan. Tindak kekerasan tersebut juga sangat tidak dibenarkan. Jika ada
permasalahan pribadi antara warga dan Kades seharusnya dapat diselesaikan secara baik-
baik. Karena ini masalah individu,seharusnya sang Kades tidak memanfaatkan jabatan untuk
melakukan tindak pemukulan tersebut.
Sumber : http://www.sumbawanews.com/berita/daerah/sejumlah-kades-tersangkut-
kasus-kriminal.html
KESIMPULAN
Dari berbagai contoh kasus diatas, dapat dikatakan bahwa “tiada api tanpa asap”. Dari
kata-kata tersebut dapat diartikan bahwa masalah yang muncul dalam beberapa kasus diatas
memiliki sebab dan akibat yang saling berkaitan, antara tindakan-tindakan menyimpang yang
dilakukan para elit-elit pemimpin desa dan pada akhirnya mendapatkan sebuah akibat yang
timbul atas sebab atau tindakan yang ia lakukan tersebut. Dari kasus-kasus diatas dapat
dilihat bagaimana hubungan elit politik desa dengan massa sangat dipengaruh oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah faktor psikologis, otoritas, status sosial, kekayaan, atau beberapa
sumber daya pribadi lainnya. Psikologis pemimpin (dalam hal ini adalah perilaku pemimpin).
Sikap dan tindakannya menjadi faktor penentu keberhasilan pembangunan hubungan antara
elit desa seperti Kades, BPD dengan warganya. Faktor psikologis ini juga berpengaruh pada
proses pembangunan desa.