Fungsi Dan Peranan Tungku Tigo Sajarangan
Fungsi Dan Peranan Tungku Tigo Sajarangan
By padangekspres
Minggu, 29-Juni-2003, 04:01:08 WIB 2 klik
Kedua, agar para Ulama pemegang syarak dan para penghulu pemangku adat
bersama-sama membangun dan memelihara adat dan agama sama membangun dan
memelihara adat dan agama (Islam) sehingga anak kemenakan aman sentosa,
tenang dan damai untuk itu perlu adanya statemen (perjanjian dan
kesepakatan) dalam Minangkabau antara kaum adat dan kaum agama dibawah
restu
yang dipertuankan di Pagar Ruyung dengan ketentuan saltabatt) seluruh
rakyat
(anak kemenakan atau anak nagari dalam Minangkabau resmi menganut dan
mengamalkan agama Islam menurut mashab Syafei seperti Aceli, mensenyawakan
adat dan syarak (Islam) bahwa adat basandi kasyarak, kata syarak dipakai
oleh adat, struktur pemerintahan menurut sepanjang adat dilengkapi dengan
fungsionaris-fungsionaris syarak (Islam), walaupun kekuasaan Raja di
Pagaruyuang dengan BAB hanya sebagai lambang kesatuan alam minangkabau
rantau dan nagari dibawa raja-raja kecil dan para penghulu namun kesatuan
adat dan agama (syarak) perlu diwujudkan dan dipertaltankan.
Bertolak dari hasil kesimpulan dan tekad diatas, diambillah keputusan bahwa
lima serangkai yang didampingi oleh 11 orang raja-raja dirantau (ulakan)
dibawa pimpinan Syekh Burhanuddin memegang kendali pemerintalian untuk
memperkasakan adat dan syarak pada 10 bulan Syafar tahun 1079 I-1
bertepatan
Tahun 1659 M Syek Burhanuddin bersama temannya yang berempat Tuanku Bayang
dari Bayang, Tuanku Kubung Tigo Bateh dari Solok, Tuanku Batu Hampar dari
50
Koto, Tuanku Padang Ganting di Padang Ganting, didampingi oleh raja-raja
rantau 11 orang yaitu, Amai Said, Rajo Dihulu, Rajo Mangkuto, Rajo
Sulituan,
Panduko Magek, Tambaro, Majo Bara, Malako, Malakewi, Rangkayo Batuah, Rajo
Sampono.
Yang berbunyi: atas qudrat dan iradah Allah SWT, alah betamu di tempat
nangko hambo-hambo Allah, untuk mempakatokan adat dan syarak untuk
mailangkan sikap sangketo dan paitikaian antara kaum adat dan kaum ulama,
sehigga adat tak tagisie, syarat tak talendo, pandang jauah dilayangkan
pandang ampie ditukiakan, sapakaik lahie jo batin, sakato niaik jo
mukasauik
nak selamaik dunia akhirat yang akan mejadi pegangan anak kemenakan hiduik
nan dikadipakai, mati dan dikaditompang, bahwa adat dan syarak akan
dikukuhkan menjadi pegangan di dalam Minangkabau dengan niat dan tekad iko
sambie menyarah pado Allah, sambia mengikuik kato Nabi, Pangulu Kaganti
Nabi, Rajo Kaganti Allah untuk mengikrarkan dan menyepakati bahwa, pertama,
Adaik Basandi Kepada Syarak, Syarak Basandi kepada Kitabullah, Syarak
Mangato Adaik Mamakaikan. Kedua, segalo undang dalam Luhak dan Nagari di
alam Minangkabau disamakan dengan tuntutan adat dan syarak.
Ketiga, ikrar dan kesepakatan iko disampaikan oleh segala Pangulu dan Alim
Ulama kepada anak kemanakan Minangkabau.