Anda di halaman 1dari 14

KADAR LIPIDA

(Laporan Praktikum Biokomia Tanaman)

Oleh
AGISTA MAHRINI
E1A209027
AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2010
PENDAHULUAN
Lipida adalah kelompok senyawa kimia yang mempunyai bermacam-

macam struktur dan fungsi biologi di dalam sel. Berdasarkan fungsinya, lipida

tanaman dapat dibedakan menjadi tiga golongan utama, yaitu lipida simpanan,

lipida membran, dan lipida struktural (Anonim, 2010).

Dalam sebagian besar tanaman, lipida simpanan dalam merupakan bentuk

simpanan karbon yang utama dalam tanaman. Jalur utama untuk biosintesa

triasigliserol dalam tanaman adalah jalur gliserol-3P. Reaksi asimilasi dengan

menggunakan asil-KoA yang berbeda, mengakibatkan timbunan minyak simpanan

dalam biji sangat berbeda komposisi asam lemaknya (Anonim, 2010).

Minyak simpanan biji disintesa dalam retikulum endoplasma jaringan biji

yang sedang berkembang. Lipida relatif kompak, anhydrous dan mempunyai nilai

kalori yang lebih tinggi dari protein dan karbohidrat. Sebenarnya semua biji

mengandung lipida simpanan. Dalam beberapa biji seperti rapeseed atau bunga

matahari proporsi lipida yang disimpan tinggi sampai 50 % dari berat total biji.

Sedang beberapa buah (nut) mengandung lipid sebanyak 75% (Anonim, 2010).

Lipida simpanan dipecah oleh lipase yang memisahkan ketiga asam lemak

dari molekul gliserol. Lipase tidak ada di dalam biji kering dan kemungkinan

lipase disintesa beberapa hari pertama setelah biji berkecambah. Lipase secara

berturut-turut membebaskan asam lemak dari posisi 1, 2, dan 3 molekul TG.

Asam lemak bebas mengganggu membran sel dan tidak pernah terakumulasi di

dalam sel yang sehat. Lipolisa diduga dikoordinasikan dengan aktivasi asam

lemak oleh asil-KoA. Asetil Ko-A kemudian masuk ke β-oksidasi selanjutnya

masuk ke siklus glioksilat dalam glioksisom untuk menghasilkan sukrosa sebagai

sumber makanan selama perkembangan biji. Sukrosa merupakan produk utama


mobilisasi lipida simpanan pada sebagian besar biji. Sukrosa umumnya diangkut

untuk mendorong pertumbuhan tanaman baru selama beberapa hari setelah

perkecambahan, sebelum tanaman baru mampu memfiksasi sendiri karbon

melalui fotosintesa (Anonim, 2010).

Lemak merupakan sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri

atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen meliputi asam lemak, malam,

sterol, vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak (contohnya A, D, E, dan K),

monogliserida, digliserida, fosfolipid, glikolipid, terpenoid (termasuk di dalamnya

getah dan steroid) dan lain-lain. Lemak secara khusus menjadi sebutan bagi

minyak hewani pada suhu ruang, lepas dari wujudnya yang padat maupun cair,

yang terdapat pada jaringan tubuh yang disebut adiposa (Anonim, 2010).

Dalam analisis lemak, sulit untuk melakukan ekstraksi lemak secara

murni. Hal itu disebabkan pada waktu ekstraksi lemak dengan pelarut lemak,

seperti phospholipid, sterol, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, dan klorofil.

Oleh karena itu, hasil analisis lemak ditetapkan sebagai lemak kasar. Terdapat dua

metode dalam penentukan kadar lemak suatu sampel, yaitu metode ekstraksi

kering (menggunakan soxhlet) dan metode ekstraksi basah. Selain itu, metode

yang digunakan dalam analisis kadar lemak dapat menggunakan metode weibull.

Prinsip kerja dari metode weubull adalah ekstraksi lemak dengan pelarut nonpolar

setelah sampel dihidrolisis dalam suasana asam untuk membebaskan lemak yang

terikat (Harper et.al, 1979).

Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan

dengan adanya pendingin balik. Soxhlet terdiri dari pengaduk atau granul anti-
bumping, still pot (wadah penyuling, bypass sidearm, thimble selulosa, extraction

liquid, syphon arm inlet, syphon arm outlet, expansion adapter, condenser

(pendingin), cooling water in, dan cooling water out (Darmasih, 1997).

Bahan yang akan diekstraksi ialah jagung, dedak, tepung ikan, pelet.

Penentuan kadar lemak dengan pelarut organik, selain lemak juga terikut

fosfolipida, sterol, asam lemak bebas, karotenoid, dan pigmen yang lain . Karena

itu hasil ekstraksinya disebut lemak kasar (Darmasih, 1997).

Sampel yang sudah dihaluskan, ditimbang 5-10 gram dan kemudian

dibungkus atau ditempatkan dalam thimble (selongsong tempat sampel), di atas

sample ditutup dengan kapas. Pelarut yang digunakan adalah petroleum spiritus

dengan titik didih 60-80°C. Selanjutnya labu kosong diisi butir batu didih. Fungsi

batu didih ialah untuk meratakan panas. Setelah dikeringkan dan didinginkan,

labu diisi dengan petroleum spiritus 60-80°C sebanyak 175 ml. Digunakan

petroleum spiritus karena kelarutan lemak pada pelarut organik (Darmasih, 1997).

Thimble yang sudah terisi sampel dimasukan ke dalam soxhlet. Soxhlet

disambungkan dengan labu dan ditempatkan pada alat pemanas listrik serta

kondensor. Alat pendingin disambungkan dengan soxhlet. Air untuk pendingin

dijalankan dan alat ekstraksi lemak mulai dipanaskan (Darmasih, 1997).

Ketika pelarut dididihkan, uapnya naik melewati soxhlet menuju ke pipa

pendingin. Air dingin yang dialirkan melewati bagian luar kondenser

mengembunkan uap pelarut sehingga kembali ke fase cair, kemudian menetes ke

thimble. Pelarut melarutkan lemak dalam thimble, larutan sari ini terkumpul

dalam thimble dan bila volumenya telah mencukupi, sari akan dialirkan lewat

sifon menuju labu. Proses dari pengembunan hingga pengaliran disebut sebagai
refluks. Proses ekstraksi lemak kasar dilakukan selama 6 jam. Setelah proses

ekstraksi selesai, pelarut dan lemak dipisahkan melalui proses penyulingan dan

dikeringkan (Darmasih, 1997).

Ekstraksi dengan Soxhlet memberikan hasil ekstrak yang lebih tinggi

karena pada cara ini digunakan pemanasan yang diduga memperbaiki kelarutan

ekstrak. Dibandingkan dengan cara maserasi, ekstraksi dengan Soxhlet

memberikan hasil ekstrak yang lebih tinggi. Makin polar pelarut, bahan terekstrak

yang dihasilkan tidak berbeda untuk kedua macam cara ekstraksi. Fenolat total

yang tertinggi didapatkan pada proses ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat.

Sifat antibakteri tertinggi terjadi pada ekstrak yang diperoleh dari ekstraksi

menggunakan pelarut etil asetat untuk ketiga macam bakteri uji Gram-positif.

Semua ekstrak tidak menunjukkan daya hambat yang berarti pada semua bakteri

uji Gram-negatif (Whitaker 1915).

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui kandungan lipida dalam

tanaman dan terampil dalam menentukan kadar lipida.

BAHAN DAN METODE


Bahan dan Alat

Bahan

1. Biji-bijan (Padi, kacang tanah, kemiri, kelapa)

2. Petroleum eter

Alat

1. Soxhlet

2. Alat-alat gelas

3. Oven

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 27 November 2010

dimulai pukul 12.00 sampai 16.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Analisis

Kimia jurusan Budidaya Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.

Prosedur Kerja

1. Perkecambahan Biji

• Biji yang akan dicoba dikecambahkan dalam cawan petri dengan media

kapas basah.

• Perkecambahan dilakukan sampai terbentuk daun dan selama proses

perkecambahan akan dilakukan pengukuran kadar lipida biji, yaitu pada

saat biji belum berkecambah, pada saat mulai berkecambah, setelah

perkecambahan sempurna dan setelah terbentuk daun.

2. Pengujian kadar lipida dengan soxhlet

• Timbang bahan yang telah dihaluskan sebanyak 3 g (Sebaiknya yang

kering dan lewat ayakan 40 mesh). Campur dengan pasir yang telah
dipijarkan sebanyak 8 g dan masukkan ke dalam tabung reaksi soxhlet

dalam bungkusan kertas saring berbentuk tabung yang tepat masuk dalam

tabung soxhlet.

• Pasang tabung ekstraksi pada alat destilasi soxhlet dengan solven

petroleum eter secukupnya. Destilasi dilakukan selama empat jam.

• Petroleum eter yang telah mengandung ekstrak lemak dan minyak

dipindahkan ke dalam botol timbang yang bersih dan diketahui beratnya,

kemudian diuapkan di atas water batch sampai agak pekat. Teruskan

pengeringan dalam oven 1000C sampai berat konstan.

• Berat residu dalam botol timbang dinyatakan sebagai berat minyak dan

lemak (atau berat bahan terbungkus setelah ekstraksi dan sebelum

ekstraksi = kadar lemak).

• Penurunan kadar lemak selama perkecambahan dihitung dengan

mengurangkan kadar lemak sebelumnya. Hasil pengukuran kadar lemak

selanjutnya dibuat grafik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil dari praktikum dari berbagai kelompok diperoleh berat akhir sampel
sebagai berikut:

Kelompok 1 → cawan no 1 (Padi) = 126,6393 g

Kelompok 2 → cawan no 4 (Kacang tanah) = 113,7717 g

Kelompok 3 → cawan no 2 (Kemiri) = 121,8083 g

Kelompok 4 → cawan no 7 (Kelapa) = 103, 8774 g

Tabel 1. Penetapan Berat labu lemak pada sampel

Sampel Berat Sampel Berat Labu Berat Labu


(g) Lemak Awal Lemak Akhir
(g) (g)
Labu 1 (Padi) 3,0006 126,5677 126,6393
Labu 4 (Kacang tanah) 3,0031 112,2100 113,7717
Labu 2 (Kemiri) 3,0000 120,2347 121,8083
Labu 7 (Kelapa) 3,0029 101,9307 103,8774

Dalam praktikum kadar lipida ini, kelompok kami menggunakan sampel

biji kelapa. Namun, kami juga membandingkannya dengan kelompok lain, maka

hasil perhitungannya sebagai berikut:

1. Kadar lipida Kelapa

Berat labu lemak akhir - Berat labu lemak awal


% Lipida Kelapa = X 100%
Berat sampel

103,8774 - 101,9307
% Lipida Kelapa = X 100%
3,0029

1,9467
% Lipida Kelapa = X 100%
3,0029

% Lipida kelapa = 0, 648 X 100%

% Lipida Kelapa = 64,83%


2. Kadar Lipida padi

126,6393 - 126,5677
% Lipida Padi = X 100%
4. 3,0006

% Lipida Padi = 2,39%

3. Kadar Lipida Kacang Tanah

113,7717 - 112,2100
% Lipida Kacang tanah = X 100%
3,0031

% Lipida Kacang tanah = 52,00%

4. Kadar Lipida Kemiri

121,8083 - 120,2347
% Lipida Kemiri = X 100%
5. 3,0000

% Lipida Kemiri = 52,45%

Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan penetapan kadar lemak pada berbagai jenis

biji-bijian antara lain Padi, kacang tanah, kemiri, dan kelapa dengan

menggunakan metode soxhlet (metode ekstraksi kering).

Penetapan kadar lemak pada biji-bijian tersebut dengan metode soxhlet ini

dilakukan dengan cara mengeluarkan lemak dari biji-bijian dengan pelarut

anhydrous. Pelarut anhydrous merupakan pelarut yang benar-benar bebas air. Hal

tersebut bertujuan supaya bahan-bahan ynag larut air tidak terekstrak dan

terhitung sebagai lemak serta keaktifan pelarut tersebut tidak berkurang. Sampel

yang sudah dihaluskan, ditimbang sebanyak 3 gram dan kemudian campur dengan

pasir yang telah dipijarkan sebanyak 8 g dan masukkan ke dalam tabung reaksi

soxhlet dalam bungkusan kertas saring berbentuk tabung yang tepat masuk dalam
tabung soxhlet. Selanjutnya labu kosong diisi butir batu didih. Fungsi batu didih

ialah untuk meratakan panas. Setelah dikeringkan dan didinginkan, labu diisi

dengan pelarut anhydrous.

Thimble yang sudah terisi sampel dimasukan ke dalam soxhlet. Soxhlet

disambungkan dengan labu dan ditempatkan pada alat pemanas listrik serta

kondensor. Alat pendingin disambungkan dengan soxhlet. Air untuk pendingin

dijalankan dan alat ekstraksi lemak mulai dipanaskan .

Ketika pelarut dididihkan, uapnya naik melewati soxhlet menuju ke pipa

pendingin. Air dingin yang dialirkan melewati bagian luar kondenser

mengembunkan uap pelarut sehingga kembali ke fase cair, kemudian menetes ke

thimble. Pelarut melarutkan lemak dalam thimble, larutan sari ini terkumpul

dalam thimble dan bila volumenya telah mencukupi, sari akan dialirkan lewat

sifon menuju labu. Proses dari pengembunan hingga pengaliran disebut sebagai

refluks. Proses ekstraksi lemak kasar dilakukan selama 6 jam. Setelah proses

ekstraksi selesai, pelarut dan lemak dipisahkan melalui proses penyulingan dan

dikeringkan (Darmasih, 1997).

Pada percobaan ini, biji-bijian yang telah dihaluskan sebanyak ± 3 gram

dibungkus dengan kertas saring lalu dimasukkan ke dalam alat ekstraksi soxhlet.

Alat ekstraksi soxhlet tersebut dihubungkan dengan kondensor dan labu lemak

yang telah diisi dengan pelarut lemak. Penentuan kadar lemak pada biskuit

tersebut dilakukan selama ± 4 jam. Hasil yang diperoleh dari praktikum ini

adalah kadar lemak dari masing-masing sampel yang didapatkan melalui rumus.

Kadar lemak diperoleh melalui selisih berat labu lemak akhir dengan berat labu

lemak awal, dibagi dengan berat sampel, kemudian dikalikan 100%.


Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh persentasi kadar lemak biji

kelapa sebesar 64,83%. Kemudian kadar lemak biji padi sebesar 2,39%.

Selanjutnya kadar lemak biji kacang tanah sebesar 52,00%. Dan yang terakhir

kadar lemak biji kemiri sebesar 52,45%. Urutan biji-bijian dengan kadar lemak

tertinggi hingga biji-bijian dengan kadar lemak terendah dapat dilihat melalui

tabel di bawah ini.

Tabel 2. Pengurutan biji-bijian dengan kadar lemak tertinggi hingga kadar lemak

terendah

No. Kelompok Sampel Kadar Lipida (Lemak)


1 4 Biji kelapa 64,83%
2 3 Biji kemiri 52,45%
3 2 Biji kacang tanah 52,00%
4 1 Biji padi 2,39%

Berdasarkan hasil yang telah dihitung kadar lemaknya, maka dapat

diketahui biji kelapa adalah biji yang memiliki kadar lemak yang tertinggi. Biji

dengan kadar lemak terendah adalah biji padi. Berdasarkan literatur lainnya pun

pengurutan kadar lemak tertinggi memang diketuai oleh biji kelapa yang disusul

dengan biji kemiri, biji kacang tanah, dan biji padi. Karena sudah kita ketahui

bahwa padi merupakan pensuplai karbohidrat terbesar, sehingga hanya memiliki

sedikit kadar lemak. Selanjutnya kacang tanah juga terkenal dengan kadar

proteinnya sehingga kadar lemaknya pun lebih rendah dibanding dengan kelapa

dan kemiri yang merupakan pensuplai kadar lemak yang banyak setelah kakao.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh persentasi kadar lemak biji kelapa

sebesar 64,83%. Kemudian kadar lemak biji padi sebesar 2,39%. Selanjutnya

kadar lemak biji kacang tanah sebesar 52,00%. Dan yang terakhir kadar lemak
biji kemiri sebesar 52,45%.

2. Berdasarkan hasil yang telah dihitung kadar lemaknya, maka dapat

diketahui biji kelapa adalah biji yang memiliki kadar lemak yang tertinggi.

Biji dengan kadar lemak terendah adalah biji padi. proses pengeringan sangat

dipengaruhi oleh suhu dan lama pengeringan.

3. Padi merupakan pensuplai karbohidrat terbesar, sehingga hanya memeiliki

sedikit kadar lemak. Selanjutnya kacang tanah juga terkenal dengan kadar

proteinnya sehingga kadar lemaknya pun lebih rendah disbanding dengan

kelapa dan kemiri yang merupakan pensuplai kadar lemak yang banyak

setelah kakao.

Saran

Bagaimana jika ekstraksi dilakukan berkali-kali, misal 12 kali ekstraksi

karena Semakin banyak frekuensi ekstraksi yang dilakukan maka semakin banyak

pula minyak yang akan terekstrak dari sampel biji padi, biji kacang tanah, biji

kemiri, dan biji kelapa.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Penuntun Praktikum Biokimia Tanaman. Fakultas Pertanian


UNLAM: Banjarbaru.

Darmasih. 1997. Prinsip Soxhlet. Sumber:


peternakan.litbang.deptan.go.id/user/ptek97-24.pdf. Diakses pada tanggal
2 desember 2010 pukul 16.00 WITA.

Harper, V. W Rodwell, P. A Mayes. 1979. Biokimia. Penerbit EGC: Jakarta.

Whitaker, M.C. 1915. The Journal of Industrial and Engineering Chemistry.


Eschenbach Printing Company: Easton.

Anda mungkin juga menyukai