Anda di halaman 1dari 4

Perkembangan Kekuasaan Orde Baru.

Dengan Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) Soeharto mengatasi keadaan


yang serba tidak menentu dan sulit terkendali. Setelah peristiwa G30S/PKI, Negara
Republik Indonesia dilanda instabilitas politik akibat tidak tegasnya kepemimpinan
Presiden Soekarno dalam mengambil keputusan atas peristiwa itu. Sementara itu, partai-
partai politik terpecah belah dalam kelompok-kelompok yang saling bertentangan, antara
penentang dan pendukung kebijakan Presiden Soekarno. Selanjutnya terjadilah situasi
konflik yang membahayakan persatuan dan keutuhan bangsa.

Melihat situasi konflik antara pendukung Orde Lama dengan Orde Baru semakin
bertambah gawat, DPR-GR berpendapat bahwa situasi konflik harus segera diselesaikan
secara konstitusional. Pada tanggal 3 Februari 1967 DPR-GR menyampaikan resolusi dan
memorandum yang berisi anjuran kepada Ketua Presidium Kabinet Ampera agar
diselenggarakan Sidang Istimewa MPRS.

Pada tanggal 20 Februari 1967, Presiden Soekarno menyerahkan kekuasaan


pemerintahan kepada Soeharto. Penyerahan kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada
Soeharto dikukuhkan di dalam Sidang Istimewa MPRS. MPRS dalam Ketetapannya No.
XXXIII/MPRS/1967 mencabut kekuasaan pemerintahan negara dari Presiden Soekarno
dan mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia. Dengan adanya
Ketetapan MPRS itu, situasi konflik yang merupakan sumber instabilitas politik telah
berakhir secara konstitusional.

Sekalipun situasi konflik berhasil diatasi, namun kristalisasi Orde Baru belum
selesai. Untuk mencapai stabilitas nasional diperlukan proses yang baik dan wajar, agar
dapat dicapai stabilitas yang dinamis, yang mendorong dan mempercepat pembangunan.
Proses ini dimulai dari penataan kembali kehidupan politik yang berlandaskan kepada
Pancasila dan UUD 1945. dengan adanya peralihan kekuasaan dari Soekarno kepada
Soeharto sebagai pemegang tampuk pemerintahan di Indonesia, maka dimulailah babak
baru yaitu sejarah Orde Baru.
Pada hakikatnya, Orde Baru merupakan tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa
dan Negara yang diletakkan pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 , atau
sebagai koreksi terhadap penyelewengan-penyelewengan yang terjadi di masa lampau. Di
samping itu juga berupaya menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan
stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan bangsas.

Perjuangan dalam rangka meluruskan kembali jalan yang telah diselewengkan,


dicetuskan dalam tuntutannya yang dikenal dengan sebutan Tri Tuntutan Rakyat
(Tritura). Pada hakikatnya tuntutan itu mengungkapkan keinginan-keinginan rakyat yang
mendalam untuk melaksanakan kehidupan bernegara sesuai dengan aspirasi kehidupan
dalam situasi kongkret. Jawaban dari tuntutan itu terdapat dalam ketetapan sebagai
berikut :

1.Pengukuhan tindakan Pengemban Surat Perintah Sebelas Maret yang membubarkan


PKI beserta organisasi massanya pada sidang MPRS dengan Ketetapan MPRS
No. IV/MPRS/1966 dan Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966.

2.Pelarangan faham dan ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme di Indonesia


dengan Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966.

3.Pelurusan kembali tertib konstitusional berdasarkan Pancasila dan tertib hukum


dengan Tap MPRS No. XX/MPRS/1966.

Usaha penataan kembali kehidupan politik ini dimulai pada awal tahun 1968
dengan penyegaran DPR-GR. Penyegaran ini bertujuan menumbuhkan hak-hak
demokrasi dan mencerminkan kekuatan-kekuatan yang ada di dalam masyarakat.
Komposisi anggota DPR terdiri dari wakil-wakil partai politik dan golongan karya. Taha
selanjutnya adalah penyederhanaan kehidupan kepartaian, keormasan, dan kekaryaan
dengan cara pengelompokkan partai-partai politik dan golongan karya. Usaha ini dimulai
tahun 1970 dengan mengadakan serangkaian konsultasi dengan pimpinan partai-partai
politik. Hasilnya lahirlah tiga kelompok di DPR yaitu :
1.Kelompok Demokrasi Pembangunan yang terdiri dari partai-partai PNI, Parkindo,
Katolik, IPKI, serta Murba.

2.Kelompok Persatuan Pembangunan yang terdiri dari partai-partai NU, Partai


Muslimin Indonesia, PSII, dan Perti.

3.Sedangkan kelompok organisasi profesi seperti organisasi buruh, organisasi


pemuda, organisasi tani dan nelayan, organisasi seniman, dan lain-lain tergabung
dalam kelompok Golongan Karya.

1.3.Kebijakan Pemerintah Orde Baru.

Setelah berhasil memulihkan kondisi politik bangsa Indonesia, langkah


selanjutnya yang ditempuh oleh pemerintah adalah melaksanakan Pembangunan
Nasional. Pembangunan Nasional yang diupayakan pada zaman Orde Baru direalisasikan
melalui Pembangunan Jangka Pendek dan Pembangunan Jangka Panjang. Pembangunan
Jangka Pendek dirancang melalui Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Setiap Pelita
memiliki misi pembangunan dalam rangka mencapai tingkat kesejahteraan bangsa
Indonesia.

Untuk memberikan arah dalam usaha mewujudkan tujuan nasional tersebut maka
MPR telah menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) sejak tahun 1973.
Pada dasarnya GBHN merupakan pola umum pembangunan nasional dengan rangkaian
program-programnya. GBHN dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun
(Repelita) yang berisi program-program konkret yang akan dilaksanakan dalam kurun
waktu lima tahun. Pelaksanaan Repelita telah dimulai sejak tahun 1969.

Pembangunan nasional yang selalu dikumandangkan tidak terlepas dari Trilogi


Pembangunan sebagai berikut :

-Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya


keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

-Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.


-Stabilitas Nasional yang sehat dan dinamis.

Selain itu dikumandangkan juga bahwa pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
sebagai akibat pelaksanaan pembangunan tidak akan bermakna apabila tidak diiringi oleh
pemerataan pembangunan. Oleh karena itu, sejak Pelita III pemerintah Orde Baru
menetapkan Delapan Jalur Pemerataan yaitu :

a.Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya pangan, sandang, dan


perumahan.

b.Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.

c.Pemerataan pembagian pendapatan.

d.Pemerataan kesempatan kerja.

e.Pemerataan kesempatan berusaha.

f.Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, khususnya bagi


generasi muda dan kaum wanita.

g.Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.

h.Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.

1.4.Peristiwa-peristiwa Politik Penting Pada Masa Orde Baru.

4.a. Mengakhiri Konfrontasi Dengan Malaysia.

4.b. Kembali Menjadi Anggota PBB.

4.c. Pendirian ASEAN.

4.d. Integrasi Timor-timur ke dalam wilayah Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai