Anda di halaman 1dari 2

Jangan Panik Hadapi Chikungunya

Senin, 01/03/2010 09:00 WIB - Ikrob Didik Irawan

Angka demam akibat chikungunya hampir setiap tahun masih menjadi KLB (kejadian luar biasa)
di beberapa daerah di Indonesia. Meski tidak mematikan, namun penyakit ini sangat menyiksa
karena menyebabkan nyeri pada persendian dan otot hingga sulit untuk digerakkan. Nyeri sendi
yang dirasakan akan sangat berat, hingga seolah-olah penderita merasa mengalami kelumpuhan.
Kejadian chikungunya untuk kali pertama ditemukan di benua Afrika yakni tahun 1952,
kemudian menyebar ke berbagai negara termasuk di Indonesia pada tahun 1973. Banyak orang
mengira penyakit ini sama dengan demam berdarah dengue (DBD), pasalnya memiliki gejala
yang hampir serupa bahkan ditularkan oleh nyamuk yang sama yakni aedes aegypti. Namun,
jenis virus yang dibawa berbeda. Yaitu untuk penyebab chikungunya adalah alphavirus.
“Serangan virus ini dapat menyebabkan timbulnya demam mendadak hingga suhu mencapai 39
derajat celcius yang disertai dengan rasa menggigil dan nyeri pada daerah persendian. Selain itu
akan muncul kemerahan pada kulit dan selaput lendir matanya,” jelas dr Meilani Rusgi Nur
Isdiani, Kepala Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Islam (RSUI) Kustati Surakarta.
Beberapa keluhan lain yang muncul adalah kehilangan daya mengecap rasa pada lidah dan mual
yang disertai dengan muntah. Sedangkan gejala utama penyakit chikungunya adalah tiba-tiba
tubuh terasa demam diikuti dengan linu di persendian. Bahkan, salah satu gejala yang khas
adalah timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu, juga timbul rasa sakit pada tulang. Terutama pada
sendi lutut, tulang belakang, pergelangan tangan, jari tangan, dan kaki. Sehingga penyakit ini
sering dinamakan dengan tulang atau flu tulang.
Membuat Panik
Banyak anggapan di masyarakat, bahwa demam akibat chikungunya adalah penyakit yang
berbahaya sehingga menimbulkan kepanikan. Tidak jarang pula yang meyakini bahwa penyakit
ini dapat mengakibatkan kelumpuhan. Memang, sewaktu virus berkembang biak di dalam darah,
penderita merasa nyeri pada tulang terutama di seputar persendian sehingga tidak berani
menggerakkan anggota tubuh.
“Jangan panik apabila terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit ini, sebab tidak sampai
menyebabkan kematian. Ngilu pada persendian itu tidak menyebabkan kelumpuhan. Penderita
bisa menggerakkan tubuhnya seperti sedia kala setelah sembuh,” ujar dokter alumnus Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) ini.
Meskipun dalam beberapa kasus, kadang rasa nyeri masih tertinggal selama berhari-hari bahkan
sampai berbulan-bulan. Biasanya kondisi yang demikian terjadi pada penderita yang sebelumnya
mempunyai riwayat nyeri tulang (rematik) dan otot.
Pada anak kecil gejala dimulai dengan demam mendadak, kulit kemerahan. Ruam-ruam (bintik)
merah muncul setelah 3 hingga 5 hari. Mata biasanya merah disertai tanda-tanda seperti flu, tak
jarang juga sering terjadi kejang karena demam.
“Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada chikungunya tidak ditemukan adanya
pendarahan, syok maupun kematian. Dengan istirahat cukup, minum obat demam, kompres, serta
antisipasi terhadap kejang demam, penyakit ini biasanya sembuh sendiri dalam tujuh hari,” papar
wanita asli Sragen ini.
Kesembuhan dari rasa nyeri persendian sedikit banyak bergantung pada usia penderita
chikungunya. Di mana semakin tua usia penderita, waktu yang dibutuhkan untuk sembuh secara
total biasanya menjadi semakin lebih lama. Masa inkubasi dari chikungunya yakni antara 2
sampai 4 hari, sementara manifestasi penyakit berlangsung 3 sampai 10 hari. Penyakit ini
termasuk self limiting disease alias dapat hilang dengan sendirinya tanpa diobati.
Kabar baiknya, lanjut Meilani, penyakit ini sulit menyerang penderita yang sama. Artinya orang
yang pernah terkena chikungunya, kemungkinannya kecil untuk terserang kembali. Sebab, tubuh
penderita akan membentuk antibodi yang akan membuat mereka kebal terhadap wabah penyakit
ini di kemudian hari.
Dari segi penularan, demam chikungunya sebenarnya terjadi apabila penderita yang sakit digigit
oleh nyamuk penular. Kemudian nyamuk penular tersebut menggigit orang lain. Biasanya tidak
terjadi penularan dari atau ke orang. Nama chikungunya sendiri berasal dari bahasa Shawill,
yang berarti posisi tubuh meliuk atau melengkung. Dinamakan demikian karena mengacu pada
postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia).
“Mengingat penyebar penyakit ini adalah nyamuk aedes aegypti maka cara terbaik untuk
memutus rantai penularan adalah dengan memberantas nyamuk tersebut, sebagaimana sering
disarankan dalam pemberantasan penyakit demam berdarah dengue,” pungkas Meilani. (Ikrob
Didik Irawan)

Anda mungkin juga menyukai