Anda di halaman 1dari 2

Aku

“Sudahkah kau temukan dirimu Mahfud?”

“InsyaAllah.” Jawabku.

“Lantas, siapakah dirimu?”

“Aku adalah Ahmad Mahfud”

“Bukan !, yang aku maksud adalah kamu selain namamu”

“Aku adalah manusia sebaimana adanya”, jawabku.

“bukan wujudmu yang aku tanyakan, melainkan kamu yang ada di dalam sesuatu yang maujud
itu!”

Aku…….

Siapakah aku?

Otakku berpikir keras, akan tetapi tetap sia sia. Aku rasa mungkin perjalananku dalam menempuh
ilmu dalam setiap pendidikanku hanyalah untuk menjawab pertanyaan “Siapa aku ?”

10 Ramadhan 1430 H. (penghujung malam)

Angin berhembus sepoi malam itu, seakan ia berusaha meninabobokan kekasihnya. Kerlip bintang
semakin menambah agung jubah alam, malam. Sedang sinar rembulan sudah cukup menjadi saksi
tentang besarnya cinta alam terhadap malam ini.

Disini aku duduk sendiri. Diatas sejadah lapuk ini, ditengah kamar yang hampir usang ini air mataku
begitu mudah untuk tumpah. Aku tak akan peduli jika nantinya rembulan mengejek aku dengan sebutan
lelaki cengeng.

Tasbihku berputar mengiringi irama detak jantungku. Walau aku berpijak di atas bumi dan bersilah di
atasnya tetap saja air mataku tumpah dengan derasnya.

Kini aku sadar, dan aku telah mengetahui tentang “siapa aku?”
Aku bukan Ahmad Mahfud yang sering mereka sebut. Karna aku rasa Tuhan tidak pernah
memberikan nama itu padaku. Nama itu hanyalah sebutan dari orang tuaku saja. Lagipula tidak ada
nama yang pantas disebut diseluruh sendi kehidupan ini kecuali namaNya yang agung, indah, dan
mempesona. Tidak ada nama selain namanya.

Lantas siapakah aku?

Aku bukan siapa – siapa di hadapanNya. DisisiNya aku terlampau kerdil untuk menyebut identitas
dengan berkata “Aku adalah…………….”

Lalu siapakah aku?

Maha besar Allah, maha indah, maha mempesona Dia. Sementara aku hanyalah jejak bisu, saksi
bisu, dan tanda bisu diantara tanda – tanda keberadaan dan keindahanNya.

Alasbuluh, 12 Ramadhan 1430 H.

By: Ibnu Al Qalam

Anda mungkin juga menyukai