Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pelaksanaan Kurikulum khususnya Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP), diharapkan dapat membentuk sikap kritis, kreatif, jujur,

sistematis, logis dan komunikatif pada siswa. Dengan demikian diharapkan siswa

akan memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi untuk

dapat bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasif dan kompetitif. Seperti

halnya, pada pelajaran matematika di sekolah masih banyak strategi-strategi

pembelajaran yang belum dilaksanakan. Adapun Oemar Hamalik berpendapat

“Belajar adalah suatu pertumbuhan dan perubahan dalam diri seseorang yang

dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan

latihan”. 1

Dengan demikian pembelajaran adalah proses usaha untuk mengubah

sikap, tingkah laku dan perubahan ilmu pengetahuan bagi siswa. Menurut

Usman, proses belajar mengajar adalah: "Suatu proses yang mengandung

serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu"2

Belajar mengajar adalah dapat juga diartikan sebagai proses yang mengandung

dua pengertian yaitu rentetan tahapan atau fase dalam mempelajari sesuatu, dan

dapat pula berarti sebagai rentetan kegiatan perencanaan oleh guru, pelaksanaan
1
Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan, (Bandung : Tarsito, 1984), hal.18

2
Uzer Usman, Moh, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Rosda Karya, 1990), hal. 1

1
2

kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut. Dari kedua pendapat tersebut

dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan

guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program

tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu

yaitu pengajaran.

Proses pencapaian kompetensi matematika yang diharapkan, perlu di

persiapkan berbagai strategi penyampaian matematika kepada siswa. Hal ini

dilakukan selain untuk mempersiapkan pedoman bagi guru dalam penyampaian

materi, juga agar setiap langkah kegiatan pencapaian kompetensi untuk siswa dapat

dilakukan secara bertahap, sehingga diperoleh hasil pembelajaran matematika yang

optimal. Strategi pembelajaran dikembangkan oleh guru dengan mengacu pada

deskripsi pembelajaran matematika dan komponen lainnya. Komponen-komponen

tersebut antara lain, metode pembelajaran, organisasi kelas, metode penilaian,

alat/sumber belajar dan alokasi waktu.

Banyak metode mengajar yang dapat digunakan, salah satunya adalah

metode penemuan. Dengan metode ini diharapkan siswa dapat mengembangkan

sikap ilmiah yang mencakup kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,

kritis, dan kreatif, serta mempunyai kemampuan bekerja sama. Pembelajaran

yang berpusat pada siswa, memerlukan sebuah penerapan metode yang benar,

bukan hanya metode yang berperan namun media dan alat juga harus

diperhatikan, salah satu metode mengajar yang dapat diterapkan untuk mata

pelajaran matematika pada pokok bahasan persamaan linear pada jenjang Sekolah

Menengah Pertama (SMP) kelas VII semester 1 adalah metode penemuan. Dengan
3

metode penemuan peneliti ingin melihat sejauh mana persamaan linear dapat

dipahami oleh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bubon. Selanjutnya penggunaan

metode penemuan akan dapat mengembangkan sikap ilmiah yang mencakup sikap

objektif dan jujur, sikap terbuka, sikap tekun dan sikap kritis dalam proses

pembelajaran.

Adapun pengertian metode penemuan menurut Karso dkk adalah "sesuatu hal

baru yang ditemukan sendiri oleh siswa"3. Sesuatu hal yang baru disini bukan berarti

benar-benar baru, tetapi baru bagi dirinya sendiri saja. Cara belajar menemukan

sendiri ini tidak merupakan cara belajar yang baru. Cara belajar melalui penemuan

sudah digunakan puluhan abad yang lalu dan socrates dianggap orang sebagai orang

pertama yang menggunakan metode ini. Dengan metode penemuan diharapkan siswa

dapat lebih kreatif dan termotivasi untuk belajar sendiri dengan bimbingan dari guru.

Peran guru disini hanya sebagai fasilitator dan tidak perlu menjelaskan panjang lebar

pada siswa serta pemahaman yang baik dari guru dalam proses belajar mengajar akan

dapat memperbesar keinginan siswa untuk belajar seperti yang diharapkan

Dengan demikian, pengajaran metode penemuan diharapkan siswa lebih

memahami mata pelajaran yang diajarkan. Karena siswa tidak lagi terpaku pada satu

masalah atau soal yang di berikan guru, tetapi mereka bisa mencari sendiri masalah–

masalah lain dan dapat menyelesaikannya dengan bimbingan dari guru pada

pelajaran persamaan linear khususnya. Berdasarkan hasil observasi awal, proses

pembelajaran tentang persamaan linear di SMP Negeri 1 Bubon kelas VII, masih

3
Karso, dkk, Dasar-dasar Pendidikan MIPA, (Jakarta : Universitas Terbuka, Depdikbud,
1993), hal. 57
4

belum maksimal. Itu dikarenakan pemahaman siswa terhadap persamaan linear yang

berkaitan dengan peubah atau variabel masih kurang.

Guna memperoleh gambaran lebih lanjut terhadap permasalahan tersebut, maka

penulis ingin melakukan suatu penelitian dengan judul "Penerapan Metode

Penemuan Terbimbing Dalam Pembelajaran Materi Persamaan Linier Kelas VII

SMP Negeri 1 Bubon Aceh Barat ".

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : apakah

penerapan metode penemuan terbimbing efektif dalam pembelajaran materi

persamaan linear satu variable pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bubon Aceh

Barat?. Dari rumusan masalah di atas yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini

adalah :

1. Bagaimana Aktivitas siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bubon Aceh Barat

dalam pembelajaran materi persamaan linier satu variabel dengan Metode

penemuan terbimbing?

2. Bagaimana Keterampilan guru mengajar dengan menggunakan metode

penemuan terbimbing pada materi persamaan linier?

3. Bagaimana Ketuntasan Belajar siswa pada materi Persamaan linier dengan

penerapan metode penemuan terbimbing?

4. Bagimana respon siswa terhadap penerapan metode penemuan terbimbing

dalam pembelajaran materi persamaan linier di SMP Negeri 1 Bubon Aceh

Barat?
5

C. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kekeliruan, keragu-raguan dan kesalahan dalam

penafsiran, kiranya perlu dijelaskan beberapa istilah pokok yang terdapat dalam

judul skripsi ini. Istilah tersebut antara lain adalah: Penerapan, Metode

Penemuan Terbimbing, Pembelajaran, Matematika dan Persamaan Linier.

1. Penerapan

Penerapan adalah suatu proses dalam menerapkan metode untuk

membangun pemahaman siswa dan guru dalam pemecahan masalah.

2. Metode

Metode berasal dari bahasa Yunani “Greek”, yakni “Metha”, berarti melalui ,

dan “Hadas” artinya cara, jalan, alat atau gaya. Dengan kata lain, metode artinya

“jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu”.4 Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, susunan W.J.S. Poerwadarminta, bahwa metode

adalah “cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud”.5

Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer pengertian metode adalah

“cara kerja yang sistematis untuk mempermudah sesuatu kegiatan dalam mencapai

maksudnya”.6

Dengan demikian metode dalam kajian penulis adalah suatu usaha dari

pemilihan cara atau teknik tertentu yang diterapkan secara terencana dan

4
H. Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), hal. 97

5
W. J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), hal.
649.
6
Peter Salim, et-al, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English, 1991), hal.
1126.
6

sistematis yang bertujuan untuk mencapai keinginan atau maksud yang telah di

tentukan pada sebuah perencanaan.

3. Penemuan Terbimbing

Adapun pengertian penemuan menurut karso dkk adalah "sesuatu hal

baru yang ditemukan sendiri oleh siswa" 7. Sesuatu hal yang baru disini bukan

berarti benar-benar baru, tetapi baru bagi dirinya sendiri saja. Cara belajar

menemukan sendiri ini tidak merupakan cara belajar yang baru. Cara belajar

melalui penemuan sudah digunakan puluhan abad yang lalu dan socrates

dianggap orang sebagai orang pertama yang menggunakan metode ini.

Penemuan menurut Syaiful, dkk adalah "belajar mencari dan menemukan

sendiri" 8. Dimana dalam sistem belajar mengajar ini guru menyajikan bahan

pelajaran tidak dalam bentuk yang final, tetapi anak didik diberi peluang untuk

mencari dan menemukannya sendiri.

Diperkuat lagi oleh Suryosubroto yang mengartikan bahwa metode

penemuan adalah "sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan

pengajaran perseorangan, manipulasi objek dan lain-lain percobaan, sebelum

sampai kepada generalisasi. Sebelum siswa sadar akan pengertian, guru tidak

menjelaskan dengan kata-kata" 9.

Dengan demikian Penemuan Terbimbing dalam kajian penulis adalah

usaha guru mengarahkan siswa dalam menemukan sendiri persoalan dan

7
Ibid, hal. 57

8
Aswan, Z dan Syaiful, B. D, Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hal. 192.
9
Suryosubroto, B, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hal.
192.
7

pemecahannya, sehingga pengertian dan pemahaman terhadap konsep

ditemukan sendiri oleh seorang siswa.

4. Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata dasar “belajar” yang diawali kata “pe”

dan akhiran “an” yang menunjukkan sebagai kata kerja.

Adapun Oemar Hamalik berpendapat “Belajar adalah suatu pertumbuhan

dan perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah

laku yang baru berkat pengalaman dan latihan”. 10

Dengan demikian pembelajaran adalah proses usaha untuk mengubah

sikap, tingkah laku dan perubahan ilmu pengetahuan bagi siswa.

5. Materi Persamaan Linier

Persamaan linear sendiri telah dikenal sejak 4000 tahun yang lalu di

mesir dan Babylonia. Persamaan linier pada hakekatnya masuk pada pokok

bahasan Aljabar banyak tokoh-tokoh populer yang berjasa di bidang aljabar

tersebut diatara lain Euclid, Al-Kwarismi, Rene Descrates dll.

Dalam buku Ensiklopedi Matematika dijelaskan Pada tahun 1637, ahli

matematika Jerman Rene Descrates Viete menjelaskan bagaimana susunan-

susunan geometri dapat diubah ke dalam persamaan-persamaan aljabar. Dalam

bukunya “Discours de la Methode” (Discourse on Method), ia memperkenalkan

huruf x, y, dan z untuk mewakili variabel-vaeiabel” 11

Jadi pengertian Persamaan Linier dapat diartikan sebuah kalimat terbuka

Oemar Hamalik, metode belajar………., hal.1810


11
Wahyudin dkk, Ensiklopedi Matematika dan Peradaban Manusia, Cet. 2, (Jakarta : CV.
Tarity Samudra Berlian, 2003), hal. 5.
8

yang di bentuk oleh variabel-variabel (peubah), dimana variabel dilambangkan

oleh simbol-simbol (lazimnya x, y dan z) yang mewakili angka yang belum

diketahui. Sebagai contoh tentukan nilai dari x + 5 = 12, dari soal tersebut x di

katakan sebagai variabel atau peubah, dimana kalimat terbuka tersebut akan

menjadi benar bila variabel x bernilai 7.

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah untuk melihat efektifitas penerapan metode penemuan

terbimbing pada materi persamaan linear pada kelas VII SMP Negeri 1 Bubon.

Adapun manfaat yang diharapkan adalah :

1. Sebagai informasi tambahan bagi guru-guru yang mengajar bidang studi

Matematika di SMPN 1 Bubon khususnya dan di sekolah lain umumnya.

2. Sebagai acuan yang dapat menjadi gambaran bagi siswa didalam

meningkatkan pemahaman konsep persamaan linear di tingkat SMP khususnya

dan pada tingkat lain umumnya.

E. Postulat Penelitian

Postulat (anggapan dasar) adalah perumusan teoritis yang dijadikan

landasan bagian suatu penelitian ilmiah. Menurut Winarno Surachmad

menegaskan tentang postulat sebagai berikut: “Anggapan dasar atau asumsi atau

postulat yang menjadi tumpuan segala pandangan dan kegiatan terhadap

masalah yang dihadapi. Postulat inilah yang menjadi titik pangkal, titik dimana

tidak ada lagi keragu-raguan penyelidik”. 12 Dalam hal yang lain Winarno juga
12
Winarno Surachmad, Pengantar Metodologi Ilmiah, (Bandung : Tarsito, 1989), hal.32
9

menyatakan bahwa postulat adalah “sebuah titik tolak pemikiran yang

kebenarannya diterima oleh penyelidik”. 13

Untuk penelitian ini yang dijadikan postulatnya yaitu:

1. Setiap siswa mendapat kesempatan yang sama dalam mempelajari

materi persamaan linier di SMP

2. Metode pembelajaran adalah suatu faktor yang berpengaruh terhadap

hasil belajar siswa dalam bidang studi matematika

F. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Rancangan atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai sebagai suatu

proses pengumpulan dan analisis data penelitian. Dalam arti luas rancangan

penelitian meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam rancangan

perencanaan dimulai dengan mengadakan observasi dan evaluasi terhadap penelitian

yang sudah dikerjakan dan diketahui, sampai pada penetapan kerangka konsep dan

menjawab rumusan masalah pada tingkat lebih lanjut. Dalam penulisan skripsi ini

penulis mengambil dua rancangan penelitian deskripsi.

Penelitian yang dilakukan ini termasuk pada penelitian deskriptif karena

tujuannya adalah untuk mendeskripsikan secara sistematis, factual dan akurat

mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi serta memecahkan masalah yang ada

pada masa sekarang.

Slameto mengantakan peneliti deskriptif bertujuan untuk

13
Winarno Surachmad, Dasar dan Teknik Research, (Bandung : Tarsito, 1972), hal.97
10

a. Mengumpulkan informasi faktual secara terperinci, melukiskan


segala yang ada.
b. Mengintifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-
praktek yang berlaku.
c. Membuatperbandinganatauevaluasi.
d. Menentuakan apa yang lakukan orang lain dalam menghadapi
masalah yang sama dan berkelanjutan dari pengalaman mereka untuk
menetapkan rancangan dan keputusan pada masa waktu yang akan
datang” 14

Dengan rancangan peneliltian ini diharapkan berbagai data dan informasi

yang berhubungan dengan penerapan metode penemuan terbimbing dalam

pembelajaran materi persamaan linier satu variabel pada siswa kelas VII SMP

Negeri 1 Bubon, dapat di sajikan secara faktual, dan selanjutnya dapat

menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini.

2. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan objek yang dikenakan penelitian.

Penetapan objek penelitian merupakan salah satu faktor yang diperlukan karena

penelitian ini sendiri bertujuan untuk mengambil kesimpulan objektif

keseluruhan sebagaimana yang dijelaskan oleh Sudjana populasi yaitu :

Totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung atau pengukuran,


kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua
anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-
sifatnya dinamakan populasi. Adapun sebagian yang diambil dari
populasi disebut sampel. 15

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini yang dijadikan

populasi adalah semua siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bubon, yang terdiri 3

kelas dengan jumlah siswa 82 orang. Dengan teknik random sampling penulis

mengambil kelas VII2 sebagai sampel dalam penelitian ini, kelas VII2 dianggap

14
Slameto, Evaluasi pendidikan (Jakarta : PT. Bumi Aksara. 1998), hal. 43
15
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung : Tarsito, 1989), hal.6
11

sebagai kelas yang mewakili homogenitas dari tiga kelas VII dengan jumlah

sampel sebanyak 30 orang.

3. Teknik Pengumpulan Data

Beberapa instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Lembar observasi yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran selama

penelitian adalah lembar pengamatan kemampuan guru dan akifitas siswa dalam

mengelola pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terhadap

penyampaian materi persamaan linier pada kelas VII 2 di SMP Negeri 1 Bubon

Aceh Barat. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang valid dan sesuai

dengan keadaan sebenarnya.

b. Tes Hasil Belajar

Dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang pemahaman siswa

terhadap konsep persamaan linear baik satu variabel maupun dua variabel. Tes

dilaksanakan pada awal penelitian, pada akhir setiap tindakan sesuai tahapan

pembelajaran, dan pada akhir setelah diberikan serangkaian tindakan. Tujuan

dilaksanakan tes pada awal penelitian adalah untuk menjaring subjek penelitian dan

tes akhir setiap tindakan bertujuan untuk (1) melihat kemajuan siswa selama

mengikuti pembelajaran, dan (2) merumuskan analisis dan refleksi untuk tindakan

berikutnya. Sedangkan tes akhir setelah diberikan serangkaian tindakan bertujuan

untuk memperoleh data tentang kemajuan siswa dalam memahami konsep persamaan

linear.
12

c. Angket Respon Siswa

Angket respon siswa diberikan setelah semua kegiatan pembelajaran selesai.

Tujuan dari diberikannya angket respon siswa adalah untuk mengetahui respon siswa

terhadap perangkat dan penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode

penemuan.

d. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan data yang telah dikumpulkan oleh peneliti terdahulu

atau lembaga tertentu. Sehingga data yang telah terkumpul tersebut dapat menjadi

pedoman atau acuan bagi penulis. Dalam penelitian ini yang menjadi data

dokumentasi adalah data yang telah terkumpul oleh sekolah tempat penulis

melakukan penelitian tentang keadaan siswa yang menyangkut prestasi dan

perkembangan, guru dan data tentang profil sekolah.

4. Tehnik Pengolahan Data

Tahap pengalisis data merupakan yang paling penting dalam suatu

penelitian, karena pada tahap ini hasil penelitian dapat dirumuskan setelah

semua data terkumpul untuk mendeskripsikan data penulis melakukan

perhitungan sebagai berikut:

a. Analisis dan Aktivitas Siswa

Data hasil pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung

dianalisis dengan menggunakan persentase, yaitu:

Rata - rata frekuensi setiap aspek pengamatan


“P = ×100 % ” 16
rata - rata frekuensi

16
Ibid, hal.69
13

Penentuan kesesuaian aktivitas siswa berdasarkan pencapaian waktu ideal

yang ditetapkan dalam penyusunan rencana pembelajaran materi Persamaan Linier

dengan menggunakan metode Penemuan Terbimbing seperti tabel berikut :

Tabel 1.1 Aspek Pengamatan Siswa

Persentase Kesesuaian (P)


No Aspek Pengamatan Aktivitas Siswa
Waktu Ideal Toleransi 5%
1 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan 13% 7% < P < 18%
guru/teman
2 Membaca/memahami masalah atau 10% 5% < P < 15%
menemukan cara penyelesaian masalah
3 Menyelesaikan masalah atau menemukan 27% 22% < P < 32%
cara penyelesaian masalah
4 Membandingkan jawaban dalam diskusi 30% 25% < P < 35%
kelompok atau diskusi kelas
5 Bertanya/menyampaikan pendapat/ide 10% 5% < P < 15%
kepada guru atau teman
6 Menarik kesimpulan suatu konsep atau 10% 5% < P < 15%
prosedur
7 Prilaku yang tidak relevan dengan KBM 0% 0% < P < 15%
Sumber: Noehi Nasution, dkk, Evaluasi Pembelajaran Matematika, (Jakarta :
Universitas Terbuka, 2007), hal.27

b. Analisis Data Ketuntasan Hasil Belajar

Menurut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SMP Negeri 1 Bubon

Aceh Barat untuk ketuntasan belajar secara individu jika mempunyai daya serap

paling sedikit 55 untuk materi persamaan linier, sedangkan suatu kelas

dikatakan tuntas belajar secara klasikal jika 75% siswa tuntas secara individu.

Data yang digunakan untuk menganalisis ketuntasan hasil belajar adalah tes

akhir.

c. Analisis Data Respon Siswa


14

Data tentang respon siswa yang diperoleh melalui angka dianalisis

dengan menggunakan statistik persentase. Menururt Mukhlis, persentase dari

setiap respon siswa dihitung dengan rumus:

Jumlah respon siswa tiap aspek yang muncul


“P = ×100 % ” 17
Jumlah seluruh siswa

Respon siswa terhadap perangkat dan penerapan pembelajaran materi

persamaan linier dengan metode penemuan dikatakan positif apabila jawaban

siswa terhadap pertanyaan adalah positif untuk setiap kategori yang direspon

pada setiap komponen pembelajaran diperoleh > 75%.

d. Analisis Data Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran

Data tentang kemampuan guru mengelola pembelajaran dianalisa dengan

menggunakan statistik deskriptif dengan skor rata-rata. Menurut Hasruddin

dalam Mukhlis menyatakan bahwa pendeskripsian skor rata-rata tingkat

kemampuan guru adalah:

1,00 < TKG < 1,50 = tidak baik


1,50 < TKG < 2,50 = kurang baik
2,50 < TKG < 3,50 = cukup baik
3,50 < TKG < 4,50 = baik
4,50 < TKG < 5,50 = sangat baik
Keterangan: TKG = Tingkat Kemampuan Guru18

Kemampuan guru dikatakan efektif dalam mengelola pembelajaran jika

skor dari setiap aspek yang dinilai berada pada kategori baik atau sangat baik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa efektifitas pembelajaran dapat dikatakan

efektif apabila minimal 3 dari 4 komponen yaitu kemampuan guru dalam

17
Mukhlis, Pendekatan Matematika Realistic Untuk Materi Pokok Perbandingan di Kelas VII
SMP Negeri Pelangga, Tesis, (Surabaya : Universitas Negeri Surabaya, 2005), hal.73
18
Ibid, hal. 69
15

mengelola pembelajran, data aktifitas siswa, data hasil belajar (ketuntasan), dan

data respon siswa dipenuhi, dengan syarat aspek ketuntasan belajar harus

terpenuhi.

Teknik penulisan yang penulis gunakan berpedoman pada buku-buku

pedoman tulisan karya ilmiah “Fakultas tarbiyah Universitas Aceh 2008”

Anda mungkin juga menyukai