Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENELUSURAN

KASUS

SKABIES
Nasrullah
H1A004039
IDENTITAS PASIEN
• Nama : AS”
• Umur : 14 thn
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Alamat : Kediri, Lombok Barat
• Pekerjaan : Siswa Ponpes Nurul
Hakim
ANAMNESIS
• Keluhan utama: Gatal-gatal pada kulit.

• Riwayat Penyakit Sekarang:


• Os mengeluh gatal-gatal disertai bercak-
bercak pada kulit tubuhnya sejak ± 2 minggu
yll. Gatal terutama dirasakan pada malam
hari sehingga mengganggu tidur os  pagi
harinya os sering merasa ngantuk di kelas
ketika belajar dan sering tidak konsentrasi
terhadap pelajarannya.
• Bercak-bercak awalnya hanya pada sela-
sela jari tangan dan kaki pasien, 4 hari
kemudian bercak meluas ke pergelangan
tangan dan kaki, punggung, sela paha dan
bokongnya. Bercak-bercak pada kulit
dirasakan sangat mengganggu penampilan
pasien.
Riwayat sosial dan
lingkungan:
• Os tinggal di pondok pesantren bersama
beberapa santri yang lain. Os tinggal dan
tidur didalam ruangan berukuran 6x8 m2.
• Ruangan tersebut dihuni oleh 30 sampai 35
santri. Os tidur berdampingan/ berhimpitan
dengan teman-temannya yang lain.
• Os tidur langsung dilantai hanya beralaskan
tikar atau karpet karena kasur di ruangan
tersebut hanya 1 buah.
• Tikar, kasur atau karpet di ruangan tersebut
tidak pernah dicuci dan hanya dijemur
kadang 1 kali dalam sebulan.
• Kegiatan memasakpun kadang dilakukan
langsung di ruangan tersebut.
• Pakaian juga sering dijemur didalam ruangan.
Riwayat sosial dan
lingkungan:
Riwayat sosial dan
lingkungan
• Ventilasi ruangan tersebut hanya
sedikit.
• Ruangan mengahadap kearah utara dan
tidak mendapatkan penyinaran yang
cukup, tampak gelap walau siang hari
serta kelihatan lembab.
• Terdapat beberapa jendela diruangan
tersebut namun tidak pernah dibuka.
• Ruangan hanya 1 kali sehari disapu dan
jarang sekali di pel dengan bersih.
• Lantai ruangan terbuat dari keramik,
dinding rumah berupa tembok, plafon
terbuat dari tripleks, atap rumah
terbuat dari genteng.
Riwayat sosial dan
lingkungan
• Os sering menggunakan sabun dan
handuk yang sama.
• Os mandi hanya 1 kali sehari (pagi
hari).
• Pakaian seragam sekolah yang
dikenakan os hanya dicuci 1 kali
seminggu.
• Mencuci dengan air biasa (kadang
menggunakan sabun kadang tidak).
• Pakaian tidak pernah disetrika
Riwayat sosial dan
lingkungan
• Sumber air untuk mandi, mencuci,
memasak dan minum berasal dari air
PDAM.
• Os dan teman-temannya yang lain langsung
minum air tersebut tanpa dimasak
terlebih dahulu.
• Kamar mandi 4 buah, digunakan bergiliran
o/ santri-santri.
• Kamar mandi ukuran 1,5x1,5 m2, dikeramik
namun kelihatan kotor dan berbau.
• Tempat pembuangan sampah letaknya
diluar ruangan, sampah-sampah terlihat
berserakan di halaman pesantren.
• Riwayat Penyakit Dahulu : -
• Riwayat Penyakit Keluarga dan
Lingkungan.
• Tidak ada anggota keluarga di
rumah yang sakit seperti ini namun
beberapa temannya satu pondokan
banyak mengalami keluhan yang
serupa dengan os.
• Riwayat Pengobatan: -
• Riwayat Alergi.
PEMERIKSAAN FISIK
• Status Generalis
• KU : Baik, Kes : CM
• TD : 120/80 mmHg, RR : 22x/mnt

Nadi : 80x/mnt T : 36,8oC

P e m e rik sa a n fisik u m u m
1. K e p a la -le h e r
M a ta : a n e m is -/-, ikte ru s -/-
T H T : rhinore (-), o to re a (-)
L e h e r : p e m b e sa ra n K G B (-)

2 . T h o ra ks-ka rd io va sku le r
In sp e ksi : ke la in a n b e n tu k (-), re tra ksi d d g d a d a (-),
sim e tris
A u sku lta si : Ja n tu n g : S 1 S 2 tu n g g a l, re g u le r,
M u rm u r (-), g a llo p (-)
• Abdomen
• Inspeksi : distensi (-)
• Auskultasi : BU (+) Normal
• Perkusi : timpani
• Palpasi : massa (-), NT (-) H/L ttb.
• Uro-genital
• papul (+), vesikel (+) dan krusta (+), pustula (-)
• Anal-perianal
• papul (+), vesikel (+) dan krusta (+), pustula (-)
• Ekstermitas atas-aksilla
• Edema (-)/(-), akral hangat (+)/(+)
• Ekstremitas bawah
• Edema (-)/(-), akral hangat (+)/(+)
S ta tu s L o k a lis ( D e rm a to lo g is ) .
E flo ro se n si:
p a p u l, ve sike ld a n kru sta p a d a se la ja ri-
ja rita n g a n d a n ka ki, te la p a k ta n g a n d a n
ka ki, p e rg e la n g a n ta n g a n d a n ka ki,
p u n g g u n g , b o ko n g , lip a ta n p a h a d a n
g e n ita l. E ksko ria si (-), Pu stu la (-).
• Pemeriksaan Penunjang: -
• Diagnosis Kerja: Skabies.
• Diferential Diagnosis: Prurigo Von
Hebra
• PENATALAKSANAAN
– Antihistamin (CTM) 3x1 tablet
– Salep 2-4 (asidum salisilikum 2% dan sulfur
presipitatum 4%) selama 3-4 hari
PEMBAHASAN
1.Aspek Klinis
• Kasus: laki-laki 14 thn dgn keluhan
gatal pada hampir seluruh tubuh. Gatal
terutama malam hari. Bercak-bercak
pada sela-sela jari tangan dan kaki,
pergelangan tangan dan kaki,
punggung, sela paha dan bokongnya.
Keluhan mengganggu aktivitas pasien.
Pemeriksaan fisik didapatkan papul,
vesikel dan krusta pada sela jari-jari
tangan dan kaki, telapak tangan dan
kaki, pergelangan tangan dan kaki,
punggung, bokong, lipatan paha dan
genital.
• Skabies adalah penyakit kulit menular
yang disebabkan oleh Sarcoptes
scabiei varian hominis, ditandai
dengan keluhan gatal, terutama pada
malam hari dan ditularkan melalui
kontak langsung atau tidak langsung
melui bekas alas tidur atau pakaian.
• Penularan terjadi melalui:
• 1) Kontak langsung melalui kulit dan
mukosa dan kontak seksual;
• 2) Kontak tidak langsung melalui bekas

duduk, sprei, handuk, sabun serta


pakaian
• Manifestasi Klinis:
• Keluhan utama pada penderita skabies
adalah:
– Rasa gatal terutama waktu malam hari.
– Tonjolan kulit (lesi) berwarna putih keabu-
abuan sepanjang ± 1 cm.
– Tempat predileksi : sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian volar, siku,
lipat ketiak bagian depan, areola
mammae ♀, umbilikus, bokong, perut bg
bawah, genitalia eksterna ♂, telapak
tangan dan kaki (bayi)
– Lesi dapat berupa papula, vesikel, urtikaria
erosi, ekskoriasi, krusta seperti dermatitis
– Bila terjadi infeksi sekunder dapat terbentuk
pustule dan pembesaran kelenjar getah
4 tanda kardinal skabies adalah:

1.Pruritus nokturna
2.Menyerang manusia secara kelompok
3.Terowongan pada tempat predileksi
(garis lurus/berkelok + 1 cm, putih
keabuan, di ujungnya tdp
papul/vesikel)
4.Menemukan tungau
• Diagnosis ditegakkan bila terdapat 2
dari 4 tanda kardinal tersebut
• Antihistamin (CTM) diberikan 3x1
tablet
• Salep 2-4 (asidum salisilikum 2% dan
sulfur presipitatum 4%)
• Efek kemajuan terapi dilihat setiap 3
hari  Apabila belum memberikan
perubahan  salep 2-4 dapat
diulang setelah 1 minggu
pengobatan sebelumnya.
• Jika tidak berefek  diganti obat lain
 krim Ivermectin (Stromectol)
KIE yang diberikan dapat berupa

1.Mandi dengan air hangat dan sabun


2.Semua anggota santri yang berkontak
dengan penderita diobati bersamaan
agar tidak terjadi penularan kembali.
3.Membersihkan lantai, karpet dan tirai,
mencuci pakaian, sprei dan handuk
dengan air panas dan menjemur kasur,
karpet dan bantal secara rutin.
4.Menjaga lingkungan agar tetap bersih dan
sehat, ruangan jangan terlalu lembab
dan harus terkena sinar matahari
Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat

• Kejadian skabies di Puskesmas


seluruh Indonesia tahun 1986
adalah 4,6%-12,9%, dan skabies
menduduki urutan ketiga dari 12
penyakit kulit tersering.
• Prevalensi skabies sangat tinggi pada
lingkungan dengan tingkat
kepadatan penghuni yang tinggi
dan kebersihan yang kurang
memadai.
• Di kecamatan Kediri, skabies
digolongkan kedalam penyakit kulit
infeksi.
• Angka kejadian penyakit kulit infeksi
terus mengalami peningkatan
setiap tahunnya (dari 2007-2009)
• Penyakit kulit infeksi  urutan ketiga
dari 10 penyakit teebanyak rawat
jalan pada tahun 2009
Ta b e l 1 0 Pe n ya kit Te rb a n ya k R a w a t ja la n
Ta
Noh uKasus
n 2009 Jumlah Kasus

1 Infeksi akut pernafasan atas 3067


2 Peny.pulpa dan jaringan periapikal 1969
3 Peny. Kulit infeksi 1426
4 Gingivitis dan peny periodontal 1171
5 Penyakit lain pada sal pernafasan atas 1158
6 Pneumonia 1119
7 Disentri 841
8 Penyakit kulit alergi 754
9 Peny pada sistim otot dan jar. Pengikat 737
10 Peny darah tinggi 696
•Analisa masalah yang berhubungan dengan
penyakit skabies di puskesmas Kediri tahun 2009
adalah:
1. Angka kejadian skabies yang merupakan salah
satu penyakit kulit infeksi cukup tinggi.
2. Di kecamatan Kediri belum ada program atau
bagian khusus yang menangani penyakit
kulit infeksi, seperti skabies.
• PHN (Public Health Nurse), HS (Higieni
Sanitasi) maupun Kesling (Kesehatan
Lingkungan) belum melibatkan penyakit ini
sebagai cakupan programnya  karena pihak
puskesmas menganggap kasus ini tidak
menimbulkan kekhawatiran masyarakat dan
tidak sampai mengancam jiwa pasiennya.
3.Belum adanya pihak puskesmas yang turun
ke lapangan atau pondok pesantren
untuk meninjau penyakit ini sekaligus
memberikan penyuluhan  karena pihak
puskesmas menganggap penyakit ini
bukan merupakan cakupan programnya.
4.Terapi penyakit ini hanya bersifat kuratif,
kegiatan preventif dan promotif kurang
atau bahkan tidak ada sama sekali.
• Pasien skabies hanya diberikan
pengobatan dan KIE singkat tentang
penyakitnya.
• Pasien dari Balai Pengobatan tidak
pernah dikirim ke bagian HS ataupun
promkes untuk diberikan KIE dan tindak
lanjut terhadap penyakitnya.
Faktor risiko Skabies
• Pasien tinggal di pondok pesantren
yang penghuninya sangat padat (1
ruangan dihuni oleh 30 sampai 35
santri)
• Ukuran ruangan yang dihuni oleh santri-
santri tersebut relatif cukup kecil,
yaitu pasien tinggal dan tidur didalam
ruangan berukuran 6x8 m2.
• Pasien tidur berdampingan/ berhimpitan
dengan teman-temannya yang lain
sehingga adanya kontak erat tersebut
memudahkan penularan dari orang ke
Faktor risiko Skabies
• Kebersihan dan sanitasi lingkungan yang
kurang terjaga.
• Ruangan hanya 1 kali sehari disapu dan
jarang sekali di pel dengan bersih.
• Os tidur langsung dilantai hanya beralaskan
tikar atau karpet karena kasur di ruangan
tersebut hanya 1 buah.
• Tikar, kasur atau karpet di ruangan tersebut
tidak pernah dicuci dan hanya dijemur
kadang 1 kali dalam sebulan.
• Kegiatan memasak dilakukan langsung di
ruangan.
• Pakaian sering dijemur didalam ruangan.
• Kamar mandi walaupun dikeramik namun
kelihatan kotor dan berbau.
Faktor risiko Skabies
• Sirkulasi udara di ruangan yang
sangat kurang.
• Ventilasi ruangan di pondok
pesantren hanya sedikit.
• Ruangan mengahadap kearah utara
dan tidak mendapatkan penyinaran
yang cukup, tampak gelap walau
siang hari serta kelihatan lembab.
• Terdapat beberapa jendela diruangan
tersebut namun tidak pernah
Syarat Rumah Sehat
1. Perlindungan Terhadap Penularan Penyakit,
diperlukan :
– Sarana air bersih
– Sarana pembuangan limbah
– Tempat penyimpanan makanan
– Terjaga dari binatang/vektor penyakit
2. Air
– Tersedianya sarana air bersih dengan kapasitas
minimal 60 L/hari/orang
– Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan
air bersih sesuai dengan peraturan yang berlaku
3. Kepadatan Hunian
– Tidak padat huni bila luas rumah seluruh ruangan
dibagi jumlah penghuni ≥ 10m2/jiwa
– Luas ruang tidur minimal 8m2 untuk 2 orang, kecuali
anak berusia < 5 tahun
•Ruangan santri tidak memenuhi kriteria
rumah sehat karena:
1.Kurangnya ventilasi ruangan dan
pencahayaan rumah kurang 
merupakan media atau tempat yang
baik untuk hidup dan
berkembangnya bibit-bibit penyakit.
2.Luas lantai bangunan rumah sehat
harus cukup untuk penghuni di
dalamnya, artinya luas lantai
bangunan tersebut harus
disesuaikan dengan jumlah
penghuninya.
• Pada kasus ini luas bangunan tidak
sebanding dengan jumlah
penghuninya akan menyebabkan
overcrowded.
• Penggunaan pakaian atau peralatan mandi
secara bersama-sama.
• Kurang menjaga kebersihan diri.
• Pasien mandi hanya 1 kali sehari (pagi hari).
• Pakaian seragam sekolah yang dikenakan
pasein hanya dicuci 1 kali seminggu.
• Mencuci pakaian hanya dengan air biasa
(bukan air panas) dan kadang
menggunakan sabun.
• Pakaian tidak pernah disetrika sehingga
memungkinkan tungau tetap dapat hidup
atau menempel pada pakaian tersebut.
• Pasien juga langsung minum air tanpa
dimasak terlebih dahulu.
• Pengetahuan santri yang kurang tentang
PENUTUP
Kesimpulan

1.Angka kejadian skabies (penyakit kulit


infeksi) di kecamatan Kediri tahun
2009 cukup tinggi, yaitu sebanyak
1.426 kasus.
2.Tingginya kasus skabies (penyakit kulit
infeksi) tidak diimbangi upaya
preventif dan promotif dari pihak
puskesmas.
3.Faktor utama yang mempengaruhi
kejadian penyakit skabies adalah
faktor lingkungan dan faktor
Saran

1.Petugas kesehatan sebaiknya lebih intensif


melakukan sosialisasi berupa penyuluhan
yang berkaitan dengan sanitasi
lingkungan untuk mencegah terjadinya
penyakit skabies.
2.Koordinasi antara bagian konseling dengan
bagian pelayanan kesehatan agar lebih
ditingkatkan terutama dalam melakukan
sosialisasi berupa penyuluhan yang
berkaitan dengan sanitasi lingkungan
dan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) untuk mencegah kejadian
skabies.

• TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai