Anda di halaman 1dari 40

BAB 1

PENDAHULUAN

PENGEMBANGBIAKAN BAKTERI MERAH

SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPA TERPADU

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan
munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub
ilmu pengetahuan baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus
lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang
dikemukakan oleh Van Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat
dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari
ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan. Terlepas
dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu
pengetahuan, sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyannya
“Knowledge Is Power”, kita dapat mensinyalir bahwa peranan ilmu
pengetahuan terhadap kehidupan manusia, baik individual maupun sosial
menjadi sangat menentukan. Karena itu implikasi yang timbul menurut
Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat
hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis
batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis.
Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya,
dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi
perbedaan yang muncul.

Pada dasarnya ilmu berkembang dari dua cabang utama yaitu filsafat
alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the natural sciences)
dan filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam ilmu-ilmu sosial (the
social sciences). Ilmu-ilmu alam membagi menjadi dua kelompok yaitu ilmu
alam (the physical sciences) dan ilmu hayat (the biological sciences) (Jujun. S.
2003). Ilmu alam ialah ilmu yang mempelajari zat yang membentuk alam
semesta sedangkan ilmu hayat mempelajari makhluk hidup di dalamnya. Ilmu
alam kemudian bercabang lagi menjadi fisika (mempelajari massa dan
energi), kimia (mempelajari substansi zat), astronomi (mempelajari benda-
benda langit dan ilmu bumi (the earth sciences) yang mempelajari bumi kita.
Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau Sains dalam arti sempit telah dijelaskan
diatas merupakan disiplin ilmu yang terdiri dari physical sciences (ilmu fisik)
dan life sciences (ilmu biologi). Yang termasuk physical sciences adalah ilmu-
ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika,
sedangkan life science meliputi anatomi, fisiologi, zoologi, citologi,
embriologi, mikrobiologi.1

Kajian interkoneksi antara fisika dengan disiplin ilmu lain memberikan


warna tersendiri dalam ranah perkembangan sains dan teknologi. Simbiosis
mutualisme antara pengetahuan tentang global warming (fisika) dengan
bakteri merah (biologi) misalnya, akan melahirkan banyak kajian keilmuan
yang menguntungkan bagi masyarakat maupun lingkungan.

Sebagai upaya meningkatkan keberhasilan dalam pembelajaran fisika


pada masa sekarang, telah banyak dikembangkan metode-metode yang
bersifat behavioristik (memanusiakan manusia),seperti: student active
learning, quantum learning, quantum teaching, dan accelerated learning.
Seluruh metode tersebut digunakan dalam rangka revolusi belajar yang
melibatkan guru dan siswa sebagai satu kesatuan yang mempunyai
hubungan timbal balik. Peran guru sebagai pengajar/fasilitator, sedangkan
siswa merupakan individu yang belajar.

Kurikulum yang sedang dikembangkan saat ini adalah Kurikulum Tingkat


Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. KTSP adalah kurikulum operasional
yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.
Kurikulum ini merupakan pengembangan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) tahun 2004.

1
http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_alam diunduh pada tanggal 30 September 2010
Keberhasilan pembelajaran berdasarkan kompetensi yang ditetapkan
sejak awal kegiatan pembelajaran. Dengan demikian semua pihak yang
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran (guru dan siswa) telah
mengetahui arah pembelajaran. Untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran
diperlukan langkah-angkah agar tujuan yang ditetapkan tercapai. Hal-hal
yang harus dilakukan adalah menggunakan strategi pembelajaran yang
sesuai dengan materi pokok. Agar proses pembelajaran berhasil, guru
diharapkan mampu menerapkan metode yang tepat dan sesuai dengan
pengajaran fisika, guru diharapkan menanamkan prinsip atau rumus yang
ada. Dalam hal ini sebelum siswa menyelesaikan sebuah soal, siswa harus
memahami soal tersebut secara menyeluruh. Ia harus tahu apa yang
diketahui, apa yang dicari,rumus yang harus digunakan dan cara
penyelesaiannya. Untuk itu dalam mengerjakan soal-soal fisika diperlukan
siasat atau strategi dalam penyelesaiannya.

Mengingat begitu pentingnya strategi dalam penyelesaian masalah fisika,


maka untuk menyelesaikan sebuah soal cerita yang pada kenyataannya
siswa masih kesulitan dalam memahami dan menyelesaikan soal tersebut,
sangat diperlukan langkah-langkah untuk mempermudah pemahamannya.
Salah satu strategi yang efektif dalam menciptakan pembelajaran aktif dan
menyenangkan tentunya dengan melibatkan siswa dalam kegiatan diskusi di
kelas. Pembelajaran dengan suasana belajar aktif dan memberikan strategi
dalam penyelesaian soal, dapat diterapkan dengan model pembelajaran
Problem Solving dan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative
Integrated Reading and Compotition).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita antara
model pembelajaran problem solving dan pembelajaran kooperatif tipe
CIRC pada siswa kelas XI SBI semester 1 SMA Negeri 8 Yogyakarta?
2. Jika ada perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita antara
model pembelajaran problem solving dan kooperatif tipe CIRC pada
siswa kelas XI SBI semester 1 SMA Negeri 8 Yogyakarta, maka
a. apakah model pembelajaran problem solving efektif untuk
meningkatkan kemampuan siswa kelas XI SBI semester 1 SMA
Negeri 8 Yogyakarta dalam menyelesaikan soal cerita?
b. apakah model pembelajaran kooperatif tipe CIRC efektif untuk
meningkatkan kemampuan siswa kelas XI SBI semester 1 SMA
Negeri 8 Yogyakarta dalam menyelesaikan soal cerita?
c. manakah yang lebih efektif antara model pembelajaran
problem solving dan pembelajaran kooperatif tipe CIRC?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan siswa


menyelesaikan soal cerita antara model pembelajaran problem solving
dan kooperatif tipe CIRC pada siswa kelas XI SBI semester 1 SMA
Negeri 8 Yogyakarta
2. Jika ada perbedaan kemampuan siswa menyelesaikan
soal cerita antara model pembelajaran problem solving dan
pembelajaran kooperatif tipe CIRC pada siswa SMA maka penelitian ini
bertujuan untuk:
b. mengetahui apakah model pembelajaran problem solving efektif
untuk kemampuan siswa kelas XI SBI semester 1 SMA Negeri 8
Yogyakarta dalam menyelesaikan soal cerita;
c. mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe CIRC
efektif untuk kemampuan siswa kelas XI SBI semester 1 SMA Negeri
8 Yogyakarta dalam menyelesaikan soal cerita;
d. mengetahui manakah yang lebih efektif antara model pembelajaran
problem solving dan kooperatif tipe CIRC untuk kemampuan siswa
kelas XI SBI semester 1 SMA Negeri 8 Yogyakarta dalam
menyelesaikan soal cerita.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat bagi siswa,
guru,sekolah, dan pembelajaran sebagai berikut.

1. Siswa
a. Siswa yang mengalami kesulitan dalam memecahkan soal cerita
akan terkurangi bebannya dengan model pembelajaran problem
solving dan Kooperatif tipe CIRC.
b. Meningkatkan pencurahan waktu dan tugas.
c. Siswa semakin tertantang dengan soal fisika yang rumit.
d. Motivasi dan daya tarik siswa terhadap mata pelajaran fisika dapat
meningkat.
e. Menumbuhkan semangat kerjasama, karena dalam pembelajaran
kooperatif keberhasilan individu merupakan tanggung jawab
kelompok.

2. Guru
a. Sebagai motivasi meningkatkan ketrampilan yang bervariasi yang
dapat memperbaiki sistem pembelajaran.
b. Guru dapat semakin bersemangat dalam belajar mengajar.
c. Guru dapat semakin mantap mempersiapkan diri dalam proses
pembelajaran.
d. Dapat menciptakan suasana kelas yang saling menghargai nilai-
nilai ilmiah dan termotivasi untuk mengadakan penelitian
sederhana yang bermanfaat bagi perbaikan dalam proses
pembelajaran dan meningkatkan kemampuan guru bidang studi.
3. Sekolah
a. Memberikan sumbangan yang baik untuk sekolah dalam rangka
perbaikan proses pembelajaran untuk dapat meningkatkan prestasi
siswa.
b. Mendapat masukkan tentang penelitian yang dapat memajukan
sekolah.
4. Pembelajaran
Penerapan model pembelajaran problem solving dan kooperatif tipe
CIRC dapat digunakan sebagai masukkan yang diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa.

5. Peneliti
Mendapat pengalaman dalam menerapkan model pembelajaran
problem solving dan kooperatif tipe CIRC, yang kelak dapat diterapkan
saat peneliti terjun ke lapangan.

D. Tinjauan Pustaka

1. Journal of Appliied Siences in Environmental Sanitation, Munir Tanrere;


“Environmental Problem Solving in Chemistry for High School
Students”. Menyimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Solving
mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Kasus ini terbukti dalam
perubahan orientasi pembelajaran yang berpusat dari guru menjadi
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru mengajar dilakukan sebagai
mediator atau fasilitator sedangkan siswa secara aktif menemukan
pemecahan masalah yang menciptakan kreativitas siswa. Ini menunjukkan
guru untuk mengembangkan pemahaman yang baik tentang isu-isu dari
berbagai disiplin ilmu, khususnya dalam ilmu lingkungan.

2. Anna Marie Farnish; “Cooperative Integrated Reading and


Composition (CIRC) – Reading”. Menyimpulkan bahwa Pada
pembelajaran kooperatif tipe CIRC aktivitas siswa selama pembelajaran
meningkat, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran juga
mengalami peningkatan, sehingga dapat dikatakan pembelajaran efektif
untuk kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
BAB II

DASAR TEORI

1. Belajar dan Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar adalah usaha sadar


atau upaya yang disengaja untuk mendapatkan kepandaian. Beberapa
definisi belajar antara lain sebagai berikut.

a. Cronbach: “Learning is shown by a change in behavior as a


result of
experience”. Artinya, belajar akan nampak dengan adanya perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

b. Harold Spears: “Learning is to observe, to read, to imitate,


to try something themselves, to listen, to follow direction”. Artinya,
belajar adalah untuk mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu
dengan mandiri, mendengarkan, dan mengikuti petunjuk.
c. Geoch: “Learning is change in performance as result of
practice”. Artinya, belajar adalah perubahan ketrampilan sebagai hasil
dari penampilan.2
Sedangkan, menurut Fontana3, “belajar adalah proses perubahan
tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari
pengalaman”.Belajar akan lebih baik apabila subyek belajar itu mengalami
atau melakukannya, jadi tidak bersifat teoristik saja.

Pengertian pembelajaran secara khusus diuraikan sebagai berikut.

a. Behavioristik
Pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang
diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus).

b. Kognitif
Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk berfikir agar dapat mengenal dan memahami.

c. Gestalt
Pembelajaran adalah usaha guru untuk memberikan materi
pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah
mengorganisasikannya (mengaturnya) menjadi suatu pola gestalt (pola
bermakna).

d. Humanistik
Pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk
memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan
minat dan kemampuannya.4

2
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
3
Erman Suherman dkk. 2003. Satrategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung: JICA Universitas Pendidikan
Indonesia
4
Darsono Max.2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan
proses interaksi antara guru dengan siswa yang ditujukan untuk
melakukan perubahan sikap dan pola pikir siswa kearah yang lebih baik
untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

2. Kemampuan Siswa

Kemampuan artinya kesanggupan atau kecakapan5. Kemampuan siswa


yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kesanggupan atau kecakapan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita fisika yang diukur menggunakan
tes fisika berbentuk soal cerita.

3. Soal Fisika Berbentuk Soal Cerita

Soal cerita fisika adalah soal fisika yang diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari serta memuat masalah yang menuntut pemecahan soal. Soal
cerita adalah soal yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari
6
(contextual problem) .

Panjang pendeknya bahasa yang digunakan biasanya berpengaruh


pada tingkat kesulitan soal tersebut. Makin panjang bahasa yang
digunakan maka makin tinggi tingkat kesulitan soal tersebut. Soal cerita
dalam fisika lebih ditekankan pada penajaman intelektual siswa dengan
realitas sehari-hari. Bentuk masalah-masalah yang dihadapi dirangkai
menjadi kalimat yang harus diterjemahkan ke dalam bentuk kalimat
fisika.

4. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian pembelajaran kooperatif


Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
mendorong siswa bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan
suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan
bersama lainya.

Sistem pengajaran cooperative learning bisa didefinisikan sebagai


sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur7. Pembelajaran

5
Poerwadarminto. 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
6
Amin Suyitno. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I.Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
76
Anita Lie. 2004. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mendorong siswa
aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui ketrampilan proses.
Siswa belajar dalam kelompok kecil yang kemampuannya heterogen.

Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling


bekerjasama dan membantu dalam memahami suatu bahan ajar.
Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai
ketuntasan materi dan saling membantu teman sekelompok dalam
mencapai ketuntasannya8.

Kelompok bisa dibuat berdasarkan:

1) Perbedaan individual dalam kemampuan belajar,


terutama bila kelas itu sifatnya heterogen dalam belajar.
2) Perbedaan minat belajar, dibuat kelompok yang terdiri
atas siswa yang minatnya sama
3) Pengelompokan berdasarkan jenis pekerjaan yang kita
berikan
4) Pengelompokan berdasarkan wilayah tempat tinggal
siswa, yang tinggal dalam satu wilayah dikelompokkan dalam satu
kelompok sehingga mudah koordinasinya.
5) Pengelompokkan secara random atau dilotre, tidak
melihat faktor lain
6) Pengelompokkan atas dasar jenis kelamin, ada
kelompok pria dan wanita.
7) Namun demikian, kelompok belajar dalam penelitian
ini adalah kelompok belajar heterogen dari segi kemampuan
belajar. Hal ini dimaksudkan agar kelompok-kelompok tersebut
tidak berat sebelah.
b. Dasar Teori Pembelajaran Kooperatif
Teori pembelajaran kooperatif terbagi dalam 2 kategori, yaitu teori
Motivasi dan teori Kognitif.

1) Teori Motivasi
Menurut teori motivasi, motivasi siswa dalam pembelajaran
kooperatif terletak pada bagaimana bentuk penghargaan
(reward) atau struktur pencapaian tujuan pada saat siswa

8
Robert Slavin E. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research and Practice.Second Edition. Boston: Ally and Bacon.
melaksanakan kegiatan pembelajaran.“Motivational perspective
on cooperative learning focus primarily on the reward or goal
structure under wich students operate.”9.

Diidentifikasikan ada tiga macam struktur pencapaian tujuan


seperti berikut.

a) Kooperatif: siswa yakin bahwa tujuan mereka


tercapai jika dan hanya jika siswa yang lain juga akan
mencapai tujuan tesebut.
b) Kompetitif: siswa yakin bahwa tujuan mereka
tercapai jika dan hanya jika siswa lain tidak mencapai tujuan
tersebut.
c) Individualistik: siswa yakin upaya mereka sendiri
untuk mencapai tujuan tak ada hubungannya dengan siswa
lain dalam mencapai tujuan tersebut10.
Menurut pandangan teori motivasi, struktur tujuan kooperatif
menciptakan suatu situasi dimana anggota kelompok dapat
mencapai tujuan pribadi mereka apabila kelompok itu berhasil.
Oleh karena itu, anggota kelompok harus membantu teman
kelompoknya dengan cara melakukan apa saja yang dapat
membantu kelompok itu berhasil dan yang lebih penting lagi
adalah mendorong teman kelompoknya untuk melakukan upaya
maksimal.

2) Teori Kognitif
Teori ini menekankan pengaruh kerja sama dalam suasana
kebersamaan didalam kelompok itu sendiri. “cognitive theories
emphasize the effects of working together in itself (whether or not
the groups are trying of group goal)“11. Teori kognitif dapat
dikelompokkan dalam dua kategori sebagai berikut.

a) Teori perkembangan
“The fundamental assumption of the developmental theories
that interaction among children around appropriate taks
increases their mastery of critical consepts (Damon, 1984;

9
Ibid hal 7
10
Muslimin Ibrahim dkk. 2001. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA
11
Ibid hal 7
Murray: 1982)”12. Asumsi dasar dari teori perkembangan
adalah bahwa interaksi antar siswa disekitar tugas-tugas
yang sesuai meningkatkan penguasaan mereka terhadap
13
konsep-konsep yang sulit .

b) Teori Elaborasi Kognitif


Pandangan dalam psikologi kognitif telah menemukan bahwa
apabila informasi yang telah ada di dalam memori, siswa
harus terlibat dalam beberapa restruktur atau elaborasi
kognitif suatu materi. Salah satu cara elaborasi konitif yang
paling efektif adalah menjelaskan materi itu pada orang
lain14.

c) Dasar teori pembelajaran kooperatif


digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran problem solving
maupun pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Mengingat
pembelajaran problem posing yang dilaksanakan pada
penelitian ini adalah problem posing yang dilaksanakan
secara kelompok.
c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting sebagai berikut.

1) Hasil belajar akademik

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja


siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat
bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami
konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan
bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat
meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan
perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

2) Penerimaan terhadap keragaman

Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang


berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling

12
Ibid hal 8
13
Ibid hal 8
14
Ibid hal 8
bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui
penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk
menghargai satu sama lain.

3) Pengembangan ketrampilan sosial

Tujuan yang ketiga ialah untuk mengajarkan kepada siswa


ketrampilan kerjasama dan kolaborasi. Selain unggul dalam
membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, model ini
sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan
15
kemampuan kerjasama .

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC

CIRC singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Composition


atau Pengajaran Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis, termasuk
salah satu tipe model pembelajaran kooperatif. Pada awalnya, model
CIRC diterapkan dalam pembelajaran bahasa. Dalam kelompok kecil, para
siswa diberi suatu teks atau bacaan (cerita atau novel), kemudian siswa
latihan membaca atau saling membaca, memahami ide pokok, saling
merevisi, dan menulis ikhtisar cerita, atau memberikan tanggapan
terhadap isi cerita, atau untuk mempersiapkan tugas tertentu dari guru
16
(Muhammad Nur) .

Dalam model pembelajaran ini, siswa ditempatkan dalam kelompok-


kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. Dalam
kelompok ini terdapat siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-
masing siswa sebaiknya merasa cocok satu sama lain. Dalam kelompok
ini tidak dibedakan jenis kelamin, suku/ bangsa, atau tingkat kecerdasan
siswa. Dengan pembelajaran kelompok, diharapkan siswa dapat
meningkatkan pikiran kritisnya, kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial
yang tinggi. Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana
bekerjasama dalam suatu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar
yang baik, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok,
berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerjasama, menghargai

15
Ibid hal 9
16
Amin Suyitno. 2005. Mengadopsi Model Pembelajaran Cooperative Learning TipeCIRC(Cooperative
Integrated Reading and Composition) dalam Meningkatkan Ketrampilan Siswa Menyelesaikan Soal
Cerita.Semarang:UNNES
pendapat teman lain, dan sebagainya. “In addition to solving the
problems of management and motivation in individualized programmed
instruction, CIRC was created to take advantage of the consciderable
socialization potential of coopretive learning”17.

Kegiatan pokok dalam CIRC dalam menyelesaikan soal cerita meliputi


rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yaitu: (1) Salah satu anggota
kelompok membaca atau beberapa anggota saling membaca, (2)
Membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita, termasuk
menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan memisalkan
yang ditanyakan dengan variabel tertentu , (3) Saling membuat ikhtisar
atau rencana penyelesaian soal cerita, (4) Menuliskan penyelesaian soal
cerita secara urut (menuliskan urutan komposisi penyelesaiannya), dan
(5) Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/ penyelesaian (jika ada yang
perlu direvisi)18.

Dengan mengadopsi model pembelajaran Cooperative Learning tipe


CIRC untuk melatih siswa meningkatkan ketrampilannya dalam
menyelesaikan soal cerita19, maka langkah yang ditempuh seorang guru
fisika adalah sebagai berikut:

a. Guru menerangkan suatu pokok bahasan fisika tertentu


kepada para siswanya ( misalnya dengan metode ekspositori).
b. Guru memberikan latihan soal termasuk cara
menyelesaikan soal cerita
c. Guru siap melatih siswa untuk meningkatkan ketrampilan
siswanya dalam menyelesaikan soal cerita melalui penerapan CIRC.
d. Guru membentuk kelompok-kelompok belajar siswa
(Learning Society) yang heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 4
atau 5 siswa.
e. Guru mempersiapkan 1 atau 2 soal cerita dan
membagikannya kepada setiap siswa dalam kelompok yang sudah
terbentuk.

17
Robert Slavin E. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research and Practice.Second Edition. Boston: Ally and Bacon.
18
Amin Suyitno. 2005. Mengadopsi Model Pembelajaran Cooperative Learning TipeCIRC(Cooperative
Integrated Reading and Composition) dalam Meningkatkan Ketrampilan Siswa Menyelesaikan Soal
Cerita.Semarang:UNNES
19
Ibid
f. Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi
serangkaian kegiatan yang spesifik sebagai berikut.
1) Salah satu anggota kelompok membaca atau beberapa
anggota saling membaca soal cerita tersebut.
2) Membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita
termasuk menuliskan yang ditanyakan dengan suatu variabel
tertentu.
3) Saling membuat rencana penyelesaian soal cerita.
4) Menuliskan penyelesaian soal cerita secara urut.
5) Menyerahkan hasil tugas kelompok kepada guru.
h. Setiap kelompok bekerja berdasarkan serangkaian
kegiatan pola CIRC (team study).
i. Guru berkeliling mengawasi kerja kelompok.
j. Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya
atau melapor kepada guru tentang hambatan yang dialami oleh
anggota kelompoknya. Jika diperlukan, guru dapat memberi bantuan
kepada kelompok secara proporsional.
k. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap
anggota kelompok telah memahami, dan dapat mengerjakan soal
cerita yang diberikan guru.
l. Guru meminta perwakilan kelompok tertentu untuk
menyajikan temuannya di depan kelas.
m. Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilisator jika
diperlukan.
n. Guru memberikan tugas/ soal cerita secara individual
kepada para siswa tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari.
o. Guru bisa membubarkan kelompok yang dibentuk dan para
siswa kembali ke tempat duduknya masing-masing.
p. Menjelang akhir waktu pembelajaran, guru dapat
mengulang secara klasikal tentang strategi pemecahan soal cerita.
q. Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan
kompetensi yang diperlukan.
Dalam hal ini, keterlibatan setiap siswa untuk belajar secara aktif
merupakan salah satu indikator keefektifan belajar. Dengan demikian,
siswa tidak hanya menerima saja materi pengajaran yang diberikan guru,
melainkan siswa juga berusaha menggali dan mengembangkan sendiri
dalam kelompoknya. Hal ini diperkuat dengan pendapat Eggen dan
Kauchack20 yang menulis bahwa “Effective learning occur when students
are actively involved in organizing and finding relationships in the
information”.

6. Pembelajaran Problem Solving

a. Pengertian

Sebelum memberikan pengertian tentang pengertian problem


solving atau pemecahan masalah, terlebih dahulu membahas tentang
masalah atau problem. Suatu pertanyaan akan merupakan suatu masalah
jika seseorang tidak mempunyai aturan tertentu yang segera dapat
dipergunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut.

Munurut Polya21, terdapat dua macam masalah :

(1) Masalah untuk menemukan, dapat teoritis atau praktis, abstrak


atau konkret, termasuk teka-teki. Kita harus mencari variabel masalah
tersebut, kemudian mencoba untuk mendapatkan, menghasilkan atau
mengkonstruksi semua jenis objek yang dapat dipergunakan untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Bagian utama dari masalah adalah
sebagai berikut.

(a) Apakah yang dicari?

(b) Bagaimana data yang diketahui?

(c) Bagaimana syaratnya?

(2) Masalah untuk membuktikan adalah untuk menunjukkan bahwa


suatu pertanyaan itu benar atau salah atau tidak kedua-duanya.Kita harus
menjawab pertanyaan : ”Apakah pernyataan itu benar atau salah ?”.
Bagian utama dari masalah jenis ini adalah hipotesis dan konklusi dari
suatu teorema yang harus dibuktikan kebenarannya.

Penyelesaian masalah merupakan proses dari menerima tantangan


dan usaha-usaha untuk menyelesaikannya sampai memperoleh

20
Ibid hal 11
21
Hudojo, H. 2003. Pengembangan Kurikulum dan pembelajaran Matematika.Malang : JICA
penyelesaian. Sedangkan pengajaran penyelesaian masalah merupakan
tindakan guru dalam mendorong siswa agar menerima tantangan dari
pertanyaan bersifat menantang, dan mengarahkan siswa agar dapat
22
menyelesaikan pertanyaan tersebut .

Pembelajaran pemecahan masalah adalah suatu kegiatan yang


didesain oleh guru dalam rangka memberi tantangan kepada siswa
melalui penugasan atau pertanyaan matematika23. Fungsi guru dalam
kegiatan itu adalah memotivasi siswa agar mau menerima tantangan dan
membimbing siswa dalam proses pemecahannya. Masalah yang diberikan
harus masalah yang pemecahannya terjangkau oleh kemampuan siswa.
Masalah yang diluar jangkauan kemampuan siswa dapat menurunkan
motivasi mereka.

b. Tujuan Pembelajaran Problem Solving

Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu


tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dari pembelajaran problem solving
adalah seperti apa yang dikemukakan oleh24, yaitu sebagai berikut.

(1) Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan


kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.

(2) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah


intrinsik bagi siswa.

(3) Potensi intelektual siswa meningkat.

(4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui


proses melakukan penemuan.

c. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Solving

Adapun langkah-langkah yang harus diperhatikan oleh guru di


dalam memberikan pembelajaran problem solving yaitu sebagai berikut.

(1) Menyajikan masalah dalam bentuk umum.

(2) Menyajikan kembali masalah dalam bentuk operasional.


22
Sukoriyanto. 2001. Langkah-langkah dalam Pengajaran Matematika dengan Menggunakan Penyelesaian
Masalah. Dalam Jurnal Matematika atau Pembelajarannya. Malang : JICA.
23
Tim PPPG Matematika. 2005. Materi Pembinaan Matematika SMP. Yogyakarta :Depdikbud.
24
Ibid hal 13
(3) Menentukan strategi penyelesaian.

(4) Menyelesaikan masalah.

Sedangkan menurut Hudojo dan Sutawijaya25, menjelaskan bahwa


langkah-langkah yang diikuti dalam penyelesaian problem solving yaitu
sebagai berikut.

(1) Pemahaman terhadap masalah.

(2) Perencanaan penyelesaian masalah.

(3) Melaksanakan perencanaan.

(4) Melihat kembali penyelesaian.

Strategi belajar mengajar penyelesaian masalah adalah bagian dari


strategi belajar mengajar inkuiri. Penyelesaian masalah menurut
26
J.Dewey , ada enam tahap:

(1) Merumuskan masalah: mengetahui dan menemukan masalah


secara jelas.

(2) Menelaah masalah: menggunakan pengetahuan untuk


memperinci, menganalisis masalah dari berbagai sudut.

(3)Merumuskan hipotesis: berimajinasi dan menghayati ruang


lingkup, sebab akibat dan alternatif penyelesaian.

(4) Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan


pembuktian hipotesis: kecakapan mencari dan menyusun data,
menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar.

(5) Pembuktian hipotesis: cakap menelaah dan membahas data,


menghitung dan menghubungkan, keterampilan mengambil
keputusan dan kesimpulan.

(6) Menentukan pilihan penyelesaian: kecakapan membuat


alternatif penyelesaian kecakapan menilai pilihan dengan
memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap langkah.

25
Ibid hal 13
26
Ibid hal 13
d. Kelebihan dan kelemahan pembelajaran problem solving

Kelebihan pembelajaran problem solving antara lain sebagai


berikut.

(1) Mendidik siswa untuk berpikir secara sistematis.

(2) Mampu mencari berbagai jalan keluar dari suatu kesulitan yang
dihadapi.

(3) Belajar menganalisis suatu masalah dari berbagai aspek.

(4) Mendidik siswa percaya diri sendiri.

Kelemahan pembelajaran problem solving antara lain sebagai


berikut.

(1) Memerlukan waktu yang cukup banyak.

(2) Kalau di dalam kelompok itu kemampuan anggotanya


heterogen, maka siswa yang pandai akan mendominasi dalam
diskusi sedang siswa yang kurang pandai menjadi pasif sebagai
pendengar saja.

B. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori diatas, hipotesis awal yang dirumuskan
peneliti adalah tidak ada perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita
antara model pembelajaran Problem Solving dan CIRC Cooperative
Integrated Reading and Compotition (CIRC) pada siswa kelas XI SBI Semester
1 SMA Negeri 8 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010.

BAB III

Metode Penelitian

A. Desain Penelitian
1. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik
Random Sampling dengan pertimbangan siswa mendapat materi
berdasarkan kurikulum yang sama, siswa diampu oleh guru yang sama,
siswa yang menjadi objek penelitian duduk pada kelas yang sama dan
pembagian kelas tidak adakelas unggulan. Dipilih 2 kelas sampel
penelitian, yaitu kelas XI SBI-1 dikenai model pembelajaran problem
solving dan kelas XI SBI-2 dikenai model pembelajaran kooperatif tipe
CIRC.
2. Setelah penentuan sampel, untuk mengetahui sampel
berangkat dari titik tolak yang sama maka perlu diadakan uji kesamaan
rata-rata, uji normalitas dan uji homogenitas data awal.
3. Menentukan langkah-langkah pembelajaran Problem
Solving dan pembelajaran kooperatif tipe CIRC yang dituangkan dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
4. Melaksanakan pembelajaran Problem Solving dan
kooperatif tipe CIRC pada kelas eksperimen.
5. Pembagian kelompok ditentukan sebelum kegiatan
pembelajaran Problem Solving dan kooperatif tipe CIRC.
6. Menyusun kisi-kisi tes uji coba.
7. Menyusun instrumen tes uji coba berdasarkan kisi-kisi yang
ada.
8. Mengujicobakan instrumen tes uji coba pada kelas uji coba
(yang sebelumnya telah diajarkan) dimana instrumen tes tersebut akan
digunakan sebagai tes evaluasi pada kelas eksperimen.
9. Menganalisis data hasil instrumen tes uji coba pada kelas
uji coba untuk mengetahui taraf kesukaran, daya pembeda soal,
validitas butir dan reabilitas tes.
10. Soal yang memenuhi syarat dijadikan soal tes evaluasi
pada kelas Problem Solving dan kooperatif tipe CIRC
11. Melaksanakan tes evaluasi pada kelas Problem Solving dan
kooperatif tipe CIRC.
12. Menganalisis data tes evaluasi yang diambil pada kelas
Problem Solving dan kooperatif tipe CIRC.
13. Menyusun hasil penelitian.
B. Obyek Penelitian

1. Populasi
Populasi adalah totalitas/ keseluruhan subjek penelitian. Populasi yang
diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 8
Yogyakarta.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik Random Sampling,


artinya pengambilan sampel sebanyak tiga kelas secara acak. Dua kelas
eksperimen yaitu kelas XI SBI-1 untuk model pembelajaran Problem
Solving, kelas XI SBI-2 untuk model pembelajaran kooperatif tipe CIRC
(Cooperative Integrated Reading and Compotition), dan kelas XI-A4
untuk kelas uji coba instrumen.

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah model


pembelajaran problem solving dan pembelajaran kooperatif tipe CIRC
(Cooperative Integrated Reading and Compotition).
2. Variabel Terikatnya adalah kemampuan siswa
menyeleaikan soal cerita pada kelas yang dikenai model pembelajaran
problem solving dan kelas yang dikenai model pembelajaran kooperatif
tipe CIRC.
D. Prosedur Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data


a. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan informasi
mengenai daftar nama-nama siswa dan data nilai awal fisika, data
ini digunakan untuk analisis tahap awal.

b. Metode Tes
Metode tes ini secara umum bertujuan untuk mengetahui
pencapain keberhasilan pembelajaran problem solving dan
kooperatif tipe CIRC.

c. Observasi pengelolaan kelas oleh guru


Observasi ini digunakan untuk mengetahui pengelolaan
pembelajaran oleh guru.

d. Observasi aktivitas siswa


Observasi ini digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung.

e. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui pendapat siswa tentang
pembelajaran problem solving dan kooperatif tipe CIRC.

2. Alat Pengumpulan Data


a. Dokumentasi
Daftar nama-nama siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini
yaitu siswa kelas XI SBI-1 dan XI SBI-2 dan data nilai ujian semester
1 diperoleh dari dokumentasi yang menjadi populasi penelitian ini
yaitu SMA Negeri 8 Yogyakarta.

b. Tes
Tes ini digunakan untuk mengambil data tentang hasil tes fisika
yang berbentuk soal cerita yang dikenai pembelajaran problem
solving dan pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Metode tes ini
diberikan setelah siswa diberi perlakuan. Sebelum tes digunakan
untuk memperoleh data hasil penelitian, terlebih dahulu diadakan
uji coba tes pada kelas diluar kelas penelitian. Jenis tes yang
digunakan adalah tes esai.

c. Lembar observasi pengelolaan kelas oleh guru


Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui pengelolaan
pembelajaran oleh guru. Lembar observasi yang disediakan peneliti
dan diisi oleh observer pada setiap pembelajaran problem solving
dan kooperatif tipe CIRC. Indikator yang diukur dengan
menggunakan lembar observasi aktivitas pengelolaan pembelajaran
guru adalah sebagai berikut.

1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.


2) Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-
kelompok belajar.
3) Pemberian tugas secara kelompok.
4) Presentasi.
5) Memberikan pemahaman dan umpan balik.
6) Evaluasi kelompok dan individu.
d. Lembar observasi aktivitas siswa
Indikator yang diukur dengan menggunakan lembar observasi
aktivitas siswa adalah sebagai berikut.

1) Keaktifan siswa dalam memperhatikan


pelajaran.
2) Keaktifan siswa dalam diskusi.
3) Partisipasi siswa dalam menyelesaikan tugas
kelompok.
4) Tanggung jawab dalam kelompok, seperti
mengerjakan tugas dan lembar diskusi.
5) Keaktifan dalam melakukan presentasi.
6) Respon positif terhadap siswa yang
melakukan presentasi.
e. Angket
Angket diberikan pada akhir pembelajaran.Indikator untuk
mengetahui pendapat dan perubahan sikap siswa sebagai berikut.

1) Tanggapan terhadap pembelajaran.


2) Tanggapan siswa terhadap kerja kelompok.
3) Pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
4) Tanggapan siswa terhadap soal cerita fisika.
5) Pengaruh pembelajaran terhadap semangat siswa.
6) Pengaruh diskusi kelompok terhadap keberanian
siswa.
E. Analisis Instrumen

1. Penyusunan Instrumen Penelitian


Perangkat dari penelitian ini terdiri atas rencana pelaksanaan
pembelajaran, lembar observasi guru, lembar observasi siswa, serta alat
ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah tes kognitif yang
berbentuk soal cerita.

Perangkat tes kemudian diujicobakan di luar sampel untuk


menghindari biasnya hasil penelitian. Bila uji coba dilakukan pada siswa
yang dijadikan sampel akan mempengaruhi hasil tes akhir karena siswa
merasa pernah mengerjakan soal-soal tersebut dalam uji coba 27. Hasil uji

27
Sumadi Suryabrata. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali
coba kemudian dianalisis dan siap digunakan untuk mengukur hasil
belajar siswa dari kelompok penelitian.

2. Analisis Instrumen Penelitian


a. Validitas tiap Butir Soal
Untuk menentukkan validitas masing-masing soal, digunakan rumus
korelasi product moment, yaitu:

N ∑XY − (∑X )( ∑Y )
rxy =
( N ∑X 2 − (∑X ) 2 ( N ∑Y 2 − (∑Y ) 2 )

(Arikunto, 2002: 72)

Keterangan :

X = skor soal yang dicari validitasnya

Y = skor total

N = jumlah peserta tes

Hasil perhitungan rxy dkonsultasikan pada table kritis r product


moment dengan signifikansi 5%. Jika rxy > r kritis maka butir soal
tersebut valid.

b. Reliabilitas
Reliabilitas tes diukur dengan menggunakan rumus alpha, yaitu
sebagai berkut:

 n  1 − ∑σi 
 2

 n −1  σi 2
r11=   

(Arikunto, 2002: 109-110)

Dengan:

(∑ X ) 2

σi2= ∑X 2

N
N

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen


n = banyaknya butir pertanyaan

N = jumlah peserta

∑σi 2
= jumlah varians semua butir soal

i = nomor butir soal

σi 2 = varians total

∑X 2
= jumlah skor total kuadrat

(∑X ) 2
= kuadrat dari jumlah skor

Kriteria pengujian reliabilitas yaitu setelah didapatkan harga rhitung,


kemudian harga rhitung tersebut dikonsultasikan dengan harga r
product moment pada tabel, jika rhitung > rtabel maka item tes yang

diujicobakan reliabel. Harga rtabel diperoleh dari r(1-α,n)28.

c. Daya Beda
Daya beda pada soal uraian digunakan uji t, yaitu sebagai berikut :

( MH − ML )
t= ∑x 2
1 + ∑ x 22
ni ( ni − 1)

Keterangan :

t = daya beda

MH = rata-rata nilai dari kelompok atas

ML = rata-rata nilai dari kelompok bawah

∑x 2
1 = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas

∑x 2
2 = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah

ni = 27% x N (jumlah testi MH dan ML sama besar)

N = jumlah testi
28
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Praktek
Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan ttabel; dk = (n -1)+(n -1)

dan α= 5%. Jika thitung > ttabel maka daya beda soal tersebut
signifikan29.

d. Tingkat Kesukaran Soal

Jawaban terhadap butir soal esai secara teoritis tidak ada yang
salah mutlak, sehingga derajat kebenaran jawaban tersebut akan
berperingkat sesuai dengan mutu jawaban masing-masing siswa.
Rumus yang digunakan, sebagai berikut.

Ngagal
TK = x 100%
N

Dengan:

TK = tingkat kesukaran butir soal

N gagal = jumlah testi yang gagal

N = jumlah testi keseluruhan

Untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran butir soal dapat


digunakan tolok ukur sebagai berikut :

1) Jika jumlah responden yang gagal mencapai ≤ 27%,


soal termasuk mudah.
2) Jika jumlah responden yang gagal 27%-73%, soal
termasuk kriteria sedang.
3) Jika jumlah responden yang gagal ≥ 73%, soal
termasuk kriteria sukar.
4) Batas lulus ideal 60 untuk skala 1-10030.
Oleh karena skor item tidak bersifat mutlak, maka ketentuan yang
benar dan yang salah juga bersifat tidak mutlak. Ketidakmutlakan
tersebut tidak dapat ditentukan oleh penyusun tes atau pengujinya
sendiri.

F. Analisis Data

1. Analisis Tahap Awal


29
Zaenal Arifin. 1991. Evaluasi Instruksional: prinsip-teknik-prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.
30
Ibid hal 21
a. Uji normalitas populasi
Langkah awal untuk menganalisis data adalah menguji kenormalan
distribusi sampel. Hipotesis yang akan diujikan:

H0 : data berdistribusi normal

H1 : data berdistribusi tidak normal

Langkah-langkah uji normalitas:

1) Membuat daftar distribusi frekuensi dari data yang


diperoleh,
dengan cara sebagai berikut.

a) menentukan rentang, rentang = data terbesar – data


terkecil
b) menentukan banyak kelas interval yang diperlukan
banyak kelas (k) = 1 + 3,3 log N
N = banyak data

c) menentukan panjang kelas interval (p)


ren tan g
p=
banyakkela s

d) pilih ujung bawah kelas interval pertama, selanjutnya daftar


diselesaikan dengan menggunakan harga-harga yang telah
dihitung.
2) Menghitung simpangan baku
3) Menghitung nilai z dari setiap batas kelas dengan
rumus:
xi − x
zi = dengan:
s

s = simpangan baku

x = rata-rata sampel31

4) Mengubah harga z menjadi luas daerah kurva normal


dengan menggunakan tabel
5) Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva

31
Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
k
( Oi − Ei ) 2
2
x = ∑
i =1 Ei

Dengan

Oi: hasil penelitian

Ei:hasil yang diharapkan

x2 : Chi Kuadrat 32

6) Membandingkan harga x2hitung dengan harga x2tabel.


Harga x2tabel diperoleh dari tabel Chi-kuadrat dengan dk = k-3

dan α= 5%
7) Kriteria hipotesis diterima apabila x2tabel ≥ x2hitung
b. Uji homogenitas populasi
Uji ini bertujuan untuk mengetahui dua kelompok mempunyai
varians yang sama atau tidak.

H0 : σ12 = σ22

H1 : σ12 ≠ σ 22

Jika sampel dari populasi kesatu berukuran n1 dengan varians S12


dan sampel dari populasi kedua berukuran n2 dengan varians S22.
Untuk menguji kesamaan varians tersebut digunakan rumus :

var iansterbes ar
F= (Sudjana, 2002: 249)
var iansterkec il

F1
Kriteria pengujian terima hipotesis H0 apabila F< α( n1 −1, n2 −1)
2

dengan α= 5%.

c. Uji kesamaan rata-rata


Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan
dalam penelitian memiliki rata-rata yang sama atau tidak. Hipotesis
yang akan diujikan:

H 0 : μ1 = μ2

32
Ibid
H 1 : μ1 ≠ μ2

Keterangan :

μ1 =rata-rata hasil tes awal kelompok siswa yang dikenai


pembelajaran problem solving

μ2 = rata-ratahasil tes awal kelompok siswa yang dikenai


pembelajaran kooperatif tipe CIRC

Hipotesis diatas diuji dengan menggunakan rumus berikut.

1) Jika σ1 = σ2 maka statistik yang digunakan yaitu


uji t. Rumus yang digunakan sebagai berikut.
x1 − x 2
t= 1 1
S +
n1 n2

dengan:

2
( n1 − 1) S12 + ( n2 − 1) S 22
S =
n1 + n 2 − 2

Keterangan:

x1 = rata-rata sampel ke-1

x 2 = rata-rata sampel ke-2

S = simpangan baku

n1 = banyaknya sampel ke-1

n2 = banyaknya sampel ke-2

S1 = simpangan baku sampel ke-1

S2 = simpangan baku sampel ke-2

Kriteria pengujian adalah terima H0 jika: − t (1−α ) ,( n1 +n2 −2 ) <thitung <

t (1−α ) ,( n1 +n2 −2 ) dengan taraf nyata α= 5% 33.

33
Ibid hal 24
2) Jika σ12 ≠ σ2 maka menggunakan pendekatan
statistik t’ sebagai berikut.
x1 − x 2
t’ =  s1 2   s 2 2 
 + 
 n  n 
  
1 2 

Kriteria pengujian adalah: terima hipotesis H0 jika

w1t1 + w2 t 2 w1t1 + w2 t 2
- < t’ <
w1 + w2 w1 + w2

2 2
s1 s2 t 1 
dengan w1= ; w2= ; t1= 1− α,( n 1−1 ) dan t2=
n1 n2  2 

t 1 
1− α,( n2 −1)
 2 

Untuk harga-harga t lainya H0 ditolak34.

2. Analisis Tahap Akhir


a. Uji normalitas data tes evaluasi
Uji ini digunakan untuk mengetahui normal tidaknya data yang
akan dianalisis. Uji statistik yang digunakan sama dengan rumus uji
normalitas data awal yaitu dengan uji Chi Kuadrat.

b. Uji homogenitas data tes evaluasi


Uji ini bertujuan untuk mengetahui dua kelompok mempunyai
varians yang sama atau tidak. Rumus yang digunakan sama dengan
rumus untuk uji homogenitas data awal.

c. Pengujian hipotesis
Untuk menguji hipotesis penelitian ini digunakan uji t. Uji t akan
menguji mengenai parameter mean.

H0 : μ1 = μ2 ; tidak ada perbedaan kemampuan menyelesaikan soal


cerita antara pembelajaran problem solving dan kooperatif
tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and
Compotition) pada siswa kelas XI SBI semester1 SMA Negeri
8 Yogyakarta.

34
Ibid
H 0 : μ1 ≠ μ2 ; ada perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita
antara pembelajaran problem solving dan kooperatif tipe
CIRC (Cooperative Integrated Reading and Compotition)
pada siswa kelas XI semester 1 SMA Negeri 8 Yogyakarta.

Keterangan :

μ1 = rata-rata hasil tes fisika berbentuk soal cerita pada kelompok


siswa yang dikenai pembelajaran problem solving

μ2 = rata-rata hasil tes fisika berbentuk soal cerita pada kelompok


siswa yang dikenai pembelajaran kooperatif tipe CIRC Dalam
hal σ1 = σ2 , maka statistik yang digunakan yaitu uji t.

Rumus yang digunakan sebagai berikut.

x1 − x 2
t= 1 1
S +
n1 n2

( n1 − 1) S12 + ( n2 − 1) S 22
dengan S2 =
n1 + n 2 − 2

Keterangan:

x1 = rata-rata sampel ke-1

x 2 = rata-rata sampel ke-2

S = simpangan baku

n1 = banyaknya sampel ke-1

n2 = banyaknya sampel ke-2

S1 = simpangan baku sampel ke-1

S2 = simpangan baku sampel ke-2

Kriteria pengujian adalah terima H0 jika: − t (1−α ) ,( n1 +n2 −2 ) <thitung <

t (1−α ) ,( n1 +n2 −2 ) dengan taraf nyata α= 0,0535.

35
Ibid hal 25
Jika σ12 ≠ σ2 maka menggunakan pendekatan statistik t’ sebagai
berikut.

x1 − x 2
t’ =  s1 2   s 2 2 
 + 
 n  n 
 1  2 

Kriteria pengujian adalah: terima hipotesis H0 jika

w1t1 + w2 t 2 w1t1 + w2 t 2
- < t’ <
w1 + w2 w1 + w2

2 2
s s t t
dengan w1= 1 ; w2= 2 ; t1= 1−1 α,( n 1−1 ) dan t2= 1 
1− α,( n2 −1)
n1 n2  2   2 

Untuk harga-harga t lainya H0 ditolak36.

3. Analisis Lembar Observasi


Penilaian pada lembar observasi untuk guru maupun lembar observasi
siswa menggunakan skor dengan rentangan nilai 1-4. Kemudian
menggunakan rumus sebagai berikut.

n
Persentase (%) = x 100%
N

Dengan

N = jumlah seluruh nilai

37
n = nilai yang diperoleh

Kriteria penilaian pada lembar observasi pembelajaran oleh guru adalah


sebagai berikut.

a. Jika 25% ≤ persentase ≤ 43,75% maka pembelajaran tidak


baik
b. Jika 43,76%< persentase ≤ 62,5% maka pembelajaran
cukup baik
c. Jika 62,51% < persentase ≤ 81,25 % maka pembelajaran
baik
36
Ibid hal 26
37
Muhammad Ali. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.
d. Jika Persentase ≥ 81,25% maka pembelajaran sangat baik
latar belakang masalah:

fisika merupakan ilmu yang menylidi perilaku materi dan tenaga …

kajian interkoneksi antara fisika dengan disiplin ilmu lain memebrikan


warna tersendiri dalam ranah perkembangan sains dan teknologi (hal 1).
Simbiosis mutualisme antara listrik (fisika) dengan kimia misalnya, akan
melahirkan kajian elektrokimia. Kajian ini diawali oleh …. Sejarah gimana?

Dengan eksperimen ini, siswa menjadi punya pengalaman yang terus


emmbekas.

Tujuan utama pembelajaran sains adalah untuk mengembangkan skill


anak dalanm proses keilmuannya seperti pengalaman, pengukkuran, dll.
Pada kenyataannya, guru jaran gmengaplikasikan karena khawatir
menghabiskan waktu.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan sebuah media


pembelajaran yang dapat meningkatakna aktivitas siswa layaknya
seorang ilmuwan. Daam kesempatan ini peneliti akan meneliti dengan
judul….

Kenapa dipilih judul tersebut? Mudah diadapat dan tidak berbahaya.

Penelitian ini membutuhkan waktu yang cukup lama, maka penliti


bersama- sama siswa melakkan eksperimen ni di luar jam pelajaran
sekolah. Hal ini dapat memberikan kebebasan ruan g dan waktu kepada
para siswa di dalam belajar fisika sehingga respon siswa akan positif
terhadap media pembelajaran yang digunakan ini dan aktivitas siswa
meningkat.

Identifikasi masalah

1. Media pembelajaran fiiska yang diguankan kurang bervariasi dengan


menggunakan lks dan buku teks

2. Pata siswa kkurang dibiasakan menemukan dan mencoba senidri

3. Hbungan interkoneksi ipa terpadu masih sering terkotak- kotak

4. Masih minimnya sumber belajar yang berbasis sains dan lingkungan

Batasan masalah

Alat

Subyek

Rumusan masalah
1. Apakah bakteri merah bias digunakan untuk menghilangkan bau?

2. Berpa lama waktu yang dibutuhkan untuk menghilangkan bau


tersebut?

3. Apakah bakteri emrah dpat diguankan sebagai media pembelajaran


ipa terpadu

Kerangak berfiikir

Naruuh bangaki gak bau? Kenapa? Apakah bisa?

Bisa bertahan dalam lingkungan cairkah?

Subyek: siswa kelas …. Terbagai dlam 4 kelompok praktikum

Obyek: kentang dan gula merah sebagai makanan dari bakteri


merah

Variabel – variable dalam penelitian

1. Variable bebas

Berapa lama cairan bakteri emrah jadi dengna menggunakan


gula merah dan kentang?

2. Variable terikat

3. Variable control

Volum

Banyaknya takaran awal bakteri yang akan dikembangkan

Alat dan bahan

Alat

Bahan

Prosedur peenlitian

1. Membuat cariannya

2. Mengukur berapa harinya


Desain penelitian

Gambar peenlitian

Metode pengumuplan data

Untuk menetukan waktu pembuatan dan berapa tahan lamanya

Untuk mengetahui kebenaran ilmiahnya, digunakan pendektan


kuantitatif sehingga data yang dihasilkan adalah data kunatitaif

Dalam penelitian ini, data diperoleh dari data masing- masing


kelompok dlam praktikum. Masing- msing kelompok bereda
identifikasnya

Eksperimen dilaksanakan bersama para siswa suapay merek


terbaisa dengna berbagai macam eksperimen. Cara ini belum
peranh dipakai sehingga bias digunaakan sebagia medi
apembelajaran. Media pembelajaran yang menarik akan dapt
membanfgkitkan rasa ingin tahu dan menjadi motivator
tersendiri sehingga meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar.
Setelah data diperoleh dilalkukan analisis kuantitatid untuk
menarik sebuha kesimpulan.

Analisa datra selama proses pembelajaran berlangsung


menggunakan analaisis deksriptif kualitatid. Data- data yang
diperlukan dalam penelitian ini meliputi data tentang respon
siswa terhadap media yang digunkan, data aktivitas siswa
terhadap media pemebelajran yang baru saja digunakana, data
tentang tanggapan guru tentang serangkaian proses
pemeblajaran yang baru saja dilaksanakan.

Data- data tersebut diperoleh dengna mengguankan beberapa


instrument sebagia berikut:

1. Observasi

2. Angket

3. Wawancara

Data aktivitas siswa mealaui lembar observasi


No. aspek yang diobservasi jumlah siswa yang ya, yang
tidak, persentase ya dan tidak

- Mengikuti semua acara atau materi kegiata praktikum

- Tidak peranh makan atau minum selama melakukan


praktiku

- Selalu berbucara sopan atau baik dengna teman


sekelopoknya

- Mempersiapkan alat ukur

- Memasang bahan sesuai prosedur

- Berhati- hati dalam oraktkum

Daftar angket pelaksanaan praktkum

No. pilhan. Jumlah. Persentase

Sangat menarik

Sama seperti biasanya

Agak membisankan

Pengetahuan siswa tentang media pembelajran fisika


yang berupa..

No. plihan jumlah persentase

Merupaaknhal yang baru

Sudah mengetahui sebelumnya

Peranah mengetahui teorinya namaun baru


mempraktekkannya

Pendapat siswa tentang pengahar

Tertarik pada pekerjaan siswa

Tidak tetarik

Hanya tertarik pada cara mengajarnya senidri


Ketika siswa melaksankan praktikum

Guru memperhatikan

Guru tidak memperhaitkan

Guru tidak perduli sma sekali

Dalam melaksanakan praktikum

Para siswa benar- benar bekerja keras

Para siswa hanya melakukan hal- hal yang ingin


dikerjakan

Para siswa tidak berusaha sama sekali

Pada waktu para siswa mengalami kesulitan dalam


praktkum

Bertanya pada teman

Bertanya pada guru

Diam dan tidak mengikuti praktikum dengna baik

Dalam menyelesaiakan konflik dalam kelompok


praktkumnya

Menyelsaikan dnenga demokratis

Merasa paling bisia

Megnikuti pendpat teman

Dalam merangkai alat dn bahan percobaan

Dengan hati- hati

Asal cepat selesai

Santai

Dalam membaca hasil


Dengna teliti

Asal- asalan

Terserah teman sekelompoknya

Wktu yang digunakan

Cukup

Kurang

Lebih

Dalam merangaki alat dan bahan

Sangat mudah

Mudah

Sukar

Setelah praktikum

Merasa senang

Biasa aja

Merasa bosan

Kegiatan praktikum ini

Memuaskan

Kuran gmemuasakn

Tidak memuaskan

Penutup berisi

Kesimpulan

Saran
Bagi guru hendakanya mengguakan variasi media
pembelajran

Meluangkan waktu utnuk praktikum

Sekolah menyediakan saran prasarana

Berbasis lingkkungan dan ipa terpadus

Keterbatasan

Tidak bertahan lama

Pnya ida, untuk meentukan besarnya GGL arus serah tiap sel dan
sel seri dari ekstrak buah jeruh, apel, dan belimbung wuluh

Untuk mengetahui apakah ekstrak buah sebagai penghasil sumber


GGl arus serah da[at dijadikan sebagia media pembelajaran fisika ,
dapat dijadkan media dan dpat dijaidkan meida elektrollit yang
menghasilkan GGL arus searahn.

Anda mungkin juga menyukai