Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
Darah arteri carotis mengandung 13 vol% dari O2, sedangkan vena jugularis
mengandung 6,7 vol%. Perbedaan oksigen arteri dan vena (AVDO2) menunjukkan
volume oksigen yang diserap jaringan otak mencapai 6,3 vol%. Metabolisme oksigen
otak (CMRO2) dapat diketahu melalui persamaan berikut:
keaadaan fisiologis. Energi yang tersisa digunakan untuk aktifitas biosintesis. Jika
sintesis ATP tidak mencukupi kebutuhan, maka mekanisme homeostasis akan
terganggu. Sebagian besar energi digunakan oleh neuron, sel-sel glia menkonsumsi <
10% energi walaupun hampir dari setengah volume otak terdiri dari sel-sel glia.
Organel yang berfungsi sebagai biomechanical powerhouse (pembangkit energi
biomekanik) untuk memproduksi energi (ATP) melalui fosforilasi oksidatif adalah
mitokondria.
Dalam kondisi normal, hampir semua energi dihasilkan dalam kondisi aerob
oleh metabolisme aerob. Krebs mendeskripsikan 3 langkah pembentukan energi:
1. Makanan yang molekulnya lebih besar dipecah menjadi unit yang lebih kecil.
Protein dihidrolisis menjadi asam amino, polisakarida dihiddrolisis menjadi
menjadi monosakarida, dan lemak dihidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak.
2. Molekul-molekul kecil kemudian didegradasi menjadi menjadi unit yang lebih
kecil yaitu pirufat. Pirufat memiliki fungsi sentral dalam metabolisme, kemudian
dikonversi menjadi unit asetil oleh asetyl CoA.
6
3. Acetyl CoA membawa unit asetil tersebut ke siklus asam sitrat dan dioksidasi
sempurna menjadi CO2. Kemudian proses ini berlanjut ke rantai respirasi dan
sebagian besar energi dihasilkan di tahap ini.
Selama proses oksidasi asetil-KoA di dalam siklus asam sitrat, akan terbentuk
ekuivalen pereduksi dalam bentuk hidrogen atau elektron sebagai hasil kegiatan
enzim dehidrogenase spesifik. Unsur ekuivalen pereduksi ini kemudian memasuki
rantai respirasi tempat sejumlah besar ATP dihasilkan dalam proses fosforilasi
oksidatif. Proses ini bersifat aerobik, yaitu memerlukan oksigen sebagai pengoksidasi
akhir unsur ekuivalen pereduksi. Oleh karena itu, keadaan O2 (anoksia) atau defisiensi
parsial O2 (hipoksia) mengakibatkan hambatan total atau parsial pada siklus tersebut.
Pada keadaan normal, pengadaan ATP berlangsung dalam keadaan aerobik. Pada
keadaan ini, ATP didapat dari reoksidasi flavin nukleotida tereduksi (FH2) atau dari
niasin adenin dinukleotida tereduksi (NADH) melalui reaksi :
FH2 + ½ O2 F + H2O
Proses ini terjadi di mitokondria. Energi yang diperlukan untuk sintesis ATP
didapat dari pengalihan elektron dari NADH / FH2 ke O2 , yang dilaksanakan oleh
sejumlah protein yang membentuk sistem transport elektron (electron transport
system, ETS) atau disebut juga sebagai rantai respirasi (respiratory chain). Protein
penyusun ETS terdapat pada membran dalam (inner membrane) mitokondria.
7
Gambar 2.3 Rantai Respirasi dengan Tranport Elekton dan Aktifitas ATP
Syntetase
Pengalihan elektron dari setiap molekul FH2 menghasilkan cukup energi untuk
sintesis 2 molekul ATP, sedangkan untuk setiap molekul NADH dapat dihasilkan 3
molekul ATP. FH2 dan NADH terbentuk melalui berbagai proses metabolisme, yang
terpenting diantaranya adalah :
1. proses glikolisis (NADH)
2. proses oksidasi asam lemak (NADH dan FH2)
3. pembentukan asetil- KoA dari asam piruvat (NADH)
4. siklus Krebs (NADH dan FH2)
Dari reaksi yang diuraikan di atas dapat difahami bahwa keadaan hipoksia
akan berakibat terganggunya reaksidari NADH dan FH2 , sehingga mengurangi
ketersediaan niasin adenin dinukleotida dan flavin nukleotida di dalam sel.
8
Model metabolisme otak berbeda dengan organ lain dalam hal konsumsi
bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan energinya. Secara kontinu, otak hanya
menggunakan glukosa sebagai sumber bahan bakar, kecuali dalam keadaan puasa
atau kelaparan. Dalam keaadaan puasa atau kelaparan, badan keton (asetoasetat dan
3-hidroksi butirat) secara parsial menggatikan glukosa sebagai bahan bakar
metabolisme otak. Asam lemak tidak digunkan sebagai bahan bakar otak karena
terikat oleh albumin dan tidak dapat melalui sawar darah otak.
9
Gambar 2.7 Aliran Darah yang Berhubungan Erat dengan Daerah Fungsional
Otak
mendegradasi struktur intra dan ekstra seluler, juga enzim lain seperti phospholipase
A2 dan cyclooxygenase yang menghasilkan radikal bebas. Neuronal nitric oxide
synthase juga dipengaruhi kalsium dan menghasilkan nitric oxide yang mampu
bereaksi dengan superoksida membentuk radikal yang lebih reaktif yakni
peroksinitrit. Sekunder selama iskemi, gen proinflamasi diaktifkan dan menyebabkan
pelepasan mediator inflamasi seperti tumor necrosis factor, interleukin 1β. Adesi dari
mediator ini akan mengaktifkan sel-sel inflamasi yang juga akan menghasilkan
radikal bebas sebagai suatu system pertahanan.
13
Gambar 2.9 Patogenesis Kerusakan Otak pada Iskemia (Fisher M., Schaebitz
W., 2000)
14
setiap oksidan merupakan radikal bebas (ada oksidan yang tidak memiliki elektron
tidak berpasangan).
Radikal bebas dapat bereaksi dengan berbagai molekul biologis seperti lipid,
protein dan DNA, merubah struktur dan juga fungsinya. Karena itu setiap organisme
dilengkapi dengan sistem antioksidan yang fungsi utamanya adalah untuk mencegah
radikal bebas merusak molekul lain.
enzimatis bekerja dengan cara mencegah terbentuknya senyawa radikal bebas baru
atau mengubah radikal bebas yang baru terbentuk menjadi molekul yang kurang
reaktif.
Di samping antioksidan yang bersifat enzimatis, ada juga antioksidan non-
enzimatis yang dapat berupa senyawa nutrisi maupun non-nutrisi. Kedua kelompok
antioksidan non-enzimatis ini disebut juga antioksidan sekunder atau antioksidan
eksogen seperti vitamin A, C, E, dan -karoten. Glutation, asam urat, bilirubin,
albumin, dan flavonoids juga termasuk kelompok ini. Kerja sistem antioksidan non
enzimatik yaitu dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya (free radical scavenger). Akibatnya, radikal bebas
tidak akan bereaksi dengan komponen seluler.
Halliwell dan Gutteridge (1999) menjelaskan mekanisme kerja antioksidan
yakni sebagai antioksidan pencegah dan antioksidan pemutus rantai. Antioksidan
pencegah bertujuan mencegah terbentuknya radikal bebas. Pencegahan ini melalui
aktivitas dua enzim yakni katalase dan peroksidase. Antioksidan pemutus rantai
bekerja dengan cara mencegah reaksi rantai berlanjut, atau menghentikan reaksi
rantai berlanjut. Termasuk dalam kelompok ini diantaranya vitamin E, vitamin C,
GSH dan sistein.
reaksi Haber Weiss yang memerlukan Fe+++ dan Cu++. Dari berbagi bentuk ROS,
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling reaktif dan berbahaya.
Baik parenkim serebral maupun endotel vaskuler berpotensi untuk
menghasilkan radikal bebas. Terdapat suatu korelasi positif antara konsentrasi
oksigen dan pembentukan radikal bebas. Pada kondisi dimana tidak terdapat oksigen
sama sekali maka ROS tidak dapat terbentuk. Pada ischemic core, dimana terdapat
iskemi yang permanen, penghentian aliran darah tidak tercapai secara instan, tetapi
masih terdapat sisa oksigen untuk beberapa waktu. Pada daerah sekitar ischemic
core, yakni penumbra aliran darah juga menurun tetapi oksigen masih tersedia.
Selama iskemi, aliran darah akan mengalami perubahan, menyebabkan reperfusi atau
malah iskemi yang lebih parah. Jika yang terjadi adalah reperfusi maka akan diikuti
dengan peningkatan pembentukan radikal bebas yang dramatis.
Selain ROS, juga dikenal Nitric oxide (NO) yang merupakan radikal bebas
yang larut dalam lemak dan juga larut air, dihasilkan melalui aksi NO Synthase
(NOS). NOS menggunakan arginin dan O2 sebagai substrat untuk menghasilkan NO .
NO dan ●O2- secara individual sudah cukup reaktif, namun dapat juga bergabung
menjadi anion yang lebih toksik, yaitu peroxynitric (ONOO-). Toksisitas radikal
bebas dan ONOO- diperoleh dari kemampuan mereka dalam memodifikasi
makromolekul, terutama DNA, dan kemampuan menginduksi jalur apoptosis dan
nekrosis.
NOS1), suatu constitutive isoform yang terdapat pada neuron, (2) inducible isoform
(iNOS, NOS2) yang diinduksi microglia/macrophages, astrocytes dan sel endotel, (3)
constitutive form (eNOS, NOS3) yang terletak di endotel. nNOS dan eNOS adalah
Ca2+-dependent, sedangkan iNOS merupakan Ca2+-independent.
Produksi NO oleh nNOS dan iNOS terjadi selama iskemik otak. NO yang
diproduksi oleh eNOS diketahui memiliki efek neuroprotektif karena menyebabkan
vasodilatasi. Neuron yang mengandung nNOS sangat resisten terhadap kerusakan
akibat hipoksia maupun iskemi karena NO yang dihasilkan oleh nNOS neuron akan
membunuh neuron sekitarnya yang tidak memiliki nNOS.
Peningkatan eNOS akan memproteksi neuron karena menyebabkan
peningkatan CBF pada area penumbra.
Produksi iNOS pada sel-sel non neuron juga terbukti menyebabkan kerusakan
pada iskemi serebral. produksi Inducible nitric oxide meningkat 24 hingga 48 jam
setelah iskemi dan terjadi pada neutrofil dan sel-sel vascular serebral.
Cyclooxygenase-1, cyclooxygenase-2 (COX-2), xanthine dehydrogenase,
xanthine oxidase, dan NADPH oxidase menggunakan O2 untuk membentuk oksidan
dan terdapat pada berbagai jenis sel dalam parenkim otak. Semuanya merupakan
constitutively expressed enzymes kecuali COX-2 yang merupakan inducible enzim.
NO yang diproduksi oleh iNOS akan meningkatkan aktifitas COX-222.
Kelompok enzim prooksidan yang ketiga yakni myeloperoxidase dan
monoamine oxidase, membentuk asam hipoklorat dan H2O2 sebagai produk
utamanya dalam leukosit dan sel parenkim. Satu hal yang menarik yakni ekspresi dari
enzim prooksidan ini bersifat cell specific berbeda dengan ekspresi antioksidan yang
bersifat subcellular site specificity.
Enzim Antioksidan
Superoxide Dismutase adalah antioksidan enzimatis yang spesifik
menghilangkan radikal bebas superoksida dengan cara merubah superoksida menjadi
H2O2. Ada tiga jenis SOD yakni copper/ zinc SOD (CuZnSOD, SOD1), manganese
SOD (Mn- SOD, SOD2), and extracellular SOD (ECSOD, SOD3), merupakan
20
Pembengkakan dan kerusakan mitokondria pada iskemi otak juga dapat memicu
pelepasan sitokrom c.
SOD akan mencegah apoptosis neuron dan mengurangi kerusakan pada
iskemi otak dengan cara menekan produksi peroksinitrit, peroksidasi lipid, dan
disfungsi mitokondria. SOD juga melindungi otak dari toksisitas NMDA dan NO.
DNA Repair Enzyme dan Faktor Transkripsi sebagai Target Kerusakan Stres
Oksidatif pada Iskemi Otak [21]
Radikal bebas yang terbentuk baik selama iskemi maupun reperfusi akan
mengubah redox state dari sel baik pada komponen sitosol maupun mitokondria.
Perubahan ini akan mengakibatkan pengurangan cepat kadar DNA repair enzyme
(APE/Ref-1) sehingga menyebabkan apoptosis. Selain itu radikal bebas juga
melibatkan faktor transkripsi terutama NF-kB. Aktivasi dari NF-kB diikuti dengan
translokasi dari NF-kB ini ke dalam nucleus dan berikatan dengan reseptor NF-B
pada beberapa gene termasuk COX-2, iNOS, metalloproteinase (MMPs), intraseluler
adhesion molecules (ICAM-1) dan sitokin. Ekpresi gene ini akan memicu
pembentukan radikal bebas yang menyebabkan nekrosis maupun apoptosis.
26